expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 12 April 2015

All of Revenges ( Part 11 )



Part 11

.

“Tidak. Memangnya kenapa?” Bohong Harry. Ia tidak ingin Tamara mengetahui bahwa ia dan Tay adalah adik kakak.

“Gadis itu benar-benar sangat menjengkelkan. Padahal aku tidak mengenalinya dan dia malah menamparku.” Jawab Tamara.

Harry tersenyum. “Sebenarnya kau yang salah. Kau yang memancingnya dan dia marah padamu sampai menamparmu.” Ucapnya.

Tamara menatap Harry dengan tatapan tidak suka. Ia merasa Harry membela gadis itu dan menyalahkannya. “Tapi kan memang kenyataannya kalau gadis itu jelek.” Ucapnya.

Harry tidak mau lagi mendengar omongan Tamara tentang Tay. Harry membantu Tamara berdiri. “Aku ada jam kuliah. Aku pergi dulu.” Ucapnya lalu meninggalkan Tamara yang masih kesal. Tamara merasa bahwa Harry sangat mengenali gadis itu. Diam-diam, Tamara ingin mencari tau tentang gadis itu.

***

Di rumah sakit, Niall terbangun dari tidurnya. Lelaki itu tersadar kalau dirinya telat bangun. Lihat, sudah jam berapa ini? Saking nyenyaknya tidur, Niall sampai lupa untuk bangun. Niall melihat wajah Hannah yang pucat. Wajah yang kasihan.

Pelan-pelan, Niall menyibakkan poni Hannah yang menutupi wajahnya. Lalu, Niall tersenyum melihat wajah cantik itu dari dekat. ‘Louis sangat bodoh! Seharusnya dia beruntung karena Hannah mencintainya.’ Batin Niall. Louis?

Niall memutuskan untuk menemui Louis. Lelaki itu pun berjalan keluar. Sesampai di ruang rawat Louis, Niall diizinkan masuk dan melihat ada Audrey disana. “Hai!” Sapa Niall mendekati Audrey.

Tampaknya Audrey kaget dengan kedatangan Niall. “Kau tidak kuliah?” Tanyanya.

“Tidak. Hari ini aku bebas.” Jawab Niall. “Dan kau tidak kerja?” Tanyanya.

Audrey tersenyum miris. “Aku memilih cuti untuk menjaga Louis. Sementara Ayah dan Ibu bekerja. Aku tau biaya rumah sakit sangat mahal. Karena itulah Ayah dan Ibu berusaha untuk mencari uang sebanyak-banyaknya agar Louis tetap hidup.” Jelasnya.

Niall terpaku melihat Louis yang sangat menyedihkan. “Apa kau tau bahwa umur Louis sudah tidak lama lagi?” Tanyanya.

“Ya. Aku tau. Tapi aku tidak percaya. Aku yakin Louis masih bisa bertahan dan sehat kembali.”

“Aku setuju denganmu.” Kata Niall.

Audrey menghela nafas dalam-dalam. “Aku tidak menyangka Lou terkena penyakit kanker. Hal ini sungguh berada di luar dugaanku. Jadi, selama ini Lou menyembunyikan penyakitnya. Jujur, aku marah dengan Lou yang tidak mau memberitahu penyakitnya padaku, Ibu atau Ayah. Dia memang lelaki yang egois.” Ucapnya.

Tiba-tiba Niall teringat sesuatu. Sesuatu yang terasa sakit bila diingat. “Kau tau Hannah? Gadis itu sangat mencintai Lou, tapi Lou tidak mencintainya.”

Audrey menoleh ke arah Niall. “Ya aku tau. Louis pernah cerita. Dan dia kesal dengan gadis itu.” Ucapnya.

Sebisa mungkin Niall menahan kesedihannya. Jika ada dua pilihan, antara memilih Louis mencintai Hannah atau tidak mencintai, maka Niall akan memilih Louis mencintai Hannah. Karena Niall hanya ingin melihat gadis yang dicintainya bahagia. Itu saja. Walau hatinya terasa sakit.

“Kasihan Hannah. Sekarang dia juga terbaring seperti Louis. Hannah pingsan karena mendengar kabar bahwa Louis terkena penyakit kanker paru-paru dan umurnya tidak akan lama lagi.” Kata Niall.

“Ohya? Begitu besar cinta Hannah pada Louis.”

Setelah puas ngobrol dengan Audrey, Niall memilih pergi ke kantin rumah sakit karena perutnya sudah lapar. Niall pun berjalan ke kantin dan berdo’a agar semua kejadian ini akan baik-baik saja, dan dapat tersHannahsaikan dengan baik.

***

Hari ini, Tay malas bekerja. Moodnya sangat buruk. Terutama saat ia mengingat gadis tadi. Gadis yang adalah kekasih dari Harry. Berani-beraninya gadis itu mengatai dirinya jHannahk walau kenyataannya memang begitu. Tay membanting tasnya keras-keras. Tidak peduli apakah tasnya rusak atau tidak.

“Gadis sialan!” Umpatnya. Tay berlari mendekati cermin. Disana, ia bisa melihat wajahnya. Wajahnya yang baginya sangat tidak cantik. Namun saat ia mengingat penampilannya di pesta ulang tahun Hannah, Tay mengaku bahwa dirinya sangat cantik.

“Dan mengapa aku tidak suka melihat Harry bersama gadis itu?” Mucul pertanyaan lain yang membingungkannya. Hatinya begitu panas saat melihat Harry yang mesra dengan gadis itu. Apa ia cemburu? Sekali lagi, apa ia cemburu?

Ingat Tay, Harry adalah kakakmu. Tay berusaha menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya itu. Namun, ia tidak bisa. Semakin ia menghilangkannya, maka pikiran itu semakin semangat untuk memenuhi otaknya.

“Tidak mungkin aku cemburu. Ingat Tay, kau adalah gadis yang anti dengan lelaki dan anti dengan cinta. Tapi..”

Ketika ia mengenal Harry, hidupnya seakan-akan berubah. Tay mulai merasakan sebuah perasaan yang asing. Perasaan yang sangat dihindarinya. Apa itu yang dinamakan cinta? Apa ia mencintai Harry? Tay tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa Harry adalah lelaki yang sangat menawan. Banyak gadis yang ingin memilikinya. Sungguh beruntung bila ada gadis yang menjadi kekasih Harry.

Sekali lagi, Tay memandangi wajahnya di depan cermin dan sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba muncul sebuah ide yang baginya sangat gila. Ide yang buruk. ‘Apakah sebaiknya aku mengubah penampilanku menjadi gadis pada umunya?’ Batinnya. Ya, ide yang bagus. Jika Tay berubah menjadi seorang bidadari cantik, maka gadis bernama Tamara itu akan iri padanya dan Tay bisa membalas dendam pada gadis itu, meski idenya ini setengah-setengah.

“Baiklah! Akan aku lakukan!” Tekad Tay.

***

Sungguh hari yang mHannahlahkan. Harry sampai di rumah dan langsung merebahkan tubuhnya. Ia baru tiba di rumah semalam ini karena ia baru pulang dari tempat kerjanya. Harry tidak sabar menunggu kelulusan dan mencari pekerjaan yang lebih baik. Dan ia ingin sekali mencari pekerjaan di New York agar ia bisa bertemu Ayahnya.

Harry teringat dengan Tamara. Jujur saja, Harry muak dengan gadis itu. Semua yang ada pada gadis itu, meski gadis itu sangat cantik. Tapi Harry tidak menyukai gadis itu. Dan Harry teringat dengan Tay. Mengapa tiba-tiba ia merindukan gadis itu? Harry belum sempat meminta maaf pada gadis itu karena kesalahannya kemarin.

Pintu kamarnya terbuka. Tamara tersenyum menyapa Harry. Gadis itu berjalan mendekati Harry dengan pakaian yang sangat tidak sopan. Tentu Harry kaget melihat kedatangan Tamara.

“Sayang, aku boleh tidur disampingmu?” Tanya Tamara dengan suara yang manja.

Harry menatap tajam gadis itu. ‘Waninta pelacur!’ Batin Harry. Ia tau gadis seperti Tamara merupakan gadis yang tidak baik. Lihat saja pakaiannya yang dapat membuat para lelaki mabuk melihatnya dan ingin bermain bersama tubuh gadis itu.

“Menurutmu, apa aku mau tidur bersamamu?” Harry balik nanya.

Tamara tersenyum manis. “Tentu saja kau mau. Aku kan cantik. Kau pasti sangat menginginkan tubuhku.” Ucapnya.

Harry tersenyum sinis. “Maaf. Aku tidak mau dijadikan bekas olehmu.” Ucapnya.

Tentu saja Tamara merasa tersinggung mendengar ucapan Harry. “Hei! Kalau bicara jangan macam-macam. Aku masih perawan! Mau bukti?”

Akhirnya Harry menemukan sebuah ide. “Baiklah. Ayo kemari.” Ucapnya.

Tamara senang bahwa Harry mau menerimanya. Pelan-pelan, Tamara berjalan mendekati Harry. Ketika jaraknya dengan Harry cukup dekat, Tamara tidak menyangka bahwa saat itulah Harry mendorongnya dengan kasar hingga ia terjatuh. Tamara tidak menyangka Harry akan melakukan hal kasar ini. Sebisa mungkin Tamara menahan rasa sakitnya.

“Kau.. Kau..” Ucap Tamara terbata-bata.

“Kau apa? Hah? Aku tidak mau lagi melihat wajahmu disini. Dan sekali lagi, KAU BUKAN KEKASIHKU. MENGERTI??!”

Tamara berusaha untuk tenang dan bangkit. Setelah ia berdiri, Tamara menatap Harry dengan tatapan setannya. “Malam ini kau menang. Tapi tidak dengan malam selanjutnya.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Harry.

Harry berjalan dan menutup pintu kamarnya. Sungguh, ia sangat kesal dengan Tamara dan ingin menendangnya jauh dari rumah ini. Tapi Harry teringat dengan Ibunya yang baginya sudah sangat gila. Yang tega-teganya menjodohkannya dengan gadis seperti Tamara.

***
           
Baru saja Niall dan Liam membuka pintu kamar Hannah, kamar itu tampak kosong. Tentu saja Liam dan Niall kaget bukan main. Dimana Hannah? Mengapa gadis itu tidak ada di tempatnya?

            “Liam, maafkan aku. Aku tidak tau kalau Hannah menghilang.” Kata Niall merasa bersalah.

            Liam memegang bahu Niall. “Tidak apa-apa. Itu bukan salahmu. Aku tau kau lelah menjaganya dari pagi. Mungkin Hannah sudah sadar dan..”

            “Aku tau!” Kata Niall tiba-tiba.

***

Seorang gadis berwajah pucat perlahan berjalan menuju kamar rawat seorang lelaki yang sangat dicintainya. Gadis itu tersenyum sedih saat melihat Louis yang terbaring lemah dengan dipasang selang infuse. Gadis itu berjalan mendekati Louis. Dipegangnya tangan dingin itu.

“Louis.. Kau jahat! Kau jahat!” Ucap gadis itu setengah menangis.
           
 Hannah menangis dengan penuh rasa sakit di hatinya. Tadi, ia terbangun dari tidurnya dan entah mengapa kedua kakinya ini ingin sekali berlari menuju kamar Louis. Dan ia telah melakukannya.

            “Lou, sadarlah. Bangunlah..” Kata Hannah.

            “Hannah!” Teriak Niall dan Liam.

            Mendengar suara dua lelaki itu, Hannah membalikkan badannya dan menatap tajam kedua lelaki itu. “Pergi sana! Kalian tidak boleh disini!” Bentaknya bercampur dengan air mata.

            Liam merasa kasihan dengan adiknya yang sudah hampir gila hanya karena seorang Louis. Sebegitu dahsyatnyakah Louis baginya? Demikian pula dengan Niall. Lelaki itu mencoba untuk tidak cemburu pada keadaan. Bodoh sekali bila ia cemburu dengan Louis yang kini tengah memperjuangkan penyakitnya.

            Lalu, seorang wanita yang tidak lain adalah Ibu Louis datang. “Ada apa disini?” Tanyanya. Baru saja Ibu Louis datang dari toilet.

            “Tidak ada. Hanya saja Hannah yang begitu tidak terima atas musibah yang menimpa Louis.” Jawab Liam.

            Ibu Louis yang bernama Danielle memandangi Hannah dengan penuh rasa kasihan. Ia tau Hannah sangat mencintai putranya dan tidak mau kehilangan putranya, walau kenyataannya putranya tidak mau mencintainya.

            “Ibu tau.” Kata Danielle, lalu ia mendekati Hannah yang masih menangis. “Sebaiknya kau istirahat saja. Louis akan baik-baik saja.” Ucapnya.

            Akhirnya Hannah mengangguk. Dengan dibantu Niall, Hannah pun kembali menuju kamarnya. Sementara Liam masih tetap berada di kamar Louis bersama Danielle. “Bu, apa Louis bisa sembuh? Saya tidak tega melihat Hannah menderita.” Ucapnya.

            “Entahlah Liam. Hanya Tuhan yang tau. Tugas kita hanyalah berdo’a.” Ucapnya.

            Sementara Niall, dia berhasil mendudukkan Hannah di atas ranjang kasurnya. Niall berusaha untuk tersenyum. “Istirahat saja.” Ucapnya singkat.

            Hannah dapat menyimpulkan bahwa Niall sangat letih. Lihat saja wajahnya. Begitu lelah dan pucat. Hannah tau ini sudah malam dan waktunya untuk tidur. Tapi Hannah merasa perutnya lapar. Hannah ragu meminta bantuan pada Niall karena ia tidak tega melihat Niall kelelahan.

            “Ada apa?” Tanya Niall.

            Hannah pun menjawab. “Aku lapar. Tapi aku tidak sopan menyuruhmu membelikan makanan di kantin rumah sakit.” Jawabnya.

            Niall tersenyum. “It’s okay. Kau mau apa? Aku juga lapar.” Ucapnya.

            Hannah tidak percaya bahwa Niall mau membelikannya makanan. “Sebelumnya terimakasih. Aku terserah kau saja, yang penting bisa mengenyangkan perut.” Ucapnya.

            Niall pun pergi ke kantin yang jaraknya lumayan jauh dari kamar Hannah. Namun, Niall tidak mengeluh karena ia sangat mencintai Hannah dan akan melakukan apapun demi Hannah. Apapun demi Hannah.

***

            Satu keajaiban datang di pagi ini. Semua orang sibuk membicarakan Tay yang kini telah merubah penampilannya. Pagi ini, Tay memakai blouse biru muda dan rok pendek di atas lutut. Namun roknya tidak terlalu ketat karena Tay tidak suka memakai rok yang ketat. Rambutnya pun tertata rapi. Tidak lupa Tay menghiasi wajahnya dengan berbagai alat kosmetik.

            Bidadari baru telah datang dan membuat heboh seisi kampus. Banyak para lelaki menghampiri Tay dan menggodanya. Namun Tay cuek saja. Ia tau, keputusannya ini sangat berat tapi ia tidak mempunyai pilihan lain untuk membuat Tamara panas melihatnya.

            Namun, hari ini Tay tidak melihat Tamara. Mungkin gadis itu sedang tidak ada jam kuliah. Tanpa sengaja, kedua mata Tay menemukan Harry yang sedang berkumpul dengan teman-temannya. Ingin sekali Tay berjalan mendekati Harry. Tetapi ia tidak berani. Tay hanya bisa melihat Harry dari jauh dan berharap supaya Harry mau menoleh ke arahnya. Namun, Harry tidak mau menoleh ke arahnya dan lebih memilih berbicara dengan teman-temannya.

            Tay menarik nafas dalam-dalam. Lalu ia memperhatikan sosok Harry dari jauh. Baginya, sosok itu sangat menawan. Tay dapat melihat senyum Harry dan tawa Harry yang dapat membuat hatinya bahagia. Ada apa ini? Apa ia memang menyukai Harry? Menyukai kakaknya sendiri? Tay tersenyum sedih. Tidak seharusnya ia melakukan perubahan ini. Penampilan barunya ini hanya membuatnya menjadi lemah dan tidak seperti dirinya yang biasanya.

            Tiba-tiba Tay teringat dengan Hannah yang sedang di rawat di rumah sakit. Tay belum sempat menjenguknya dan tidak tau bagaimana keadaan Hannah saat ini. Dan Louis, Tay berusaha untuk tidak peduli dengan lelaki itu. Meski sakit Louis teramat parah, Tay tidak peduli. Mati pun ia tidak peduli.

            Masih dengan memandangi Harry dari jauh, ada tangan yang menyentuh pundaknya. Tay menjadi kaget. Gadis itu membalikkan badannya dan mendapati Zayn yang sedang tersenyum kepadanya.

            “Kau mengagetkanku saja.” Kata Tay.

            Zayn tertawa. “Kau sedang memerhatikan siapa? Daritadi aku melihatmu memperhatikan seseorang?” Tanyanya.

            Entah mengapa Tay menjadi malu. “Aku tidak memperhatikan siapapun.” Ucapnya.

            “Ohya? Aku lihat disana ada Harry. Ayolah Tay, jangan bohongi perasaanmu. Kau menyukai Harry bukan?”

            “Zayn! Harry adalah kakakku! Untuk apa aku menyukainya? Sebagai kakak ya jelas iya!” Kata Tay dengan sedikit emosi.

            “Baiklah. Aku tau kalian adalah adik kakak dan Harry sudah mempunyai seorang kekasih. Ngomong-ngomong, penampilan barumu sudah permanen ya?”

            “Mungkin saja.” Jawab Tay singkat.

            “Apa yang membuatmu mengubah penampilanmu?” Tanya Zayn.

            Tay tidak menjawab pertanyaan Zayn. Zayn terlalu banyak bertanya dan ia malas untuk menjawab. “Aku ada jam kuliah. Sampai jumpa.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Zayn. Tay pergi menuju kelasnya. Namun, saat ia berada di tengah perjalanan, Tay dihadang oleh tiga gadis yang salah satunya adalah gadis yang sangat ia bencikan.

            Tiga gadis itu menghadangnya dan tidak mau membiarkannya untuk lewat. Tay jadi kesal. “Mengapa kalian tidak mengizinkanku pergi?” Bentak Tay. Walau penampilan Tay sudah berubah, tapi sikap galak Tay tidak akan pernah hilang dari dalam dirinya.

            Tiga gadis itu tertawa. “Hei gadis jHannahk! Aku tidak percaya kalau kau telah berubah menjadi gadis cantik. Kau habis operasi plastik ya?” Ejek Tamara.

            Wajah Tay langsung merah padam. “Maumu apa sih? Aku tidak mempunyai urusan denganmu!” Bentaknya.

            Cepat-cepat Tay berjalan mHannahwati Tamara dan dua temannya. Namun dua temannya itu sudah menangkapnya dan Tay tidak bisa kemana-mana. Sebisa mungkin Tay mHannahpaskan diri dari cengkraman keduanya, tetapi Tay tidak bisa. Tay merasa dua gadis itu memiliki tenanga yang begitu kuat. Bisa jadi dua gadis itu adalah body guard Tamara.

            Kini, Tamara berhadapan dengan Tay sambil tersenyum sinis. Ia berkacak pinggang. Tamara bisa menangkap kemarahan yang terlihat jelas di wajah Tay. Lalu dengan gerakan cepat, Tamara menampar pipi kanan Tay hingga pipi kanan Tay berdarah. Tay tidak menyangka pipinya berdarah hanya karena dipukul oleh gadis seperti Tamara.

            “Jangan heran. Sampai sekarang aku masih tergabung dalam ikatan karate dan bisa saja aku melukaimu. Jangan melihat orang dari penampilannya.” Kata Tamara dengan penuh kemenangan. Gadis itu kembali menampar pipi Tay. Kali ini yang kena adalah pipi kiri Tay.

            Tay berusaha menahan air mata yang ingin turun karena merasakan kesakitan di kedua pipinya. Juga gadis itu berusaha mHannahpaskan diri dari cengkraman dua teman Tay yang baginya sudah seperti monster.

            “Kau sakit? Haha..” Tawa Tamara dan teman-temannya.

            “BERHENTI!!” Teriak seorang lelaki yang membuat jantung Tay seras ingin copot.

***

            Harry berjalan kembali menuju kelasnya. Sebelumnya, ia bertemu Zayn dan Harry mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas. Toh jam kuliahnya juga sudah habis.

            “Kau mau kemana?” Tanya Zayn.

            “Awalnya aku mau ke kelas. Tapi rasanya aneh jika aku ke kelas sementara jam kuliahku tidak ada.” Jawab Harry.

            “Kalau begitu, sebaiknya kita ke toko saja. Jam kuliahku juga sudah habis.” Kata Zayn.

            Namun, Harry merasakan ada suatu hal yang ganjil. Yang ada hubungannya dengan Tamara. Harry tau, gadis itu telah menguasai kampus ini. Bisa dikatakan Tamara adalah Ratu di kampusnya dan semuanya harus menuruti semua apa yang diinginkan Tamara.

            “Kau sedang bingung?” Tanya Zayn.

            “Tidak. Ng.. Aku harus mencari Tamara. Kau tau dimana dia?” Tanya Harry.

            Zayn nampak berpikir. “Terakhir aku melihat dia berada di belakang kantin. Tay sering berjalan disana jika ia mau ke kelasnya.” Ucapnya.

            “Aku tau ada yang tidak beres. Ayo kita kesana!” Kata Harry.

            Zayn merasa Harry sangat khawatir dengan keadaan Tay. Apa Harry juga menyukai Tay? Tapi itu tidak mungkin. Mereka adik kakak dan tidak mungkin saling menyukai. Zayn mengejar Harry yang sudah jauh darinya. Dan saat keduanya sampai di belakang kantin, keduanya melihat Tay yang sedang disiksa oleh Tamara dan dua temannya.

            Harry yang tidak sanggup melihat pemandangan itu segera menghentikannya.  “BERHENTI!!” Teriaknya.

            Seketika itu juga dua teman Tamara mHannahpas Tay. Tay yang merasa sudah bebas cepat-cepat berlari menuju tempat Zayn dan Harry.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar