expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 April 2015

One Hope ( Part 9 )



Part 9

.

.

.

 Keringatnya mengucur deras membasahi wajahnya. Namun, wajah itu tetap terlihat tampan. Bahkan menjadi sangat keren. Dengan gesitnya, Cakka berusaha merebut bola dari tangan Alvin. Alvin yang nggak sigap dapat dengan mudahnya dicuri oleh Cakka.

Jelaslah Alvin nggak serius karena ia sangat lelah. Sudah lama ia latihan basket bersama Cakka dan anak lainnya. Yang Alvin heranin, Cakka nggak lelah sama sekali.

“Kka! Stop deh!” Teriak Alvin yang suaranya mau habis.

Bertepatan dengan masuknya bola yang ditembak Cakka, Cakka pun berhenti. Ia mengambil handuk dan mengelap wajahnya, lalu ia berjalan mendekati Alvin.

“Kok ada yang kurang ya?” Tanya Cakka.

Anak basket lainnya udah pada pulang karena suasana mulai gelap. Air botol yang dibawa Alvin langsung direbut Cakka. Cowok itu meneguk sisa air botol milik Alvin hingga habis, padahal Alvin masih haus. Hmm.. Cakka bisa jahil juga.

Tiba-tiba Alvin teringat sesuatu. “Rio! Dimana cowok itu?” Tanyanya.

“Ohyaya.. Kok dia nggak kesini ya? Tadi dia sms gue kok dan dia janji datang kesini.” Kata Cakka.

“Hmm..” Alvin tampak berpikir. “Jangan-jangan, dia lagi di rumah Dea.” Ucapnya.

Cakka menggeleng. “Nggak. Tadi Rio sempat cerita ke gue kalo dia udah nggak lagi ngejaga cewek itu. Dan Rio cerita ke gue tentang penyakit yang diderita Dea.” Ucapnya.

“Penyakit? Dea kena penyakit apa? Kok gue nggak tau?” Kaget Alvin.

“Hemofilia. Kasian dia. Ditambah lagi golongan darahnya langka, yaitu AB resesif.” Jelas Cakka.

Golongan darah AB resesif adalah golongan darah yang sangat langka. Jarang ada orang yang bergolongan darah itu. Tapi ini, Dea yang terkena penyakit hemofilia ternyata bergolongan darah AB resesif. Ntar kalo dia kehabisan darah gimana? Belum tentu di rumah sakit ada persediaan golongan darah langka itu.

“Sekarang, Dea ngerti kenapa dia harus menjaga diri sebaik-baiknya dan meninggalkan cheers.” Kata Cakka.

“Oo.. Terus, kenapa Rio yang harus jaga Dea? Rio..”

Alvin teringat sesuatu. Sebuah kejadian kecelakaan beberapa bulan yang lalu. Ia ingat, Ibu Dea yang kebingungan mencari seseorang yang bergolongan darah seperti anaknya karena pihak rumah sakit nggak mempunyai darah AB resesif.

“Tapi Kka, seharusnya golongan darah Dea sama seperti Ayah atau Ibunya.. Lha ini..” Kata Alvin yang membuat Cakka bingung juga.

“Udahlah, jangan bahas itu lagi. Sebaiknya kita pulang aja.” Kata Cakka akhirnya.

***

“Haloo.. Sudah bangun?” Tanya cowok itu sambil membawa sepiring nasi goreng spesial.

Akhirnya, Ify sadar juga siapa yang membuat nasi goreng itu sekaligus menolongnya hingga ia bisa ada di atas kasurnya ini. Cowok yang tak lain adalah Rio itu duduk di sebuah kursi plastik yang dekat dengan kasur Ify. Nggak sopan rasanya kalo duduk di kasur Ify.

“Sebaiknya lo makan dulu. Ntar mag lo kambuh.” Kata Rio.

Mag kambuh? Darimana dia bisa tau kalo gue sering terkena mag? Ify tidak mengerti dengan cowok bernama Rio itu. Tapi, hatinya mulai sebal melihat wajah kakak kelas yang sok kecakepan dan sok keren itu.

Perlahan, Rio mengambil sendok bersisi nasi goreng berikut lauknya. Ia mengangkat sendok itu hingga dekat dengan mulut Ify. Ify kaget dengan sikap Rio yang akan menyuapinya.

“Eh tunggu! Nasi goreng kak Rio ada racunnya nggak? Siapa tau kan ada. Jangan-jangan kak Rio ngasih obat dan jika Ify makan, esoknya Ify bakal klepek-klepek liat kak Rio.” Kata Ify menghindar dari suapan Rio.

“Kalo ada emangnya kenapa?” Tanya Rio yang membuat Ify sebal. Padahal ia berjanji nggak akan meladeni segala omongan Rio.

Akhirnya Ify mendapat sebuah ide. “Kak, gue lapar. Belikan gue nasi bungkus aja di tetangga sebelah.” Kata Ify.

Rio tertawa. “Nggak bisa sayang.. Ntar nasi goreng buatan gue mubazir. Di makan aja nasi goreng buatan gue. Dijamin lo nambah lagi. Mengenai obat yang lo bilang tadi, itu nggak ada Fy. Gue buatnya bukan pake bahan obat. Melainkan bahan cinta..” Ucapnya.

Suara Rio yang terdengar lembut membuat hati Ify merasakan sesuatu yang aneh. Apa itu? Ify sendiri tidak tau. Ditambah lagi ucapan ‘sayang’ dan ‘cinta’. Apa maksudnya ini? Jangan-jangan, Rio sedang mengerjainya dan berujung kekesalan.

“Udah ah! Gue nggak mau makan nasi goreng buatan lo!” Kata Ify membuang muka.

Namun, Rio nggak nyerah begitu saja. Ia yakin Ify ingin sekali makan nasi gorengnya. Hanya saja, Ify gengsi untuk melakukan.

“Eh Fy, lo cantik deh kalo lo lepas kacamata dan rambut lo digerai, walau sedikit acak-acakan.” Puji Rio.

Ify tersenyum sinis. “Alah, bilang aja lo lagi dimarah sama pacar lo! Gue yakin kak Dea nggak betah pacaran dengan cowok macam lo!” Ucapnya.

“Pacaran? Gue pacaran sama Dea? Hahaha.. Itu nggak benar. Gue nggak pernah pacaran sama Dea. Alasan gue dekat sama Dea karena gue harus menjaga Dea. Lo tau sendiri kan kalo Dea itu terkena penyakit hemofilia? Makanya, gue harus perhatikan dia setiap waktu agar seluruh anggota badannya nggak ngeluarin darah. Tapi, Dea janji akan menjaga dirinya sendiri karena Dea sudah tau apa penyakitnya. Dan gue nggak perlu lagi jaga dia karena gue punya tugas lain yang lebih penting.” Jelas Rio.

Sedikit Ify kaget mendengar penjelasan Rio. Mungkin itu penyebab Dea dikeluarkan dari Zarra Girls dan ekskull cheers. Kasian Dea... Bagaimana kalo suatu saat tangannya berdarah dan darahnya nggak bisa membeku dengan cepat?

“Ditambah lagi golongan darahnya AB resesif.” Tambah Rio.

Siapapun tau golongan AB resesif adalah golongan darah yang sangat langka. Jarang ada warga Indonesia yang bergolongan darah AB resesif. Kalo AB positif sih banyak, tapi nggak sebanyak golongan darah A, B dan O.

“Jadi, lo mau makan kan?” Tanya Rio.

Ify tersadar. Ia melihat Rio yang sedang menatapnya. Wajah Rio memang manis. Sangat manis, walau menurutnya nggak sekeren Cakka. Tapi Rio memiliki pesona tersendiri yang dapat membuat cewek-cewek suka padanya.

Ngomong-ngomong, Rio kan teman dekatnya Cakka. Jika ia bisa akrab dengan Rio, alangkah mudahnya ia pedekate dengan Cakka. Hah? Pedekate? Nggak kebalik tuh? Seharusnya Cakka yang pedekate dengannya, bukan ia yang pedekate dengan Cakka.

“Ya udah. Gue mau makan. Tapi gue yang makan sendiri dan kak Rio pulang aja.” Kata Ify.

Tapi, Rio nggak mau pulang. “Gue akan tetap berada disini sampai lo habisin nasi goreng itu.” Ucapnya.

“Kalo nggak habis gimana?” Tanya Ify.

“Ya gue nggak akan pulang. Ohya, rumah lo kan sepi. Kesempatan besar banget ini..” Kata Rio sambil melirik Ify.

Karera ulah Rio barusan, tak segan-segan Ify mendorong tubuh Rio. Cowok itu sialan banget sih! Disuruh pulang nggak mau pulang. Memangnya, siapa cowok itu? Mengapa cowok itu berani-beraninya membantah omongannya? Ini kan rumahnya, bukan rumah Rio.

“Sudah! Sebaiknya lo pulang aja!” Bentak Ify.

“Nggak. Gue nggak akan pulang.” Kata Rio kukuh dengan pendiriannya.

Emosi Ify mulai naik. Wajahnya merah padam. Tuhan... Mengapa Kau telah menciptakan makhluk seperti Rio? Kenapa Tuhan? Dan kenapa makhluk itu selalu membuatku kesal?

“Apa susahnya sih Fy habisin nasi goreng itu? Mau gue suapin?” Tanya Rio.

Sudah! Kesabarannya sudah habis. Ify bangkit dan menatap Rio dengan wajah sangarnya. Rio tertawa melihat wajah seram Ify yang sedang marah. Wah, gunung merapi bakal mau meletus nih...

“PERGI NGGAK LO??!! ATAU MAU GUE PAKSA?? HAH??” Bentak Ify.

“Ya udah. Paksa aja.” Kata Rio santai sambil melipat kedua tangannya didadanya.

Sialan! Umpat Ify. Mau nggak mau, ia harus menghabiskan nasi goreng itu. Dan pada akhirnya, nasi goreng itu habis tanpa sisa. Rio tersenyum penuh kemenangan.

“Gimana? Enak kan?” Tanya Rio.

“Ya. Sekarang lo pergi!” Kata Ify.

Namun, jawaban Rio sama seperti tadi. “Nggak.” Jawabnya.

Ify menatap Rio dengan tajam. “Kak! Lo kenapa sih? Bisa nggak sih lo nggak ganggu gue dan buat gue kesal? Sebenarnya, salah gue ke kakak apa sih?”

Sebisa mungkin Rio menahan tawanya agar tidak dilihat Ify. Tapi percuma saja. Tawanya terdengar dan membuat Ify semakin bertambah kesal dan merah padam.

“PERGI!! PERGI!!” Bentak Ify.

“Oke-oke. Gue nyerah deh, hehe.. Tapi Fy, lo aneh banget deh. Seharusnya lo senang dong dekat sama cowok idola sekolah dan...”

“Tunggu!” Kata Ify tiba-tiba. Nggak tau kenapa wajahnya berubah menjadi berser-seri. Fy! Bodoh banget kalo lo nggak manfaatin sahabat kak Cakka itu. Batinnya senang. “Terserah kak Rio deh mau ganggu Ify atau nggak. Asalkan, Ify minta satu bantuan ke kak Rio.” Sambungnya lembut.

Perubahan ekspresi wajah Ify membuat Rio penasaran. “Bantuan apa?” Tanya Rio.

Ify tersenyum. “Gue naksir banget sama kak Cakka. Jadi, kak Rio bisa kan bantu Ify supaya Ify bisa dekat sama kak Cakka?”

***

Cowok itu merebahkan diri di sebuah rumah kecil berbahan bambu yang sengaja ia bangun tepat di belakang rumahnya. Kedua matanya memadangi atap rumah yang berbahan daun kelapa. Tidak begitu menarik, namun ia suka melakukannya.

Cakka, cowok itu tersenyum sedih meratapi nasibnya yang sangat aneh. Adakah manusia lain yang tidak bisa jatuh cinta seperti dirinya? Adakah?

“Cinta... Apa itu cinta? Sebenarnya, gue pernah nggak jatuh cinta?” Tanyanya.

Mengapa hidupnya rumit begini ya? Padahal, kata orang hidupnya sangat sempurna. Bahkan melebihi kata sempurna. Namun, orang-orang itu nggak tau kalo sebenarnya ia itu nggak bisa jatuh cinta. Menyukai cewek pun tidak. Penyakit apa ini?

“Hei!”

Dari jauh, terdengar suara cewek. Cepat-cepat Cakka bangun. Ketika wajah cewek itu terlihat jelas, Cakka bisa mengetahui siapa cewek itu.

“Ngapain lo disini?” Tanya Cakka dengan nada tidak suka melihat kedatangan cewek itu.

Cewek itu tersenyum. “Gue cuma mau tanya aja.” Jawabnya.

Agni, cewek itu duduk di samping Cakka dengan santainya. Cakka yang merasa nggak nyaman berada di dekat Agni pun menjahui Agni beberapa centi. Agni tersenyum melihat tingkah aneh Cakka.

“Benar kalo lo nggak bisa jatuh cinta?” Tanya Agni.

Sedikit Cakka kaget. Darimana Agni tau? Pasti cewek itu tau dari Alvin atau Rio karena hanya Alvin dan Rio saja yang ia beritahu kalo sebenarnya ia nggak bisa jatuh cinta.

“Darimana lo tau?” Tanya Cakka heran.

Agni tertawa. “Ada deh pokoknya. Makanya, lo sering menghindar sih kalo dideketin cewek. Memangnya, dulu lo pernah nggak punya sahabat cewek?” Tanyanya.

Sejenak Cakka berpikir. “Nggak.” Jawabnya.

“Nah, itu masalahnya! Gue siap kok nyembuhin penyakit lo itu.” Kata Agni ceria.

Agni? Nyembuhin penyakit gue? Tentu saja Cakka heran. Agni dikenal sebagai cewek yang sombong, pelit dan suka pilih teman. Kenapa Agni mau membantunya? Jangan-jangan... Agni lagi pedekate dengannya!

Namun, Cakka menjawab. “Caranya?”

“Caranya...”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar