Part 16
.
.
.
SMA Varius tampak
beda. Jika ada ketakutan yang menyelimuti sekolah itu, kini ketakutan itu
berubah menjadi sebuah jeritan yang berlebihan. Bukan, bukan jeritan ketakutan.
Tetapi jeritan dari cewek-cewek Varius yang menyadari bahwa Rivano Gabril telah
berubah 180 derajat. Seorang Rivano Gabril yang aslinya cuek, dingin dan
menyebar ketakutan berubah menjadi sesosok malaikat yang dengan mudahnya mampu
melumpuhkan hati seorang cewek.
“Hei! Rio udah
berubah. Dia udah nggak buat kita takut lagi. Asyikk.. Gue jadi punya
kesempatan nih deketin dia..”
Tapi tidak semua
sikap Rio yang dingin itu hilang. Rio tentu mampu menjaga sikapnya agar tidak
berlebihan. Ia masih cuek dan dingin. Namun di wajahnya terpancar sebuah
keramahan. Dan apakah kalian tau penyebab sikap Rio menjadi seperti ini?
“Lo salah besar
Yo!” Kata Sivia ketika sempat bertemu dengan Rio di sekolah.
Rio menatap Sivia
dengan cuek. “Salah apa? Salah ya menyempatkan diri untuk berbahagia sebelum
gue nggak pernah merasakan kebahagiaan semu ini lagi?” Tanyanya.
“Bukan. Maksud gue
bukan begitu. Tapi....”
“Via.. Gue tau lo
benci banget dengan segala kelakukan gue pada Ify. Gue ngerti Vi kalo Ify cinta
mati ke gue. Gue akan membahagiakannya dan..”
“Dan membuatnya
menderita kan karena syarat ketiga itu? Bodoh!”
Dengan nafas yang
nggak beraturan, Sivia berlari meninggalkan Rio. Cukup! Ia lelah memikirkan
kehidupan orang lain. Ia lelah memikirkan jalan hidup Rio yang sebenarnya
mustahil terjadi di dunia nyata.
Langkah kakinya
membawanya ke kelas tempat Ify berada. Sivia yakin sekali sahabatnya itu sedang
bahagia. Dan kemungkinan besar Ify sudah jadian dengan Rio. Cowok bodoh! Batin Sivia miris.
“Pagi Via.. Kok lo
lesu gitu? Ada apa? Tau nggak, kak Rio udah berubah. Berubah menjadi lebih
baik. Ah, gue makin cinta deh sama dia..”
Sivia menatap Ify
tajam. “Gue peringatkan ke elo Fy. Sebelum semuanya terlambat. Jauhi Rio kalo
lo nggak mau merasakan kesedihan yang teramat menyakitkan di suatu hari nanti.
Kalo lo nggak mau melakukannya, gue nggak maksa. Itu hak-hak lo juga.”
“Ma.. Maksud lo apa
Vi? Gue nggak ngerti. Bukannya kemarin lo mengatakan kalo gue sama kak Rio
adalah pasangan yang cocok? Lalu, kenapa lo suruh gue jauhi kak Rio agar gue
nggak merasakan kesedihan? Vi! Kak Rio udah janji ke gue untuk tidak membuat
gue sedih lagi. Dan janjinya itu sungguh-sungguh.”
Sivia tersenyum
sinis. “Terserah elo deh.” Ucapnya.
Tidak tau kenapa,
peringatan Sivia tadi mencerminkan sebuah kebenaran. Artinya, Sivia
mengatakannya dengan sungguh-sungguh bahwa jika ia tidak berhenti mencintai Rio
akan merasakan kesedihan yang teramat sangat.
Apa.. Apakah
seharusnya ia melupakan Rio?
***
“Mau nyari Rio?”
Tanya Debo melihat Ify yang membawa kotak tupperware yang tentunya berisi kue
buatan Ify yang lezat. Debo udah nggak meragukan kue buatan Ify. Bahkan kue
buatan Mamanya kalah dengan buatan Ify.
Ify sedikit kaget
dengan kedatangan Debo. “Eh lo Deb. Iya. Gue mau nyari kak Rio.” Jawabnya
sedikit gugup. Ia takut kalo-kalo Debo masih cemburu dengan Rio.
“Oke deh. Tapi lo
nanti jangan cemburu. Soalnya kan banyak cewek yang deketin pangeran yang telah
berubah itu.” Canda Debo.
Canda atau apa itu?
Debo tidak menampakkan kecemburuannya. Malah Debo nampak ceria. Debo seakan
mendukung usahanya untuk mematahkan ratusan cewek-cewek yang berusaha
mendapatkan Rio.
Nampaknya Debo
menangkap wajah keheranan Ify. “Jangan kuatir. Gue udah nggak cemburu lagi. Gue
sadar Fy, lo sama Rio cocok. Menurut gue, Rio itu cinta juga sama elo. Gue
ingat waktu lo dan Rio pelukan beberapa hari yang lalu. Hal ini membuat hati
gue luluh dan rela melepas lo bersama orang lain..”
Ucapan Debo mampu
memperihkan hatinya. Ify nggak yakin Debo benar-benar ikhlas. Siapa tau ada
maksud lain. Tapi Ify nggak mau memperpanjang pikiran. Bel istirahat sebentar
lagi akan berakhir dan kue buatannya ini berujung sia-sia.
“Gue pergi dulu
ya..” Kata Ify meninggalkan Debo.
Debo memandangi
punggung Ify yang menghilang. Apa gue
benar-benar ikhlas melihatnya bersama cowok lain?
Sementara Ify,
gadis itu telah sampai di depan kelas Rio. Bisa di tebak. Kelas Rio ramai
dikunjungi cewek-cewek. Ify heran dengan perubahan mendadak dari Rio. Tapi
syukurlah. Sikap dingin dan sikap aneh lainnya menghilang dari tubuh itu.
“Pagi kak Yo..”
Sapa Ify ramah.
Cewek-cewek
langsung menjauhi Rio saat Ify datang. Entah mengapa mereka nggak berani
menghalang Ify. Karena mereka tau. Ify penyebab perubahan sikap Rio, walau
mereka nggak yakin dengan dugaan sendiri.
“Pagi juga..” Jawab
Rio ramah. Kedua matanya melirik kotak tupperware yang berisi harta karun(?).
“Ini kak, Ify
buatkan kak Rio kue sarang semut.”
Rio menerima kotak
tupperware itu. Ify emang baik. Gadis itu sering mengantarnya kue. Padahal ia
sama sekali nggak menginginkan kue itu. Tapi agar tidak membuat Ify sedih,
terpaksa Rio menerima kue itu.
Ternyata, lucu juga
gaya Rio kalo makan! Ify berusaha menahan tawanya. Gaya Rio makan
mengingatkannya dengan tetangganya yang berumur lima tahun. Artinya, gaya makan
Rio beda tipis dengan gaya makan anak kecil.
“Kak, kok kak Rio
bisa berubah?” Tanya Ify. Walau ia tau Rio nggak bakal menjawab pertanyaannya.
“Emang gue nggak
boleh berubah ya?” Rio balik nanya.
Ify menjadi salah
tingkah. “Bolelah kak, malah lebih baik.” Jawabnya.
Rio tersenyum
lantas mengacak-acak poni Ify. Suatu hal yang merupakan kesenangan baginya. Rio
sudah sebahagia ini. Ia berubah emang didasari karena Ify. Namun, perubahan ini
menimbulkan efek yang dahsyat baginya.
“Aw.. Kepala kakak
pusing..” Rintih Rio.
Cowok itu berusaha
menahan agar tidak menimbulkan masalah. Ya! Resiko berani ia tantang. Syarat
pertama emang boleh ia rubah. Tetapi tidak yang kedua dan ketiga. Ketiga? Rio
tersenyum hambar mengingat syarat ketiga yang merupakan syarat terberatnya.
Dilihatnya wajah Ify yang amat panik. Gadis itu emang mencintainya dengan
sungguh-sungguh.
Seandainya dulu Fy sebelum gue....
“Kak Rio nggak
papa?” Panik Ify. Ia takut. Jangan-jangan penyebabnya ialah kuenya ini!
“Gue nggak papa.
Cuma pusing aja. Ohya, thanks ya karena susah-susah buat cake ini.”
Ify tersenyum
sambil mengangguk. “No problem. Apapun yang Ify lakukan buat cinta Ify
bahagia..”
Bel yang tidak
diharapkannya berbunyi. Ify menggerutu dalam hati. Kenapa sih belnya bunyi? Padahal gue mau lama-lama sama kak Rio disini!
Eh, tapi siapa sih lo ini? Salah besar kalo lo ngira lo pacaran sama kak Rio..
Sewaktu Ify hendak
membalikkan badan, tiba-tiba Rio memegang tangannya. “Ntar gue jemput lo jam
empat sore. Lo siap-siap aja.” Ucapnya penuh misteri.
***
“Ntar gue jemput lo jam empat sore. Lo siap-siap aja.”
Kalimat itulah yang
kini mengganggu pikirannya. Alhasil, Ify nggak konsen dengan apa yang
dijelaskan oleh Bu Mawa di depan. Aishh
kak Rio... Kenapa gue jadi deg-degkan ini? Apa yang kak Rio lakukan nanti sore?
Lucu juga jika ia berharap di tembak oleh Rio.
“Fy..”
Tangan kanan Sivia
menyenggol bahunya. Membuat Ify terhenyak. “Apa?” Tanyanya.
“Lo lagi mikirin
apa sih? Dengerin tuh penjelasan Bu Mawa di depan. Ntar tau rasa lo kalo lo
nggak mau merhatiin.” Kata Sivia mengingatkan.
Bagaimana bisa konsen Via? Tanya Ify dalam hati. Ah, sebaiknya beritahu Sivia aja
deh. Nggak tau apa nanti respon Sivia. Semoga aja nggak nyuruh ia berhenti
menyukai Rio.
“Ntar sore kak Rio
mau ajak gue pergi.” Jawab Ify sedikit malu-malu.
Sivia terdiam
sesaat. “Oo..”
Cuma itu aja
komentar dari Sivia. Mungkin Sivia capek ngobrol tentang Rio. Sivia pun kembali
konsen di depan. Jika ada hal yang penting, maka ia catat agar ia nggak lupa.
Bu Mawa kalo bikin soal ulangan selalu saja ambil soalnya dari penjelasannya.
Bukan dari soal-soal di LKS atau di buku paket.
Siang ini merupakan
siang terpanjang bagi Ify. Ify nggak sabaran menunggu sore. Ia nggak sabaran
diajak pergi bersama Rio. Dan penasaran apa kejutan Rio untuknya. Tapi Ify
nggak berharap banyak. Jika emang nanti Rio menembaknya, tentu Ify bersyukur.
Kalo tidak ya nggak apa-apa juga. Asalkan cintanya pada Rio nggak ditolak
secara kasar oleh Rio.
Akhirnya, pelajaran
hari ini selesai. Ify nggak sabaran pulang ke rumah. Tapi ia harus menunggu dua
jam lagi karena sekarang jam dua siang.
“Kayaknya lo lagi
bahagia deh Fy..” Kata Debo.
Ify tersenyum. “Ya.
Soalnya nanti kak Rio ajak gue pergi. Nggak tau kemana.” Jawabnya.
Debo tersenyum
seakan-akan sedang menertawai dirinya sendiri karena telah kalah memenangkan
hati Ify. “Ooo.. Pantas saja. Ntar minta pejenya yaa..”
“Hehe.. Pasti..”
Sementara di
belakang sana, Rio memerhatikan Ify dengan seksama. Ify tampak bahagia. Bahagia
sekali. Dan itu membuatnya ikut bahagia. Nggak tau kenapa, jika Ify sedih, ia
ikutan sedih. Namun jika Ify bahagia, ia ikutan bahagia.
“Teruslah bahagia
Fy..” Ucapnya pelan.
***
Mobil yang
dikendarai Agni berhenti di sebuah tempat pemakaman. Hal ini membuat jantung
Shilla nyaris copot. Sebenarnya, apa tujuan Agni mengajaknya mendatangi tempat
ini? Siapa yang meninggal? Shilla nggak mau hal yang tidak diinginkannya
menjadi kenyataan. Tidak mau!
Setelah memarkirkan
mobil, Agni mengajak Shilla masuk ke dalam. Sesekali ia menengok keadaan
mobilnya yang ia sayangi. Agni emang belum berumur tujuh belas tahun. Tetapi ia
sudah diberi izin mengendarai mobil oleh Ayahnya asalkan nggak ketangkep sama
polisi, hihihi...
Dan... Keduanya
berhenti di sebuah gundukan tanah merah yang bunga-bunga di atasnya mulai layu.
Shilla menahan nafasnya. Kedua matanya melirik pada batu nisan yang bertuliskan
seseorang yang ingin ia cari.
Orang itu sudah tiada... Batin Shilla sedih. Tak heran air matanya turun setetes
demi setetes. Selalu saja penyesalan datang belakangan. Adakah penyesalan
datang di awal? Rasanya sungguh mustahil.
Agni merangkul
Shilla. “Kak Adrian sudah nggak ada Shill.” Lirih Agni. Jujur, ia juga merasa
sedih sekali. Dulu, ia suka menghina Adrian. Sekarang Adrian meninggal dan ia
menyesal. Sangat menyesal.
Tangis Shilla mulai
terdengar. Namun tidak keras karena ia mampu menahan diri agar nggak seperti
anak kecil yang nggak dibelikan boneka oleh Ibunya. Dengan tangannya yang
lemas, Shilla menyentuh batu nisan itu yang bertuliskan: Adrian Henrick
Kurniawan. Sebuah nama yang sangat berarti baginya.
“Kak Adrian..”
Lirih Shilla.
Mungkin inilah
saatnya Agni bercerita. Sebelum bercerita, Agni berusaha mencari kekuatan agar
hatinya kuat untuk menceritakannya.
“Shill.. Kak Adrian
mati dengan cara yang mengenaskan. Gue nggak sanggup Shill liat jasad kak
Adrian waktu itu. Jasadnya hancur dan mengerikan. Awalnya, nggak ada satupun
yang mau menguburkan jasad kak Adrian. Tapi akhirnya ada juga yang mau karena
tidak tega melihat kak Adrian..
Kak Adrian sangat
mencintai lo Shill. Lo adalah cinta pertama dan terakhirnya. Waktu lo jadian
sama Debo, kak Adrian frustrasi. Hatinya hancur Shill melihat lo bahagia sama
Debo. Tapi dia mencoba sabar karena kebahagiaan lo juga adalah
kebahagiaannya..”
Agni ikut memegang
batu nisan itu. “Kak Adrian putus asa saat lo pindah ke Medan. Dia seperti
merasa kehilangan sesosok malaikat yang setiap hari menyemangatinya. Dan kak
Adrian menjadi benci sama Debo karena Debolah yang membuat lo pergi. Tapi lo
tau kan Shill, kak Adrian orangnya baik. Dia nggak dendam atau apa sama Debo.
Rasa benci itu perlahan dihapusnya. Tapi sayangnya, setelah lo nggak ada lagi
di Jakarta, kak Adrian berubah menjadi pemurung. Gue simpulkan kak Adrian
pengin bunuh diri..
Lo pengen tau kan
Shill kenapa kak Adrian bisa meninggal dengan cara yang mengenaskan? Waktu itu,
Debo hendak menyebrangi jalan raya. Namun tiba-tiba, saat Debo berada di tengah
jalan, sebuah mobil hendak menabraknya. Sepertinya pengendara mobil itu emang
pengin lo mati. Kata penduduk yang melihatnya, mobil itu terlihat oleng.
Mungkin pengendaranya sedang mabuk.
Debo merasa
nyawanya sebentar lagi akan berpisah dari raganya. Ia menutup matanya.
Tiba-tiba, tubuhnya di dorong oleh seseorang. Debo kaget. Cowok itu terjatuh.
Sementara yang mendorongnya tadi...” Agni berhenti sebentar. Jujur, ia nggak
mampu melanjutkan ceritanya. “Kak Adrian... Kak Adrian yang mendorong Debo agar
Debo selamat. Tapi sayangnya, tubuh kurus Kak Adrian dihancurkan dengan mudah
oleh mobil itu. Sama halnya dengan Debo. Nggak sepenuhnya Debo selamat. Dia
juga ikut tertabrak mobil tapi selamat. Namun Debo sempat koma selama tiga
bulan.”
Tampaknya Agni
mulai menangis. Cukup! Shilla mengerti apa yang diceritakan Agni. Intinya,
Adrian mati dengan ditabrak oleh mobil. Shilla nggak bisa membayangkan
bagaimana tubuh kurus itu hancur saat mobil menabraknya. Tapi, ada satu yang
menjadi pertanyaannya.
“Ag.. Kenapa..
Kenapa kak Cakka lo anggap sebagai pembunuh?” Tanya Shilla.
Agni tersenyum
hambar. “Mobil itu. Cakka pengendaranya. Padahal ia sama sekali nggak bisa
mengendarai mobil. Tapi ia paksa agar tujuannya berjalan mulus seperti yang ia
rencanakan.”
“Tujuan?” Tanya
Shilla tak mengerti.
“Bukannya Cakka
benci banget sama Debo? Cakka benci liat lo bahagia sama Debo. Ternyata, bukan
kak Adrian saja yang sakit liat lo bahagia sama Debo. Tapi Cakka juga. Dia
ingin menabrak Debo, tetapi Kak Adrian lah yang sesungguhnya ia tabrak.
Makanya, gue anggap Cakka itu pembunuh. Pembunuh Kak Adrian!”
Shilla berusaha
untuk menguasai dirinya. “Kalo Kak Cakka pelakunya, kenapa lo pacaran sama dia?
Bukannya lo juga benci sama kak Cakka?”
“Gue..” Apa sebaiknya gue jujur saja? “Ng..
Mungkin ini hal bodoh. Jujur, waktu Cakka mati-matian ngejar lo, gue cemburu
Shill. Gue cinta sama Cakka. Sampai sekarang. Gue merasa bodoh masih
mencintainya.”
Terungkap sudah
semuanya. Shilla harus menerima bahwa Adrian telah kembali di alam sana. Shilla
yakin, disana, Adrian bahagia. Pastinya banyak bidadari cantik yang
menyertainya. Tidak seperti dirinya yang ia anggap sebagai wanita terburuk di
dunia. Shilla malu dikatakan memiliki wajah cantik oleh orang-orang.
“Ag..” Agni menoleh
ke arah Shilla. “Karena lo udah cerita, gue juga harus cerita ini ke elo. Ini
semua tentang kak Adrian dan siapa sebenarnya kak Adrian itu..”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar