expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 April 2015

One Hope ( Prolog )






Di depan sana, ada dua lelaki yang sedang duduk berdampingan. Lelaki pertama kira-kira berusia di atas tiga puluh lima tahun, sedangkan lelaki kedua kira-kira berumur enam belas tahun. Lelaki pertama mulai berbicara, dan pembicaraannya terlihat serius.


“Bolehkah saya meminta bantuanmu?” Tanya lelaki pertama.

Lelaki kedua menoleh menatap lawan bicaranya dengan heran. “Om mau minta bantuan apa?” Tanyanya.

Yang ditanya menghela nafas panjang. Haruskah ia jelaskan segalanya? Segala rahasia dan derita yang dialaminya? Dan haruskah ia menampakkan kesedihan yang selama ini ia sembunyikan?

“Umur om hanya tinggal sedikit. Sebentar lagi, om akan meninggalkan dunia ini. Om akan meninggalkan satu putri kesayangan om. Karena itulah om meminta bantuanmu untuk menjaga dan melindungi putri om satu-satunya.” Jelasnya.

Cowok yang mendengarnya itu terhenyak. Kaget? Jelas! Apa? Mengapa umurnya hanya tinggal sedikit lagi? Mengapa dia bisa tau kalo sebentar lagi dia akan meninggalkan dunia ini?

“Kamu mau kan menjaga putri om?” Tanyanya.

Yang ditanya bingung mau menjawab apa. Ia sama sekali tidak mengenali anak dari lelaki itu. Lantas, mengapa ia yang diberi tugas untuk menjaga putrinya? Masih banyak orang lain yang berhak dan pantas menjaga putrinya.

“Ba.. Baiklah.” Jawabnya akhirnya.

“Terimakasih. Om melakukan ini semua karena hanya kamulah satu-satunya harapan om yang bisa menjaga putri om.”

Lelaki itu tersenyum bersamaan dengan munculnya kepucatan di wajahnya. Lelaki itu memegang dadanya yang terasa sakit. Penyakit jantung sialan inilah yang menggerogoti usianya dan membuatnya harus meninggalkan putri kesayangannya.

“Tapi.. Saya tidak yakin bisa menjaga putri om untuk selama-lamanya..” Tambah cowok itu dengan wajah yang sedih.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar