expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 12 April 2015

All of Revenges ( Part 7 )



Part 7

.

Nafasnya tidak beraturan saat jaraknya dengan Tay dekat. “Tay!” Teriak Louis.

Merasa dipanggil, Tay langsung menoleh ke belakang dan mendapati Louis yang kini berlari mendekatinya. Tay yang masih menggunakan high heels merutuki dirinya sendiri. Gara-gara high heels ini, larinya jadi lamban dan kakinya mulai sakit. Jadi, Tay tidak bisa menghindar dari Louis.

Ketika jarak mereka tinggal beberapa centi saja, Louis dapat melihat wajah Tay yang terlihat sedang menyimpan sebuah kemarahan, kebencian dan dendam yang begitu besar. Louis berusaha mengatur nafasnya dan berusaha untuk tenang.

“Sedang apa kau mengikutiku?” Bentak Tay.

Louis berusaha untuk menyusun kalimat yang tepat agar Tay tidak lagi membentaknya. Namun pikirannya sedang kosong dan Louis bingung memilih kata-kata yang tepat untuk ia sampaikan ke Tay.

“Tay, maafkan aku.. Aku…”

“Cukup! Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Semuanya tidak akan bisa kembali.” Kata Tay.

Tanpa keduanya ketahui, Harry berhasil melihat keduanya. Tay yang sedang marah dan Louis yang sedang memohon sesuatu pada Tay. Namun sayangnya, Harry tidak bisa mendengar percakapan antara Tay dengan Louis. Dan Harry begitu penasaran apa masalah antara Tay dengan Louis. Apa mereka saling kenal mengenal?

“Sebaiknya kau pergi.” Kata Tay melunak. Hari ini ia sangat lelah. Lelah karena penampilannya yang menurutnya aneh. Tay tidak sabar untuk mengubah lagi penampilannya menjadi semula.

“Tay, aku benar-benar minta maaf. Dulu aku kHannahpasan. Aku benar-benar sangat menyesal dan aku…”

“Lou! Sudah aku katakana kalau aku tidak mau menerima maafmu! Dan jangan sekali-sekali kau mencariku! Aku malas berbicara denganmu!”

Nyali Louis menjadi ciut. Sungguh, sangat sulit mendapatkan kalimat ‘ya aku memaafkanmu’ dari Tay.

“Baiklah.” Kata Louis sedih. Namun Tay sama sekali tidak merasa kasihan dengan wajah itu. Wajah pucat yang berbeda dari lainnya.

Tay pun berlari meninggalkan Louis. Namun, Louis langsung menarik tangannya. Suatu hal yang pernah Harry lakukan padanya.

Dari jauh, entah mengapa Harry tidak menyukai pemandangan itu. Ia tidak suka jika Louis memegang tangan Tay. Astaga! Apa ia cemburu? Harry berusaha membuang semua perasaan itu. Perasaan yang sangat salah.

“Apa? Kau sama saja seperti temanmu yang bernama Harry!” Bentak Tay.

Louis terdiam sambil menatap mata indah itu. Mata yang sangat menarik hatinya. Tay tidak suka diperhatikan seperti itu, bahkan ia muak dengan tatapan itu.

“I still love you.” Lirih Louis yang membuat Tay kaget bak disengat ribuan volt listrik. Kata-kata Louis tadi sangat tidak diduganya. Dan sepertinya Louis ingin menciumnya, namun Tay berusaha untuk menghindarinya.

“Tay, I wanna be with you and I wHannah be your love. Aku tau bahwa aku telah salah. Aku kemari untuk mempertanggung jawabkan semuanya. Kalau kau tidak keberatan, aku ingin menikahimu.” Sambung Louis.

Tay teringat dengan Hannah. Pasti Hannah sangat membencinya jika melihat pemandangan ini, dan Tay tidak mungkin menerima tawaran Louis yang baginya gila.

“Maaf. Aku tidak mencintaimu. Sekarang, izinkan aku pergi.” Kata Tay.

Louis pun melepaskan cengkramannya lalu menatap Tay dengan lekat. Tay membalikkan badannya dan pergi menjauhi Louis. Namun, dari belakang Louis memeluknya dengan erat hingga Tay tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.

Melihat hal itu, Harry menjadi panas. Ingin sekali ia berlari menuju tempat Louis dan mengacaukan segalanya. Harry tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia sangat tidak suka melihat Louis memeluk Tay. Atau lebih tepatnya lagi cemburu. Cemburu?

“Tay.. Aku.. Aku..” Ucap Louis terbata-bata.

“Lou! Lepaskan aku! Aku tidak suka kau memelukku!” Bentak Tay.

Louis pun melonggarkan pelukannya dan Tay bebas. Sebelum Tay pergi meninggalkan Louis, Tay berkata, “Aku ingin kau merasakan kesakitan yang aku rasakan, dan aku ingin menuntaskan dendamku padamu, walau aku tidak tau bagaimana caranya.” Tay pun pergi meninggalkan Louis.

Sementara Louis, lelaki itu tersenyum sedih. “Tay, kau tidak tau kalau sebenarnya dendanmu itu sedang aku dapatkan dan sebentar lagi aku akan pergi meninggalkan semuanya. Semua yang ada di dunia ini.” Ucapnya pelan.

Louis memilih duduk menyendiri di sebuah bangku yang terlihat tua. Sementara bayangan Tay sudah menghilang dari penglihatannya. Tanpa sepengetahuannya, diam-diam Harry mengikuti Tay. Dan Tay, gadis itu memutuskan untuk berlari dan menyetop taksi yang membawanya kembali ke rumahnya. Sayangnya, kesialannya bertambah saat kakinya kesandung gara-gara higheels itu. Tay pun jatuh dan sulit untuk berdiri. Berkali-kali Tay membodohi dirinya sendiri karena tidak mHannahpaskan higheelsnya.

“R U okay?”

Harry yang melihat Tay mengalami kesulitan segera bertindak. Tay yang tidak suka akan kedatangan Harry mencoba untuk berdiri sendiri. Namun lagi-lagi ia tidak bisa.

“Mau apa kau?” Bentak Tay melihat Harry yang ingin membantunya untuk berdiri.

“Aku hanya ingin membantumu.” Jawab Harry.

Tay tidak bisa berbuat apa-apa saat Harry membantunya berdiri. Dan entah mengapa Tay merasa malu dan gugup saat ia berdekatan dengan Harry. Kini, ia sudah bisa berdiri dan Harry masih memegang pinggang dan bahunya agar ia tidak jatuh.

“Aku bisa berjalan sendiri.” Kata Tay.

“Tidak! Jika aku mHannahpaskanmu, kau akan jatuh.” Kata Harry.

“Tapi aku tidak nyaman kau memegang pinggangku!” Kata Tay.

Harry tersenyum dan pertama kalinya ia tersenyum di depan Tay.”Berusahalah untuk nyaman dalam segala hal.” Ucapnya.

Tay berusaha menahan rasa kesalnya. Sementara Louis, lelaki itu ternyata melihat semuanya. Semua yang dilakukan Harry pada Tay. ‘Apa Harry menyukai Tay? Tidak mungkin! Bukannya mereka adalah saudara? Dan bukannya Harry membenci Tay dan ingin balas dendam?’ Batin Louis.

Harry pun membantu Tay berjalan dan Tay tidak bisa membantahnya. “Aku akan menelpon taksi.” Kata Tay.

“Tidak perlu. Aku bisa mengantarmu pulang. Aku membawa mobil.” Kata Harry.

“No thanks!” Kata Tay.

Gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Namun ponsel itu langsung direbut Harry. “Harry! Kembalikan ponselku!” Kata Tay.

Harry tersenyum jahil. “Aku akan mengembalikannya jika kau mau ikut pulang bersamaku.” Ucapnya.

Terpaksa Tay mengangguk. Keduanya pun berjalan menuju mobil Harry dan Harry masih menuntun Tay. Louis memerhatikan pemandangan itu dengan penuh perasaan cemburu. Tidak mungkin! Mereka kan adik kakak!

Setelah mereka berada di dalam mobil, Harry menyalakan mesin mobilnya. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. “Dimana rumahmu?” Tanya Harry.

“Lurus saja.” Jawab Tay cuek. Sesekali ia memegang kakinya yang masih sakit.

“Kakimu masih sakit?” Tanya Harry. Yang ditanya tidak menjawab. Harry memutuskan untuk tidak bertanya lagi karena percuma saja bertanya toh pertanyaannya tidak akan dijawab oleh Tay.

Sesampai di depan rumah Tay, Harry menyetop mobilnya. “Kau bisa jalan sendiri?” Tanyanya.

“Ya!” Jawab Tay. Namun lagi-lagi ia sulit untuk berdiri.

“Apa perlu aku gendong?” Tanya Harry melihat Tay yang tidak bisa berdiri. Tay langsung memelototkan matanya. Harry tertawa lalu membantu Tay berjalan dengan cara menuntunnya seperti sebelumnya.

Sesampai di depan pintu rumah, nenek Tay sudah ada disana. Ia tersenyum. “Tay! Nenek tidak menyangka kalau kamu sudah mempunyai kekasih dan kekasihmu sangat tampan.” Ucapnya.

Tay berusaha menutup rasa malu dan kegugupannya. Sementara Harry terlihat tenang-tenang saja. “Kaki Tay keseleo. Karena itu dia tidak bisa berjalan sendiri.” Kata Harry.

“Oh, baiklah. Terimakasih karena sudah membantunya.” Kata nenek Tay senang.

Harry pun pamit dan meninggalkan rumah Tay. Entah mengapa hari ini ia senang sekali. Namun senyumnya menghilang saat ia menyadari bahwa ia dan Tay adalah saudara dan dendam itu, juga Ibunya.

“Tay, lelaki tadi kekasihmu?” Tanya nenek Tay.

“Tidak!” Jawab Tay lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan dibantu neneknya. Baginya, hari ini adalah hari tersialnya. Tay tidak sabar untuk mengubah penampilannya kembali menjadi semula.

***

Di kamar, Hannah memandangi ratusan kado, yaitu kado dari teman-temannya. Hannah berusaha mencari kado dari Louis. Tapi ia tidak bisa menemukannya karena ia tidak tau bagaimana bentuk kado dari Louis dan warna apa bungkus kadonya. Hannah membuka kado yang menurutnya menarik, yaitu kado berukuran sedang dan bungkusnya berwarna biru muda. Saat Hannah membukanya, kado itu berisi boneka Teddy Bear. Di boneka itu, tertulis, ‘I love you’ from Niall. Hannah mendengus kesal. ‘Jika hadiah itu dari Louis’.

Hannah merasa bersalah karena telah menyakiti hati Niall. Tapi bukannya cinta tidak bisa dipaksakan? Walau Niall mencintainya, Hannah tidak bisa memaksakan diri untuk mencintai Niall karena dipikirannya hanyalah Louis, Louis dan Louis.

“Hann...” Ucap Liam mendekati Hannah.

“Liam! Kau tau mana kado dari Louis?” Tanya Hannah.

“Hmmm.. Aku tidak tau. An, kau yakin mencintai Louis?”

Hannah tidak menjawab. Jujur, ia lelah mempertahankan cinta yang tidak berguna ini. Hannah tau bahwa Louis tidak mencintainya.

“Aku bingung Liam. Mengapa Lou tidak mau mencintaiku? Menaga aku mencintai lelaki yang tidak mau mencintaiku?” Tanya Hannah.

Liam berusaha menenangkan adiknya. “Don’t be like that. Aku yakin Lou akan membuka hatinya untukmu. Suatu hari nanti.” Ucapnya.

Hannah teringat dengan Niall yang mencintainya. “Lalu bagimana dengan Niall? Niall mencintaiku.” Tanyanya.

“Cinta Niall hanyalah sementara. Tugasmu hanyalah menunggu.”

Jujur, Hannah benci menunggu sesuatu yang tidak pasti. “Sampai kapan aku menunggu?” Tanyanya.

“Jangan bertanya seperti itu. Jika kau giat menunggu dan tidak mengeluh, penantianmu hanya sebentar. Louis akan membawakanmu sejuta mawar indah dan dia akan membuatmu tersenyum.”

Sebegitu gampangnya Liam berbicara. Sekali lagi, Hannah benci menunggu. Menunggu dalam hal apapun. “Ohya, bagaimana dengan penampilan baru Tay?” Tanya Hannah.

“Cantik. Bahkan dia lebih cantik darimu.” Jawab Liam.

Hannah memukul bahu Liam. “Hehe.. Bercanda.. Ku lihat, Louis terpesona dengan Tay.” Kata Liam.

Hannah terdiam mendengar ucapan Liam. Louis terpesona dengan Tay? Jangan-jangan…. “Liam, tidak mungkin Lou menyukai Tay!” Kata Hannah.

Liam membodohi dirinya sendiri karena ia telah mengucapkan kalimat yang dapat membuat Hannah sedih dan cemburu.

‘Lou menyukai Tay?’

***

Semua mata memandang ke arahnya dengan sejuta pertanyaan. Tay? Mengapa gadis itu kembali menjadi tomboi lagi? Tay yang merasa diperhatikan memilih untuk cuek.  Tiba-tiba, Heidy, teman dekatnya selain Hannah datang menghampirinya.

“Hai Tay! Semalam kau cantik sekali. Ku lihat Boy mabuk karena kecantikanmu. Sekarang, mengapa kau ubah lagi penampilanmu menjadi semula?”

Tay terdiam sesaat, lalu ia bicara. “Ada begitu banyak alasanku untuk lebih memilih menjadi gadis tomboi. Termasuk supaya tidak ada lelaki yang mau mendekatiku.” Jawabnya lalu pergi meninggalkan Heidy yang masih penasaran dengan sosok Tay. Baginya, Tay adalah sosok misterius yang pernah ia temui.

Sementara Tay, gadis itu berjalan santai mHannahwati taman yang sengaja dibuat di kampusnya. Ajabinya, kakinya yang sempat sakit kini sudah sembuh dan ia bisa berjalan seperti biasa. Walau masih ada rasa sakit sedikit. Setengah jam yang lalu ia baru sHannahsai kuliah. Sekarang waktunya untuk istirahat. Tiba-tiba, kedua matanya tidak sengaja melihat Louis dan segerombolan preman kampus yang sedang merokok. Tay bergidik ngeri. Apa Louis memang suka merokok? Tapi Tay menemukan ada wajah lain yang terlukis di wajah Louis. Ah sudahlah. Lebih baik jangan mengurusi lelaki itu. Biarkan lelaki itu melakukan aktifitas yang dia sukai.

Langkahnya terhenti saat melihat Zayn yang sedang duduk di kantin. Disana Zayn sendiri. Tay memutuskan untuk menemui Zayn.

“Hai Zayn!” Sapa Tay.

Zayn sedikit kaget saat melihat Tay dengan penampilan lamanya. Secepat inikah Tay berubah? Zayn mempersilahkan Tay untuk duduk di bangku yang ada disampingnya.

“Tay! Mengapa kau cepat sekali berubah?” Tanya Zayn.

Tay mendengus kesal. Pertanyaan itu merupakan pertanyaan pertama yang ia dapatkan dari orang yang menemuinya. Tadi Heidy dan sekarang Zayn. Jadi, Tay malas untuk menjawab.

“Aku tidak suka kau menanyakan hal itu karena aku sudah bosan.” Jawab Tay.

Zayn berusaha untuk menahan tawanya. “Baiklah. Ngomong-ngomong, mengapa kau tidak bersama Hannah?” Tanyanya.

Tiba-tiba Tay teringat dengan kejadian semalam. Ada dua lelaki yang baginya sangat membingungkannya. Pertama Louis dan kedua Harry. Louis dengan wajah melasnya memohon padanya agar mau memaafkannya. Namun ia tidak mau memaafkan Louis. Dan Louis mau mengajaknya tinggal bersama. Apa itu gila?

Sementara Harry, Tay bingung mendeskripsikan perasaannya yang sebenarnya. Ia memang tidak menyukai Harry. Tapi mengapa setiap kali ia melihat senyum itu, tatapan itu, ia merasakan hal yang aneh? Tay ingat kemarin saat Harry mengantarnya pulang. Dengan telaten Harry menuntunnya dan membuatnya merasa malu. Apalagi saat neneknya mengira bahwa ia dan Harry adalah sepasang kekasih.

“Aku tidak tau.” Jawab Tay.

Zayn dapat menyimpulkan bahwa Tay sedang ada masalah. “Kau kenapa? Bisa kau ceritakan? Mungkin aku bisa membantumu.” Ucapnya.

Tay melirik ke arah Zayn. Tidak ada salahnya untuk bercerita sedikit. Tay yakin bahwa Zayn dapat menyimpan rahasianya karena ia tau Zayn adalah lelaki yang baik.

“Aku bingung. Bingung dengan diriku sendiri.” Kata Tay.

Zayn menarik sebelah alis tebalnya. “Bingung kenapa?” Tanyanya.

“Kau tau? Sewaktu pesta ulang tahun Hannah, sepertinya Louis menyukaiku dan memaksaku untuk menjadi kekasihnya. Tapi aku menolaknya. Aku sudah terlalu benci dengannya.”

“Louis? Mengapa kau benci dengannya? Bisakah kau ceritakan tentang masa lalu Louis? Aku tau Louis orangnya tertutup.”

Tidak mungkin Tay menceritakan tentang masa lalunya dengan Louis. Jika ia ceritakan, tentu saja ia akan malu. Dan Louis akan membongkar semua keburukan keluarganya karena Louis melarangnya untuk membocorkan masa lalunya itu.

“Maaf, aku tidak bisa menceritakannya. Intinya aku benci dengannya dan Lou malah memintaku untuk menjadi kekasihnya. Tentu saja aku menolak. Dan aku tidak mau menyakiti hati Hannah karena Hannah sendiri menyukai Louis.”
           
“Ya.. Hidup ini kadang membingungkan juga. Tapi kalau kau tidak mencintainya, biarkan saja dia. Aku yakin Lou berhenti mencintaimu. Ada lagi?”

            Tay mulai ragu menceritakan Harry pada Zayn. Pasalnya, Zayn adalah sahabat Harry. Dan Tay gugup jika menyebut nama ‘Harry’. Menyebut saja gugup, apalagi menceritakannya! Tapi Tay memutuskan untuk bercerita sedikit agar beban di pundaknya hilang.

            “Zayn, kau mempunyai kekasih?” Tanya Tay tiba-tiba.

            “Tentu saja. Mengapa kau bertanya tentang hal itu?” Tanya Zayn heran.

            “Aku penasaran bagaimana tanda-tanda orang jatuh cinta. Bagaimana kau bisa menjadikannya sebagai kekasihmu? Hal apa yang membuatmu jatuh cinta dengan kekasihmu?”

            Zayn bingung menjelaskannya. Tapi ia merasa bahwa Tay sedang jatuh cinta. Jika dugaannya ini benar, ajaib sekali gadis tomboi seperti Tay jatuh cinta. Tay kan sudah pernah bilang bahwa ia membenci laki-laki. Juga cinta.

            “Dengar. Cinta itu datangnya tidak bisa diduga. Aku mencintai kekasihku saat pandangan pertama. Lalu kami saling berkenalan dan kami pun dekat. Akhirnya kami memutuskan untuk pacaran.” Jelas Zayn.

            “Sederhana sekali.” Komentar Tay.

            “Memangnya, kau sedang menyukai seseorang?” Tanya Zayn.

            Wajah Tay berubah menjadi gugup. ‘Tidak! Aku tidak sedang jatuh cinta dan aku tidak akan pernah jatuh cinta karena aku tidak pernah mengenal apa itu cinta!’ Batin Tay. Melihat hal itu, Zayn sedikit tertawa. Tay melihat Zayn dengan tatapan tidak suka.

            “Aku yakin kau mulai menyukai seorang lelaki.” Kata Zayn.

            Tay menghela nafas panjang. “Entahlah. Tapi lelaki itu sangat membuatku bingung. Padahal aku sangat kesal dengannya.” Ucapnya.

            “Benci sering berbuah menjadi cinta. Hati-hati! Kalau kau membencinya, lama-lama kau menyukainya. Memangnya siapa lelaki yang telah memikat hatimu?”

            Baru saja Tay hendak menjawab, seorang lelaki tiba-tiba mendekatinya. Membuat jatung Tay serasa mau copot. Tay berusaha menahan kegugupannya dan semoga lelaki itu tidak mendengar percakapannya dengan Zayn.

            “Harry! Apa kabar?” Sapa Zayn.

            “Maaf aku telah mengganggu kalian.” Jawab Harry.

            “Oh tidak apa-apa. Kau boleh duduk disini sambil mendengar curhatan Tay.”

            Mendengar hal itu, Tay langsung menatap tajam Zayn. Tentu saja gadis itu sangat tidak suka akan kehadiran Harry disini. Bisa-bisa ia dibuat malu dan ditertawakan oleh lelaki itu.

            “Hei nona! Kau belum mengucapkan terimakasih padaku karena aku telah menolongmu.” Kata Harry. Lelaki itu duduk di samping Tay.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar