Part
11
.
“Tidak. Memangnya kenapa?” Bohong
Harry. Ia tidak ingin Tamara mengetahui bahwa ia dan Tay adalah adik kakak.
“Gadis itu benar-benar sangat
menjengkelkan. Padahal aku tidak mengenalinya dan dia malah menamparku.” Jawab
Tamara.
Harry tersenyum. “Sebenarnya kau
yang salah. Kau yang memancingnya dan dia marah padamu sampai menamparmu.”
Ucapnya.
Tamara menatap Harry dengan
tatapan tidak suka. Ia merasa Harry membela gadis itu dan menyalahkannya. “Tapi
kan memang kenyataannya kalau gadis itu jelek.” Ucapnya.
Harry tidak mau lagi mendengar
omongan Tamara tentang Tay. Harry membantu Tamara berdiri. “Aku ada jam kuliah.
Aku pergi dulu.” Ucapnya lalu meninggalkan Tamara yang masih kesal. Tamara
merasa bahwa Harry sangat mengenali gadis itu. Diam-diam, Tamara ingin mencari
tau tentang gadis itu.
***
Di rumah sakit, Niall terbangun
dari tidurnya. Lelaki itu tersadar kalau dirinya telat bangun. Lihat, sudah jam
berapa ini? Saking nyenyaknya tidur, Niall sampai lupa untuk bangun. Niall
melihat wajah Hannah yang pucat. Wajah yang kasihan.
Pelan-pelan, Niall menyibakkan
poni Hannah yang menutupi wajahnya. Lalu, Niall tersenyum melihat wajah cantik
itu dari dekat. ‘Louis sangat bodoh! Seharusnya dia beruntung karena Hannah
mencintainya.’ Batin Niall. Louis?
Niall memutuskan untuk menemui
Louis. Lelaki itu pun berjalan keluar. Sesampai di ruang rawat Louis, Niall
diizinkan masuk dan melihat ada Audrey disana. “Hai!” Sapa Niall mendekati
Audrey.
Tampaknya Audrey kaget dengan
kedatangan Niall. “Kau tidak kuliah?” Tanyanya.
“Tidak. Hari ini aku bebas.” Jawab
Niall. “Dan kau tidak kerja?” Tanyanya.
Audrey tersenyum miris. “Aku
memilih cuti untuk menjaga Louis. Sementara Ayah dan Ibu bekerja. Aku tau biaya
rumah sakit sangat mahal. Karena itulah Ayah dan Ibu berusaha untuk mencari
uang sebanyak-banyaknya agar Louis tetap hidup.” Jelasnya.
Niall terpaku melihat Louis yang
sangat menyedihkan. “Apa kau tau bahwa umur Louis sudah tidak lama lagi?”
Tanyanya.
“Ya. Aku tau. Tapi aku tidak
percaya. Aku yakin Louis masih bisa bertahan dan sehat kembali.”
“Aku setuju denganmu.” Kata Niall.
Audrey menghela nafas dalam-dalam.
“Aku tidak menyangka Lou terkena penyakit kanker. Hal ini sungguh berada di
luar dugaanku. Jadi, selama ini Lou menyembunyikan penyakitnya. Jujur, aku marah
dengan Lou yang tidak mau memberitahu penyakitnya padaku, Ibu atau Ayah. Dia
memang lelaki yang egois.” Ucapnya.
Tiba-tiba Niall teringat sesuatu.
Sesuatu yang terasa sakit bila diingat. “Kau tau Hannah? Gadis itu sangat
mencintai Lou, tapi Lou tidak mencintainya.”
Audrey menoleh ke arah Niall. “Ya
aku tau. Louis pernah cerita. Dan dia kesal dengan gadis itu.” Ucapnya.
Sebisa mungkin Niall menahan
kesedihannya. Jika ada dua pilihan, antara memilih Louis mencintai Hannah atau
tidak mencintai, maka Niall akan memilih Louis mencintai Hannah. Karena Niall
hanya ingin melihat gadis yang dicintainya bahagia. Itu saja. Walau hatinya
terasa sakit.
“Kasihan Hannah. Sekarang dia juga
terbaring seperti Louis. Hannah pingsan karena mendengar kabar bahwa Louis
terkena penyakit kanker paru-paru dan umurnya tidak akan lama lagi.” Kata
Niall.
“Ohya? Begitu besar cinta Hannah
pada Louis.”
Setelah puas ngobrol dengan
Audrey, Niall memilih pergi ke kantin rumah sakit karena perutnya sudah lapar.
Niall pun berjalan ke kantin dan berdo’a agar semua kejadian ini akan baik-baik
saja, dan dapat tersHannahsaikan dengan baik.
***
Hari ini, Tay malas bekerja.
Moodnya sangat buruk. Terutama saat ia mengingat gadis tadi. Gadis yang adalah
kekasih dari Harry. Berani-beraninya gadis itu mengatai dirinya jHannahk walau
kenyataannya memang begitu. Tay membanting tasnya keras-keras. Tidak peduli
apakah tasnya rusak atau tidak.
“Gadis sialan!” Umpatnya. Tay
berlari mendekati cermin. Disana, ia bisa melihat wajahnya. Wajahnya yang
baginya sangat tidak cantik. Namun saat ia mengingat penampilannya di pesta
ulang tahun Hannah, Tay mengaku bahwa dirinya sangat cantik.
“Dan mengapa aku tidak suka
melihat Harry bersama gadis itu?” Mucul pertanyaan lain yang membingungkannya.
Hatinya begitu panas saat melihat Harry yang mesra dengan gadis itu. Apa ia
cemburu? Sekali lagi, apa ia cemburu?
Ingat Tay, Harry adalah kakakmu.
Tay berusaha menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya itu. Namun, ia tidak
bisa. Semakin ia menghilangkannya, maka pikiran itu semakin semangat untuk
memenuhi otaknya.
“Tidak mungkin aku cemburu. Ingat
Tay, kau adalah gadis yang anti dengan lelaki dan anti dengan cinta. Tapi..”
Ketika ia mengenal Harry, hidupnya
seakan-akan berubah. Tay mulai merasakan sebuah perasaan yang asing. Perasaan
yang sangat dihindarinya. Apa itu yang dinamakan cinta? Apa ia mencintai Harry?
Tay tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa Harry adalah lelaki yang sangat
menawan. Banyak gadis yang ingin memilikinya. Sungguh beruntung bila ada gadis
yang menjadi kekasih Harry.
Sekali lagi, Tay memandangi
wajahnya di depan cermin dan sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba muncul sebuah
ide yang baginya sangat gila. Ide yang buruk. ‘Apakah sebaiknya aku mengubah
penampilanku menjadi gadis pada umunya?’ Batinnya. Ya, ide yang bagus. Jika Tay
berubah menjadi seorang bidadari cantik, maka gadis bernama Tamara itu akan iri
padanya dan Tay bisa membalas dendam pada gadis itu, meski idenya ini
setengah-setengah.
“Baiklah! Akan aku lakukan!” Tekad
Tay.
***
Sungguh hari yang mHannahlahkan.
Harry sampai di rumah dan langsung merebahkan tubuhnya. Ia baru tiba di rumah
semalam ini karena ia baru pulang dari tempat kerjanya. Harry tidak sabar
menunggu kelulusan dan mencari pekerjaan yang lebih baik. Dan ia ingin sekali
mencari pekerjaan di New York agar ia bisa bertemu Ayahnya.
Harry teringat dengan Tamara.
Jujur saja, Harry muak dengan gadis itu. Semua yang ada pada gadis itu, meski
gadis itu sangat cantik. Tapi Harry tidak menyukai gadis itu. Dan Harry
teringat dengan Tay. Mengapa tiba-tiba ia merindukan gadis itu? Harry belum
sempat meminta maaf pada gadis itu karena kesalahannya kemarin.
Pintu kamarnya terbuka. Tamara
tersenyum menyapa Harry. Gadis itu berjalan mendekati Harry dengan pakaian yang
sangat tidak sopan. Tentu Harry kaget melihat kedatangan Tamara.
“Sayang, aku boleh tidur
disampingmu?” Tanya Tamara dengan suara yang manja.
Harry menatap tajam gadis itu.
‘Waninta pelacur!’ Batin Harry. Ia tau gadis seperti Tamara merupakan gadis
yang tidak baik. Lihat saja pakaiannya yang dapat membuat para lelaki mabuk
melihatnya dan ingin bermain bersama tubuh gadis itu.
“Menurutmu, apa aku mau tidur
bersamamu?” Harry balik nanya.
Tamara tersenyum manis. “Tentu
saja kau mau. Aku kan cantik. Kau pasti sangat menginginkan tubuhku.” Ucapnya.
Harry tersenyum sinis. “Maaf. Aku
tidak mau dijadikan bekas olehmu.” Ucapnya.
Tentu saja Tamara merasa
tersinggung mendengar ucapan Harry. “Hei! Kalau bicara jangan macam-macam. Aku
masih perawan! Mau bukti?”
Akhirnya Harry menemukan sebuah
ide. “Baiklah. Ayo kemari.” Ucapnya.
Tamara senang bahwa Harry mau
menerimanya. Pelan-pelan, Tamara berjalan mendekati Harry. Ketika jaraknya
dengan Harry cukup dekat, Tamara tidak menyangka bahwa saat itulah Harry
mendorongnya dengan kasar hingga ia terjatuh. Tamara tidak menyangka Harry akan
melakukan hal kasar ini. Sebisa mungkin Tamara menahan rasa sakitnya.
“Kau.. Kau..” Ucap Tamara terbata-bata.
“Kau apa? Hah? Aku tidak mau lagi
melihat wajahmu disini. Dan sekali lagi, KAU BUKAN KEKASIHKU. MENGERTI??!”
Tamara berusaha untuk tenang dan
bangkit. Setelah ia berdiri, Tamara menatap Harry dengan tatapan setannya.
“Malam ini kau menang. Tapi tidak dengan malam selanjutnya.” Ucapnya lalu pergi
meninggalkan Harry.
Harry berjalan dan menutup pintu
kamarnya. Sungguh, ia sangat kesal dengan Tamara dan ingin menendangnya jauh
dari rumah ini. Tapi Harry teringat dengan Ibunya yang baginya sudah sangat
gila. Yang tega-teganya menjodohkannya dengan gadis seperti Tamara.
***
Baru saja Niall dan Liam membuka
pintu kamar Hannah, kamar itu tampak kosong. Tentu saja Liam dan Niall kaget
bukan main. Dimana Hannah? Mengapa gadis itu tidak ada di tempatnya?
“Liam,
maafkan aku. Aku tidak tau kalau Hannah menghilang.” Kata Niall merasa
bersalah.
Liam
memegang bahu Niall. “Tidak apa-apa. Itu bukan salahmu. Aku tau kau lelah
menjaganya dari pagi. Mungkin Hannah sudah sadar dan..”
“Aku tau!”
Kata Niall tiba-tiba.
***
Seorang gadis berwajah pucat
perlahan berjalan menuju kamar rawat seorang lelaki yang sangat dicintainya.
Gadis itu tersenyum sedih saat melihat Louis yang terbaring lemah dengan
dipasang selang infuse. Gadis itu berjalan mendekati Louis. Dipegangnya tangan
dingin itu.
“Louis.. Kau jahat! Kau jahat!”
Ucap gadis itu setengah menangis.
Hannah menangis dengan penuh rasa sakit di
hatinya. Tadi, ia terbangun dari tidurnya dan entah mengapa kedua kakinya ini
ingin sekali berlari menuju kamar Louis. Dan ia telah melakukannya.
“Lou,
sadarlah. Bangunlah..” Kata Hannah.
“Hannah!”
Teriak Niall dan Liam.
Mendengar
suara dua lelaki itu, Hannah membalikkan badannya dan menatap tajam kedua
lelaki itu. “Pergi sana! Kalian tidak boleh disini!” Bentaknya bercampur dengan
air mata.
Liam merasa
kasihan dengan adiknya yang sudah hampir gila hanya karena seorang Louis.
Sebegitu dahsyatnyakah Louis baginya? Demikian pula dengan Niall. Lelaki itu
mencoba untuk tidak cemburu pada keadaan. Bodoh sekali bila ia cemburu dengan
Louis yang kini tengah memperjuangkan penyakitnya.
Lalu,
seorang wanita yang tidak lain adalah Ibu Louis datang. “Ada apa disini?”
Tanyanya. Baru saja Ibu Louis datang dari toilet.
“Tidak ada.
Hanya saja Hannah yang begitu tidak terima atas musibah yang menimpa Louis.”
Jawab Liam.
Ibu Louis
yang bernama Danielle memandangi Hannah dengan penuh rasa kasihan. Ia tau Hannah
sangat mencintai putranya dan tidak mau kehilangan putranya, walau kenyataannya
putranya tidak mau mencintainya.
“Ibu tau.”
Kata Danielle, lalu ia mendekati Hannah yang masih menangis. “Sebaiknya kau
istirahat saja. Louis akan baik-baik saja.” Ucapnya.
Akhirnya Hannah
mengangguk. Dengan dibantu Niall, Hannah pun kembali menuju kamarnya. Sementara
Liam masih tetap berada di kamar Louis bersama Danielle. “Bu, apa Louis bisa
sembuh? Saya tidak tega melihat Hannah menderita.” Ucapnya.
“Entahlah
Liam. Hanya Tuhan yang tau. Tugas kita hanyalah berdo’a.” Ucapnya.
Sementara
Niall, dia berhasil mendudukkan Hannah di atas ranjang kasurnya. Niall berusaha
untuk tersenyum. “Istirahat saja.” Ucapnya singkat.
Hannah
dapat menyimpulkan bahwa Niall sangat letih. Lihat saja wajahnya. Begitu lelah
dan pucat. Hannah tau ini sudah malam dan waktunya untuk tidur. Tapi Hannah
merasa perutnya lapar. Hannah ragu meminta bantuan pada Niall karena ia tidak
tega melihat Niall kelelahan.
“Ada apa?”
Tanya Niall.
Hannah pun
menjawab. “Aku lapar. Tapi aku tidak sopan menyuruhmu membelikan makanan di
kantin rumah sakit.” Jawabnya.
Niall
tersenyum. “It’s okay. Kau mau apa? Aku juga lapar.” Ucapnya.
Hannah
tidak percaya bahwa Niall mau membelikannya makanan. “Sebelumnya terimakasih.
Aku terserah kau saja, yang penting bisa mengenyangkan perut.” Ucapnya.
Niall pun
pergi ke kantin yang jaraknya lumayan jauh dari kamar Hannah. Namun, Niall
tidak mengeluh karena ia sangat mencintai Hannah dan akan melakukan apapun demi
Hannah. Apapun demi Hannah.
***
Satu
keajaiban datang di pagi ini. Semua orang sibuk membicarakan Tay yang kini telah
merubah penampilannya. Pagi ini, Tay memakai blouse biru muda dan rok pendek di
atas lutut. Namun roknya tidak terlalu ketat karena Tay tidak suka memakai rok
yang ketat. Rambutnya pun tertata rapi. Tidak lupa Tay menghiasi wajahnya
dengan berbagai alat kosmetik.
Bidadari
baru telah datang dan membuat heboh seisi kampus. Banyak para lelaki
menghampiri Tay dan menggodanya. Namun Tay cuek saja. Ia tau, keputusannya ini
sangat berat tapi ia tidak mempunyai pilihan lain untuk membuat Tamara panas
melihatnya.
Namun, hari
ini Tay tidak melihat Tamara. Mungkin gadis itu sedang tidak ada jam kuliah.
Tanpa sengaja, kedua mata Tay menemukan Harry yang sedang berkumpul dengan
teman-temannya. Ingin sekali Tay berjalan mendekati Harry. Tetapi ia tidak
berani. Tay hanya bisa melihat Harry dari jauh dan berharap supaya Harry mau
menoleh ke arahnya. Namun, Harry tidak mau menoleh ke arahnya dan lebih memilih
berbicara dengan teman-temannya.
Tay menarik
nafas dalam-dalam. Lalu ia memperhatikan sosok Harry dari jauh. Baginya, sosok
itu sangat menawan. Tay dapat melihat senyum Harry dan tawa Harry yang dapat
membuat hatinya bahagia. Ada apa ini? Apa ia memang menyukai Harry? Menyukai
kakaknya sendiri? Tay tersenyum sedih. Tidak seharusnya ia melakukan perubahan
ini. Penampilan barunya ini hanya membuatnya menjadi lemah dan tidak seperti
dirinya yang biasanya.
Tiba-tiba
Tay teringat dengan Hannah yang sedang di rawat di rumah sakit. Tay belum
sempat menjenguknya dan tidak tau bagaimana keadaan Hannah saat ini. Dan Louis,
Tay berusaha untuk tidak peduli dengan lelaki itu. Meski sakit Louis teramat
parah, Tay tidak peduli. Mati pun ia tidak peduli.
Masih
dengan memandangi Harry dari jauh, ada tangan yang menyentuh pundaknya. Tay
menjadi kaget. Gadis itu membalikkan badannya dan mendapati Zayn yang sedang
tersenyum kepadanya.
“Kau
mengagetkanku saja.” Kata Tay.
Zayn
tertawa. “Kau sedang memerhatikan siapa? Daritadi aku melihatmu memperhatikan
seseorang?” Tanyanya.
Entah
mengapa Tay menjadi malu. “Aku tidak memperhatikan siapapun.” Ucapnya.
“Ohya? Aku
lihat disana ada Harry. Ayolah Tay, jangan bohongi perasaanmu. Kau menyukai
Harry bukan?”
“Zayn!
Harry adalah kakakku! Untuk apa aku menyukainya? Sebagai kakak ya jelas iya!”
Kata Tay dengan sedikit emosi.
“Baiklah.
Aku tau kalian adalah adik kakak dan Harry sudah mempunyai seorang kekasih.
Ngomong-ngomong, penampilan barumu sudah permanen ya?”
“Mungkin
saja.” Jawab Tay singkat.
“Apa yang
membuatmu mengubah penampilanmu?” Tanya Zayn.
Tay tidak
menjawab pertanyaan Zayn. Zayn terlalu banyak bertanya dan ia malas untuk
menjawab. “Aku ada jam kuliah. Sampai jumpa.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan
Zayn. Tay pergi menuju kelasnya. Namun, saat ia berada di tengah perjalanan,
Tay dihadang oleh tiga gadis yang salah satunya adalah gadis yang sangat ia
bencikan.
Tiga gadis
itu menghadangnya dan tidak mau membiarkannya untuk lewat. Tay jadi kesal.
“Mengapa kalian tidak mengizinkanku pergi?” Bentak Tay. Walau penampilan Tay
sudah berubah, tapi sikap galak Tay tidak akan pernah hilang dari dalam
dirinya.
Tiga gadis
itu tertawa. “Hei gadis jHannahk! Aku tidak percaya kalau kau telah berubah
menjadi gadis cantik. Kau habis operasi plastik ya?” Ejek Tamara.
Wajah Tay
langsung merah padam. “Maumu apa sih? Aku tidak mempunyai urusan denganmu!”
Bentaknya.
Cepat-cepat
Tay berjalan mHannahwati Tamara dan dua temannya. Namun dua temannya itu sudah
menangkapnya dan Tay tidak bisa kemana-mana. Sebisa mungkin Tay mHannahpaskan
diri dari cengkraman keduanya, tetapi Tay tidak bisa. Tay merasa dua gadis itu
memiliki tenanga yang begitu kuat. Bisa jadi dua gadis itu adalah body guard
Tamara.
Kini,
Tamara berhadapan dengan Tay sambil tersenyum sinis. Ia berkacak pinggang.
Tamara bisa menangkap kemarahan yang terlihat jelas di wajah Tay. Lalu dengan
gerakan cepat, Tamara menampar pipi kanan Tay hingga pipi kanan Tay berdarah.
Tay tidak menyangka pipinya berdarah hanya karena dipukul oleh gadis seperti
Tamara.
“Jangan
heran. Sampai sekarang aku masih tergabung dalam ikatan karate dan bisa saja
aku melukaimu. Jangan melihat orang dari penampilannya.” Kata Tamara dengan
penuh kemenangan. Gadis itu kembali menampar pipi Tay. Kali ini yang kena
adalah pipi kiri Tay.
Tay
berusaha menahan air mata yang ingin turun karena merasakan kesakitan di kedua
pipinya. Juga gadis itu berusaha mHannahpaskan diri dari cengkraman dua teman
Tay yang baginya sudah seperti monster.
“Kau sakit?
Haha..” Tawa Tamara dan teman-temannya.
“BERHENTI!!”
Teriak seorang lelaki yang membuat jantung Tay seras ingin copot.
***
Harry
berjalan kembali menuju kelasnya. Sebelumnya, ia bertemu Zayn dan Harry
mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas. Toh jam kuliahnya juga sudah
habis.
“Kau mau
kemana?” Tanya Zayn.
“Awalnya
aku mau ke kelas. Tapi rasanya aneh jika aku ke kelas sementara jam kuliahku
tidak ada.” Jawab Harry.
“Kalau
begitu, sebaiknya kita ke toko saja. Jam kuliahku juga sudah habis.” Kata Zayn.
Namun,
Harry merasakan ada suatu hal yang ganjil. Yang ada hubungannya dengan Tamara.
Harry tau, gadis itu telah menguasai kampus ini. Bisa dikatakan Tamara adalah
Ratu di kampusnya dan semuanya harus menuruti semua apa yang diinginkan Tamara.
“Kau sedang
bingung?” Tanya Zayn.
“Tidak.
Ng.. Aku harus mencari Tamara. Kau tau dimana dia?” Tanya Harry.
Zayn nampak
berpikir. “Terakhir aku melihat dia berada di belakang kantin. Tay sering
berjalan disana jika ia mau ke kelasnya.” Ucapnya.
“Aku tau
ada yang tidak beres. Ayo kita kesana!” Kata Harry.
Zayn merasa
Harry sangat khawatir dengan keadaan Tay. Apa Harry juga menyukai Tay? Tapi itu
tidak mungkin. Mereka adik kakak dan tidak mungkin saling menyukai. Zayn
mengejar Harry yang sudah jauh darinya. Dan saat keduanya sampai di belakang
kantin, keduanya melihat Tay yang sedang disiksa oleh Tamara dan dua temannya.
Harry yang
tidak sanggup melihat pemandangan itu segera menghentikannya. “BERHENTI!!” Teriaknya.
Seketika
itu juga dua teman Tamara mHannahpas Tay. Tay yang merasa sudah bebas
cepat-cepat berlari menuju tempat Zayn dan Harry.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar