expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 12 April 2015

All of Revenges ( Part 4 )



Part 4

.

“Hai Tay!” Hannah bertemu Tay tepatnya di perpustakaan besar yang berada di kampusnya. Hannah heran melihat Tay duduk manis di perpustakaan. Biasanya Tay anti sekali berada di tempat seperti ini.
           
“Oh hai Hann.” Jawab Tay menyadari ada Hannah disini.

            “Tumben di perpustakaan.” Kata Hannah.

            “Hanya mencari suasana baru saja.” Kata Tay.

            Gadis itu kini membaca buku pengetahuan. Tapi menurut Hannah, Tay tidak benar-benar membaca buku karena Hannah tau bahwa Tay tidak suka membaca buku.

            “Menurutmu, apa aku bisa pergi ke New York seorang diri?” Tanya Tay.

            Mendengar pertanyaan itu, Hannah langsung menoleh ke arah Tay dan memandang Tay dengan aneh. Hannah tau mengapa Tay membicarakan tentang New York karena kata Harry, Ayah Tay sedang berada disana. Hannah tidak percaya gadis seperti Tay percaya dengan apa yang diucapkan oleh orang asing seperti Harry.

            “Kau mempercayai ucapan Harry kemarin?” Tanya Hannah.

            “Aku tidak tau. Tapi ucapan Harry terasa benar bagiku.” Jawab Tay.

            “Hmm.. Begitu ya? Jadi apa kau ingin pergi ke New York demi bertemu Ayahmu?” Tanya Hannah.

            Tay bingung mau menjawab apa. Sejujurnya ia ingin sekali pergi ke New York, tapi ia masih ragu dan bimbang dengan niatnya.

            “Kau tidak tau pasti kan dimana Ayahmu? Mengapa kau tidak menanyakan ke Harry saja?” Tanya Hannah lagi.

            “Sudahlah. Pergi ke New York adalah hal yang mustahil. Aku yakin suatu hari nanti Ayah akan datang kesini.” Kata Tay akhirnya.

            Hannah tersenyum. “Aku terserah kau saja. By the way, kau masih ingat tidak lusa tanggal berapa?”

            Tay mencoba untuk mengingatnya. Pasti di tanggal itu adalah hari spesial. Tiba-tiba Tay teringat sesuatu. “Lusa kan hari ulang tahunmu yang ke dua puluh. Wah, selamat ya.” Ucapnya.

            Hannah tersenyum mendengar ucapan Tay. Untunglah Tay masih mengingat hari ulang tahunnya. “Benar, dan aku akan merayakannya. Ini adalah kesempatan besarku untuk mengundang Louis. Aku yakin sekali Lou mau datang karena kalau dia tidak datang, dia tidak enak dengan Liam. Liam kan juga sahabatnya.”

            Keluarga Hannah memang kaya. Tay sering iri dengan Hannah yang hidupnya sempurna. Mempunyai Ayah dan Ibu yang sangat sayang padanya. Sedangkan ia? Bahkan hari ulang tahunnya pun tidak pernah dirayakan.

            “Hei! Melamun. Masih mikirin tentang Ayahmu? Bukannya kau tidak akan memikirkannya lagi?” Tanya Hannah.

            Tay tersadar. “Tidak kok.” Jawabnya.

            “Intinya, di pesta ulang tahunku kau harus berdandan yang cantik dan aku ingin melihatmu sebagai gadis yang sesungguhnya. Bagaimana?”

            Tay mengerti kalau Hannah sedang mengerjainya. Tapi Tay tidak bisa menolak permintaan Hannah di hari spesialnya. Artinya, ia harus berdandan dan menjadi gadis yang sesungguhnya. “Baiklah. Aku janji akan menjadi gadis yang sesungguhnya walau aku tidak yakin yang ku lakukan ini adalah benar.”

            Hannah tertawa mendengar ucapan Tay. Kadang-kadang Tay memang lucu. “Oke baiklah. Acaranya akan aku laksanakan di minggu ini. Jadi kau siap-siap saja berubah menjadi gadis yang cantik.”

            Hannah pun pergi meninggalkan Tay yang cemberut. Tapi jujur saja, dia malas mengubah penampilannya dan menjadi gadis yang sesungguhnya. Tentu Tay akan malu dan ditertawakan. Tapi ini demi Hannah dan Tay tidak bisa membatalkan niatnya untuk menjadi gadis yang cantik di pesta ulang tahun Hannah. ‘Kan cuma selamam aja.’ Batin Tay.

            Sementara Hannah berjalan keluar perpustakaan. Jam kuliahnya akan dimulai satu jam lagi. Hannah menyempatkan diri pergi ke lapangan bola dan berharap Louis ada disana. Setelah sampai di lapangan bola, jantung Hannah berdegup kencang saat melihat pujaannya yang sedang bermain bola dan seorang diri. Hannah penasaran mengapa Louis bermain seorang diri. Mana teman-teman Louis lainnya? Karena demi cinta, Hannah memberanikan diri untuk mendekati Louis. Namun….

            “Hai Hann!”

***

Semakin lama, Tay semakin bosan duduk di perpustakaan. Hari ini tidak ada jam kuliah. Seharusnya ia tidak masuk dan lebih baik ia berada di jalan atau di cafe untuk bernyanyi. Itu lebih baik dibanding berdiam diri dan tidak menghasilkan apapun. Tay pun keluar dari perpustakaan. Namun saat ia tepat berada di pintu perpustakaan, Tay dihadang oleh seseorang. Seseorang yang sangat tidak ingin ditemuinya.

            “Mau apa kau?” Bentak Tay garang. Ia baru sadar kalau urusannya dengan lelaki itu belum selesai. Karena tidak direspon apapun, Tay memutuskan untuk keluar dan tidak mempedulikan lelaki yang tidak lain adalah Harry.

            Namun saat Tay menggeser tubuhnya ke kiri, Harry ikutan menggeser tubuhnya ke kiri. Begitupun seterusnya. Tay jadi kesal dengan Harry. “Heh! Kenapa kau tidak mengizinkanku keluar? Maumu apa sih?” Bentaknya lagi.

            Tay melihat ada celah baginya untuk keluar. Ia pun berhasil keluar namun tangannya ditarik paksa oleh Harry. “Urusanmu denganku belum sHannahsai.” Ucapnya.

            Tay menatap tajam Harry. Shit! Makinya dalam hati. Seharusnya lelaki itu yang bermasalah dengannya dan bukan ia yang bermasalah dengan lelaki itu. “Maksudmu apa sih? Lepaskan aku!” Bentak Tay.

            Giliran Harry yang menatap tajam Tay. “Aku tidak akan mHannahpasmu. Dan kau harus merasakan apa yang pernah dirasakan Ibuku saat ini.” Ucapnya.

            Tay tidak mengerti dengan ucapan Harry. “Aku tidak mengenal Ibumu!” Ucapnya.

            “Tapi Ayahmu sangat mengenal Ibuku dan Ayahmu yang telah membuat Ibuku menderita sampai saat ini!”

            Harry mHannahpaskan tangannya yang mencengkram tangan Tay dengan kasar hingga Tay kesakitan. Lelaki itu pun pergi meninggalkannya dan Tay mengumpat dalam hati.

            “Lelaki sialan!” Ucapnya.

            Tay penasaran apakah Ayahnya mengenal Ibu Harry. Baginya, Harry adalah lelaki yang sangat misterius dan ia harus bisa mengungkap misteri ini.

***

“Hai Hann!”
           
Hannah sadar kalau itu adalah suara milik Niall dan bukan suara Louis. Entah mengapa Hannah tidak suka akan kehadiran Niall di tempat ini.

            “Hai juga.” Balas Hannah malas. Kedua matanya mengalihkan pandang ke arah Louis. Ia tersenyum.

            Tampaknya Niall melihat semua itu dan ia dapat menyimpulkan sesuatu. “Kau menyukainya?” Tanyanya. Namun Hannah tidak mempedulikannya. Ia menganggap Niall tidak ada disini. Niall berusaha untuk sabar. Ia tau gadis itu sangat cuek dan Niall merasa salah menyukainya. Apa? Jadi ia benar-benar menyukai Hannah?

            Tanpa Hannah sadari, Louis sudah berada di depannya. Seketika itu juga Hannah berubah menjadi malu dan bingung harus berbuat apa.

            “Hai bro!” Sapa Niall. Namun sesuatu yang tidak diduga Niall maupun Hannah keluar dari mulut Louis. “Sorry ganggu kalian berdua.” Hannah benar-benar kaget mendengar ucapan Louis. Padahal Niall yang mengganggunya dan bukan Louis.

            Ketika Louis hendak pergi, Hannah malah mencegahnya. “Lou! Aku.. Aku ingin bicara denganmu.” Ucapnya penuh dengan kenekatan. Niall yang merasa tidak nyaman berada di tempat ini memilih untuk pergi. Dan entah mengapa hatinya terasa sakit. Sakit sekali. Sementara Louis membalikkan badan. Kini hanya Hannah dan Louis saja.

            “Apa yang kau mau bicarakan?” Tanya Louis mendekati Hannah.

            Jantung Hannah berdegup kencang. Baru kali ini Louis meresponnya dan baru kali ini ia sedekat dengan Louis. Diam-diam Hannah memerhatikan wajah tampan Louis. Namun ada sesuatu dari wajah tampan Louis yang terlihat aneh bagi Hannah. Jika diperhatikan baik-baik, wajah Louis sangatlah pucat.

            “Ng.. Maaf Lou.. Aku..” Hannah bingung mau bicara apa. Pasalnya ia kehabisan kata-kata. Padahal jika tidak ada Louis, ia tidak akan kehilangan kata-kata. Artinya, ia selalu gugup jika berhadapan dengan Louis.

            “Bicara saja.” Kata Louis.

            Tiba-tiba Hannah teringat dengan pesta ulang tahunnya. “Ng.. Kau mau kan datang di pesta ulang tahunku minggu ini?” Tanyanya.

            “Akan aku usahakan. Ada lagi?”

            Hannah sudah benar-benar kaku dan bingung. Rasanya ia seperti ingin menangis. Bukan menangis karena bahagia. Melainkan menangis karena ia salah mencintai seseorang. Baginya, Louis termasuk tipe lelaki pendiam dan tidak romantic serta cuek. Tapi semua itu tidak akan mengurangi rasa cintanya pada Louis.

            “Aku.. Aku..” Sulit sekali untuk mengucapkan ‘Aku cinta kamu’. Ada yang menghadangnya untuk mengucapkan kalimat itu.

            “Aku tidak mengerti denganmu.” Kata Louis. Hannah yang tadi menunduk langsung mengangkat wajahnya. “Niall sangat menyukaimu dan apa kau tau dimana dia sekarang? Niall cemburu meliat kau bicara denganku. Saranku, cepatlah pergi menemuinya dan jangan pernah bicara lagi dengan orang sepertiku.” Sambungnya.

            “Aku tidak menyukai Niall!” Kata Hannah tiba-tiba dengan suara yang cukup keras. Sayangnya, dari jauh Niall mendengar semua itu. Lelaki itu kini berada tidak jauh dari tempat Louis dan Hannah.

            “Lalu kau menyukai siapa?” Tanya Louis.

            “Hann!” Teriak suara seseorang yang tidak jauh dari tempat itu.

***

Tidak jauh dari lapangan bola, Tay melihat Hannah dan Louis. Wajah Hannah terlihat berbeda dari biasanya. Timbul rasa khawatir pada diri Tay. Cepat-cepat Tay berlari menemui Hannah. “Hann!” Teriaknya.
           
Baik Hannah maupun Louis kaget melihat kedatangan Tay. Terutama Louis. “Lou! Apa yang telah kau lakukan pada Hannah?” Bentak Tay.

            Hari ini Tay memang sedang marah-marahnya. Louis ingin bicara tapi sudah keduluan Hannah. “Tay, aku baik-baik saja. Kenapa kau terlihat khawatir seperti itu?” Jawab dan tanya Hannah.

Namun Tay tidak mempedulikan Hannah. Sekarang ia sedang berhadapan dengan Louis. “Lou! Cepat tinggalkan tempat ini dan jangan pernah lagi mengganggu Hannah!” Bentaknya.

“TAY!” Bentak Hannahtidak suka. Berani sekali Tay berkata seperti itu.

“Baik, aku pergi!” Kata Louis lalu pergi meninggalkan Hannah dan Tay. Sebenarnya Hannahingin memanggil Louis tetapi Tay melarangnya.

Setelah Louis pergi, Hannah langsung menatap Tay dengan perasaan tidak suka. Baru kali ini Hannah tidak suka dengan Tay. Maksudnya tidak suka dengan sikap Tay. “Tay! Apa yang telah kau lakukan?” Tanya Hannah. Sepertinya gadis itu ingin menangis.

Tay menarik nafas dalam-dalam. Ia tau kalau ia salah dan telah membuat hati Hannah sakit. “Maafkan aku Hann. Aku hanya tidak suka kau berdekatan dengan Lou.” Ucapnya.

“Mengapa? Mengapa kau tidak suka kalau aku dekat dengan Lou? Kau cemburu?” Tanya Hannah. Gadis itu pun menangis. Suatu hal yang sangat dibenci Tay.

“Karena Louis bukan lelaki yang baik!” Jawab Tay. Berharap Hannah mempercayai jawabannya.

Tiba-tiba Hannah langsung diam. Gadis itu teringat sesuatu. “Tay, apa Lou…”

“Kau sudah tau kan jawabannya? Kalau kau sudah tau, kau pasti paham mengapa aku sangat membenci Lou dan ingin balas dendam dengannya.”

Tay pun pergi meninggalkan Hannah yang masih tidak percaya dengan apa yang dirasakannya. ‘Lou dan Tay… Tidak mungkin!’

***

“Ukh.. Ukh..” *anggapsuarabatuk*

“Lou, R U okay?” Tanya Harry yang melihat Louis sedang batuk. Tampaknya Louis sedang tidak baik.

Seperti biasa, Harry, Louis dan Niall berkumpul di kantin saat kantin sepi. “Aku baik-baik saja.” Kata Louis.

“Lou, sepertinya Hannah menyukaimu.” Kata Niall tiba-tiba.

Louis langsung mengangkat wajahnya. “Lalu? Kau menyukainya bukan?” Tanyanya.

“Sepertinya. Tapi mengapa aku perhatikan kau tidak mau berbicara dengannya? Mengapa kau seakan-akan menghindar darinya? Dan tadi aku perhatikan Tay marah-marah denganmu. Apa Tay mengenalimu?”

Mendengar Niall menyebut nama ‘Tay’, Harry langsung menoleh ke Niall. “Gadis itu hobinya marah. Dia hanya cemburu melihat Hannah dekat dengan Lou.” Ucapnya.

“Aku tidak percaya. Setauku Tay tidak pernah menyukai laki-laki manapun karena pada dasarnya dia adalah laki-laki. Atau bisa dipastikan Tay menyukai Hannah dan Tay tidak suka jika Hannah dekat  dengan Lou.” Kata Niall.

Tiba-tiba Louis berdiri. “Aku tidak dekat dengan Hannah dan aku tidak menyukainya! Antara aku dan Tay memang ada hubungan. Tapi aku tidak bisa menceritakannya pada kalian.” Dan setelah mengucapkan kalimat itu Louis batuk-batuk.

“Sudahlah Lou, Tay memang licik. Karena Ayahnya sendiri juga licik.” Kata Harry.

Tentu saja Louis paham dengan apa yang diucapkan Harry karena Harry sudah menceritakan tentang Ayah Tay yang ada hubungannya dengan Ibunya. Namun tidak dengan Niall dan Harry tidak lagi menceritakan tentang Ayah Tay kepada siapapun.

“Sebentar lagi, Hannah akan merayakan pesta ulang tahunnya dan aku tidak yakin akan datang di pesta ulang tahunnya.” Kata Louis.

“Ohya? Aku diundang tidak?” Tanya Niall penuh dengan semangat.

Louis tersenyum melihat tingkah laku Niall yang baginya lucu. Pada dasarnya Niall memang lucu dan suka membuatnya tertawa. “Kemungkinan besar tidak.” Jawabnya lalu tertawa.

“Kau ini, berdoalah agar Hannah tidak mencintaimu lagi dan pindah mencintaiku.” Kata Niall. Sama sekali tidak nyambung dengan topik sebelumnya.

Louis terdiam mendengar ucapan Niall barusan. Ia teringat dengan Hannah yang ia yakini sangat mencintainya. Namun Hannah adalah sahabat Tay, seseorang yang membuatnya bersalah sampai saat ini. Dan Hannah, dia salah mencintai seseorang.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar