Part 20
.
.
.
Semua mata tak
berkedip melihat wajah ayu itu. Para cowok nggak henti-hentinya mengagumi
kecantika seorang gadis yang menurut mereka lagi kesasar. Gadis itu tampak
asing bagi mereka.
Ada-ada mereka. Batin gadis itu yang tak lain adalah Shilla. Shilla
berada di SMA Varius untuk menunggu Debo. Rasa penasarannya dengan sosok yang
bernama Rio membawanya sampai di tempat ini. Jujur, Shilla nggak tau kenapa ia
ingin sekali bertemu Rio. Tapi ia merasa ada yang menyuruhnya menemui cowok
itu.
“Maaf nunggu lama.”
Shilla tersenyum
melihat kedatangan Debo. “It’s okay. So, dimana kita bisa ketemu kak Rio?”
Tanya Shilla.
Rasanya ada yang
aneh saat ia menambah sebutan ‘kak’ di nama Rio. Shilla melihat Debo mengangkat
bahu, pertanda cowok itu nggak tau.
“Yah.. Gimana dong?
Lo kan yang nyuruh gue datang kesini?” Tanya Shilla kesal.
“Hehe.. Iya.. Iya..
Gue dibikin kesal ini sama matematika. Makanya bawaan gue nggak baik. Ya udah,
ayo kita ke..”
“Deb.. Itu.. Itu
siapa?” Tanya Shilla menunjuk ke arah dimana ada seorang cowok merangkul
seorang cewek. Debo mengalihkan pandangannya ke arah yang di tunjuk Shilla.
Jantung Debo ingin
saja copot mendapati seorang gadis yang sangat ia cintai rangkulan bersama
cowok lain. Cowok yang membuatnya iklhas melepas Ify. Apa gue belum ikhlas juga? Batin Debo.
Sementara Shilla,
gadis itu tidak bisa ia tebak bagaimana perasaannya. Yang jelas, kedua mata
Shilla berkaca-kaca. Dan.. Hanya sebuah nama yang bisa diucapkan oleh gadis itu
dengan seluruh perasaan yang tidak bisa ditebak siapapun.
“Kak Adrian...”
***
Beberapa menit yang lalu...
“Fy..”
Jantungnya berdetak
lebih kencang saat menyadari siapa pemilik suara lembut itu. Ya, Rio. Siapa
lagi kalo bukan Rio? Untunglah, Ify jadi nggak perlu nyari Rio karena orang
yang dicarinya sudah ada di hadapannya.
“Kak Rio..” Kata
Ify.
“Ya. Ini gue, Rio.
Fy, gue mau biacara ma lo. Ayo di luar aja.” Kata Rio dan tak segan-segan
merangkul Ify.
Keduanya terlihat
seperti sepasang kekasih yang saling mencintai. Ify jadi malu. Untung saja
sekolah ini sudah sepi, kalo ramai bagaimana?
Ketika keduanya
hampir dekat di gerbang sekolah, indra penglihatan Rio yang tajam menduga ada
sesuatu yang nggak beres. Rio memberhentikan langkahnya, membuat Ify penasaran.
“Ada yang nggak
beres da..” Kata Rio yang tiba-tiba dipotong oleh suara seorang cewek.
“Kak Adrian..”
Baik Rio maupun Ify
sama-sama kaget mendapati seorang gadis cantik yang wajahnya sedikit pucat dan
lesu. Hati Rio miris melihat gadis itu yang tak lain adalah Shilla. Di belakang
Shilla, ada Debo yang juga kaget dengan kehadirannya bersama Ify.
“Kak Adrian..”
Ulang Shilla.
Debo yang mendengar
Shilla mengucapkan nama itu mendadak pucat. Kak
Adrian? Siapa sosok Adrian yang disebut Shilla?
“Kak.. Kak Adrian..
Kakak Shilla..” Kata Shilla dengan suara parau.
Semuanya terdiam.
Membiarkan Shilla berbicara sesuai dengan kata hatinya. Ify yang tidak tau
apa-apa mencoba menahan rasa kebingungannya, sama halnya seperti Debo.
Sementara Rio, cowok itu bingung berhadapan dengan Shilla. Namun, sikap
kasarnya pun keluar.
“Siapa lo? Gue
nggak kenal lo!” Bentak Rio.
Entah mengapa hati
Shilla terasa sakit mendapat bentakan dari seseorang yang ia anggap sebagai
‘kak Adriannya’. Air mata pun dengan mudah turun membasahi pipinya.
“Kak, ini aku kak.
Shilla! Adik kakak, dan kakak adalah kakak Shilla, kakak adalah Kak Adrian..”
Jelas Shilla dengan nafas yang tersengal-sengal.
Tentu saja Debo
kaget! Ia tak menyangka Shilla bisa menganggap Rio adalah Kak Adrian yang telah
tiada. Hal ini sungguh mustahil. Debo nggak ngerti jalan pikiran Shilla.
“Adrian? Siapa dia?
Gue Rio, bukan Adrian!” Kata Rio kasar.
Mendapat bentakan
kasar dua kali dari Rio, tak segan-segan Shilla melawan dengan perkataan yang
kasar pula. Gadis itu nggak peduli, asalkan cowok itu mau mengaku bahwa dirinya
adalah Kakaknya, yaitu Adrian.
“Tidak! Kakak
Adrian! Bukan Rio! Ayah kakak adalah Ayah Shilla juga!” Bentak Shilla.
Rio melotot ke arah
Shilla. “Siapa lo gue nggak kenal! Ngapain gue harus percaya sama orang nggak
jelas kayak lo? Hah? Ayah gue bukan Ayah lo!”
Kemarahan yang
bercampur dengan kesedihan ternyata mampu mempertahankan Shilla dari bentakan
kasar dari Rio. Tentu saja Shilla nggak mau kalah dengan Rio.
“Kak Adrian emang
jahat! Kakak emang jahat! Teganya kakak tinggalin Shilla sama Ayah! Sekarang,
Shilla mau kakak jangan pernah lagi tinggalin Shilla. Apapun yang terjadi!”
Perdebatan diantara
keduanya membuat Ify dan Debo bingung mau melakukan apa. Mau dilerai tapi
mereka nggak berani karena takut melihat wajah seram Rio dan Shilla. Ify nggak
mengerti apa maksud gadis yang menganggap Rio sebagai Adrian. Apa gadis itu mengenal Kak Rio? Dan apa Kak
Rio mengenal gadis itu?
Rio cukup panas dan
kesal dengan mulut Shilla yang nggak mau berhenti menuduhnya sebagai Adrian.
Shilla yang jika diperhatikan terlihat buruk seperti orang yang lagi kerasukan
jin. Akhirnya Debo bertindak. Ia menarik Shilla agar jauh dari Rio sehingga
Shilla nggak lagi marah-marahan. Namun, tenaga Shilla lumayan kuat. Dengan
kasarnya Shilla melepaskan cengkraman tangan Debo yang membuat Debo kaget.
“Kak! Ayo kita
pulang kak! Shilla ingin keluarga Shilla lengkap nggak kayak dulu!” Kata Shilla
dan dengan kasarnya menarik tangan Rio agar mau pergi bersamanya.
Tetapi, Rio yang
sudah kehabisan sabaran dan nggak bisa menahan amarahnya melakukan suatu
tindakan yang tidak di duga. Jika Shilla bisa bertindak kasar, tentu ia juga
bisa bertindak kasar. Tiba-tiba Rio mendorong dengan keras tubuh Shilla dan
tubuh itu terjatuh dengan kesakitan yang luar biasa. Namun hatinya jauh lebih
sakit dibanding kekerasan fisik itu.
Ify dan Debo kaget
melihat apa yang Rio lakukan terhadap Shilla. Sungguh, perbuatan Rio sangat
kasar. Tega sekali Rio menghantam tubuh seorang cewek. Ia kira, Shilla itu
cowok apa sehingga ia berani menghantamnya?
Dan Rio, jantungnya
seakan nggak berdetak lagi ketika mendapati Shilla yang duduk lemas di bawah.
Menahan seluruh kesakitannya. Debo pun berusaha membantu Shilla berdiri dan
pergi meninggalkan tempat itu. Sebelumnya, Shilla berteriak memanggil nama
‘Adrian’ dengan hati yang hancur.
Setelah Shilla dan
Debo pergi, giliran Ify yang menatap Rio dengan penuh kebencian. Ify tak
menyangka ternyata ada cowok yang berani kasar dengan cewek. Ify akui, gadis
yang ia tidak tau siapa namanya emang berbuat gila. Tapi nggak seharusnya Rio
sampai melawan gadis itu dengan kekasaran.
“Kak! Ternyata kak
Rio jahat! Teganya kak Rio melakukan tindakan kasar pada gadis itu!” Bentak Ify
dengan linangan air matanya yang keluar.
Rio terpaku melihat
seorang Ify yang baru kali ini membentaknya. Setetes demi setetes air mata Ify
keluar, membuat dadanya teramat sesak melihatnya.
“Ternyata dugaan
Ify salah. Ify mengira kak Rio adalah cowok yang lembut, tapi sayang, hati kak
Rio nggak lembut, tapi kasar. Sangat kasar! Ify benci sama kakak! Benci! Asal
kakak tau, Ify menyesal karena telah mencintai orang seperti kakak! MENYESAL!!
Mulai sekarang, Ify nggak akan lagi dekat apalagi cinta sama kak Rio! Nggak
akan!!”
Bentakan Ify
merupakan pukulan telak baginya. Rio tidak berani menggerakkan sedikitpun
mulutnya untuk sekedar mengucapkan kata ‘maaf’. Cowok itu hanya bisa menatap
kepergian Ify dengan perasaan yang campur aduk.
Setelah Ify
meninggalkannya, cowok itu telah sadar. Rio telah sadar bahwa dadanya terasa
sesak bukan karena tangisan Ify. Melainkan karena kebencian Ify padanya.
Sakit rasanya melihat
seseorang yang kita cintai membenci kita. Dua kali sudah Rio diperlakukan
seperti ini. Pertama oleh Shilla, dan kedua oleh Ify.
Gue emang nggak pantas dicintai oleh siapapun.. Maafkan
gue Shilla.. Maafkan gue Ify.. Gue senang kalian membenci gue...
***
Sama sekali ia
tidak percaya dengan kejadian aneh tadi. Sebuah kejadian yang dengan mudahnya
mengubah Shilla menjadi gadis yang berbeda. Kini, Shilla duduk terdiam di atas
sofa ruang tamu. Kedua matanya sayu. Wajahnya pucat. Debo prihatin dengan kondisi
Shilla. Sejak tadi cowok itu menunggu Shilla agar gadis itu mau bicara dan
menjelaskan padanya mengapa Shilla bisa menganggap bahwa Rio adalah Adrian.
Hendra-Ayah
Shilla-menemui putrinya yang lain dari biasanya. Debo memilih untuk duduk agak
jauh dari Ayah dan anak itu. Ia biarkan Hendra sendiri yang mencoba mengajak
Shilla bicara.
“Shilla..” Kata
Hendra pelan.
Namun, Shilla nggak
mempedulikan Ayahnya. Shilla seperti berada dalam dunianya sendiri dan tidak
bisa mendengar suara apapun dari dunia selain dunianya sendiri.
“Kamu kenapa
sayang? Ayah kuatir lihat keadaanmu ini. Apa yang membuatmu menjadi seperti
ini?” Tanya Hendra.
Karena Shilla nggak
mau nyaut juga, Debo yang menjadi sasarannya. Sepertinya Hendra menganggap Debo
penyebab putrinya menjadi seperti ini. Hendra juga masih mengingat wajah Debo
yang setau dia adalah pacar Shilla dulu.
“Ada apa dengan
putri saya?” Tanya Hendra pada Debo.
Debo menarik nafas
dalam-dalam sebelum menjawab. “Tadi, Shilla melihat teman saya yang bernama
Rio. Tidak tau kenapa, Shilla langsung menunduh Rio sebagai kakaknya, yaitu
Adrian. Tentu saja Rio kaget. Tapi Shilla kukuh dengan pendiriannya. Shilla
menangis karena Rio mengatakan kalo dia bukan Adrian. Dan sampai saat ini
Shilla masih menganggap Rio adalah Adrian.” Jelas Debo dengan bahasa layaknya
orang yang kebingungan.
Ayah Shilla
mangut-mangut mendengar penjelasan Debo. “Siapa Rio itu?” Tanyanya.
“Rio teman saya.”
Jawab Debo.
“Apa Rio pernah
mengenal Shilla sebelumnya?”
Sejenak, Debo
terdiam. “Tidak.” Jawabnya walau nggak yakin apakah jawabannya benar.
Hendra bangkit dari
duduknya. Lalu lelaki itu berjalan mondar-mandir karena kebingungan. Sesekali
matanya melirik ke arah Shilla yang kondisinya semakin buruk.
“Saya heran.
Mengapa Shilla menganggap orang asing itu adalah Adrian? Kamu tau?” Tanya
Hendra.
Seandainya ia tau,
Debo bakal menceritakan yang sejujur-jujurnya. Tapi sayangnya, ia tidak tau.
“Saya tidak tau. Saya juga bingung.” Jawab Debo.
“Hmm.. Baiklah.
Kalo begitu, besok kamu bawa Rio kemari. Tidak ada alasan bagimu untuk tidak
membawanya kemari.” Kata Hendra yang membuat Debo kaget.
Membawa Rio kemari? Debo tersenyum kecut. Membawa Rio kemari adalah pekerjaan
yang sangat sulit. Bahkan soal-soal matematika lebih mudah ia kerjakan
dibanding membawa Rio beradapan dengan Ayah Shilla.
***
Hari Minggu. Hari
yang paling disukai Debo karena hari Minggu adalah hari bersantai baginya. Debo
jadi bebas bangun jam berapa saja. Mau bangun siang kek, ataupun nggak bangun
juga nggak apa-apa*eh
Tapi, Minggu kali
ini merupakan Minggu terburuk baginya. Teringat tugas dari Ayah Shilla
membuatnya mual. Kalo begitu, besok kamu
bawa Rio kemari. Tidak ada alasan bagimu untuk tidak membawanya kemari.
“Gue nggak yakin
bisa bawa Rio ke rumah Shilla. Tentu saja Rio menolak mentah-mentah. Lagipula,
gue nggak tau dimana keberadaan Rio.” Kata Debo miris meratapi nasib malangnya.
Air dingin segar
membuat pikirannya segar juga. Debo tampak lebih baik setelah mandi. Tak lupa
pula ia sarapan. Setelah ini, ia akan kemana? Mencari Rio? Dimana ia bisa
bertemu Rio?
Debo berjalan tanpa
arah tujuan. Ia hanya mengikuti kata hatinya. Jika hatinya menyuruhnya terus
berjalan, ia nurut aja. Kalo disuruh berhenti ya berhenti aja.
“Lo mau nyari gue?”
Tanya seseorang dari belakang. Membuat Debo memberhentikan langkahnya.
***
Gadis itu tampak
sendu. Wajahnya pucat, sama seperti kemarin. Pikirannya kosong. Gadis itu
menatap lurus pemandangan tak berguna di depan sana. Gadis itu tersenyum. Entah
hal apa yang bisa membuatnya tersenyum seperti orang gila.
“Kak Adrian..
Hahaha.. Dia nggak nyadar kalo dia itu Adrian.. Hahaha..”
Kondisi Shilla
semakin memburuk. Bisa jadi Shilla berubah menjadi gila sekaligus lupa ingatan.
Lihat saja! Shilla mulai bicara sendiri dan tertawa sendiri.
Tak jauh dari
tempatnya, sepasang mata memandanginya dengan perasaan iba. Timbul niatnya
untuk mengembalikan kesadaran gadis itu.
“Aku akan berusaha
mengembalikan kesadaranmu, Shilla..”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar