Part
7
.
Nafasnya tidak beraturan saat
jaraknya dengan Tay dekat. “Tay!” Teriak Louis.
Merasa dipanggil, Tay langsung
menoleh ke belakang dan mendapati Louis yang kini berlari mendekatinya. Tay
yang masih menggunakan high heels merutuki dirinya sendiri. Gara-gara high
heels ini, larinya jadi lamban dan kakinya mulai sakit. Jadi, Tay tidak bisa
menghindar dari Louis.
Ketika jarak mereka tinggal
beberapa centi saja, Louis dapat melihat wajah Tay yang terlihat sedang
menyimpan sebuah kemarahan, kebencian dan dendam yang begitu besar. Louis
berusaha mengatur nafasnya dan berusaha untuk tenang.
“Sedang apa kau mengikutiku?”
Bentak Tay.
Louis berusaha untuk menyusun
kalimat yang tepat agar Tay tidak lagi membentaknya. Namun pikirannya sedang
kosong dan Louis bingung memilih kata-kata yang tepat untuk ia sampaikan ke
Tay.
“Tay, maafkan aku.. Aku…”
“Cukup! Aku tidak akan pernah
memaafkanmu! Semuanya tidak akan bisa kembali.” Kata Tay.
Tanpa keduanya ketahui, Harry
berhasil melihat keduanya. Tay yang sedang marah dan Louis yang sedang memohon
sesuatu pada Tay. Namun sayangnya, Harry tidak bisa mendengar percakapan antara
Tay dengan Louis. Dan Harry begitu penasaran apa masalah antara Tay dengan
Louis. Apa mereka saling kenal mengenal?
“Sebaiknya kau pergi.” Kata Tay
melunak. Hari ini ia sangat lelah. Lelah karena penampilannya yang menurutnya
aneh. Tay tidak sabar untuk mengubah lagi penampilannya menjadi semula.
“Tay, aku benar-benar minta maaf.
Dulu aku kHannahpasan. Aku benar-benar sangat menyesal dan aku…”
“Lou! Sudah aku katakana kalau aku
tidak mau menerima maafmu! Dan jangan sekali-sekali kau mencariku! Aku malas
berbicara denganmu!”
Nyali Louis menjadi ciut. Sungguh,
sangat sulit mendapatkan kalimat ‘ya aku memaafkanmu’ dari Tay.
“Baiklah.” Kata Louis sedih. Namun
Tay sama sekali tidak merasa kasihan dengan wajah itu. Wajah pucat yang berbeda
dari lainnya.
Tay pun berlari meninggalkan
Louis. Namun, Louis langsung menarik tangannya. Suatu hal yang pernah Harry
lakukan padanya.
Dari jauh, entah mengapa Harry
tidak menyukai pemandangan itu. Ia tidak suka jika Louis memegang tangan Tay.
Astaga! Apa ia cemburu? Harry berusaha membuang semua perasaan itu. Perasaan
yang sangat salah.
“Apa? Kau sama saja seperti
temanmu yang bernama Harry!” Bentak Tay.
Louis terdiam sambil menatap mata
indah itu. Mata yang sangat menarik hatinya. Tay tidak suka diperhatikan
seperti itu, bahkan ia muak dengan tatapan itu.
“I still love you.” Lirih Louis
yang membuat Tay kaget bak disengat ribuan volt listrik. Kata-kata Louis tadi
sangat tidak diduganya. Dan sepertinya Louis ingin menciumnya, namun Tay
berusaha untuk menghindarinya.
“Tay, I wanna be with you and I wHannah
be your love. Aku tau bahwa aku telah salah. Aku kemari untuk mempertanggung
jawabkan semuanya. Kalau kau tidak keberatan, aku ingin menikahimu.” Sambung
Louis.
Tay teringat dengan Hannah. Pasti Hannah
sangat membencinya jika melihat pemandangan ini, dan Tay tidak mungkin menerima
tawaran Louis yang baginya gila.
“Maaf. Aku tidak mencintaimu. Sekarang,
izinkan aku pergi.” Kata Tay.
Louis pun melepaskan cengkramannya
lalu menatap Tay dengan lekat. Tay membalikkan badannya dan pergi menjauhi
Louis. Namun, dari belakang Louis memeluknya dengan erat hingga Tay tidak bisa
menggerakkan anggota tubuhnya.
Melihat hal itu, Harry menjadi
panas. Ingin sekali ia berlari menuju tempat Louis dan mengacaukan segalanya.
Harry tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia sangat tidak suka melihat
Louis memeluk Tay. Atau lebih tepatnya lagi cemburu. Cemburu?
“Tay.. Aku.. Aku..” Ucap Louis
terbata-bata.
“Lou! Lepaskan aku! Aku tidak suka
kau memelukku!” Bentak Tay.
Louis pun melonggarkan pelukannya
dan Tay bebas. Sebelum Tay pergi meninggalkan Louis, Tay berkata, “Aku ingin
kau merasakan kesakitan yang aku rasakan, dan aku ingin menuntaskan dendamku
padamu, walau aku tidak tau bagaimana caranya.” Tay pun pergi meninggalkan
Louis.
Sementara Louis, lelaki itu
tersenyum sedih. “Tay, kau tidak tau kalau sebenarnya dendanmu itu sedang aku
dapatkan dan sebentar lagi aku akan pergi meninggalkan semuanya. Semua yang ada
di dunia ini.” Ucapnya pelan.
Louis memilih duduk menyendiri di
sebuah bangku yang terlihat tua. Sementara bayangan Tay sudah menghilang dari
penglihatannya. Tanpa sepengetahuannya, diam-diam Harry mengikuti Tay. Dan Tay,
gadis itu memutuskan untuk berlari dan menyetop taksi yang membawanya kembali
ke rumahnya. Sayangnya, kesialannya bertambah saat kakinya kesandung gara-gara
higheels itu. Tay pun jatuh dan sulit untuk berdiri. Berkali-kali Tay membodohi
dirinya sendiri karena tidak mHannahpaskan higheelsnya.
“R U okay?”
Harry yang melihat Tay mengalami
kesulitan segera bertindak. Tay yang tidak suka akan kedatangan Harry mencoba
untuk berdiri sendiri. Namun lagi-lagi ia tidak bisa.
“Mau apa kau?” Bentak Tay melihat
Harry yang ingin membantunya untuk berdiri.
“Aku hanya ingin membantumu.”
Jawab Harry.
Tay tidak bisa berbuat apa-apa
saat Harry membantunya berdiri. Dan entah mengapa Tay merasa malu dan gugup
saat ia berdekatan dengan Harry. Kini, ia sudah bisa berdiri dan Harry masih
memegang pinggang dan bahunya agar ia tidak jatuh.
“Aku bisa berjalan sendiri.” Kata
Tay.
“Tidak! Jika aku mHannahpaskanmu,
kau akan jatuh.” Kata Harry.
“Tapi aku tidak nyaman kau
memegang pinggangku!” Kata Tay.
Harry tersenyum dan pertama
kalinya ia tersenyum di depan Tay.”Berusahalah untuk nyaman dalam segala hal.”
Ucapnya.
Tay berusaha menahan rasa
kesalnya. Sementara Louis, lelaki itu ternyata melihat semuanya. Semua yang
dilakukan Harry pada Tay. ‘Apa Harry menyukai Tay? Tidak mungkin! Bukannya
mereka adalah saudara? Dan bukannya Harry membenci Tay dan ingin balas dendam?’
Batin Louis.
Harry pun membantu Tay berjalan
dan Tay tidak bisa membantahnya. “Aku akan menelpon taksi.” Kata Tay.
“Tidak perlu. Aku bisa mengantarmu
pulang. Aku membawa mobil.” Kata Harry.
“No thanks!” Kata Tay.
Gadis itu mengeluarkan ponsel dari
dalam tasnya. Namun ponsel itu langsung direbut Harry. “Harry! Kembalikan
ponselku!” Kata Tay.
Harry tersenyum jahil. “Aku akan
mengembalikannya jika kau mau ikut pulang bersamaku.” Ucapnya.
Terpaksa Tay mengangguk. Keduanya
pun berjalan menuju mobil Harry dan Harry masih menuntun Tay. Louis
memerhatikan pemandangan itu dengan penuh perasaan cemburu. Tidak mungkin!
Mereka kan adik kakak!
Setelah mereka berada di dalam
mobil, Harry menyalakan mesin mobilnya. Mobil itu melaju dengan kecepatan
sedang. “Dimana rumahmu?” Tanya Harry.
“Lurus saja.” Jawab Tay cuek.
Sesekali ia memegang kakinya yang masih sakit.
“Kakimu masih sakit?” Tanya Harry.
Yang ditanya tidak menjawab. Harry memutuskan untuk tidak bertanya lagi karena
percuma saja bertanya toh pertanyaannya tidak akan dijawab oleh Tay.
Sesampai di depan rumah Tay, Harry
menyetop mobilnya. “Kau bisa jalan sendiri?” Tanyanya.
“Ya!” Jawab Tay. Namun lagi-lagi
ia sulit untuk berdiri.
“Apa perlu aku gendong?” Tanya
Harry melihat Tay yang tidak bisa berdiri. Tay langsung memelototkan matanya.
Harry tertawa lalu membantu Tay berjalan dengan cara menuntunnya seperti
sebelumnya.
Sesampai di depan pintu rumah,
nenek Tay sudah ada disana. Ia tersenyum. “Tay! Nenek tidak menyangka kalau
kamu sudah mempunyai kekasih dan kekasihmu sangat tampan.” Ucapnya.
Tay berusaha menutup rasa malu dan
kegugupannya. Sementara Harry terlihat tenang-tenang saja. “Kaki Tay keseleo.
Karena itu dia tidak bisa berjalan sendiri.” Kata Harry.
“Oh, baiklah. Terimakasih karena
sudah membantunya.” Kata nenek Tay senang.
Harry pun pamit dan meninggalkan
rumah Tay. Entah mengapa hari ini ia senang sekali. Namun senyumnya menghilang saat
ia menyadari bahwa ia dan Tay adalah saudara dan dendam itu, juga Ibunya.
“Tay, lelaki tadi kekasihmu?”
Tanya nenek Tay.
“Tidak!” Jawab Tay lalu berjalan
masuk ke dalam kamarnya dengan dibantu neneknya. Baginya, hari ini adalah hari
tersialnya. Tay tidak sabar untuk mengubah penampilannya kembali menjadi
semula.
***
Di kamar, Hannah memandangi
ratusan kado, yaitu kado dari teman-temannya. Hannah berusaha mencari kado dari
Louis. Tapi ia tidak bisa menemukannya karena ia tidak tau bagaimana bentuk
kado dari Louis dan warna apa bungkus kadonya. Hannah membuka kado yang
menurutnya menarik, yaitu kado berukuran sedang dan bungkusnya berwarna biru
muda. Saat Hannah membukanya, kado itu berisi boneka Teddy Bear. Di boneka itu,
tertulis, ‘I love you’ from Niall. Hannah mendengus kesal. ‘Jika hadiah itu
dari Louis’.
Hannah merasa bersalah karena
telah menyakiti hati Niall. Tapi bukannya cinta tidak bisa dipaksakan? Walau
Niall mencintainya, Hannah tidak bisa memaksakan diri untuk mencintai Niall
karena dipikirannya hanyalah Louis, Louis dan Louis.
“Hann...” Ucap Liam mendekati Hannah.
“Liam! Kau tau mana kado dari
Louis?” Tanya Hannah.
“Hmmm.. Aku tidak tau. An, kau
yakin mencintai Louis?”
Hannah tidak menjawab. Jujur, ia
lelah mempertahankan cinta yang tidak berguna ini. Hannah tau bahwa Louis tidak
mencintainya.
“Aku bingung Liam. Mengapa Lou
tidak mau mencintaiku? Menaga aku mencintai lelaki yang tidak mau mencintaiku?”
Tanya Hannah.
Liam berusaha menenangkan adiknya.
“Don’t be like that. Aku yakin Lou akan membuka hatinya untukmu. Suatu hari
nanti.” Ucapnya.
Hannah teringat dengan Niall yang
mencintainya. “Lalu bagimana dengan Niall? Niall mencintaiku.” Tanyanya.
“Cinta Niall hanyalah sementara.
Tugasmu hanyalah menunggu.”
Jujur, Hannah benci menunggu
sesuatu yang tidak pasti. “Sampai kapan aku menunggu?” Tanyanya.
“Jangan bertanya seperti itu. Jika
kau giat menunggu dan tidak mengeluh, penantianmu hanya sebentar. Louis akan
membawakanmu sejuta mawar indah dan dia akan membuatmu tersenyum.”
Sebegitu gampangnya Liam
berbicara. Sekali lagi, Hannah benci menunggu. Menunggu dalam hal apapun.
“Ohya, bagaimana dengan penampilan baru Tay?” Tanya Hannah.
“Cantik. Bahkan dia lebih cantik
darimu.” Jawab Liam.
Hannah memukul bahu Liam. “Hehe..
Bercanda.. Ku lihat, Louis terpesona dengan Tay.” Kata Liam.
Hannah terdiam mendengar ucapan
Liam. Louis terpesona dengan Tay? Jangan-jangan…. “Liam, tidak mungkin Lou
menyukai Tay!” Kata Hannah.
Liam membodohi dirinya sendiri
karena ia telah mengucapkan kalimat yang dapat membuat Hannah sedih dan
cemburu.
‘Lou menyukai Tay?’
***
Semua mata memandang ke arahnya
dengan sejuta pertanyaan. Tay? Mengapa gadis itu kembali menjadi tomboi lagi?
Tay yang merasa diperhatikan memilih untuk cuek. Tiba-tiba, Heidy, teman dekatnya selain Hannah
datang menghampirinya.
“Hai Tay! Semalam kau cantik
sekali. Ku lihat Boy mabuk karena kecantikanmu. Sekarang, mengapa kau ubah lagi
penampilanmu menjadi semula?”
Tay terdiam sesaat, lalu ia
bicara. “Ada begitu banyak alasanku untuk lebih memilih menjadi gadis tomboi.
Termasuk supaya tidak ada lelaki yang mau mendekatiku.” Jawabnya lalu pergi
meninggalkan Heidy yang masih penasaran dengan sosok Tay. Baginya, Tay adalah
sosok misterius yang pernah ia temui.
Sementara Tay, gadis itu berjalan
santai mHannahwati taman yang sengaja dibuat di kampusnya. Ajabinya, kakinya
yang sempat sakit kini sudah sembuh dan ia bisa berjalan seperti biasa. Walau
masih ada rasa sakit sedikit. Setengah jam yang lalu ia baru sHannahsai kuliah.
Sekarang waktunya untuk istirahat. Tiba-tiba, kedua matanya tidak sengaja
melihat Louis dan segerombolan preman kampus yang sedang merokok. Tay bergidik
ngeri. Apa Louis memang suka merokok? Tapi Tay menemukan ada wajah lain yang
terlukis di wajah Louis. Ah sudahlah. Lebih baik jangan mengurusi lelaki itu.
Biarkan lelaki itu melakukan aktifitas yang dia sukai.
Langkahnya terhenti saat melihat
Zayn yang sedang duduk di kantin. Disana Zayn sendiri. Tay memutuskan untuk
menemui Zayn.
“Hai Zayn!” Sapa Tay.
Zayn sedikit kaget saat melihat
Tay dengan penampilan lamanya. Secepat inikah Tay berubah? Zayn mempersilahkan
Tay untuk duduk di bangku yang ada disampingnya.
“Tay! Mengapa kau cepat sekali
berubah?” Tanya Zayn.
Tay mendengus kesal. Pertanyaan
itu merupakan pertanyaan pertama yang ia dapatkan dari orang yang menemuinya.
Tadi Heidy dan sekarang Zayn. Jadi, Tay malas untuk menjawab.
“Aku tidak suka kau menanyakan hal
itu karena aku sudah bosan.” Jawab Tay.
Zayn berusaha untuk menahan
tawanya. “Baiklah. Ngomong-ngomong, mengapa kau tidak bersama Hannah?”
Tanyanya.
Tiba-tiba Tay teringat dengan
kejadian semalam. Ada dua lelaki yang baginya sangat membingungkannya. Pertama
Louis dan kedua Harry. Louis dengan wajah melasnya memohon padanya agar mau
memaafkannya. Namun ia tidak mau memaafkan Louis. Dan Louis mau mengajaknya
tinggal bersama. Apa itu gila?
Sementara Harry, Tay bingung
mendeskripsikan perasaannya yang sebenarnya. Ia memang tidak menyukai Harry.
Tapi mengapa setiap kali ia melihat senyum itu, tatapan itu, ia merasakan hal
yang aneh? Tay ingat kemarin saat Harry mengantarnya pulang. Dengan telaten
Harry menuntunnya dan membuatnya merasa malu. Apalagi saat neneknya mengira
bahwa ia dan Harry adalah sepasang kekasih.
“Aku tidak tau.” Jawab Tay.
Zayn dapat menyimpulkan bahwa Tay
sedang ada masalah. “Kau kenapa? Bisa kau ceritakan? Mungkin aku bisa
membantumu.” Ucapnya.
Tay melirik ke arah Zayn. Tidak
ada salahnya untuk bercerita sedikit. Tay yakin bahwa Zayn dapat menyimpan
rahasianya karena ia tau Zayn adalah lelaki yang baik.
“Aku bingung. Bingung dengan
diriku sendiri.” Kata Tay.
Zayn menarik sebelah alis
tebalnya. “Bingung kenapa?” Tanyanya.
“Kau tau? Sewaktu pesta ulang
tahun Hannah, sepertinya Louis menyukaiku dan memaksaku untuk menjadi
kekasihnya. Tapi aku menolaknya. Aku sudah terlalu benci dengannya.”
“Louis? Mengapa kau benci
dengannya? Bisakah kau ceritakan tentang masa lalu Louis? Aku tau Louis
orangnya tertutup.”
Tidak mungkin Tay menceritakan
tentang masa lalunya dengan Louis. Jika ia ceritakan, tentu saja ia akan malu.
Dan Louis akan membongkar semua keburukan keluarganya karena Louis melarangnya
untuk membocorkan masa lalunya itu.
“Maaf, aku tidak bisa
menceritakannya. Intinya aku benci dengannya dan Lou malah memintaku untuk
menjadi kekasihnya. Tentu saja aku menolak. Dan aku tidak mau menyakiti hati Hannah
karena Hannah sendiri menyukai Louis.”
“Ya.. Hidup ini kadang membingungkan
juga. Tapi kalau kau tidak mencintainya, biarkan saja dia. Aku yakin Lou
berhenti mencintaimu. Ada lagi?”
Tay mulai
ragu menceritakan Harry pada Zayn. Pasalnya, Zayn adalah sahabat Harry. Dan Tay
gugup jika menyebut nama ‘Harry’. Menyebut saja gugup, apalagi menceritakannya!
Tapi Tay memutuskan untuk bercerita sedikit agar beban di pundaknya hilang.
“Zayn, kau
mempunyai kekasih?” Tanya Tay tiba-tiba.
“Tentu
saja. Mengapa kau bertanya tentang hal itu?” Tanya Zayn heran.
“Aku
penasaran bagaimana tanda-tanda orang jatuh cinta. Bagaimana kau bisa
menjadikannya sebagai kekasihmu? Hal apa yang membuatmu jatuh cinta dengan
kekasihmu?”
Zayn
bingung menjelaskannya. Tapi ia merasa bahwa Tay sedang jatuh cinta. Jika
dugaannya ini benar, ajaib sekali gadis tomboi seperti Tay jatuh cinta. Tay kan
sudah pernah bilang bahwa ia membenci laki-laki. Juga cinta.
“Dengar.
Cinta itu datangnya tidak bisa diduga. Aku mencintai kekasihku saat pandangan
pertama. Lalu kami saling berkenalan dan kami pun dekat. Akhirnya kami
memutuskan untuk pacaran.” Jelas Zayn.
“Sederhana
sekali.” Komentar Tay.
“Memangnya,
kau sedang menyukai seseorang?” Tanya Zayn.
Wajah Tay
berubah menjadi gugup. ‘Tidak! Aku tidak sedang jatuh cinta dan aku tidak akan
pernah jatuh cinta karena aku tidak pernah mengenal apa itu cinta!’ Batin Tay.
Melihat hal itu, Zayn sedikit tertawa. Tay melihat Zayn dengan tatapan tidak
suka.
“Aku yakin
kau mulai menyukai seorang lelaki.” Kata Zayn.
Tay
menghela nafas panjang. “Entahlah. Tapi lelaki itu sangat membuatku bingung.
Padahal aku sangat kesal dengannya.” Ucapnya.
“Benci
sering berbuah menjadi cinta. Hati-hati! Kalau kau membencinya, lama-lama kau
menyukainya. Memangnya siapa lelaki yang telah memikat hatimu?”
Baru saja
Tay hendak menjawab, seorang lelaki tiba-tiba mendekatinya. Membuat jatung Tay
serasa mau copot. Tay berusaha menahan kegugupannya dan semoga lelaki itu tidak
mendengar percakapannya dengan Zayn.
“Harry! Apa
kabar?” Sapa Zayn.
“Maaf aku
telah mengganggu kalian.” Jawab Harry.
“Oh tidak
apa-apa. Kau boleh duduk disini sambil mendengar curhatan Tay.”
Mendengar
hal itu, Tay langsung menatap tajam Zayn. Tentu saja gadis itu sangat tidak
suka akan kehadiran Harry disini. Bisa-bisa ia dibuat malu dan ditertawakan
oleh lelaki itu.
“Hei nona!
Kau belum mengucapkan terimakasih padaku karena aku telah menolongmu.” Kata
Harry. Lelaki itu duduk di samping Tay.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar