Part
1
.
Dua gadis
itu sedang berjalan santai melewati taman bunga. Musim semi sangatlah indah.
Beraneka macam bunga bermekaran disana. Dua gadis itu bernama Tay dan Hannah.
Mereka bersahabat sejak kecil. Persahabatan mereka sangatlah erat dan sudah
seperti saudara kandung sendiri.
Taylor Calder
adalah gadis tomboy dan jago main gitar. Orangtuanya sudah lama meninggal. Tay
tinggal bersama neneknya di rumah yang sederhana. Setiap hari, Tay bernyanyi di
sepanjang jalan untuk mencari nafkah. Untungnya suara Tay sangatlah bagus dan
banyak yang menyukai suaranya.
Hannah
Louise adalah gadis feminim yang sangat cantik dan manis. Ia mempunyai dua
lesung pipit yang indah. Semua orang mengatakan kalau Hannah cocok untuk
menjadi model. Tapi Hannah menolaknya karena ia lebih ingin melanjutkan
kuliahnya daripada menjadi model. Saat ini Hannah masih single dan belum
menemukan pasangannya. Terakhir ia putus dengan seorang lelaki bernama
Christopher. Hannah mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Liam dan selisih
umur mereka hanya dua tahun.
Walau Tay
dan Hannah mempunyai banyak perbedaan, namun mereka tetap akrab dan jarang
berselisih. Tay yang tomboy dan cukup galak sering melindungi Hannah. Ada yang
mengatakan bahwa Tay adalah bodyguard Hannah. Karena Tay tomboi, jarang ada
lelaki yang mendekatinya. Jika ada lelaki yang mendekatinya, tentu
lelaki-lelaki itu pada takut. Jadi jangan heran kalau Tay sama sekali belum
pernah pacaran.
Sebenarnya,
Tay mempunyai masa lalu yang begitu kelam, yang mengubahnya menjadi gadis
seperti ini. Tapi tidak ada satupun yang mengetahui masa lalunya, bahkan Hannah
sekalipun. Jika ada yang tau tentang masa lalunya, maka Tay akan merasa malu,
terkucilkan dan hidupnya akan hancur serta semua orang akan membencinya,
termasuk Hannah sendiri.
Keduanya
berhenti di sebuah lapangan bola yang luas. Disana ada beberapa cowok yang
sedang bermain bola. Tiba-tiba kedua mata Hannah terpusat pada seorang cowok yang
sedang menggiring bola dan akan memasukkannya ke gawang. Hannah tersenyum
melihat lelaki itu.
Tay yang
sedaritadi memerhatikan Hannah yang terdiam akhirnya menyenggol lengan Hannah.
“Kau lagi lihat siapa?” Tanyanya.
Karena
senggolan Tay, Hannah pun menjadi kaget. “Eng.. Nggak ada kok.” Jawabnya. Namun
Tay tau kalau Hannah sedang membohonginya. Tay sudah lama mengenal Hannah dan
ia tentu saja tau apa yang dirasakan Hannah.
“Bohong!
Kau pasti melihat laki-laki itu kan? Yang sedang bermain bola?” Tebak Tay
sambil menunjuk ke lapangan bola.
Wajah Hannah
berubah menjadi merah. Apa seharusnya ia jujur saja? Lagipula Tay adalah
sahabat sekaligus teman curhatnya. “Kau benar. Karena aku sedang jatuh cinta
dengan seseorang.”
Mendengar
kejujuran Hannah, Tay tersenyum. Kalau diperhatikan baik-baik, Tay cukup manis.
Jika saja ia mau memerhatikan penampilannya, tentu saja Tay akan berubah
menjadi seorang putri cantik dan banyak lelaki yang menyukainya.
“Sudah ku
duga. Aku tau kamu sudah sepenuhnya move on dari Chris. Lalu, siapa lelaki yang
kini telah membuatmu jatuh cinta?”
Tidak perlu
berpikir panjang, Hannah langsung menjawabnya. Tidak ada salahnya menceritakan
pada Tay. “Namanya Louis. Louis Tomlinson. Dia seangkatan dengan kakakku. Louis
jago bermain bola. Aku mulai menyukainya sejak Liam mengajak Louis berkunjung
ke rumah kami. Mata Louis yang indah membuatku menyukainya. Ya.. Walau kata
Liam Louis adalah tipe lelaki yang cuek.”
Semua orang
pasti tau siapa Louis. Louis adalah salah satu pangeran di Universitasnya.
Louis mempunyai sahabat dekat bernama Harry dan Niall yang juga sama-sama
menjadi pangeran disana. Hanya saja Louis sangat cuek dan tertutup. Sudah
banyak cewek yang ditolaknya. Saat ini Louis masih single dan Hannah berharap
Louis mempunyai rasa yang sama dengan apa yang dirasakannya, walau rasanya
mustahil.
“Louis?”
Alis Tay terangkat. “Kau menyukai lelaki cool itu? Sebaiknya jangan. Percuma
kau menyukai lelaki seperti dia.”
Tay memang
membenci makhluk berjenis laki-laki. Entah apa karena masa lalunya yang kelam
atau tidak. Tapi yang namanya cinta tidak bisa diubah. Hannah tetap mencintai
Louis apapun yang terjadi.
“Aku tau
kalau kamu tidak setuju kalau aku menyukai Louis. Kau kan pembenci laki-laki.
Mungkin cuma kakakku saja kau sukai. Hei! Liam menyukaimu lho!”
Tentu saja
perkataan Hannah adalah bohong. Sekarang Liam sedang menjalin hubungan dengan Michele,
gadis model yang sangat cantik .
Hannah
menarik tangan Tay untuk mendekati lapangan tempat dimana Louis dan kawan-kawan
sedang bermain bola. Jadi Hannah bisa melihat Louis dari jarak dekat.
“Dia sangat
tampan bukan?” Gumam Hannah memandangi Louis dari tempatnya ini.
“Bagimu.
Dan bagiku tidak.” Kata Tay.
Hannah
melirik ke arah Tay. “Cewek tomboi sepertimu tidak akan pernah tergila-gila
dengan Louis atau cowok lainnya. Cobalah mulai menyukai lelaki. Ingat, umurmu
sudah dua puluh tahun dan kamu masih belum pacaran.”
Namun, Tay
cuek dengan nasehat Hannah. Dalam hatinya, ia tidak membutuhkan lelaki. Karena
itulah, banyak yang berkata bahwa Tay adalah seorang lesbi dan kini sedang
menyukai Hannah, tapi Tay membantahnya.
“Aku tau
Hann. Tapi saat ini aku sedang tidak membutuhkan lelaki.” Kata Tay.
“Ya.. Tapi
tidak selamanya kamu menjadi seperti ini. Kau tidak mau kan menjadi perawan
tua?”
Tay terdiam
mendengar ucapan Hannah. Tiba-tiba dadanya menjadi sesak dan sakit mengingat
masa lalunya yang kelam. Selama ini, Tay tidak pernah menangis. Bahkan mengeluarkan
air mata sedikitpun. Baginya, menangis adalah suatu hal yang haram. Terakhir ia
menangis ketika Ibunya meninggalkan dirinya, kira-kira tujuh tahun yang lalu.
Melihat perubahann wajah Tay, Hannah menjadi
tidak enak. “Eh, sorry.” Ucapnya cepat-cepat.
Ada yang berbeda dari wajah Tay
dan Hannah tidak berani berbicara lagi. Hannah tau kalau dia merasa bersalah
karena telah membuat Tay menjadi seperti ini.
“Hey girls!” Tiba-tiba kerumunan
cowok yang bermain bola tadi datang dan kini beristirahat. Jantung Hannah
berdegup kencang. Louis dan lainnya datang kemari! Hannah bingung harus berbuat
apa. Sementara Tay sama seperti tadi.
“Eh Yel eh apa kabar?” Hannah baru
menyadari kalau dia sedang berhadapan dengan tiga lelaki tertampan di
universitasnya. Tadi yang menyapanya adalah Niall yang adalah sahabat Louis.
“Baik. Kenapa kalian ada disini?”
Tanya Niall.
Hannah tidak menjawab. Gadis itu
malah memandangi Louis yang sedang meneguk minuman di dalam botol.
“Han, aku pergi dulu.” Kata Tay
cepat-cepat karena ia mulai tidak merasa nyaman dengan keadaan ini.
“Eh, aku ikut.” Kata Hannah dan
pergi menyusul Tay.
Sementara Niall tersenyum melihat
tingkah laku gadis bernama Hannah itu. “Dia gadis yang lucu.” Kata Niall. Namun
Louis dan Harry tidak menggubris ucapan Niall. Mungkin mereka berdua tidak
tertarik dengan Hannah.
***
Malam harinya, Hannah mengintip
pemandangan malam di balik jendela kamarnya. Baginya hari ini adalah hari yang
sangat indah. Tadi ia bertemu langsung dengan Louis walau Louis tetap cuek.
‘Apa Louis sama sekali tidak menyimpan rasa sedikitpun untukku?’ Batin Hannah
sedih. Louis sangatlah sulit untuk digapainya. Padahal di luar sana ada banyak
lelaki yang menyukainya. ‘Mengapa aku menyukai Louis? Dan mengapa aku tidak
menyukai lelaki lain yang menyukaiku saja? Mengapa harus Louis? Batin Hannah.
Begitulah cinta. Begitu misterius di mata Hannah.
Pintu kamarnya terbuka. Liam masuk
ke dalam dan duduk disamping Hannah. “Hann, R U okay?” Tanyanya. Liam menyadari
ada sesuatu yang terjadi pada adik sematawayangnya itu.
“Eh, I’m fine.” Kata Hannah kaget.
Liam tersenyum seraya merangkul Hannah
. “Ada masalah dengan Tay?”
Hannah terdiam. Ia ingat dengan
sikap Tay yang tiba-tiba berubah. Tapi ia yakin bahwa Tay tidak akan marah dan
bersikap seperti biasa lagi. “Sedikit. Tapi semuanya akan baik-baik saja.”
Jawab Hannah.
“Ada lagi?” Tanya Liam.
Hannah jadi kesal sendiri karena
Liam bertanya terus. “Please, keluar dari kamarku. Aku ingin sendiri.” Ucapnya.
Tapi Liam tidak mau pergi.
“Kau sedang jatuh cinta ya?” Tebak
Liam.
Sebisa mungkin Hannah
menyembunyikan warna merah dipipinya. Tapi Liam sudah berhasil melihat pipi Hannah
yang memerah.
“Hahaha.. My little sister is
falling in love with someone. May I know who’s the boy that made you falling in
love like this?”
Tentu saja Hannah tidak mau
memberitahukannya karena Louis adalah sahabat Liam. “Never!” Jawab Hannah. Liam
pun mengacak-acak rambutnya.
“Sudahlah Liam, kamu tidak harus
mencampuri hidupku.”
Liam tertawa. “Okay. Kalau aku
mengenali lelaki yang kamu sukai, akan aku sampaikan ke dia dan aku yakin dia
pasti menyukaimu karena kamu cantik.”
Setelah mengucapkan hal itu, Liam
pun pergi meninggalkan Hannah.
‘Jika saja itu benar..’ Batin Hannah. Gadis
cantik itu kembali menatap jutaan bintang di langit sana.
Drtrtrt….
Handphonenya berbunyi. Hannah
tersenyum melihat nama yang tertera di layar handphonenya. Ternyata Tay yang
menelponnya.
“Hallo?” Kata Hannah.
“Hai Hann, maaf dengan kejadian
tadi. Aku hanya…”
Ucapan Tay diputus oleh Hannah.
“It’s all right. Aku yang seharusnya minta maaf denganmu.”
“Okey. Aku hanya sedikit sensitif
saja jika menyangkut tentang masa laluku.”
Hannah tidak mengerti dengan
ucapan Tay. “Maksudmu? Apa tadi aku berbicara tentang masa lalumu? Bukannya aku
sama sekali tidak tau apapun tentang masa lalumu?” Hannah berusaha mengingat
ucapan terakhir yang ia ucapkan pada Tay. Astaga! Apa Tay ….
“Maaf Hann, aku harus memutus
panggilan. Bye.”
Sambungan pun terputus dan Hannah
didera rasa penasaran yang sangat. ‘Tidak mungkin Tay telah dinodai oleh
seorang lelaki.’ Batinnya.
***
Setelah memutuskan sambungan, Tay
mengumpat dalam hati. Barusan ia hampir menceritakan masa lalunya. Tay berharap
Hannah tidak curiga dengannya dan menganggap hari ini tidak terjadi apa-apa.
“Ini semua karena lelaki sialan
itu!” Umpat Tay. Hampir saja ia memecahkan vas bunga yang sengaja ia taruh di
atas meja belajarnya.
Kedua mata Tay tidak sengaja
melihat gitar tua yang merupakan peninggalan Ibunya. Gitar tua itu adalah
soulmatenya dan jika ia rindu dengan Ibunya, ia akan memainkan gitar itu. Tori
mengambl gitar itu. Pelan-pelan ia memainkan gitar itu hingga terciptalah
sebuah nada yang indah. Dulu, Ibunya yang mengajarinya bermain gitar sehingga
ia jago bermain gitar seperti ini. ‘Aku rindu Ibu.’ Batinnya. Gadis itu pun
mulai bernyanyi.
“Sun
goes down and we are here together fireflies glow like a thousand charms stay
with me and you can dream forever right here in my arms..”
Lagu itu adalah lagu ciptaan
Ibunya sendiri. Tay juga banyak menghasilkan lagu-lagu dan menurut Hannah
lagu-lagu ciptaannya sangat bagus. Hannah pernah menyurunya untuk mengikuti
ajang pencarian bakat tapi Tay menolak.
“Ya, aku diajarkan Ibu untuk tidak
menangis dan aku berjanji untuk tidak akan menangis. Aku yakin Ibu baik-baik
saja disana melihat putrinya bahagia disini. Ibu, Ibu jangan khawatir. Aku akan
membalas dendam dengan lelaki yang telah membuatku menjadi seperti ini, walau
aku tidak tau bagaimana cara untuk membalas dendam. Tapi aku ingin sekali
melihatnya menderita, bahkan mati sekalipun.”
Ibunya meninggal karena terkena
penyakit jantung dan Ayahnya… Tay tidak tau dimana keberadaan Sang Ayah. Tay
hanya tau siapa nama Ayahnya dan foto Ayahnya. Namun Tay tidak mempunyai niat
untuk mencari Ayahnya. Setelah Ibunya meninggal, Tay dirawat oleh neneknya
hingga sekarang. Tapi sekarang Tay lah yang harus merawat neneknya karena
belakang-belakangan ini sering sakit-sakitan. Tay mendapatkan uang dengan cara
bernyanyi di sebuah tempat seperti cafe atau tempat lainnya. Saat ini pekerjaan
Tay tidak tetap dan ia akan berusaha untuk mencari pekerjaan yang cocok
untuknya.
Sebenarnya, Tay ingin berhenti
kuliah, tapi neneknya melarangnya. Hannah pun juga melarangnya. Kalau ada
sesuatu yang membuatnya harus berhenti kuliah misalnya tidak membayar SPP, maka
Hannah-lah yang membayarnya karena Hannah dan keluarganya sudah menganggap Tay
seperti bagian dari keluarganya, dan Tay merasa beruntung mempunyai sahabat
seperti Hannah yang mengerti keadaannya.
Tiba-tiba Tay teringat dengan Hannah
yang mengatakan kalau dia menyukai Louis. Tay tersenyum sinis. Bagaimanapun
juga, ia harus menyelamatkan sahabatnya itu. Boleh saja Hannah menyukai lelaki
manapun, tapi tidak dengan Louis.
Tidak dengan Louis!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar