expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 16 )



Part 16

.

.

.

SMA Varius tampak beda. Jika ada ketakutan yang menyelimuti sekolah itu, kini ketakutan itu berubah menjadi sebuah jeritan yang berlebihan. Bukan, bukan jeritan ketakutan. Tetapi jeritan dari cewek-cewek Varius yang menyadari bahwa Rivano Gabril telah berubah 180 derajat. Seorang Rivano Gabril yang aslinya cuek, dingin dan menyebar ketakutan berubah menjadi sesosok malaikat yang dengan mudahnya mampu melumpuhkan hati seorang cewek.

“Hei! Rio udah berubah. Dia udah nggak buat kita takut lagi. Asyikk.. Gue jadi punya kesempatan nih deketin dia..”

Tapi tidak semua sikap Rio yang dingin itu hilang. Rio tentu mampu menjaga sikapnya agar tidak berlebihan. Ia masih cuek dan dingin. Namun di wajahnya terpancar sebuah keramahan. Dan apakah kalian tau penyebab sikap Rio menjadi seperti ini?

“Lo salah besar Yo!” Kata Sivia ketika sempat bertemu dengan Rio di sekolah.

Rio menatap Sivia dengan cuek. “Salah apa? Salah ya menyempatkan diri untuk berbahagia sebelum gue nggak pernah merasakan kebahagiaan semu ini lagi?” Tanyanya.

“Bukan. Maksud gue bukan begitu. Tapi....”

“Via.. Gue tau lo benci banget dengan segala kelakukan gue pada Ify. Gue ngerti Vi kalo Ify cinta mati ke gue. Gue akan membahagiakannya dan..”

“Dan membuatnya menderita kan karena syarat ketiga itu? Bodoh!”

Dengan nafas yang nggak beraturan, Sivia berlari meninggalkan Rio. Cukup! Ia lelah memikirkan kehidupan orang lain. Ia lelah memikirkan jalan hidup Rio yang sebenarnya mustahil terjadi di dunia nyata.

Langkah kakinya membawanya ke kelas tempat Ify berada. Sivia yakin sekali sahabatnya itu sedang bahagia. Dan kemungkinan besar Ify sudah jadian dengan Rio. Cowok bodoh! Batin Sivia miris.

“Pagi Via.. Kok lo lesu gitu? Ada apa? Tau nggak, kak Rio udah berubah. Berubah menjadi lebih baik. Ah, gue makin cinta deh sama dia..”

Sivia menatap Ify tajam. “Gue peringatkan ke elo Fy. Sebelum semuanya terlambat. Jauhi Rio kalo lo nggak mau merasakan kesedihan yang teramat menyakitkan di suatu hari nanti. Kalo lo nggak mau melakukannya, gue nggak maksa. Itu hak-hak lo juga.”

“Ma.. Maksud lo apa Vi? Gue nggak ngerti. Bukannya kemarin lo mengatakan kalo gue sama kak Rio adalah pasangan yang cocok? Lalu, kenapa lo suruh gue jauhi kak Rio agar gue nggak merasakan kesedihan? Vi! Kak Rio udah janji ke gue untuk tidak membuat gue sedih lagi. Dan janjinya itu sungguh-sungguh.”

Sivia tersenyum sinis. “Terserah elo deh.” Ucapnya.

Tidak tau kenapa, peringatan Sivia tadi mencerminkan sebuah kebenaran. Artinya, Sivia mengatakannya dengan sungguh-sungguh bahwa jika ia tidak berhenti mencintai Rio akan merasakan kesedihan yang teramat sangat.

Apa.. Apakah seharusnya ia melupakan Rio?

***

“Mau nyari Rio?” Tanya Debo melihat Ify yang membawa kotak tupperware yang tentunya berisi kue buatan Ify yang lezat. Debo udah nggak meragukan kue buatan Ify. Bahkan kue buatan Mamanya kalah dengan buatan Ify.

Ify sedikit kaget dengan kedatangan Debo. “Eh lo Deb. Iya. Gue mau nyari kak Rio.” Jawabnya sedikit gugup. Ia takut kalo-kalo Debo masih cemburu dengan Rio.

“Oke deh. Tapi lo nanti jangan cemburu. Soalnya kan banyak cewek yang deketin pangeran yang telah berubah itu.” Canda Debo.

Canda atau apa itu? Debo tidak menampakkan kecemburuannya. Malah Debo nampak ceria. Debo seakan mendukung usahanya untuk mematahkan ratusan cewek-cewek yang berusaha mendapatkan Rio.

Nampaknya Debo menangkap wajah keheranan Ify. “Jangan kuatir. Gue udah nggak cemburu lagi. Gue sadar Fy, lo sama Rio cocok. Menurut gue, Rio itu cinta juga sama elo. Gue ingat waktu lo dan Rio pelukan beberapa hari yang lalu. Hal ini membuat hati gue luluh dan rela melepas lo bersama orang lain..”

Ucapan Debo mampu memperihkan hatinya. Ify nggak yakin Debo benar-benar ikhlas. Siapa tau ada maksud lain. Tapi Ify nggak mau memperpanjang pikiran. Bel istirahat sebentar lagi akan berakhir dan kue buatannya ini berujung sia-sia.

“Gue pergi dulu ya..” Kata Ify meninggalkan Debo.

Debo memandangi punggung Ify yang menghilang. Apa gue benar-benar ikhlas melihatnya bersama cowok lain?

Sementara Ify, gadis itu telah sampai di depan kelas Rio. Bisa di tebak. Kelas Rio ramai dikunjungi cewek-cewek. Ify heran dengan perubahan mendadak dari Rio. Tapi syukurlah. Sikap dingin dan sikap aneh lainnya menghilang dari tubuh itu.

“Pagi kak Yo..” Sapa Ify ramah.

Cewek-cewek langsung menjauhi Rio saat Ify datang. Entah mengapa mereka nggak berani menghalang Ify. Karena mereka tau. Ify penyebab perubahan sikap Rio, walau mereka nggak yakin dengan dugaan sendiri.

“Pagi juga..” Jawab Rio ramah. Kedua matanya melirik kotak tupperware yang berisi harta karun(?).

“Ini kak, Ify buatkan kak Rio kue sarang semut.”

Rio menerima kotak tupperware itu. Ify emang baik. Gadis itu sering mengantarnya kue. Padahal ia sama sekali nggak menginginkan kue itu. Tapi agar tidak membuat Ify sedih, terpaksa Rio menerima kue itu.

Ternyata, lucu juga gaya Rio kalo makan! Ify berusaha menahan tawanya. Gaya Rio makan mengingatkannya dengan tetangganya yang berumur lima tahun. Artinya, gaya makan Rio beda tipis dengan gaya makan anak kecil.

“Kak, kok kak Rio bisa berubah?” Tanya Ify. Walau ia tau Rio nggak bakal menjawab pertanyaannya.

“Emang gue nggak boleh berubah ya?” Rio balik nanya.

Ify menjadi salah tingkah. “Bolelah kak, malah lebih baik.” Jawabnya.

Rio tersenyum lantas mengacak-acak poni Ify. Suatu hal yang merupakan kesenangan baginya. Rio sudah sebahagia ini. Ia berubah emang didasari karena Ify. Namun, perubahan ini menimbulkan efek yang dahsyat baginya.

“Aw.. Kepala kakak pusing..” Rintih Rio.

Cowok itu berusaha menahan agar tidak menimbulkan masalah. Ya! Resiko berani ia tantang. Syarat pertama emang boleh ia rubah. Tetapi tidak yang kedua dan ketiga. Ketiga? Rio tersenyum hambar mengingat syarat ketiga yang merupakan syarat terberatnya. Dilihatnya wajah Ify yang amat panik. Gadis itu emang mencintainya dengan sungguh-sungguh.

Seandainya dulu Fy sebelum gue....

“Kak Rio nggak papa?” Panik Ify. Ia takut. Jangan-jangan penyebabnya ialah kuenya ini!

“Gue nggak papa. Cuma pusing aja. Ohya, thanks ya karena susah-susah buat cake ini.”

Ify tersenyum sambil mengangguk. “No problem. Apapun yang Ify lakukan buat cinta Ify bahagia..”

Bel yang tidak diharapkannya berbunyi. Ify menggerutu dalam hati. Kenapa sih belnya bunyi? Padahal gue mau lama-lama sama kak Rio disini! Eh, tapi siapa sih lo ini? Salah besar kalo lo ngira lo pacaran sama kak Rio..

Sewaktu Ify hendak membalikkan badan, tiba-tiba Rio memegang tangannya. “Ntar gue jemput lo jam empat sore. Lo siap-siap aja.” Ucapnya penuh misteri.

***

“Ntar gue jemput lo jam empat sore. Lo siap-siap aja.”

Kalimat itulah yang kini mengganggu pikirannya. Alhasil, Ify nggak konsen dengan apa yang dijelaskan oleh Bu Mawa di depan. Aishh kak Rio... Kenapa gue jadi deg-degkan ini? Apa yang kak Rio lakukan nanti sore? Lucu juga jika ia berharap di tembak oleh Rio.

“Fy..”

Tangan kanan Sivia menyenggol bahunya. Membuat Ify terhenyak. “Apa?” Tanyanya.

“Lo lagi mikirin apa sih? Dengerin tuh penjelasan Bu Mawa di depan. Ntar tau rasa lo kalo lo nggak mau merhatiin.” Kata Sivia mengingatkan.

Bagaimana bisa konsen Via? Tanya Ify dalam hati. Ah, sebaiknya beritahu Sivia aja deh. Nggak tau apa nanti respon Sivia. Semoga aja nggak nyuruh ia berhenti menyukai Rio.

“Ntar sore kak Rio mau ajak gue pergi.” Jawab Ify sedikit malu-malu.

Sivia terdiam sesaat. “Oo..”

Cuma itu aja komentar dari Sivia. Mungkin Sivia capek ngobrol tentang Rio. Sivia pun kembali konsen di depan. Jika ada hal yang penting, maka ia catat agar ia nggak lupa. Bu Mawa kalo bikin soal ulangan selalu saja ambil soalnya dari penjelasannya. Bukan dari soal-soal di LKS atau di buku paket.

Siang ini merupakan siang terpanjang bagi Ify. Ify nggak sabaran menunggu sore. Ia nggak sabaran diajak pergi bersama Rio. Dan penasaran apa kejutan Rio untuknya. Tapi Ify nggak berharap banyak. Jika emang nanti Rio menembaknya, tentu Ify bersyukur. Kalo tidak ya nggak apa-apa juga. Asalkan cintanya pada Rio nggak ditolak secara kasar oleh Rio.

Akhirnya, pelajaran hari ini selesai. Ify nggak sabaran pulang ke rumah. Tapi ia harus menunggu dua jam lagi karena sekarang jam dua siang.

“Kayaknya lo lagi bahagia deh Fy..” Kata Debo.

Ify tersenyum. “Ya. Soalnya nanti kak Rio ajak gue pergi. Nggak tau kemana.” Jawabnya.

Debo tersenyum seakan-akan sedang menertawai dirinya sendiri karena telah kalah memenangkan hati Ify. “Ooo.. Pantas saja. Ntar minta pejenya yaa..”

“Hehe.. Pasti..”

Sementara di belakang sana, Rio memerhatikan Ify dengan seksama. Ify tampak bahagia. Bahagia sekali. Dan itu membuatnya ikut bahagia. Nggak tau kenapa, jika Ify sedih, ia ikutan sedih. Namun jika Ify bahagia, ia ikutan bahagia.

“Teruslah bahagia Fy..” Ucapnya pelan.

***

Mobil yang dikendarai Agni berhenti di sebuah tempat pemakaman. Hal ini membuat jantung Shilla nyaris copot. Sebenarnya, apa tujuan Agni mengajaknya mendatangi tempat ini? Siapa yang meninggal? Shilla nggak mau hal yang tidak diinginkannya menjadi kenyataan. Tidak mau!

Setelah memarkirkan mobil, Agni mengajak Shilla masuk ke dalam. Sesekali ia menengok keadaan mobilnya yang ia sayangi. Agni emang belum berumur tujuh belas tahun. Tetapi ia sudah diberi izin mengendarai mobil oleh Ayahnya asalkan nggak ketangkep sama polisi, hihihi...

Dan... Keduanya berhenti di sebuah gundukan tanah merah yang bunga-bunga di atasnya mulai layu. Shilla menahan nafasnya. Kedua matanya melirik pada batu nisan yang bertuliskan seseorang yang ingin ia cari.

Orang itu sudah tiada... Batin Shilla sedih. Tak heran air matanya turun setetes demi setetes. Selalu saja penyesalan datang belakangan. Adakah penyesalan datang di awal? Rasanya sungguh mustahil.

Agni merangkul Shilla. “Kak Adrian sudah nggak ada Shill.” Lirih Agni. Jujur, ia juga merasa sedih sekali. Dulu, ia suka menghina Adrian. Sekarang Adrian meninggal dan ia menyesal. Sangat menyesal.

Tangis Shilla mulai terdengar. Namun tidak keras karena ia mampu menahan diri agar nggak seperti anak kecil yang nggak dibelikan boneka oleh Ibunya. Dengan tangannya yang lemas, Shilla menyentuh batu nisan itu yang bertuliskan: Adrian Henrick Kurniawan. Sebuah nama yang sangat berarti baginya.

“Kak Adrian..” Lirih Shilla.

Mungkin inilah saatnya Agni bercerita. Sebelum bercerita, Agni berusaha mencari kekuatan agar hatinya kuat untuk menceritakannya.

“Shill.. Kak Adrian mati dengan cara yang mengenaskan. Gue nggak sanggup Shill liat jasad kak Adrian waktu itu. Jasadnya hancur dan mengerikan. Awalnya, nggak ada satupun yang mau menguburkan jasad kak Adrian. Tapi akhirnya ada juga yang mau karena tidak tega melihat kak Adrian..

Kak Adrian sangat mencintai lo Shill. Lo adalah cinta pertama dan terakhirnya. Waktu lo jadian sama Debo, kak Adrian frustrasi. Hatinya hancur Shill melihat lo bahagia sama Debo. Tapi dia mencoba sabar karena kebahagiaan lo juga adalah kebahagiaannya..”

Agni ikut memegang batu nisan itu. “Kak Adrian putus asa saat lo pindah ke Medan. Dia seperti merasa kehilangan sesosok malaikat yang setiap hari menyemangatinya. Dan kak Adrian menjadi benci sama Debo karena Debolah yang membuat lo pergi. Tapi lo tau kan Shill, kak Adrian orangnya baik. Dia nggak dendam atau apa sama Debo. Rasa benci itu perlahan dihapusnya. Tapi sayangnya, setelah lo nggak ada lagi di Jakarta, kak Adrian berubah menjadi pemurung. Gue simpulkan kak Adrian pengin bunuh diri..

Lo pengen tau kan Shill kenapa kak Adrian bisa meninggal dengan cara yang mengenaskan? Waktu itu, Debo hendak menyebrangi jalan raya. Namun tiba-tiba, saat Debo berada di tengah jalan, sebuah mobil hendak menabraknya. Sepertinya pengendara mobil itu emang pengin lo mati. Kata penduduk yang melihatnya, mobil itu terlihat oleng. Mungkin pengendaranya sedang mabuk.

Debo merasa nyawanya sebentar lagi akan berpisah dari raganya. Ia menutup matanya. Tiba-tiba, tubuhnya di dorong oleh seseorang. Debo kaget. Cowok itu terjatuh. Sementara yang mendorongnya tadi...” Agni berhenti sebentar. Jujur, ia nggak mampu melanjutkan ceritanya. “Kak Adrian... Kak Adrian yang mendorong Debo agar Debo selamat. Tapi sayangnya, tubuh kurus Kak Adrian dihancurkan dengan mudah oleh mobil itu. Sama halnya dengan Debo. Nggak sepenuhnya Debo selamat. Dia juga ikut tertabrak mobil tapi selamat. Namun Debo sempat koma selama tiga bulan.”

Tampaknya Agni mulai menangis. Cukup! Shilla mengerti apa yang diceritakan Agni. Intinya, Adrian mati dengan ditabrak oleh mobil. Shilla nggak bisa membayangkan bagaimana tubuh kurus itu hancur saat mobil menabraknya. Tapi, ada satu yang menjadi pertanyaannya.

“Ag.. Kenapa.. Kenapa kak Cakka lo anggap sebagai pembunuh?” Tanya Shilla.

Agni tersenyum hambar. “Mobil itu. Cakka pengendaranya. Padahal ia sama sekali nggak bisa mengendarai mobil. Tapi ia paksa agar tujuannya berjalan mulus seperti yang ia rencanakan.”

“Tujuan?” Tanya Shilla tak mengerti.

“Bukannya Cakka benci banget sama Debo? Cakka benci liat lo bahagia sama Debo. Ternyata, bukan kak Adrian saja yang sakit liat lo bahagia sama Debo. Tapi Cakka juga. Dia ingin menabrak Debo, tetapi Kak Adrian lah yang sesungguhnya ia tabrak. Makanya, gue anggap Cakka itu pembunuh. Pembunuh Kak Adrian!”

Shilla berusaha untuk menguasai dirinya. “Kalo Kak Cakka pelakunya, kenapa lo pacaran sama dia? Bukannya lo juga benci sama kak Cakka?”

“Gue..” Apa sebaiknya gue jujur saja? “Ng.. Mungkin ini hal bodoh. Jujur, waktu Cakka mati-matian ngejar lo, gue cemburu Shill. Gue cinta sama Cakka. Sampai sekarang. Gue merasa bodoh masih mencintainya.”

Terungkap sudah semuanya. Shilla harus menerima bahwa Adrian telah kembali di alam sana. Shilla yakin, disana, Adrian bahagia. Pastinya banyak bidadari cantik yang menyertainya. Tidak seperti dirinya yang ia anggap sebagai wanita terburuk di dunia. Shilla malu dikatakan memiliki wajah cantik oleh orang-orang.

“Ag..” Agni menoleh ke arah Shilla. “Karena lo udah cerita, gue juga harus cerita ini ke elo. Ini semua tentang kak Adrian dan siapa sebenarnya kak Adrian itu..”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar