Part 9
.
.
.
Keringatnya mengucur deras membasahi wajahnya. Namun,
wajah itu tetap terlihat tampan. Bahkan menjadi sangat keren. Dengan gesitnya,
Cakka berusaha merebut bola dari tangan Alvin. Alvin yang nggak sigap dapat
dengan mudahnya dicuri oleh Cakka.
Jelaslah Alvin
nggak serius karena ia sangat lelah. Sudah lama ia latihan basket bersama Cakka
dan anak lainnya. Yang Alvin heranin, Cakka nggak lelah sama sekali.
“Kka! Stop deh!”
Teriak Alvin yang suaranya mau habis.
Bertepatan dengan
masuknya bola yang ditembak Cakka, Cakka pun berhenti. Ia mengambil handuk dan
mengelap wajahnya, lalu ia berjalan mendekati Alvin.
“Kok ada yang
kurang ya?” Tanya Cakka.
Anak basket lainnya
udah pada pulang karena suasana mulai gelap. Air botol yang dibawa Alvin
langsung direbut Cakka. Cowok itu meneguk sisa air botol milik Alvin hingga
habis, padahal Alvin masih haus. Hmm.. Cakka bisa jahil juga.
Tiba-tiba Alvin
teringat sesuatu. “Rio! Dimana cowok itu?” Tanyanya.
“Ohyaya.. Kok dia
nggak kesini ya? Tadi dia sms gue kok dan dia janji datang kesini.” Kata Cakka.
“Hmm..” Alvin
tampak berpikir. “Jangan-jangan, dia lagi di rumah Dea.” Ucapnya.
Cakka menggeleng.
“Nggak. Tadi Rio sempat cerita ke gue kalo dia udah nggak lagi ngejaga cewek
itu. Dan Rio cerita ke gue tentang penyakit yang diderita Dea.” Ucapnya.
“Penyakit? Dea kena
penyakit apa? Kok gue nggak tau?” Kaget Alvin.
“Hemofilia. Kasian
dia. Ditambah lagi golongan darahnya langka, yaitu AB resesif.” Jelas Cakka.
Golongan darah AB
resesif adalah golongan darah yang sangat langka. Jarang ada orang yang
bergolongan darah itu. Tapi ini, Dea yang terkena penyakit hemofilia ternyata
bergolongan darah AB resesif. Ntar kalo dia kehabisan darah gimana? Belum tentu
di rumah sakit ada persediaan golongan darah langka itu.
“Sekarang, Dea
ngerti kenapa dia harus menjaga diri sebaik-baiknya dan meninggalkan cheers.”
Kata Cakka.
“Oo.. Terus, kenapa
Rio yang harus jaga Dea? Rio..”
Alvin teringat
sesuatu. Sebuah kejadian kecelakaan beberapa bulan yang lalu. Ia ingat, Ibu Dea
yang kebingungan mencari seseorang yang bergolongan darah seperti anaknya
karena pihak rumah sakit nggak mempunyai darah AB resesif.
“Tapi Kka,
seharusnya golongan darah Dea sama seperti Ayah atau Ibunya.. Lha ini..” Kata
Alvin yang membuat Cakka bingung juga.
“Udahlah, jangan
bahas itu lagi. Sebaiknya kita pulang aja.” Kata Cakka akhirnya.
***
“Haloo.. Sudah
bangun?” Tanya cowok itu sambil membawa sepiring nasi goreng spesial.
Akhirnya, Ify sadar
juga siapa yang membuat nasi goreng itu sekaligus menolongnya hingga ia bisa
ada di atas kasurnya ini. Cowok yang tak lain adalah Rio itu duduk di sebuah
kursi plastik yang dekat dengan kasur Ify. Nggak sopan rasanya kalo duduk di
kasur Ify.
“Sebaiknya lo makan
dulu. Ntar mag lo kambuh.” Kata Rio.
Mag kambuh? Darimana dia bisa tau kalo gue sering terkena
mag? Ify tidak mengerti
dengan cowok bernama Rio itu. Tapi, hatinya mulai sebal melihat wajah kakak
kelas yang sok kecakepan dan sok keren itu.
Perlahan, Rio
mengambil sendok bersisi nasi goreng berikut lauknya. Ia mengangkat sendok itu
hingga dekat dengan mulut Ify. Ify kaget dengan sikap Rio yang akan
menyuapinya.
“Eh tunggu! Nasi
goreng kak Rio ada racunnya nggak? Siapa tau kan ada. Jangan-jangan kak Rio
ngasih obat dan jika Ify makan, esoknya Ify bakal klepek-klepek liat kak Rio.”
Kata Ify menghindar dari suapan Rio.
“Kalo ada emangnya
kenapa?” Tanya Rio yang membuat Ify sebal. Padahal ia berjanji nggak akan
meladeni segala omongan Rio.
Akhirnya Ify
mendapat sebuah ide. “Kak, gue lapar. Belikan gue nasi bungkus aja di tetangga
sebelah.” Kata Ify.
Rio tertawa. “Nggak
bisa sayang.. Ntar nasi goreng buatan gue mubazir. Di makan aja nasi goreng
buatan gue. Dijamin lo nambah lagi. Mengenai obat yang lo bilang tadi, itu
nggak ada Fy. Gue buatnya bukan pake bahan obat. Melainkan bahan cinta..”
Ucapnya.
Suara Rio yang
terdengar lembut membuat hati Ify merasakan sesuatu yang aneh. Apa itu? Ify
sendiri tidak tau. Ditambah lagi ucapan ‘sayang’ dan ‘cinta’. Apa maksudnya
ini? Jangan-jangan, Rio sedang mengerjainya dan berujung kekesalan.
“Udah ah! Gue nggak
mau makan nasi goreng buatan lo!” Kata Ify membuang muka.
Namun, Rio nggak
nyerah begitu saja. Ia yakin Ify ingin sekali makan nasi gorengnya. Hanya saja,
Ify gengsi untuk melakukan.
“Eh Fy, lo cantik
deh kalo lo lepas kacamata dan rambut lo digerai, walau sedikit acak-acakan.”
Puji Rio.
Ify tersenyum
sinis. “Alah, bilang aja lo lagi dimarah sama pacar lo! Gue yakin kak Dea nggak
betah pacaran dengan cowok macam lo!” Ucapnya.
“Pacaran? Gue
pacaran sama Dea? Hahaha.. Itu nggak benar. Gue nggak pernah pacaran sama Dea.
Alasan gue dekat sama Dea karena gue harus menjaga Dea. Lo tau sendiri kan kalo
Dea itu terkena penyakit hemofilia? Makanya, gue harus perhatikan dia setiap
waktu agar seluruh anggota badannya nggak ngeluarin darah. Tapi, Dea janji akan
menjaga dirinya sendiri karena Dea sudah tau apa penyakitnya. Dan gue nggak
perlu lagi jaga dia karena gue punya tugas lain yang lebih penting.” Jelas Rio.
Sedikit Ify kaget
mendengar penjelasan Rio. Mungkin itu penyebab Dea dikeluarkan dari Zarra Girls
dan ekskull cheers. Kasian Dea... Bagaimana kalo suatu saat tangannya berdarah
dan darahnya nggak bisa membeku dengan cepat?
“Ditambah lagi
golongan darahnya AB resesif.” Tambah Rio.
Siapapun tau
golongan AB resesif adalah golongan darah yang sangat langka. Jarang ada warga
Indonesia yang bergolongan darah AB resesif. Kalo AB positif sih banyak, tapi
nggak sebanyak golongan darah A, B dan O.
“Jadi, lo mau makan
kan?” Tanya Rio.
Ify tersadar. Ia
melihat Rio yang sedang menatapnya. Wajah Rio memang manis. Sangat manis, walau
menurutnya nggak sekeren Cakka. Tapi Rio memiliki pesona tersendiri yang dapat
membuat cewek-cewek suka padanya.
Ngomong-ngomong,
Rio kan teman dekatnya Cakka. Jika ia bisa akrab dengan Rio, alangkah mudahnya
ia pedekate dengan Cakka. Hah? Pedekate? Nggak kebalik tuh? Seharusnya Cakka yang
pedekate dengannya, bukan ia yang pedekate dengan Cakka.
“Ya udah. Gue mau
makan. Tapi gue yang makan sendiri dan kak Rio pulang aja.” Kata Ify.
Tapi, Rio nggak mau
pulang. “Gue akan tetap berada disini sampai lo habisin nasi goreng itu.”
Ucapnya.
“Kalo nggak habis
gimana?” Tanya Ify.
“Ya gue nggak akan
pulang. Ohya, rumah lo kan sepi. Kesempatan besar banget ini..” Kata Rio sambil
melirik Ify.
Karera ulah Rio
barusan, tak segan-segan Ify mendorong tubuh Rio. Cowok itu sialan banget sih!
Disuruh pulang nggak mau pulang. Memangnya, siapa cowok itu? Mengapa cowok itu
berani-beraninya membantah omongannya? Ini kan rumahnya, bukan rumah Rio.
“Sudah! Sebaiknya
lo pulang aja!” Bentak Ify.
“Nggak. Gue nggak
akan pulang.” Kata Rio kukuh dengan pendiriannya.
Emosi Ify mulai
naik. Wajahnya merah padam. Tuhan...
Mengapa Kau telah menciptakan makhluk seperti Rio? Kenapa Tuhan? Dan kenapa
makhluk itu selalu membuatku kesal?
“Apa susahnya sih
Fy habisin nasi goreng itu? Mau gue suapin?” Tanya Rio.
Sudah! Kesabarannya
sudah habis. Ify bangkit dan menatap Rio dengan wajah sangarnya. Rio tertawa
melihat wajah seram Ify yang sedang marah. Wah, gunung merapi bakal mau meletus
nih...
“PERGI NGGAK LO??!!
ATAU MAU GUE PAKSA?? HAH??” Bentak Ify.
“Ya udah. Paksa
aja.” Kata Rio santai sambil melipat kedua tangannya didadanya.
Sialan! Umpat
Ify. Mau nggak mau, ia harus menghabiskan nasi goreng itu. Dan pada akhirnya,
nasi goreng itu habis tanpa sisa. Rio tersenyum penuh kemenangan.
“Gimana? Enak kan?”
Tanya Rio.
“Ya. Sekarang lo
pergi!” Kata Ify.
Namun, jawaban Rio
sama seperti tadi. “Nggak.” Jawabnya.
Ify menatap Rio
dengan tajam. “Kak! Lo kenapa sih? Bisa nggak sih lo nggak ganggu gue dan buat
gue kesal? Sebenarnya, salah gue ke kakak apa sih?”
Sebisa mungkin Rio
menahan tawanya agar tidak dilihat Ify. Tapi percuma saja. Tawanya terdengar
dan membuat Ify semakin bertambah kesal dan merah padam.
“PERGI!! PERGI!!”
Bentak Ify.
“Oke-oke. Gue
nyerah deh, hehe.. Tapi Fy, lo aneh banget deh. Seharusnya lo senang dong dekat
sama cowok idola sekolah dan...”
“Tunggu!” Kata Ify
tiba-tiba. Nggak tau kenapa wajahnya berubah menjadi berser-seri. Fy! Bodoh banget kalo lo nggak manfaatin
sahabat kak Cakka itu. Batinnya senang. “Terserah kak Rio deh mau ganggu
Ify atau nggak. Asalkan, Ify minta satu bantuan ke kak Rio.” Sambungnya lembut.
Perubahan ekspresi
wajah Ify membuat Rio penasaran. “Bantuan apa?” Tanya Rio.
Ify tersenyum. “Gue
naksir banget sama kak Cakka. Jadi, kak Rio bisa kan bantu Ify supaya Ify bisa
dekat sama kak Cakka?”
***
Cowok itu
merebahkan diri di sebuah rumah kecil berbahan bambu yang sengaja ia bangun
tepat di belakang rumahnya. Kedua matanya memadangi atap rumah yang berbahan
daun kelapa. Tidak begitu menarik, namun ia suka melakukannya.
Cakka, cowok itu
tersenyum sedih meratapi nasibnya yang sangat aneh. Adakah manusia lain yang
tidak bisa jatuh cinta seperti dirinya? Adakah?
“Cinta... Apa itu
cinta? Sebenarnya, gue pernah nggak jatuh cinta?” Tanyanya.
Mengapa hidupnya
rumit begini ya? Padahal, kata orang hidupnya sangat sempurna. Bahkan melebihi
kata sempurna. Namun, orang-orang itu nggak tau kalo sebenarnya ia itu nggak
bisa jatuh cinta. Menyukai cewek pun tidak. Penyakit apa ini?
“Hei!”
Dari jauh,
terdengar suara cewek. Cepat-cepat Cakka bangun. Ketika wajah cewek itu
terlihat jelas, Cakka bisa mengetahui siapa cewek itu.
“Ngapain lo
disini?” Tanya Cakka dengan nada tidak suka melihat kedatangan cewek itu.
Cewek itu
tersenyum. “Gue cuma mau tanya aja.” Jawabnya.
Agni, cewek itu
duduk di samping Cakka dengan santainya. Cakka yang merasa nggak nyaman berada
di dekat Agni pun menjahui Agni beberapa centi. Agni tersenyum melihat tingkah
aneh Cakka.
“Benar kalo lo
nggak bisa jatuh cinta?” Tanya Agni.
Sedikit Cakka
kaget. Darimana Agni tau? Pasti cewek itu tau dari Alvin atau Rio karena hanya
Alvin dan Rio saja yang ia beritahu kalo sebenarnya ia nggak bisa jatuh cinta.
“Darimana lo tau?”
Tanya Cakka heran.
Agni tertawa. “Ada
deh pokoknya. Makanya, lo sering menghindar sih kalo dideketin cewek. Memangnya,
dulu lo pernah nggak punya sahabat cewek?” Tanyanya.
Sejenak Cakka
berpikir. “Nggak.” Jawabnya.
“Nah, itu
masalahnya! Gue siap kok nyembuhin penyakit lo itu.” Kata Agni ceria.
Agni? Nyembuhin penyakit gue? Tentu saja Cakka heran. Agni dikenal sebagai cewek yang
sombong, pelit dan suka pilih teman. Kenapa Agni mau membantunya?
Jangan-jangan... Agni lagi pedekate dengannya!
Namun, Cakka
menjawab. “Caranya?”
“Caranya...”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar