expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 17 )



Part 17

.

.

.

Berkali-kali ia meyakinkan dirinya di depan cermin. Apakah ia sudah pantas bertemu Rio? Apa ia pantas bersanding dengan lelaki tampan bernama Rivano Gabril? Apa seorang Alyssa Sifyla pantas diajak pergi oleh seorang Rivano Gabril?

Kok gue jadi deg-degkan gini ya? Kok gue merasa nggak pantas ketemu kak Rio nanti? Ada apa dengan gue? Bukannya selama ini gue nggak pernah merasa nervous kayak gini?

“Gimana penampilan gue Vi?” Tanya Ify.

Baru saja Sivia datang. Ia terkejut melihat Ify. Ify nampak cantik dengan dress biru muda selutut. Rambut panjangnya ia gerai dan rambutnya ia pasang pita berbentuk bunga yang warnanya biru juga.

“Cantik banget. Kayak putri Raja.” Jujur Sivia.

Ify tersenyum dan sedikit tersipu. “Iya, kan gue mau ketemu pangeran ganteng bernama Rivao Gabril..”

Sivia memaksakan diri untuk tersenyum. Ia begitu tak peduli rencana apa yang kali ini Rio lakukan. Apa mau nembak Ify kek, Sivia nggak peduli. Asalkan Ify bahagia. Itu saja.

“Vi, kira-kira, kak Rio mau apa ya nanti?” Tanya Ify sambil memandangi dirinya di depan cermin.

“Mau lo apa?” Sivia balik nanya.

“Mau gue.. Gue pengen kak Rio nyatain cintanya ke Ify dan Ify resmi jadi kekasih kak Rio. Vi.. Ify pengen sekali jadi pacar kak Rio..”

Harapan yang sia-sia Fy! Batin Sivia. Bisa-bisa saja Ify menjadi kekasih Rio, menjalin kasih dengan Rio, namun, justru itulah yang mengundang kesedihan itu.

Di luar sana, terdengar klakson mobil. Ify dan Sivia sama-sama terhenyak. Jantung Ify berdebar-debar. Kereta kencana sudah ada di depan mata dan siap menjemputnya lalu mengantarnya menuju istana.

“Vi, gue pergi dulu. Jaga rumah baik-baik yaa.. Hehe..”

Sempat saja Ify bercanda. Membuat Sivia jadi tertawa. Emangnya gue pembantu lo apa? Tanyanya dalam hati.

Ketika Ify berada di pintu rumah, bisa ia lihat wajah seorang pangeran yang sangat tampan. Pangeran tampan itu menunggunya di luar gerbang rumahnya. Ify tersenyum malu. Untung nggak ada Dayat. Kalo kakaknya itu ada, bisa jadi ia dibuat malu oleh kakaknya itu. Sementara Mamanya mendukungnya. Tentu saja Mamanya senang melihat putrinya telah menemukan seorang pangeran yang benar-benar dicintainya.

Astaga Fy! Kak Rio ganteng banget.. Sumpah! Gue ngerasa nggak pantas sama kak Rio. Dengan penampilan seperti itu, Rio tampak lebih keren dari biasanya. Dari jauh, Rio tersenyum melihat Ify. Namun senyuman itu menyiratkan sesuatu yang menggambarkan kesedihan. Apa itu? Entahlah.

Ify berjalan mendekati Rio dengan jantung yang berdebar-debar.

“Hai Fy!” Sapa Rio. Suaranya terdengar lemah. Tak seperti biasanya.

Ternyata Ify sadar ada yang nggak beres dengan Rio. “Hai juga kak! Kok wajah kak Rio pucat? Kak Rio kenapa? Kalo kak Rio sakit, kenapa kak Rio ajak Ify keluar? Kalo kak Rio pingsan gimana?”

Gadis itu terlihat khawatir sekali. Membuat Rio menjadi serba salah. Teringat ia dengan sebuah syarat pertama yang bisa diganti. Semua manusia akan takut melihatmu dan tidak ada yang berani mendekatimu. Tentu kamu tersiksa dengan keadaan ini? Boleh-boleh saja kamu mengubahnya. Ketika kamu telah menemukan gadis yang kamu cari. Namun, daya tahan tubuhmu akan lemah, lemah, lemah dan...

“Kak..”

Suara Ify menyadarkannya. “Eh iya Fy, kenapa?” Tanyanya.

“Kak Rio nggak papa kan?” Tanya Ify memastikan.

Rio mengangguk dan tersenyum. “Ayo berangkat!” Ucapnya dan diangguki Ify dengan jantung yang masih berdebaran.

***

Di sebuah tempat yang indah, tempat yang cocok digunakan untuk bersantai. Di tempat ini, jauh dari udara yang tercemar. Tentu saja juga jauh dari keramaian Ibu Kota. Rio mengajak Ify mencari tempat yang nyaman. Ify menurut saja. Tangannya bertambah dingin saat Rio menggenggamnya. Ify menjerit dalam hati.

Ketika keduanya telah menemukan tempat yang nyaman, yaitu di dekat pohon besar yang tidak diketahui namanya. Namun, orang-orang mengatakan bahwa pohon itu memiliki kekuatan ajaib. Pohon itu mampu mengabulkan segala harapan. Apapun harapan. Tapi banyak juga yang nggak percaya dengan pohon itu. Emang pohon itu Tuhan apa?

Rio duduk disamping Ify. Tampaknya, gadis itu sedang gelisah. Nggak tau kenapa Ify berubah menjadi gelisah. Rio pun merangkul Ify. Hal itu mampu mengundang sebuah perasaan-perasaan yang sulit ia terjemahkan.

“Baru pertama kali diajak jalan sama cowok Fy?” Tanya Rio.

“Eh, I.. Iya kak..” Jawab Ify gugup.

Rio tersenyum. “Sama kayak gue. Baru kali ini gue ajak cewek pergi sama gue. Dan cewek itu mau. Dulu, nggak ada satupun cewek yang mau dekat sama Rio.”

“Ohya? Masa? Kak Rio pasti bohong. Kak Rio kan ganteng. Nggak akan ada satupun cewek yang nggak mau kak Rio.” Timpal Ify.

Rangkulannya ia eratkan. Membuat hatinya amat tenang. Gue emang bodoh! Gue takut menghadapi semua ini, gue takut. Gue takut melihat Ify menangis. Maafkan gue Fy, seharusnya lo nggak boleh suka sama gue, dan seharusnya gue nggak boleh melakukan semua ini. Sama saja membuat lo dan gue sedih..

“Gue nggak ganteng Fy. Aslinya gue jelek. Makhluk terjelek di dunia.” Kata Rio.

“Ah masa? Nggak mungkin! Pasti kak Rio bohong. Ify tau kalo kak Rio bohong.”

Gadis ini sangat menggemaskan baginya. Rio senang melihat senyum Ify. Segala yang ada dalam diri Ify semuanya ia sukai. Sekalipun itu buruk. Dan entah mengapa Rio tidak ingin kehilangan senyum ceria itu. Tawa Ify dan semuanya.

“Kak, Ify mau tanya.”

“Tanya apa?”

“Ng..” Ify ragu untuk mengatakan. “Sebenarnya.. Sebenarnya kak Rio suka nggak sama Ify?” Tanyanya. Bodoh Fy! Pertanyaan bodoh! Batinnya.

Namun Rio menanggapi pertanyaan Ify dengan senyuman. “Entahlah. Yang jelas, kamu adalah cewek pertama yang membuat hati Rio sebahagia ini.” Setelah Shilla tentunya, tambah Rio dalam hati. Ia tak tau bagaimana kabar gadis yang menjadi cinta pertamanya.

“Hehe.. Thanks kak. Hari ini kak Rio udah beri Ify kejutan. Makasih ya kak, Ify senang sekali..”

“Iya Fy. Rio harap Ify tetap bahagia. Meskipun kesedihan nggak mau kalah dengan kebahagiaan.”

Nggak terasa, hampir dua jamman mereka bersama. Tanpa malu-malu, Ify bersandar di bahu Rio. Namun, ia merasakan suatu keganjilan. Bahu itu terasa rapuh saat kepalanya jatuh disana. Dari jauh, tampak dua bocah sedang berlari-lari. Kira-kira umur bocah itu sekitar tujuh tahun.

“ADRIAN!! BALIK KAMU.. Ihhh.. Kembaliin topiku..” Teriak bocah perempuan yang menggemaskan. Suaranya yang keras terdengar oleh Ify dan Rio.

Tiba-tiba saja wajah Rio memucat ketika bocah perempuan itu menyebut nama ‘Adrian’. Tentu Adrian itu adalah teman bocah perempuan itu.

“Kak Rio kenapa? Kenapa kak Rio jadi pucat?” Tanya Ify panik.

Pandangan Rio menjadi kabur. Kepalanya teramat pening. Namun ia bisa melihat kepanikan wajah Ify yang membuatnya kuat untuk tidak pingsan atau hal buruk lainnya. Tapi, sekuat apapun Rio bertahan, nggak mampu melawan rasa pusingnya. Tangannya pun ia kalungkan di leher Ify agar wajah Ify dekat dengan wajahnya. Mendadak Ify ikutan pucat.

Jarak antara Rio dan Ify hanya beberapa senti saja. Baru kali ini Ify menatap wajah Rio dari jarak yang dekat. Bahkan sangat dekat. Jantung Ify kembali berdebar-debar. Bisa ia lihat wajah Rio yang pucat dan terlihat lemah serta rapuh.

“Kak..” Lirih Ify.

“Ma.. Maafkan Rio, Fy..” Ucap Rio dengan suara lemah, namun terdengar oleh telinga Ify.

Yang paling mengejutkan, Rio secara tak sadar mencium bibir Ify. Tentu saja membuat Ify kaget bukan main. Antara sadar dan tidak sadar. Namun, Ify sama sekali nggak menghindar dari ciuman mendadak itu. Malah Ify menerima ciuman itu dengan baik.

Aku mencintaimu Fy, Ucap Rio dalam hati dengan segala kebodohannya.

***

Pemakaman itu semakin lama semakin mengerikan karena cahaya yang menyinari pemakaman itu perlahan mulai hilang. Matahari siap tenggelam dan akan kita jumpai pada hari esok. Shilla mengakhiri ceritanya dengan tangisan yang samar-samar. Begitu pula dengan Agni yang mendengar cerita Shilla yang merupakan pukulan kekagetan baginya. Cerita Shilla baginya mustahil. Sangat mustahil. Tapi, cerita Shilla adalah nyata.

“Gue nggak nyangka Shill. Lo dan Adrian ternyata...”

Shilla memotong pembicaraan Agni. “Jangan bahas lagi. Gue nggak mau dengar nama Adrian lagi. Seharusnya gue melupakan nama yang membuat hati gue perih. Gue harus cepat-cepat kasih tau Papa kalo kak Adrian sudah nggak ada.”

“Tapi.. Apa Ayah lo nggak sedih dengar cerita lo?” Tanya Agni.

Shilla tersenyum sedih. “Tentu saja. Tapi gue berusaha sekuat mungkin agar Papa nggak sedih kayak gue. Gue yakin Papa kuat. Dia kan laki-laki, nggak seperti gue yang lemah dan mudah menangis.”

Suasana mulai gelap. Agni mulai merasakan ketakutan. Kalo ada penampakan gimana? Maka itulah, cepat-cepat ia mengajak Shilla meninggalkan makam Adrian. Walau rasanya Shilla ingin terus berada di samping makam Adrian.

***

“Fy.. Hei Ify!”

Sejak tadi, Ify melamun terus. Jadinya Sivia penasaran. Ia juga penasaran kegiatan apa saja yang dilakukan RiFy kemarin. Pasti ada hubungannya dengan lamunan Ify. Mungkin saja Ify lagi memikirkan Rio.

“Lo nggak nyari kak Rio Fy?” Tanya Sivia.

“Eh, kak Rio ya. Ng.. Nggak deh.” Jawab Ify.

Sivia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kemaren lo ngapai aja sama kak Rio?” Tanyanya.

Wajah Ify menjadi pucat mendengar pertanyaan Sivia. Sangat malu jika ia beritahu tentang ciuman mendadak dan tak terduga itu. Sampai sekarang, ciuman itu masih terasa di bibirnya. Ify mengira, kemarin hanyalah mimpi. Tapi ini nyata.

“Kak Rio cuma ngajak gue jalan-jalan doang.” Jawab Ify.

“Hmm.. Lantas, lo ngelamunin apa? Ngelamunin kejadian indah kemarin?”

Ify mengangguk. Kejadian kemarin membuatnya enggan menemui Rio. Tentu saja. Ia sangat malu. Tapi nggak bisa dipungkiri juga kalo ia sedang bahagia. Sudah ia bilang, ciuman kemarin memberikan efek yang sangat dahsyat. Setelah Rio melepaskan ciumannya, Rio langsung mengantarnya pulang. Lucunya, ia dan Rio nggak berbicara sedikitpun sejak adegan ciuman itu. Ify cukup malu untuk berbicara.

Tiba-tiba Ify teringat sesuatu. “Vi, kak Rio kayaknya lagi sakit deh. Kemarin gue perhatikan wajahnya pucat banget. Gue sedih Vi liat wajah pucatnya.” Ucapnya.

Perih hatinya mendengar ucapan Ify barusan. Sivia tau itu semua emang terjadi. Karena Sivia tau semua tentang Rio dan segala kehidupannya. Ingin sekali ia beritahu ke Ify, tapi ia sudah janji dengan Rio untuk tidak membocorkan rahasia hidupnya dan siapa sebenarnya ia.

“Via.. Kak Rio lagi sakit.. Gue takut Vi, gue takut.”

Air muka Ify berubah menjadi sedih dan ingin menangis. Sudah banyak penderita penyakit yang berujung kematian. Dan Ify nggak mau hal itu terjadi pada Rio.

“Sudahlah Fy, jangan pikirkan kak Rio..” Kata Sivia. Ia ingin mengganti topik lain. Tetapi ia tak punya bahan pembicaraan.

“Vi.. Kalo kak Rio sakit parah terus tinggalin gue, apa gue sanggup hidup tanpanya? Gue nggak mau kehilangan kak Rio Vi..”

Hati Sivia luluh mendengar ucapan Ify yang begitu menyedihkan. Ify.. Sahabatnya itu sudah memikirkan hal-hal aneh seperti tadi. Sivia takut. Sivia sangat takut ketika nanti ia berjumpa dengan hari itu. Saat matahari mulai tenggelam pada peraduannya.

“Jangan mikir yang aneh-aneh. Kalo kak Rio cinta elo, dia nggak bakal ninggalin lo Fy..” Kata Sivia.

“Tapi.. Apakah kak Rio cinta gue? Mustahil Vi..” Kata Ify lemas.

Sivia tersenyum. “Sesungguhnya kak Rio mencintai lo, Fy..”

***

Hari ini, Ify sama sekali nggak melihat batang hidung Rio. Ia malu mendatangi kelas Rio. Seharusnya, Rio yang menemuinya. Bukan ia yang menemui Rio! Gue kangen liat wajah kak Rio.. Batin Ify. Sekarang, gadis itu sedang memandangi gumpalan awan putih yang mirip seperti kapas di belakang rumahnya yang emang merupakan tempat favoritnya.

Kak Rio.. kakak kenapa sih? Kenapa kak Rio selalu saja buat Ify kuatir? Ify nggak pernah tenang. Ify emang bodoh kak. Tapi apa boleh buat? Cinta Ify pada kak Rio nggak bisa Ify hilangkan. Dan.. Apa arti ciuman kemarin kak? Ify pengin kak Rio menjelaskannya ke Ify.

Seandainya Rio ada disini... Seandainya Rio ada disampingnya.. Memeluknya hingga hatinya tenang dan nggak gelisah seperti ini...

“Fy, lo pergi sama siapa kemarin? Kemarin kakak liat lo duduk sendiri kayak orang gila di taman. Gue juga memperhatikan lo bicara sendiri. Lo kenapa sih Fy?”

Deg! Sebuah pertanyaan yang mampu membuatnya kaget bak disengat ribuan volt listrik. Apa? Bukannya gue kemarin pergi sama kak Rio?

***

“Shilla...”

Suara itu.. Sepertinya Shilla mengenali suara itu. Ya! Suara itu tak asing lagi baginya. Siapa pemilik suara itu?

“Shilla..”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar