expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 20 )



Part 20

.

.

.

Semua mata tak berkedip melihat wajah ayu itu. Para cowok nggak henti-hentinya mengagumi kecantika seorang gadis yang menurut mereka lagi kesasar. Gadis itu tampak asing bagi mereka.

Ada-ada mereka. Batin gadis itu yang tak lain adalah Shilla. Shilla berada di SMA Varius untuk menunggu Debo. Rasa penasarannya dengan sosok yang bernama Rio membawanya sampai di tempat ini. Jujur, Shilla nggak tau kenapa ia ingin sekali bertemu Rio. Tapi ia merasa ada yang menyuruhnya menemui cowok itu.

“Maaf nunggu lama.”

Shilla tersenyum melihat kedatangan Debo. “It’s okay. So, dimana kita bisa ketemu kak Rio?” Tanya Shilla.

Rasanya ada yang aneh saat ia menambah sebutan ‘kak’ di nama Rio. Shilla melihat Debo mengangkat bahu, pertanda cowok itu nggak tau.

“Yah.. Gimana dong? Lo kan yang nyuruh gue datang kesini?” Tanya Shilla kesal.

“Hehe.. Iya.. Iya.. Gue dibikin kesal ini sama matematika. Makanya bawaan gue nggak baik. Ya udah, ayo kita ke..”

“Deb.. Itu.. Itu siapa?” Tanya Shilla menunjuk ke arah dimana ada seorang cowok merangkul seorang cewek. Debo mengalihkan pandangannya ke arah yang di tunjuk Shilla.

Jantung Debo ingin saja copot mendapati seorang gadis yang sangat ia cintai rangkulan bersama cowok lain. Cowok yang membuatnya iklhas melepas Ify. Apa gue belum ikhlas juga? Batin Debo.

Sementara Shilla, gadis itu tidak bisa ia tebak bagaimana perasaannya. Yang jelas, kedua mata Shilla berkaca-kaca. Dan.. Hanya sebuah nama yang bisa diucapkan oleh gadis itu dengan seluruh perasaan yang tidak bisa ditebak siapapun.

“Kak Adrian...”

***

Beberapa menit yang lalu...

“Fy..”

Jantungnya berdetak lebih kencang saat menyadari siapa pemilik suara lembut itu. Ya, Rio. Siapa lagi kalo bukan Rio? Untunglah, Ify jadi nggak perlu nyari Rio karena orang yang dicarinya sudah ada di hadapannya.

“Kak Rio..” Kata Ify.

“Ya. Ini gue, Rio. Fy, gue mau biacara ma lo. Ayo di luar aja.” Kata Rio dan tak segan-segan merangkul Ify.

Keduanya terlihat seperti sepasang kekasih yang saling mencintai. Ify jadi malu. Untung saja sekolah ini sudah sepi, kalo ramai bagaimana?

Ketika keduanya hampir dekat di gerbang sekolah, indra penglihatan Rio yang tajam menduga ada sesuatu yang nggak beres. Rio memberhentikan langkahnya, membuat Ify penasaran.

“Ada yang nggak beres da..” Kata Rio yang tiba-tiba dipotong oleh suara seorang cewek.

“Kak Adrian..”

Baik Rio maupun Ify sama-sama kaget mendapati seorang gadis cantik yang wajahnya sedikit pucat dan lesu. Hati Rio miris melihat gadis itu yang tak lain adalah Shilla. Di belakang Shilla, ada Debo yang juga kaget dengan kehadirannya bersama Ify.

“Kak Adrian..” Ulang Shilla.

Debo yang mendengar Shilla mengucapkan nama itu mendadak pucat. Kak Adrian? Siapa sosok Adrian yang disebut Shilla?

“Kak.. Kak Adrian.. Kakak Shilla..” Kata Shilla dengan suara parau.

Semuanya terdiam. Membiarkan Shilla berbicara sesuai dengan kata hatinya. Ify yang tidak tau apa-apa mencoba menahan rasa kebingungannya, sama halnya seperti Debo. Sementara Rio, cowok itu bingung berhadapan dengan Shilla. Namun, sikap kasarnya pun keluar.

“Siapa lo? Gue nggak kenal lo!” Bentak Rio.

Entah mengapa hati Shilla terasa sakit mendapat bentakan dari seseorang yang ia anggap sebagai ‘kak Adriannya’. Air mata pun dengan mudah turun membasahi pipinya.

“Kak, ini aku kak. Shilla! Adik kakak, dan kakak adalah kakak Shilla, kakak adalah Kak Adrian..” Jelas Shilla dengan nafas yang tersengal-sengal.

Tentu saja Debo kaget! Ia tak menyangka Shilla bisa menganggap Rio adalah Kak Adrian yang telah tiada. Hal ini sungguh mustahil. Debo nggak ngerti jalan pikiran Shilla.

“Adrian? Siapa dia? Gue Rio, bukan Adrian!” Kata Rio kasar.

Mendapat bentakan kasar dua kali dari Rio, tak segan-segan Shilla melawan dengan perkataan yang kasar pula. Gadis itu nggak peduli, asalkan cowok itu mau mengaku bahwa dirinya adalah Kakaknya, yaitu Adrian.

“Tidak! Kakak Adrian! Bukan Rio! Ayah kakak adalah Ayah Shilla juga!” Bentak Shilla.

Rio melotot ke arah Shilla. “Siapa lo gue nggak kenal! Ngapain gue harus percaya sama orang nggak jelas kayak lo? Hah? Ayah gue bukan Ayah lo!”

Kemarahan yang bercampur dengan kesedihan ternyata mampu mempertahankan Shilla dari bentakan kasar dari Rio. Tentu saja Shilla nggak mau kalah dengan Rio.

“Kak Adrian emang jahat! Kakak emang jahat! Teganya kakak tinggalin Shilla sama Ayah! Sekarang, Shilla mau kakak jangan pernah lagi tinggalin Shilla. Apapun yang terjadi!”

Perdebatan diantara keduanya membuat Ify dan Debo bingung mau melakukan apa. Mau dilerai tapi mereka nggak berani karena takut melihat wajah seram Rio dan Shilla. Ify nggak mengerti apa maksud gadis yang menganggap Rio sebagai Adrian. Apa gadis itu mengenal Kak Rio? Dan apa Kak Rio mengenal gadis itu?

Rio cukup panas dan kesal dengan mulut Shilla yang nggak mau berhenti menuduhnya sebagai Adrian. Shilla yang jika diperhatikan terlihat buruk seperti orang yang lagi kerasukan jin. Akhirnya Debo bertindak. Ia menarik Shilla agar jauh dari Rio sehingga Shilla nggak lagi marah-marahan. Namun, tenaga Shilla lumayan kuat. Dengan kasarnya Shilla melepaskan cengkraman tangan Debo yang membuat Debo kaget.

“Kak! Ayo kita pulang kak! Shilla ingin keluarga Shilla lengkap nggak kayak dulu!” Kata Shilla dan dengan kasarnya menarik tangan Rio agar mau pergi bersamanya.

Tetapi, Rio yang sudah kehabisan sabaran dan nggak bisa menahan amarahnya melakukan suatu tindakan yang tidak di duga. Jika Shilla bisa bertindak kasar, tentu ia juga bisa bertindak kasar. Tiba-tiba Rio mendorong dengan keras tubuh Shilla dan tubuh itu terjatuh dengan kesakitan yang luar biasa. Namun hatinya jauh lebih sakit dibanding kekerasan fisik itu.

Ify dan Debo kaget melihat apa yang Rio lakukan terhadap Shilla. Sungguh, perbuatan Rio sangat kasar. Tega sekali Rio menghantam tubuh seorang cewek. Ia kira, Shilla itu cowok apa sehingga ia berani menghantamnya?

Dan Rio, jantungnya seakan nggak berdetak lagi ketika mendapati Shilla yang duduk lemas di bawah. Menahan seluruh kesakitannya. Debo pun berusaha membantu Shilla berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu. Sebelumnya, Shilla berteriak memanggil nama ‘Adrian’ dengan hati yang hancur.

Setelah Shilla dan Debo pergi, giliran Ify yang menatap Rio dengan penuh kebencian. Ify tak menyangka ternyata ada cowok yang berani kasar dengan cewek. Ify akui, gadis yang ia tidak tau siapa namanya emang berbuat gila. Tapi nggak seharusnya Rio sampai melawan gadis itu dengan kekasaran.

“Kak! Ternyata kak Rio jahat! Teganya kak Rio melakukan tindakan kasar pada gadis itu!” Bentak Ify dengan linangan air matanya yang keluar.

Rio terpaku melihat seorang Ify yang baru kali ini membentaknya. Setetes demi setetes air mata Ify keluar, membuat dadanya teramat sesak melihatnya.

“Ternyata dugaan Ify salah. Ify mengira kak Rio adalah cowok yang lembut, tapi sayang, hati kak Rio nggak lembut, tapi kasar. Sangat kasar! Ify benci sama kakak! Benci! Asal kakak tau, Ify menyesal karena telah mencintai orang seperti kakak! MENYESAL!! Mulai sekarang, Ify nggak akan lagi dekat apalagi cinta sama kak Rio! Nggak akan!!”

Bentakan Ify merupakan pukulan telak baginya. Rio tidak berani menggerakkan sedikitpun mulutnya untuk sekedar mengucapkan kata ‘maaf’. Cowok itu hanya bisa menatap kepergian Ify dengan perasaan yang campur aduk.

Setelah Ify meninggalkannya, cowok itu telah sadar. Rio telah sadar bahwa dadanya terasa sesak bukan karena tangisan Ify. Melainkan karena kebencian Ify padanya.

Sakit rasanya melihat seseorang yang kita cintai membenci kita. Dua kali sudah Rio diperlakukan seperti ini. Pertama oleh Shilla, dan kedua oleh Ify.

Gue emang nggak pantas dicintai oleh siapapun.. Maafkan gue Shilla.. Maafkan gue Ify.. Gue senang kalian membenci gue...

***

Sama sekali ia tidak percaya dengan kejadian aneh tadi. Sebuah kejadian yang dengan mudahnya mengubah Shilla menjadi gadis yang berbeda. Kini, Shilla duduk terdiam di atas sofa ruang tamu. Kedua matanya sayu. Wajahnya pucat. Debo prihatin dengan kondisi Shilla. Sejak tadi cowok itu menunggu Shilla agar gadis itu mau bicara dan menjelaskan padanya mengapa Shilla bisa menganggap bahwa Rio adalah Adrian.

Hendra-Ayah Shilla-menemui putrinya yang lain dari biasanya. Debo memilih untuk duduk agak jauh dari Ayah dan anak itu. Ia biarkan Hendra sendiri yang mencoba mengajak Shilla bicara.

“Shilla..” Kata Hendra pelan.

Namun, Shilla nggak mempedulikan Ayahnya. Shilla seperti berada dalam dunianya sendiri dan tidak bisa mendengar suara apapun dari dunia selain dunianya sendiri.

“Kamu kenapa sayang? Ayah kuatir lihat keadaanmu ini. Apa yang membuatmu menjadi seperti ini?” Tanya Hendra.

Karena Shilla nggak mau nyaut juga, Debo yang menjadi sasarannya. Sepertinya Hendra menganggap Debo penyebab putrinya menjadi seperti ini. Hendra juga masih mengingat wajah Debo yang setau dia adalah pacar Shilla dulu.

“Ada apa dengan putri saya?” Tanya Hendra pada Debo.

Debo menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. “Tadi, Shilla melihat teman saya yang bernama Rio. Tidak tau kenapa, Shilla langsung menunduh Rio sebagai kakaknya, yaitu Adrian. Tentu saja Rio kaget. Tapi Shilla kukuh dengan pendiriannya. Shilla menangis karena Rio mengatakan kalo dia bukan Adrian. Dan sampai saat ini Shilla masih menganggap Rio adalah Adrian.” Jelas Debo dengan bahasa layaknya orang yang kebingungan.

Ayah Shilla mangut-mangut mendengar penjelasan Debo. “Siapa Rio itu?” Tanyanya.

“Rio teman saya.” Jawab Debo.

“Apa Rio pernah mengenal Shilla sebelumnya?”

Sejenak, Debo terdiam. “Tidak.” Jawabnya walau nggak yakin apakah jawabannya benar.

Hendra bangkit dari duduknya. Lalu lelaki itu berjalan mondar-mandir karena kebingungan. Sesekali matanya melirik ke arah Shilla yang kondisinya semakin buruk.

“Saya heran. Mengapa Shilla menganggap orang asing itu adalah Adrian? Kamu tau?” Tanya Hendra.

Seandainya ia tau, Debo bakal menceritakan yang sejujur-jujurnya. Tapi sayangnya, ia tidak tau. “Saya tidak tau. Saya juga bingung.” Jawab Debo.

“Hmm.. Baiklah. Kalo begitu, besok kamu bawa Rio kemari. Tidak ada alasan bagimu untuk tidak membawanya kemari.” Kata Hendra yang membuat Debo kaget.

Membawa Rio kemari? Debo tersenyum kecut. Membawa Rio kemari adalah pekerjaan yang sangat sulit. Bahkan soal-soal matematika lebih mudah ia kerjakan dibanding membawa Rio beradapan dengan Ayah Shilla.

***

Hari Minggu. Hari yang paling disukai Debo karena hari Minggu adalah hari bersantai baginya. Debo jadi bebas bangun jam berapa saja. Mau bangun siang kek, ataupun nggak bangun juga nggak apa-apa*eh

Tapi, Minggu kali ini merupakan Minggu terburuk baginya. Teringat tugas dari Ayah Shilla membuatnya mual. Kalo begitu, besok kamu bawa Rio kemari. Tidak ada alasan bagimu untuk tidak membawanya kemari.

“Gue nggak yakin bisa bawa Rio ke rumah Shilla. Tentu saja Rio menolak mentah-mentah. Lagipula, gue nggak tau dimana keberadaan Rio.” Kata Debo miris meratapi nasib malangnya.

Air dingin segar membuat pikirannya segar juga. Debo tampak lebih baik setelah mandi. Tak lupa pula ia sarapan. Setelah ini, ia akan kemana? Mencari Rio? Dimana ia bisa bertemu Rio?

Debo berjalan tanpa arah tujuan. Ia hanya mengikuti kata hatinya. Jika hatinya menyuruhnya terus berjalan, ia nurut aja. Kalo disuruh berhenti ya berhenti aja.

“Lo mau nyari gue?” Tanya seseorang dari belakang. Membuat Debo memberhentikan langkahnya.

***

Gadis itu tampak sendu. Wajahnya pucat, sama seperti kemarin. Pikirannya kosong. Gadis itu menatap lurus pemandangan tak berguna di depan sana. Gadis itu tersenyum. Entah hal apa yang bisa membuatnya tersenyum seperti orang gila.

“Kak Adrian.. Hahaha.. Dia nggak nyadar kalo dia itu Adrian.. Hahaha..”

Kondisi Shilla semakin memburuk. Bisa jadi Shilla berubah menjadi gila sekaligus lupa ingatan. Lihat saja! Shilla mulai bicara sendiri dan tertawa sendiri.

Tak jauh dari tempatnya, sepasang mata memandanginya dengan perasaan iba. Timbul niatnya untuk mengembalikan kesadaran gadis itu.

“Aku akan berusaha mengembalikan kesadaranmu, Shilla..”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar