Part
12
.
Seketika itu juga dua teman Tamara
mHannahpas Tay. Tay yang merasa sudah bebas cepat-cepat berlari menuju tempat
Zayn dan Harry. Zayn kaget mendapati bibir Tay yang berdarah. Begitu pula
dengan Harry. Lelaki itu berjalan mendekati Tamara.
“Kau apakan Tay?” Bentak Tay.
Tamara tersenyum sinis. “Jadi, kau
mengenali gadis itu?” Tanyanya.
Harry tidak menjawab. Ingin sekali
ia menghajar Tamara dan kedua temannya. Tapi mengingat Tamara adalah seorang
gadis dan bukan seorang lelaki, Harry mengurungkan niatnya. Sementara Zayn,
lelaki itu mengajak Tay untuk mengobati luka yang dialami Tay. Zayn mempunyai
kotak p3k yang selalu ia simpan di mobilnya.
“Zayn! Biarkan aku yang mengobati
Tay!” Teriak Harry.
Belum sempat Zayn menjawab, Tay
langsung berbicara. “Tidak terimakasih. Ayo Zayn kita pergi!” Ucapnya lalu
meninggalkan tempat itu.
Setelah kepergian Zayn dan Tay,
Harry merasa tidak ikhlas melihat Zayn mengobati Tay. Seharusnya ia yang
mengobatinya dan bukan Zayn. Tamara berjalan mendekati Harry sambil berkacak
pinggang.
“Kau kenapa sayang? Mengapa kau
lesu sekali?” Tanya Tamara.
Harry mengangkat kepalanya seraya
menatap Tamara dengan penuh kebencian. “Aku tau semua akal licikmu. Pertama,
kau mempengaruhi Ibuku agar kau bisa mendekatiku. Dan kedua, kau benci dengan
Tay karena kau takut gadis itu dekat denganku. Iya bukan?”
Tamara berusaha menahan tawanya.
“Aku tidak peduli kalau gadis itu dekat dengamu. Seharusnya gadis itu tau diri
karena kau tidak single lagi. Tentu gadis itu tidak akan berani mendekatiku.
Lagipula, gadis itu sudah memiliki kekasih. Pria tadi itu kekasihnya.” Ucapnya.
Harry menatap tajam Tamara.
“Sekali lagi, kau bukan kekasihku!” Ucapnya lalu berlari menyusul Tay dan Zayn.
Setelah Harry pergi, Tamara
tertawa diikuti kedua temannya. “Kita hampir berhasil. Sebentar lagi, lelaki
itu akan menderita untuk selama-lamanya. Lihat saja nanti malam saat kau
tertidur, aku akan memberimu kejutan yang sangat istimewa.” Ucapnya.
Sementara Harry, lelaki itu
menemukan Tay dan Zayn yang sedang duduk di dekat mobil Zayn. Disana, Zayn
tampak berhati-hati membersihkan luka Tay dan mengobatinya. Jujur, Harry
cemburu melihat semua itu. Ditambah lagi penampilan Tay yang telah membuatnya
untuk tidak berhenti merasakan sebuah perasaan yang dinamai cinta.
Satu hal yang Harry takutkan.
Harry takut Tay mulai menyukai Zayn dan Zayn menyukai Tay. Setaunya, Zayn sudah
putus dengan kekasihnya seminggu yang lalu dan kini Zayn dekat dengan Tay. Tay
pun merasa nyaman dekat dengan Zayn. Harry mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ini
yang kedua kalinya ia merasakan hal yang biasanya disebut cemburu. Pertama saat
seusai pesta ulang tahun Hannah, saat Louis memohon pada Tay. Kedua pada saat
inilah. Tapi perasaan cemburu itu harus dihapusnya karena Tay adalah adiknya
sendiri dan ia tidak berhak menyukai Tay.
Sebenarnya, Harry ingin mendekati
keduanya. Tapi Harry tidak memiliki keberanian yang besar. Ia hanya bisa
tersenyum sedih memandangi pemandangan yang menyakitkan itu. Harry pun pergi
meninggalkan tempat itu.
“Kau lihat, itu Harry. Mengapa dia
pergi? Aku kira dia kemari.” Kata Zayn yang tidak sengaja melihat Harry.
“Biarkan saja. Aku tidak peduli.”
Kata Tay. Lukanya sudah membaik dan Tay tidak bermaksud untuk membalas dendam.
Ia tau perbuatannya ini salah dan ia berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
“Kau membenci Harry?” Tanya Zayn.
Tay tidak menjawab pertanyaan
Zayn. Gadis itu memilih untuk berdiri seraya meninggalkan Zayn tanpa
mengucapkan kata ‘terimakasih’. Semenatara Zayn memandangi kepergian Tay sambil
menggHannahng-gHannahngkan kepalanya.
***
Keajaiban datang menghadiri ruang
rawat Louis. Lelaki itu terbangun dari tidurnya. Hal pertama yang ia lihat
adalah wajah Ibunya dan kakaknya. Louis tersenyum lemah menatap Ibunya dan
kakaknya.
“Ma.. Maafkan aku..” Lirih Louis.
Ibunya berusaha untuk tersenyum.
“Tidak apa-apa. Ibu tidak akan marah padamu karena kamu tidak mau
memberitahukan penyakitmu pada Ibu.” Ucapnya.
Pintu kamar terbuka. Louis bisa
melihat Liam dan Hannah datang mendekatinya. Hannah sudah membaik dan ia
diperbolehkan untuk pulang. Namun gadis itu kembali merasakan sakit saat ia
melihat Louis yang terbaring lemah di ranjang.
Hannah berjalan mendekati Louis.
“Lou, R U alright?” Tanya Hannah.
“As you see.” Jawab Louis singkat.
Hannah berusaha menahan air
matanya agar tidak turun membasahi pipinya. “Lou, aku berjanji akan merawatmu
sampai kau sembuh. Setiap hari aku disini, disampingmu.” Ucapnya.
“Kau tidak perlu merawatku.” Kata
Louis membantah. Namun Hannah tetap pada pendiriannya. “Tidak! Aku akan disini
sampai kau sembuh. Percayalah Lou, aku yakin kau akan sembuh karena aku tidak
sanggup melihatmu sakit.” Kata Hannah.
Louis tidak bisa membantah
permintaan Hannah. Terpaksa ia mengangguk karena ia tidak mau berdebat dengan Hannah.
“Terimakasih Lou.” Kata Hannah senang.
Di belakang, Liam tersenyum
melihat adiknya yang sepertinya bahagia. Dan Louis, semoga lelaki itu mau
membuka hatinya. Sedikit saja untuk Hannah.
Tiba-tiba, datang seorang gadis
cantik yang memasuki kamar itu. Semuanya tertegun melihat gadis itu. Tay
tersenyum melihat manusia-manusia yang sedang melongo melihat penampilan
barunya.
“Tay!” Teriak Hannah girang. Gadis
itu memeluk tubuh sahabatnya. Jujur, Hannah sangat merindukan Tay. “Tay! Aku
tau kau mau berubah. Dan aku sangat merindukanmu.” Ucapnya.
“Hannah, niatku memang sudah
bulat. Aku harus bisa menjadi seorang wanita yang sempurna dan bukan menjadi
seorang laki-laki.” Kata Tay.
Setelah berpelukan, Hannah
mengajak Tay berjalan mendekati Louis. Hal pertama yang dirasakan Tay saat
melihat Louis terbaring lemah yaitu perasaan simpati. Namun Tay tidak mau
menampilkannya.
“Bagaimana kabarmu?” Tanya Tay
dingin sambil menatap Louis.
Louis berusaha untuk tersenyum.
“Buruk. Sangat buruk.”Jawabnya.
Tay tersenyum sinis. Lalu ia
mengajak Hannah keluar dari kamar rawat Louis. Awalnya Hannah menolak, namun
karena paksaan dari Tay, Hannah pun menuruti ajakan Tay.
“Tay, kau masih membenci Louis?”
Tanya Hannah.
Yang ditanya tidak menjawab. Tay
mengajak Hannah berjalan keluar rumah sakit. Sialnya, mereka berpapasan dengan
Harry.
“Louis sudah sadar.” Kata Hannah.
Harry memberhentikan langkahnya.
“Ohya? Aku harap dia segera sembuh.” Ucapnya lalu pergi meningalkan Tay dan Hannah.
Harry seperti cuek terhadap keduanya. Tay bisa merasakannya. Semenjak Harry
pacaran dengan Tamara, sikap cuek mulai muncul pada diri Harry. Bukan, bukan
cuek terhadap teman-temannya atau orang-orang terdekatnya. Melainkan cuek
padanya.
“Tay, kau mau mengajakku kemana?”
Tanya Hannah.
Tay tersadar. “Ng.. Aku tidak tau.
Tapi aku ingin mengajakmu jalan-jalan hanya untuk melepas rindu. Ayo!” Ucapnya
dan diangguki Hannah.
***
Selepas pulang dari rumah sakit,
Harry memutuskan untuk makan dan langsung tidur karena tubuhnya sangat letih.
Di ruang makan, Harry melihat Ibunya yang sedang tertawa dengan Tamara. Sikap
Tamara pada Ibunya sangatlah berbeda. Tamara sangat baik pada Ibunya dan bersikap
dewasa. Sedangkan jika Tamara bersamanya, Tamara adalah gadis yang sangat
mengesalkan dan bersikap kekanak-kanakan.
Melihat kedatangan Harry, Ibunya
tersenyum lebar. “Harry, cobalah sup lezat buatan Tamara. Kau pasti
menyukainya.” Ucapnya.
Nafsu makan yang tadinya menggebu
mendadak menghilang saat menyadari siapa si pembuat sup. Harry curiga dengan
sup itu. Walau rasanya enak, tetapi sup itu mengandung racun yang mematikan.
Karena itulah Harry tidak mau memakannya.
“Aku tidak lapar.” Kata Harry lalu
masuk ke dalam kamarnya.
Ibunya menggHannahng-gHannahngkan
kepala melihat kelakuan anaknya. “Harry memang begitu. Dia keras kepala.”
Ucapnya.
Tamara tersenyum. “Tidak apa-apa.
Aku yakin kalau aku bisa merubah sikap buruknya.” Ucapnya.
Sementara Harry, lelaki itu
merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ingatannya kembali pada kejadian tadi.
Pertama saat melihat Tamara menyiksa Tay, dan kedua saat Zayn mengobati luka
Tay. Kini, hanya nama ‘Tay’ yang memenuhi pikirannya hingga ia pusing
memikirkan semua itu. Mengapa selalu Tay yang hinggap dipikirannya?
“Tay, jika kau bukan adikku, aku
berani mengatakan kalau aku… Kalau aku mencintaimu.” Kata Harry.
Akhirnya, selama bertahun-tahun,
kalimat yang susah ia ucapkan akhirnya ia ucapkan, yaitu ‘Aku mencintaimu’.
Terakhir ia mengucapkan kalimat itu saat ia masih duduk di bangku SMA. Harry
ingat dengan Megan, mantan terakhirnya itu.
***
Akhirnya, selama bertahun-tahun,
kalimat yang susah ia ucapkan akhirnya ia ucapkan, yaitu ‘Aku mencintaimu’.
Terakhir ia mengucapkan kalimat itu saat ia masih duduk di bangku SMA. Harry
ingat dengan Megan, mantan terakhirnya itu. Hubungannya dengan Megan berakhir
karena ia dapat menyimpulkan bahwa Megan adalah gadis yang suka memainkan
perasaan lelaki dan ia sudah terjebak dalam permainannya. Sejak itulah ia sulit
untuk menemukan cinta barunya dan sulit untuk mengucapkan ‘Aku mencintaimu’
kepada seorang gadis.
Namun, ia salah mencintai seorang
gadis. Gadis yang tidak lain adalah adiknya sendiri. Harry harus bisa menerima
kenyataan bahwa ia tidak akan bisa hidup bersama Tay, meskipun dengan berbagai
cara ia lakukan. Kalaupun Tay bukan adiknya, Tay tidak akan mau mencintainya
karena mungkin Tay membencinya.
Harry yakin sebentar lagi Zayn
akan menyatakan cinta pada Tay dan ia akan cemburu untuk selama-lamanya. Lelaki
seperti Zayn memang beruntung. Hidup sederhana namun bahagia dan tanpa masalah.
Zayn juga merupakan sosok dewasa dan calon Ayah yang berwibawa serta
bertanggung jawab. Sedangkan ia? Harry mengakui kalau dirinya masih labil
seperti anak remaja dan sulit baginya untuk bersikap dewasa.
Jam di kamarnya menunjukkan pukul
Sembilan malam. Kedua matanya mulai diserang oleh kantuk. Harry pun tertidur
tanpa mengisi sedikitpun makanan di malam ini. Tapi Harry tidak peduli. Yang paling
penting adalah ia bisa tidur dengan nyenyak.
***
Pukul dua belas malam. Ya. Sampai
detik ini Tay belum juga tertidur. Entah mengapa pikirannya tertuju pada Harry
terus. Jujur, Tay ingin sekali menghubungi Harry. Tapi ia tidak berani,
ditambah lagi waktu yang sudah malam dan Tay yakin Harry tengah tertidur pulas
dan tidak mau diganggu oleh siapapun.
Perasaan tidak enaknya semakin
bertambah. Tay merasa ada sesuatu yang terjadi dengan Harry. Sesuatu yang
sangat berbahaya. Tay sampai tidak bisa memejamkan matanya. ‘Ada apa dengan
Harry?’ Tanya Tay dalam hati.
Kedua pipinya yang ditampar oleh
Tamara masih terasa sakit. Tadi, Hannah kaget melihat pipinya yang lebam dan
disekitar mulutnya yang nampak jelas bekas-bekas darahnya. Tay menghela nafas
panjang. Ia sudah tidak mempedulikan kejadian tadi. Terpenting, bagaimana
keadaan Harry sekarang. Dan jujur saja, Tay sangat mengkhawatirkan Harry. Ia
seperti tidak mau kehilangan lelaki itu dan ingin sekali lelaki itu berada
disampingnya setiap saat.
“Apa aku.. Apa aku menyukai
Harry?” Tanyanya.
Tay tidak bisa membohongi dirinya
sendiri bahwa ia memang menyukai Harry. Bisa dikatakan Harry adalah cinta
pertamanya. Harrylah yang mengubah hidupnya. Harrylah yang membuat hidupnya
menjadi berwarna.
“Tidak! Aku tidak mungkin menyukai
kakakku sendiri!” Bantah Tay.
Jika saat ini siang hari, tentu
saja Tay berani pergi menuju rumah Harry. Tapi sayangnya sekarang ini bukan
siang hari, melainkan tengah malam. Jadi Tay hanya bisa bersabar menunggu
datangnya sang surya yang terbit menyinari bumi.
Pertanyaannya, apa ia sanggup
menunggu sampai esok?
***
Samar-samar bayangan hitam itu
datang memasuki kamar seorang lelaki yang tengah tertidur pulas. Bayangan itu
tidak lain adalah seorang gadis yang berwajah menyeramkan dengan pakaian serba
hitam. Gadis itu berjalan mendekati lelaki yang tengah tertidur itu. Selimut
yang dikenakan lelaki itu ia buka. Ternyata lelaki itu tidak memakai baju.
Gadis itu tersenyum licik.
Pelan-pelan, gadis itu
mengeluarkan sebuah suntikan berukuran sedang. Sebuah suntikan yang sangat
mematikan bila disuntikkan pada tubuh manusia.
“Sayang, aku harus melakukannya.
Kau pasti kaget dengan apa yang aku lakukan padamu? Dengar, aku datang kemari
hanya ingin menghancurkan hidupmu yang teramat malang. Dan Ibumu, kau tidak tau
kalau Ibumu sudah mati! Kau tau apa salahmu dan Ibumu dengan keluargaku?
Sebenarnya Ibuku sangat membenci Ibumu karena suatu hal yang aku sendiri tidak
tau. Tapi yang jelas ada hubungannya dengan Tom Richard yang tidak lain adalah
Ayahmu. Aku ditugaskan untuk memusnahkanmu dari dunia ini dan kini aku tengah
melakukannya. Maafkan aku sayang.. Aku akan memulainya dan kau jangan bangun
dulu.” Kata gadis itu.
Dengan hati-hati, gadis itu mulai
menyuntik lelaki itu. Tepatnya di lengan lelaki itu. Cukup lama dan tubuh
lelaki itu bergerak, seperti sedang merasakan sebuah kesakitan. Setelah ia rasa
cukup, gadis itu menghentikan suntikannya lalu gadis itu mencium kening lelaki
itu.
“Kau lihat, aku telah
melakukannya.” Kata gadis itu senang. Lalu ia memulai aksinya yang kedua. Yaitu
bermain-main bersama tubuh lelaki itu.
***
Pagi yang sangat berbeda dengan
pagi biasanya. Harry terbangun dengan sejuta perasaan aneh yang menyerang
tubuhnya. Entah mengapa tubuhnya lemas sekali dan Harry sampai tidak sanggup
untuk mengangkat sendiri tubuhnya. Harry merasa ada yang lain dengan dirinya.
“Damn!” Umpat Harry saat menyadari
bahwa ia sedang telanjang dan tanpa mengenakan sedikitpun kain yang menutupi
tubuhnya. Harry kaget bukan main. Apa yang terjadi dengan dirinya? Harry tau
ulah siapa ini.
Setelah memakai pakaian, Harry
berlari menuju kamar Tamara. Disana ia melihat gadis itu sedang tertidur pulas.
Harry mendekati gadis itu. Gadis itu tampaknya baik-baik saja seperti tidak
melakukan sebuah kesalahan. Harry memutuskan meninggalkan kamar Tamara dan
berjalan menuju kamar Ibunya. Namun apa yang terjadi saat ia sampai di kamar Ibunya?
“IBUU!!” Teriak Harry menyadari
Ibunya yang terbaring mengenaskan dengan mata yang melotot. Harry bersimpuh di
samping Ibunya dan berusaha menahan air matanya.
“Apa yang terjadi dengan Ibu?”
Tanya Harry, berharap Ibunya mau menjawab pertanyaannya. Tapi sayangnya Ibunya
tetap diam. Harry menyadari bahwa Ibunya sudah tiada dan ia begitu marah dengan
orang yang telah membunuh Ibunya.
Harry kembali menuju kamar Tamara.
Ia membangunkan gadis itu secara paksa. “BANGUN BODOH!!” Teriaknya sambil
mengacak-acak tempat tidur Tamara.
Gadis itu terbangun dengan segala
kebingungannya. Ia mengucek matanya. “Ada apa Harry?” Tanyanya.
Harry menatap tajam gadis itu.
“Kau apakan Ibuku? Hah? Dan kau apakan diriku?” Bentaknya.
Tentu saja Tamara kaget mendengar
pertanyaan yang sangat tidak diduganya. “Harry! Aku tidak tau apa-apa. Mengapa
kau tiba-tiba membangunkanku? Memangnya apa yang terjadi pada Ibumu dan
dirimu?” Tanyanya.
Dilihat dari wajahnya, Tamara
sepertinya tidak bersalah. Namun Harry tau bahwa Tamara sedang berbohong.
Lelaki itu tau bagaimana kelicikan Tamara. “Sebentar lagi polisi datang dan
akan menangkapmu.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Tamara.
“Aku tidak tau apa-apa! Mengapa
kau panggil polisi?” Teriak Tamara namun Harry tidak mempedulikannya.
Harry tidak sanggup lagi melihat
keadaan Ibunya yang mengenaskan. Setelah menelpon polisi, Harry duduk di sofa
dan mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Tubuhnya yang tadinya lemah kini
bertambah semakin lemah. ‘Apa yang terjadi dengan diriku?’ Batin Harry.
“Harry! Kau tidak apa-apa?”
Itu suara Zayn. Zayn datang dengan
segala kepanikan. Ketika Zayn melihat Harry, Zayn kaget saat melihat wajah
Harry yang teramat pucat dan kHannahlahan. Zayn merasakan ada sesuatu yang
buruk yang telah menimpa Harry.
“Sebaiknya kau ke rumah sakit. Aku
akan mengantarmu.” Kata Zayn.
“Terimakasih Zayn. Tapi aku harus
menunggu polisi datang.” Kata Harry.
Harry menceritakan kejadian buruk
yang menimpanya dari awal sampai akhir. Yang Harry bingungkan, tidak mungkin
Tamara yang melakukan ini semua. Tamara tidak mungkin bisa membunuh Ibunya.
Tanpa sengaja, Harry menemukan secarik kertas misterius di meja ruang tamu.
Harry mengambil kertas itu dan membacanya
‘Surprise!
Kau pasti kaget saat melihat keadaan Ibumu yang mengenaskan. Aku, akulah yang
membunuh Ibumu. Dan untukku, sebaiknya kau periksakan dirimu ke rumah sakit dan
kau akan kaget dengan hasilnya.’
Mrs.
S
“Siapa Mrs. S?” Tanya Zayn yang
tidak sengaja membaca surat itu.
Belum sempat Harry menjawab,
beberapa polisi datang ke rumahnya. Di saat itulah Tamara keluar dari kamarnya.
Gadis itu berjalan mendekati Harry.
“Harry, apa yang terjadi?” Tanya
Tamara.
Beberapa polisi itu mulai
menyelidiki masalah ini. Harry menunjukkan secarik kertas misterius itu kepada
polisi itu.
“Aku curiga yang melakukan
kejahatan ini adalah gadis itu!” Tunjuk Harry pada Tamara.
“Hei! Aku tidak bersalah.
Memangnya apa yang terjadi?” Bantah Tamara.
Harry menatap tajam Tamara. “Aku
tau kau pandai menyembunyikan sesuatu. Kau pasti tidak menyangka kalau Ibuku
mati mengenaskan dan kau yang membunuhnya!” Ucapnya.
“Harry! Jangan menuduh Tamara.
Coba kau perhatikan baik-baik isi pesan itu. Disana tertulis Mrs. S dan S
bukanlah nama Tamara. Janganlah menuduh orang tanpa bukti.” Kata Zayn.
Kejadian ini memang sangat sulit
untuk dipecahkan. Orang-orang mulai berkumpul di rumah Harry dan membantu untuk
mengurusi mayat Donna. Harry begitu terpukul dengan kejadian ini. Tiba-tiba ia
merasakan kepalanya yang terasa sakit. Sakit ini berbeda dari biasanya.
“Ayo kita ke dokter.” Kata Zayn
dan diangguki Harry.
Setelah keduanya pergi, seorang
gadis tersenyum licik. Tugasnya telah berhasil untuk memusnahkan keluarga
Harry. Kini, tugasnya tinggal satu. Yaitu membunuh Ayah Harry, Tom Richard yang
dulu telah membuat hidupnya menderita dan ia ingin membalas semua itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar