expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 April 2015

One Hope ( Part 1 )



Part 1

.

.

.

Pagi mengawali aktivitas di hari yang cerah ini. Kendaraan mulai memadat di jalan raya. Para pekerja sibuk memulai pekerjaannya demi menghidupi keluarganya. Sementara para pelajar bersiap-siap untuk berangkat sekolah demi menuntut ilmu yang berguna bagi masa depannya.

Di sebuah rumah sederhana, rumah yang terlihat rapi, bersih dan indah, seorang gadis kira-kira berumur lima belas tahun bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Wajah gadis itu terlihat culun. Gadis itu memakai kaca mata. Rambut panjangnya ia ikat kepang kebelakang. Padahal, gadis itu lebih manis bila rambutnya dibiarkan tergerai.

“Pagi Papa..” Sapa gadis itu ceria.

Amilia Saufyka Damayanti, nama gadis itu. Ia bersekolah di SMA Harapan. Salah satu sekolah swasta favorit yang ada di Kota Jakarta. Biasanya, ia dipanggil Ify oleh teman-temannya. Bisa juga dipanggil dengan julukan ‘Ify culun’. Tapi Ify fine-fine aja tuh dibilang culun sama teman-temannya asalkan nilainya nggak anjlok*nggaknyambung.

“Pagi sayang.. Kamu cantik hari ini..” Puji Anwar, Ayah Ify.

Pak Anwar bekerja di salah satu perusahaan ternama yang ada di Jakarta. Gajinya lumayan besar. Tapi diam-diam Pak Anwar menyembunyikan kekayaannya. Orang-orang pasti mengatakan kalo Pak Anwar itu rakyat miskin. Mobil pun ia tak punya dan hanya ada satu motor tua yang mesinnya sering rusak.

“Papa ada-ada aja. Ify jelek pa. Satu pun nggak ada cowok yang naksir sama Ify. Palingan Daud aja tuh yang naksir sama Ify.” Kata Ify sembari duduk di samping Ayahnya. Pelan-pelan ia mengoles selai stroberi di roti tawarnya.

Daud adalah sahabat Ify sewatu kecil. Wajah Daud nggak bisa dikatakan ganteng atau keren. Kulitnya yang hitam membuatnya sering diejek teman-temannya. Tapi, sekarang nggak ada yang berani ejek-ejek Daud karena mereka sadar kalo mengejek teman itu salah.

“Masa nggak ada satupun cowok yang naksir kamu Fy?” Tanya Anwar sembari membelai lembut kepala putrinya.

“Iya, Pa. Sebenarnya sih Ify lagi naksir sama kakak kelas yang gantengnya kelebihan(?). Namanya kak Cakka. Kak Cakka kapten basket Pa, makanya banyak yang ngefans sama dia. Kak Cakka juga ketua band SMA Harapan. Otaknya cerdas juga Pa. Kata teman-teman Ify, kak Cakka itu cowok perfect. Nggak ada sedikit pun dia memiliki kekurangannya.” Jelas Ify panjang lebar.

Anwar tersenyum mendengar penjelasan putrinya tentang seorang cowok yang telah membuat putrinya  jatuh cinta. Namun, tiba-tiba saja senyuman itu berubah menjadi senyuman kesdihan. Ify yang melihat perubahan wajah Ayahnya langsung khawatir. Semenjak ia dan Ayah ditingal oleh sosok Ibu yang selalu menyayangi mereka, Ayah lebih suka menyendiri dan bersedih.

“Pa, Papa kangen Mama?” Tanya Ify.

Wajah Anwar berubah menjadi pucat. “Papa baik-baik saja kok. Ya udah, kita berangkat yuk!” Ucapnya dan diangguki Ify.

***

Sebenarnya, Ify malu diantar oleh Ayah dengan motor buntutnya yang sudah sangat-sangat ketinggalan zaman. Pernah ia meminta agar Ayah memberi motor baru. Tetapi Ayah selalu saja menolak. Kata Ayah, ada hal lebih penting daripada membeli motor baru. Ayah juga selalu menyembunyika kekayaannya. Alhasil, di sekolah Ify termasuk jejeran murid miskin. Eh, tapi apa iya ada murid miskin yang sekolah di sekolah swasta yang mahalnya minta ampun?

Baru saja motor buntut itu tiba di gedung sekolah yang megah, murid-murid yang sedang duduk-duduk di bangku yang ada di dekat gerbang langsung berbisik-bisik. Diantara mereka, ada yang tertawa. Mereka menganggap kedatangan Ify adalah sebuah lelucon yang pantas untuk ditertawakan.

“Jaga dirimu baik-baik sayang..” Kata Anwar pada putrinya.

Ify hanya mengangguk sambil menatap motor Ayahnya yang susah untuk dihidupkan. Lalu ia beralih melihat segerombolan geng cowok yang sedang tertawa melihat Ayahnya kesusahan menyalakan motornya.

Dasar cowok nggak ada kerjaan! Batin Ify kesal. Ia pun berjalan menuju kelasnya yaitu kelas X-3. Tepat di pinggir lapangan basket, Ify terhenti. Kedua matanya tertuju pada seorang cowok keren memakai seragam olahraga. Cowok itu berusaha merebut bola dari tangan musuhnya. Mudah baginya untuk melakukan karena musuhnya bukan apa-apa baginya. Setelah berhasil merebut bola, Cakka mendekati ring dan....

Slam Dunk!

Murid-murid yang berada tak jauh dari lapangan basket serentak bertepuk tangan. Termasuk Ify yang sangat-sangat kagum dengan kakak kelasnya itu. Tiba-tiba, Cakka melirik ke arahnya. Membuat pipinya memerah saking malunya. Kak Cakka ngelirikku?

BUKK !!!

Sebuah bola bulat orange mendarat di wajahnya. Ify langsung terjatuh. Bola itu tepat mengenai hidungnya, dan hidunya mengeluarkan darah. Ify meringis kesakitan. Air matanya keluar karena nggak tahan menahan sakit di hidungnya.

Seorang cowok yang juga berpakaian olahraga mendekati seorang gadis yang menjadi ‘korbannya’ tadi. Cowok itulah yang membuat hidung Ify menjadi berdarah. Tadi, ia salah mengoper bola jadi kena deh ke hidung orang.

“Eh, sorry.” Kata cowok itu merasa bersalah.

Ify berusaha melihat siapa gerangan yang membuatnya menjadi sakit seperti ini. Namun, ia tidak mengenali cowok itu. Kirain kak Cakka.. Batinnya.

“Mau gue bawa ke UKS?” Tanya cowok itu.

Mau nggak mau, Ify terpaksa mengangguk. Lagipula, hidungnya ini sakitnya minta ampun. Akhirnya, Ify dan cowok itu berjalan menuju UKS. Cowok itu dengan santainya memegang pinggang Ify tanpa dosa. Kalo nggak di pegang ntar Ify jatuh! Ify kan nggak bisa jalan kalo nggak dibantu!

Murid-murid yang melihatnya berbisik-bisik. Nggak mungkin kan sahabat dekat Most Wanted Boy di sekolah ini jalan bersama cewek culun dan miskin seperti Ify.

***

Di kelas, Sivia bingung karena Ify belum juga datang. Ify kemana? Apa cewek itu nggak masuk sekolah? Kalo nggak masuk, seharusnya daritadi Ify udah ngabarin lewat sms. Batinnya. Di sampingnya, Shilla juga meraskan hal yang sama yang dirasakan Sivia.

“Ify kok belum datang ya?” Tanya Shilla yang adalah sahabat dekat Ify semenjak MOS.

Yang ditanya mengangkat bahu.

“Kok aku ngerasa khawatir gitu ya?” Tanya Shilla.

Bel masuk berbunyi. Tiga menit setelah bel masuk, seorang guru datang memasuki kelas X-3. Seketika itu juga suasana kelas berubah menjadi hening. Pasalnya, guru yang barusan datang itu galak banget. Namanya Bu Putu yang mengajar mata pelajaran sejarah.

Ify dimana? Batin Sivia.

***

Setelah tiba di UKS, cowok itu membantunya agar ia bisa duduk. Ify yang dibantu dengan cowok itu akhirnya bisa duduk di ranjang yang disediakan di UKS. Berhubung petugasnya nggak tau kemana, cowok itu yang harus mengobatinya sebagai tanda kalo ia mau bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.

“Gue ambil kotak P3K dulu..” Kata cowok itu cepat-cepat mencari kotak P3K di dalam lemari UKS.

Drdrtdrt...

Message From: Via

Fy, km dmn? Km gk skolah?

HP jadulnya itu ia tekan-tekan demi membalas pesan dari sahabat yang selalu khawatir dengannya. Ify tersenyum. Tapi senyumannya menghilang karena HP jadulnya itu tiba-tiba mati tanpa ngasih tau dulu. Padahal, baterainya masih banyak tuh. Huh! Dasar HP sialan!

Gadis itu menekan tombol merah di HPnya agar hidup kembali. Tapi usahanya sia-sia. HP itu nggak mau hidup juga. Sialan! Batin Ify seraya membanting HPnya itu.

“Aw..” Ringis Ify.

“Heh! Makanya jangan marah mulu. Karena masalah HP aja lo marah, ckck..”

Dengan kasarnya cowok itu membersihkan luka yang ada di hidungnya. Sumpah! Cowok itu kasar banget! Ify nggak tahan dengan kelakuan cowok itu yang menurutnya nggak sopan.

“Kacamata lo tuh seharusnya di buka. Biar cantik dikit kek..” Kata cowok itu ketika pekerjaannya selesai.

Ify kesal dengan cowok itu. Sangat-sangat kesal! Baru kali ini ia dibuat kesal oleh seorang cowok. Kenal dengan cowok itu pun tidak.

“Kakak tuh yang sopan dikit apa..” Kata Ify akhirnya.

Cowok itu menatap tajam wajahnya. “Seharusnya lo ngucapin terimakasih ke gue. Bukan marah-marah. Lo yang nggak sopan!”

Lama-lama, Ify benci juga dengan cowok itu. Aneh bukan, ia baru saja bertemu cowok itu dan sudah bertengkar. Tiba-tiba ia teringat dengan Sivia.

“Boleh pinjem HP?” Tanya Ify pada cowok itu.

“Untuk apa?” Cowok itu balik nanya.

Tuh cowok bodoh ato bodoh sih? Ya jelas-jelaslah buat sms. Masa buat ngelempar ke hidung orang? Batin Ify kesal.

“Buat nyari gambar porno!” Jawab Ify ngasal.

Tapi, cowok itu malah tertawa. Tawanya membuat hati Ify semakin kesal. Kekesalannya sudah sampai pada puncaknya. Dengan gesit, Ify mengambil HP cowok itu yang berada di tangannya. Tentu saja cowok itu kaget.

“HP lo bagus juga.” Kata Ify seraya membuka kunci di HP cowok itu.

Untunglah, ia sedikit bisa memainkan HP Samsung Galaxy itu. Malu kan kalo ia nggak bisa, ntar ia dikira kudet lagi. Dan untunglah Ify sering meminjam HP Samsung galaxy Sivia yang bentuknya sama persis dengan HP cowok itu. Cuma warnanya aja yang berbeda. Sivia berwarna putih dan cowok itu berwarna hitam.

“Thanks.” Kata Ify seraya melempar HP itu.

“Heh! Kenapa lo lempar HP mahal gue?” Kata cowok itu kaget. Ia pun mengambil HP kesayangannya yang tergeletak di lantai. Untung nggak pecah!

“Btw, nama kakak siapa?” Tanya Ify tiba-tiba.

Cowok itu beralih menatap wajah culun yang ternyata bawel juga. Sadis lagi. Berani-beraninya cewek itu melempar HPnya. Dikira murah aja tuh HP sehingga dengan santainya gadis itu melemparnya.

“Lo mau main tebak-tebakan?” Tanya cowok itu.

Ify mengernyitkan dahi. “Maksudnya?” Tanyanya nggak mengerti. Padahal, ia hanya ingin tau nama cowok itu. Kok jadi lari ke tebak-tebakan?

“Gini..” Cowok itu menjelaskan. “Lo kan pengen tau nama gue. So, lo tinggal tebak aja sendiri. Inisial nama panggilan gue ‘D’, dan jumlahnya ada lima.”

Sepertinya Ify tertarik dengan permainan cowok itu. “Hmmm.. Darel? Denis? Devon? Darma? Denny? Dukun? Duren? Dodol? De..”

“Eh.. Kenapa lo nebak pake nama yang jelek-jelek? Memangnya gue dodol apa?” Kata cowok itu tak terima.

Ify tertawa. “Hahaha.. Gue nyerah aja. Jadi, siapa nama kakak?”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar