expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 12 April 2015

All of Revenges ( Part 1 )



Part 1

.

            Dua gadis itu sedang berjalan santai melewati taman bunga. Musim semi sangatlah indah. Beraneka macam bunga bermekaran disana. Dua gadis itu bernama Tay dan Hannah. Mereka bersahabat sejak kecil. Persahabatan mereka sangatlah erat dan sudah seperti saudara kandung sendiri.

            Taylor Calder adalah gadis tomboy dan jago main gitar. Orangtuanya sudah lama meninggal. Tay tinggal bersama neneknya di rumah yang sederhana. Setiap hari, Tay bernyanyi di sepanjang jalan untuk mencari nafkah. Untungnya suara Tay sangatlah bagus dan banyak yang menyukai suaranya.

            Hannah Louise adalah gadis feminim yang sangat cantik dan manis. Ia mempunyai dua lesung pipit yang indah. Semua orang mengatakan kalau Hannah cocok untuk menjadi model. Tapi Hannah menolaknya karena ia lebih ingin melanjutkan kuliahnya daripada menjadi model. Saat ini Hannah masih single dan belum menemukan pasangannya. Terakhir ia putus dengan seorang lelaki bernama Christopher. Hannah mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Liam dan selisih umur mereka hanya dua tahun.

            Walau Tay dan Hannah mempunyai banyak perbedaan, namun mereka tetap akrab dan jarang berselisih. Tay yang tomboy dan cukup galak sering melindungi Hannah. Ada yang mengatakan bahwa Tay adalah bodyguard Hannah. Karena Tay tomboi, jarang ada lelaki yang mendekatinya. Jika ada lelaki yang mendekatinya, tentu lelaki-lelaki itu pada takut. Jadi jangan heran kalau Tay sama sekali belum pernah pacaran.

            Sebenarnya, Tay mempunyai masa lalu yang begitu kelam, yang mengubahnya menjadi gadis seperti ini. Tapi tidak ada satupun yang mengetahui masa lalunya, bahkan Hannah sekalipun. Jika ada yang tau tentang masa lalunya, maka Tay akan merasa malu, terkucilkan dan hidupnya akan hancur serta semua orang akan membencinya, termasuk Hannah sendiri.

            Keduanya berhenti di sebuah lapangan bola yang luas. Disana ada beberapa cowok yang sedang bermain bola. Tiba-tiba kedua mata Hannah terpusat pada seorang cowok yang sedang menggiring bola dan akan memasukkannya ke gawang. Hannah tersenyum melihat lelaki itu.

            Tay yang sedaritadi memerhatikan Hannah yang terdiam akhirnya menyenggol lengan Hannah. “Kau lagi lihat siapa?” Tanyanya.

            Karena senggolan Tay, Hannah pun menjadi kaget. “Eng.. Nggak ada kok.” Jawabnya. Namun Tay tau kalau Hannah sedang membohonginya. Tay sudah lama mengenal Hannah dan ia tentu saja tau apa yang dirasakan Hannah.

            “Bohong! Kau pasti melihat laki-laki itu kan? Yang sedang bermain bola?” Tebak Tay sambil menunjuk ke lapangan bola.

            Wajah Hannah berubah menjadi merah. Apa seharusnya ia jujur saja? Lagipula Tay adalah sahabat sekaligus teman curhatnya. “Kau benar. Karena aku sedang jatuh cinta dengan seseorang.”

            Mendengar kejujuran Hannah, Tay tersenyum. Kalau diperhatikan baik-baik, Tay cukup manis. Jika saja ia mau memerhatikan penampilannya, tentu saja Tay akan berubah menjadi seorang putri cantik dan banyak lelaki yang menyukainya.

            “Sudah ku duga. Aku tau kamu sudah sepenuhnya move on dari Chris. Lalu, siapa lelaki yang kini telah membuatmu jatuh cinta?”

            Tidak perlu berpikir panjang, Hannah langsung menjawabnya. Tidak ada salahnya menceritakan pada Tay. “Namanya Louis. Louis Tomlinson. Dia seangkatan dengan kakakku. Louis jago bermain bola. Aku mulai menyukainya sejak Liam mengajak Louis berkunjung ke rumah kami. Mata Louis yang indah membuatku menyukainya. Ya.. Walau kata Liam Louis adalah tipe lelaki yang cuek.”

            Semua orang pasti tau siapa Louis. Louis adalah salah satu pangeran di Universitasnya. Louis mempunyai sahabat dekat bernama Harry dan Niall yang juga sama-sama menjadi pangeran disana. Hanya saja Louis sangat cuek dan tertutup. Sudah banyak cewek yang ditolaknya. Saat ini Louis masih single dan Hannah berharap Louis mempunyai rasa yang sama dengan apa yang dirasakannya, walau rasanya mustahil.

            “Louis?” Alis Tay terangkat. “Kau menyukai lelaki cool itu? Sebaiknya jangan. Percuma kau menyukai lelaki seperti dia.”

            Tay memang membenci makhluk berjenis laki-laki. Entah apa karena masa lalunya yang kelam atau tidak. Tapi yang namanya cinta tidak bisa diubah. Hannah tetap mencintai Louis apapun yang terjadi.

            “Aku tau kalau kamu tidak setuju kalau aku menyukai Louis. Kau kan pembenci laki-laki. Mungkin cuma kakakku saja kau sukai. Hei! Liam menyukaimu lho!”

            Tentu saja perkataan Hannah adalah bohong. Sekarang Liam sedang menjalin hubungan dengan Michele, gadis model yang sangat cantik .

            Hannah menarik tangan Tay untuk mendekati lapangan tempat dimana Louis dan kawan-kawan sedang bermain bola. Jadi Hannah bisa melihat Louis dari jarak dekat.

            “Dia sangat tampan bukan?” Gumam Hannah memandangi Louis dari tempatnya ini.

            “Bagimu. Dan bagiku tidak.” Kata Tay.

            Hannah melirik ke arah Tay. “Cewek tomboi sepertimu tidak akan pernah tergila-gila dengan Louis atau cowok lainnya. Cobalah mulai menyukai lelaki. Ingat, umurmu sudah dua puluh tahun dan kamu masih belum pacaran.”

            Namun, Tay cuek dengan nasehat Hannah. Dalam hatinya, ia tidak membutuhkan lelaki. Karena itulah, banyak yang berkata bahwa Tay adalah seorang lesbi dan kini sedang menyukai Hannah, tapi Tay membantahnya.

            “Aku tau Hann. Tapi saat ini aku sedang tidak membutuhkan lelaki.” Kata Tay.

            “Ya.. Tapi tidak selamanya kamu menjadi seperti ini. Kau tidak mau kan menjadi perawan tua?”

            Tay terdiam mendengar ucapan Hannah. Tiba-tiba dadanya menjadi sesak dan sakit mengingat masa lalunya yang kelam. Selama ini, Tay tidak pernah menangis. Bahkan mengeluarkan air mata sedikitpun. Baginya, menangis adalah suatu hal yang haram. Terakhir ia menangis ketika Ibunya meninggalkan dirinya, kira-kira tujuh tahun yang lalu.

 Melihat perubahann wajah Tay, Hannah menjadi tidak enak. “Eh, sorry.” Ucapnya cepat-cepat.

Ada yang berbeda dari wajah Tay dan Hannah tidak berani berbicara lagi. Hannah tau kalau dia merasa bersalah karena telah membuat Tay menjadi seperti ini.

“Hey girls!” Tiba-tiba kerumunan cowok yang bermain bola tadi datang dan kini beristirahat. Jantung Hannah berdegup kencang. Louis dan lainnya datang kemari! Hannah bingung harus berbuat apa. Sementara Tay sama seperti tadi.

“Eh Yel eh apa kabar?” Hannah baru menyadari kalau dia sedang berhadapan dengan tiga lelaki tertampan di universitasnya. Tadi yang menyapanya adalah Niall yang adalah sahabat Louis.

“Baik. Kenapa kalian ada disini?” Tanya Niall.

Hannah tidak menjawab. Gadis itu malah memandangi Louis yang sedang meneguk minuman di dalam botol.

“Han, aku pergi dulu.” Kata Tay cepat-cepat karena ia mulai tidak merasa nyaman dengan keadaan ini.

“Eh, aku ikut.” Kata Hannah dan pergi menyusul Tay.

Sementara Niall tersenyum melihat tingkah laku gadis bernama Hannah itu. “Dia gadis yang lucu.” Kata Niall. Namun Louis dan Harry tidak menggubris ucapan Niall. Mungkin mereka berdua tidak tertarik dengan Hannah.

***

Malam harinya, Hannah mengintip pemandangan malam di balik jendela kamarnya. Baginya hari ini adalah hari yang sangat indah. Tadi ia bertemu langsung dengan Louis walau Louis tetap cuek. ‘Apa Louis sama sekali tidak menyimpan rasa sedikitpun untukku?’ Batin Hannah sedih. Louis sangatlah sulit untuk digapainya. Padahal di luar sana ada banyak lelaki yang menyukainya. ‘Mengapa aku menyukai Louis? Dan mengapa aku tidak menyukai lelaki lain yang menyukaiku saja? Mengapa harus Louis? Batin Hannah. Begitulah cinta. Begitu misterius di mata Hannah.

Pintu kamarnya terbuka. Liam masuk ke dalam dan duduk disamping Hannah. “Hann, R U okay?” Tanyanya. Liam menyadari ada sesuatu yang terjadi pada adik sematawayangnya itu.

“Eh, I’m fine.” Kata Hannah kaget.

Liam tersenyum seraya merangkul Hannah . “Ada masalah dengan Tay?”

Hannah terdiam. Ia ingat dengan sikap Tay yang tiba-tiba berubah. Tapi ia yakin bahwa Tay tidak akan marah dan bersikap seperti biasa lagi. “Sedikit. Tapi semuanya akan baik-baik saja.” Jawab Hannah.

“Ada lagi?” Tanya Liam.

Hannah jadi kesal sendiri karena Liam bertanya terus. “Please, keluar dari kamarku. Aku ingin sendiri.” Ucapnya. Tapi Liam tidak mau pergi.

“Kau sedang jatuh cinta ya?” Tebak Liam.

Sebisa mungkin Hannah menyembunyikan warna merah dipipinya. Tapi Liam sudah berhasil melihat pipi Hannah yang memerah.

“Hahaha.. My little sister is falling in love with someone. May I know who’s the boy that made you falling in love like this?”

Tentu saja Hannah tidak mau memberitahukannya karena Louis adalah sahabat Liam. “Never!” Jawab Hannah. Liam pun mengacak-acak rambutnya.

“Sudahlah Liam, kamu tidak harus mencampuri hidupku.”

Liam tertawa. “Okay. Kalau aku mengenali lelaki yang kamu sukai, akan aku sampaikan ke dia dan aku yakin dia pasti menyukaimu karena kamu cantik.”

Setelah mengucapkan hal itu, Liam pun pergi meninggalkan Hannah.

 ‘Jika saja itu benar..’ Batin Hannah. Gadis cantik itu kembali menatap jutaan bintang di langit sana.

Drtrtrt….

Handphonenya berbunyi. Hannah tersenyum melihat nama yang tertera di layar handphonenya. Ternyata Tay yang menelponnya.

“Hallo?” Kata Hannah.

“Hai Hann, maaf dengan kejadian tadi. Aku hanya…”

Ucapan Tay diputus oleh Hannah. “It’s all right. Aku yang seharusnya minta maaf denganmu.”

“Okey. Aku hanya sedikit sensitif saja jika menyangkut tentang masa laluku.”

Hannah tidak mengerti dengan ucapan Tay. “Maksudmu? Apa tadi aku berbicara tentang masa lalumu? Bukannya aku sama sekali tidak tau apapun tentang masa lalumu?” Hannah berusaha mengingat ucapan terakhir yang ia ucapkan pada Tay. Astaga! Apa Tay ….

“Maaf Hann, aku harus memutus panggilan. Bye.”

Sambungan pun terputus dan Hannah didera rasa penasaran yang sangat. ‘Tidak mungkin Tay telah dinodai oleh seorang lelaki.’ Batinnya.

***

Setelah memutuskan sambungan, Tay mengumpat dalam hati. Barusan ia hampir menceritakan masa lalunya. Tay berharap Hannah tidak curiga dengannya dan menganggap hari ini tidak terjadi apa-apa.

“Ini semua karena lelaki sialan itu!” Umpat Tay. Hampir saja ia memecahkan vas bunga yang sengaja ia taruh di atas meja belajarnya.

Kedua mata Tay tidak sengaja melihat gitar tua yang merupakan peninggalan Ibunya. Gitar tua itu adalah soulmatenya dan jika ia rindu dengan Ibunya, ia akan memainkan gitar itu. Tori mengambl gitar itu. Pelan-pelan ia memainkan gitar itu hingga terciptalah sebuah nada yang indah. Dulu, Ibunya yang mengajarinya bermain gitar sehingga ia jago bermain gitar seperti ini. ‘Aku rindu Ibu.’ Batinnya. Gadis itu pun mulai bernyanyi.

“Sun goes down and we are here together fireflies glow like a thousand charms stay with me and you can dream forever right here in my arms..”

Lagu itu adalah lagu ciptaan Ibunya sendiri. Tay juga banyak menghasilkan lagu-lagu dan menurut Hannah lagu-lagu ciptaannya sangat bagus. Hannah pernah menyurunya untuk mengikuti ajang pencarian bakat tapi Tay menolak.

“Ya, aku diajarkan Ibu untuk tidak menangis dan aku berjanji untuk tidak akan menangis. Aku yakin Ibu baik-baik saja disana melihat putrinya bahagia disini. Ibu, Ibu jangan khawatir. Aku akan membalas dendam dengan lelaki yang telah membuatku menjadi seperti ini, walau aku tidak tau bagaimana cara untuk membalas dendam. Tapi aku ingin sekali melihatnya menderita, bahkan mati sekalipun.”

Ibunya meninggal karena terkena penyakit jantung dan Ayahnya… Tay tidak tau dimana keberadaan Sang Ayah. Tay hanya tau siapa nama Ayahnya dan foto Ayahnya. Namun Tay tidak mempunyai niat untuk mencari Ayahnya. Setelah Ibunya meninggal, Tay dirawat oleh neneknya hingga sekarang. Tapi sekarang Tay lah yang harus merawat neneknya karena belakang-belakangan ini sering sakit-sakitan. Tay mendapatkan uang dengan cara bernyanyi di sebuah tempat seperti cafe atau tempat lainnya. Saat ini pekerjaan Tay tidak tetap dan ia akan berusaha untuk mencari pekerjaan yang cocok untuknya.

Sebenarnya, Tay ingin berhenti kuliah, tapi neneknya melarangnya. Hannah pun juga melarangnya. Kalau ada sesuatu yang membuatnya harus berhenti kuliah misalnya tidak membayar SPP, maka Hannah-lah yang membayarnya karena Hannah dan keluarganya sudah menganggap Tay seperti bagian dari keluarganya, dan Tay merasa beruntung mempunyai sahabat seperti Hannah yang mengerti keadaannya.

Tiba-tiba Tay teringat dengan Hannah yang mengatakan kalau dia menyukai Louis. Tay tersenyum sinis. Bagaimanapun juga, ia harus menyelamatkan sahabatnya itu. Boleh saja Hannah menyukai lelaki manapun, tapi tidak dengan Louis.

Tidak dengan Louis!

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar