Part 8
.
.
.
“Emm Fy.. Lo yakin
habis ini mau cari kak Rio di kelas?” Tanya Sivia beriringan dengan bel keluar
main yang berbunyi nyaring.
Ify menatap Sivia
lalu mengangguk. Walau rasanya ragu untuk melakukan. “Tapi gue harus
melakukannya. Gue juga pengen tau keadaannya soalnya kemarin dia sakit.”
“Sakit? Hahaha..
Pura-pura kali dia Fy..” Tawa Sivia.
Ify nggak
mempedulikan Sivia yang sedang tertawa. Niatnya ia bulatkan untuk menemui Rio
di kelasnya. Awalnya sih Ify ingin ditemani Sivia, tapi ntar kalo bawa-bawa
Sivia segala, semuanya jadi hancur. Dan tentu saja Sivia nggak bakal mau nerima
ajakannya. Gadis itu kan takut dengan Rio!
“Tapi Fy, gue
ngerasa ada yang aneh deh dari kak Rio.” Kata Sivia.
“Aneh? Bukannya
semua orang mengatakan kalo kak Rio itu emang aneh? Tapi bagi gue, kak Rio itu
bukan orang aneh. Percayalah..”
“Bukan. Bukan aneh
kata orang-orang yang gue maksudkan. Tapi...”
“Udahlah Vi. Gue
pergi dulu. Do’akan gue ya..”
Sivia nggak bisa
melarang Ify. Namun, hati kecilnya mengatakan setelah ini akan ada sebuah
peristiwa yang mengejutkan. Terutama jika benar Ify jatuh cinta pada Rio. Dan..
Sivia teringat kembali dengan mimpinya.
Apa mimpi itu ada hubungannya dengan kak Rio?
***
Sampai juga di
kelas 2IPA-1. Kelas itu tampak ramai. Jadi agak sulit untuk menemukan sosok
Rio. Pandangannya ia edarkan ke segala penjuru kelas 2IPA-1. Namun orang yang
dicarinya tidak ia temukan.
Apa kak Rio nggak masuk? Batin Ify. Bisa jadi! Kemarin kan Rio sakit, mungkin
saja kondisi Rio tidak memungkinkan cowok itu untuk hadir di sekolah sekarang
ini.
“Cari siapa dek?”
Ify kaget mendengar
suara itu. Yang jelas, itu suara cewek. Bukan suara cowok. Artinya, mustahil
sekali kalo itu suara Rio. Ify membalikkan badan dan melihat kakak kelas yang
berwajah cantik tersenyum dengannya. Lho? Bukannya itu Kak Dea?
“Oh, hai kak!” Sapa
Ify senang.
Dea adalah kakak
kelasnya sewaktu SMP. Dan sekarang mereka ditakdirkan satu sekolah lagi. Antara
Dea dan Ify terjalin hubungan akrab. Tapi sekarang hubungan mereka nggak
seakrab dulu.
“Eh, elo Fy. Lama
nggak jumpa. Mau nyari siapa?”
Hmmm.. Kasih tau
nggak ya? Pasalnya, Ify malu beritahu Dea kalo ia mau nyari Rio. Ntar Dea
curiga lagi. Tapi yah, nggak ada salahnya juga kan bertanya?
“Ng... Kak Rio
masuk nggak hari ini?” Tanya Ify setengah gugup.
Mendengar Ify
menyebut nama ‘Rio’, wajah Dea berubah menjadi pucat. Ia ingat saat ia menyapa
Rio. Cowok itu sukses membuatnya takut. Lha ini, mengapa Ify bisa-bisanya
mencari Rio? Apa yang Ify cari bukan Rio anak 2IPA-1?
“Rio.. Dia nggak
masuk. Emangnya ada apa Fy?”
“Ng.. Cuma nanya
aja. Ya udah, Ify balik dulu ya..”
Sebelum Ify
membalikkan badan, Dea menarik tangannya. Sepertinya ia belum puas dengan
jawaban yang diberikan Ify. Terpaksa Ify diam di tempat.
“Kok.. Kok lo
bisa-bisanya nyari Rio sih? Lo nggak tau apa, Rio itu cowok paling misteri di
sekolah ini. Teman aja dia nggak punya. Salahnya sendiri suka nakutin orang.”
Ify nggak setuju
dengan ucapan Dea. “Kak Rio nggak pernah nakutin orang. Buktinya, Ify nggak
takut tuh ketika Ify bertatapan sama kak Rio.”
Mendengar perkataan
yang diucapkan Ify, Dea sedikit kaget. “Yang bener? Wah, kalo gitu gue bisa
nggak takut juga sama Rio. Jadi teman dekatnya kan enak. Apalagi jadi
pacarnya.”
“Terserah kakak
deh. Ify balik dulu aja ya..”
Dea mengizinkan Ify
pergi. Namun jujur saja, cewek itu masih penasaran. Tadi ia hanya bercanda
saja. Nggak mungkin kan Ify nggak takut sama Rio? Mungkin tadi Ify berbohong.
Tapi kalo benar, pasti Ify dan Rio memiliki sebuah hubungan khusus yang tidak
diketahuinya.
***
Sepulang sekolah,
Ify memutuskan untuk pergi ke rumah Sivia. Kebetulan Mama dan Papanya sedang
nggak ada di rumah, biar nggak bosan di rumah sendiri, akhirnya Ify pergi ke
rumah Sivia. Sebenarnya Ify ingin pergi ke rumah Debo untuk mencari tau apakah
Debo sakit atau pergi karena ada suatu hal. Tapi ia urungkan niatnya.
Sama halnya Ify
dengan Rio. Ia ingin sekali tau dimana alamat rumah Rio. Apakah Rio memiliki
adik atau kakak. Tapi nggak ada satupun orang yang tau dimana alamat rumah Rio.
Seharusnya ia yang bertanya langsung pada Rio.
Ohya,
ngomong-ngomong, kok Rio sama Debo sehati ya nggak masuk sekolah?
“Oh, elo Fy,
masuk.” Kata Sivia menyadari kedatangan Ify.
Keduanya masuk ke
dalam kamar Sivia yang ukurannya lumayan besar. Warna cat kamar Sivia berwarna
hijau muda. Suasananya sangat indah dan nyaman. Ify kagum dengan Sivia.
Kamarnya tak serapi dan sebersih kamar Sivia.
“Lo nggak tega apa
liat kak Dayat sendiran di rumah?” Tanya Sivia.
Ify tersenyum.
“Wah, tambah senang dong kalo dia sendirian di rumah. Kan bisa berduaan sama
mbak Zahra, hehehe...”
“Idih.. Hati-hati
ntar Fy! Nanti lo punya keponakan.”
“Maksudnya?”
“Nggak ada deh..
Hehe..”
Sivia tampak lebih
baik dari hari kemarin dan hari sebelumnya. Kini, Sivia bisa tersenyum seperti
biasanya. Wajahnya juga ceria dan tidak memancarkan kesedihan. Syukurlah! Batin
Ify. Tapi Ify takut jika Sivia berhasil move on dari Alvin dan beranjak nyari
cowok cakep lainnya.
“Mmm Vi.. Lo.. Lo
udah bisa ngelupain kak Alvin?” Tanya Ify tiba-tiba.
Bodoh! Mengapa
pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya? Ify takut jika nanti Sivia berubah
menjadi sedih dan pemurung. Tapi, Ify memerhatikan air muka Sivia biasa-biasa
aja. Nggak ada perubahan sama sekali.
“Entahlah.” Jawab
Sivia yang tiba-tiba teringat dengan mimpinya saat ia pingsan. “Fy, lo tau
nggak? Waktu gue pingsan, gue mimpiin hantu itu?”
Ify mengangguk.
“Gue nggak bisa bayangkan gimana wajah hantu itu.”
Terdiam sesaat.
“Lo liat apa sih Vi
sampe-sampe lo pingsan?” Tanya Ify memecah keheningan.
Sepertinya Sivia
sedang berusaha memikirkan sesuatu. Gadis itu mencoba mengingat kembali sesuatu
yang membuatnya menjadi pingsan. Tiba-tiba wajahnya memucat. Melihat hal itu,
Ify khawatir sekaligus takut.
“Vi, lo nggak papa
kan?” Tanya Ify.
“Eh, gue.. Gue
nggak papa kok..” Jawab Sivia.
Ify memerhatikan
wajah Sivia yang terlihat semakin pucat. “Apa yang lo liat Vi? Tolong kasih tau
gue.”
Akhirnya, Sivia
berbicara. “Ng.. Gimana ya Fy? Pokoknya hantu itu aneh. Sangat aneh. Bisa jadi
waktu itu gue kerasukan hantu itu.”
Ify teringat dahi
Sivia yang basah karena keringat. Apa itu artinya Sivia sedang berbicara dengan
hantu tersebut? Ify makin penasaran.
“Tapi hantu itu
baik Fy. Dia nggak niat nakutin gue. Seingat gue, dia pernah bilang kalo dia
turun ke dunia ini karena dia ingin menemukan seseorang yang mencintainya secara
tulus, tanpa memandangi bagaimana fisiknya. Aneh bukan?”
Memang aneh.
Mustahil sekali seorang hantu yang mungkin saja adalah manusia yang sudah mati
lalu kembali hidup lagi ingin menemukan seseorang yang mencintainya secara
tulus. Bagaimana caranya hantu itu mencari orang yang benar-benar mencintainya?
“Aneh. Mana mungkin
hantu itu bisa dilihat sama manusia.” Komentar Ify.
“Siapa tau kan
hantu itu berwujud lain? Semisal berubah menjadi cowok cakep. Hantu kan bisa
mengubah penampilannya.” Kata Sivia.
“Tapi, kenapa hantu
itu balik ke dunia lagi? Kenapa hantu itu mau nyari orang yang mencintainya
secara tulus? Kenapa hantu itu...”
Pembicaraan Ify di
putus oleh Sivia. “Itu dia! Gue nggak sempat nanya ke dia karena gue takut
setengah mati!”
Kembali Ify
teringat wujud hantu yang pernah dijelaskan oleh Sivia. Wujud hantu yang kata
Sivia sangat mengerikan. Tapi ia belum bisa menggambarkan bagaimana sosok hantu
itu.
“Hantunya kayak
gimana sih?” Tanya Ify.
Wajah Sivia makin
pucat. “Gue nggak berani mengingatnya lagi. Yang jelas hantu itu adalah manusia
buruk yang wajahnya.. Hiiii... Ngeri..”
“Yeee.. Namanya
bukan hantu dong kalo kayak manusia. Lo sebut aja manusia buruk, bukan hantu.”
“Ah, nggak usah
dipikirkan lagi. Gue nggak peduli lagi sama hantu aneh itu.” Kata Sivia. Masih
banyak urusan lain yang harus ia pikirkan. Dan hantu itu, adalah urusan nggak
penting yang harus ia lupakan.
Tapi Ify belum puas
dengan penjelasan Sivia. “Vi, waktu lo mau pingsan, lo mikirin apa sih? Dan lo
liat apa sih yang bikin lo pingsan?”
Sivia terdiam
sesaat. “Ng.. Waktu itu pikiran gue sedang kosong. Nggak tau kenapa, tiba-tiba
gue liat cowok yang adalah hantu itu. Cowok itu mendekat... Mendekat dan
mendekat... dan... Gue langsung pingsan. Cowok itu mengerikan sekali wajahnya.”
Bisa disimpulkan
bahwa hantu itu berjenis cowok. Ify sangat penasaran. Ia penasaran dengan sosok
hantu tersebut. Ia penasaran mengapa hantu itu sekenanya merasuki Sivia. Ia
penasaran mengapa hantu itu ingin sekali mencari seseorang yang mencintainya
secara tulus.
“Fy, apa ini semua
ada hubungannya sama kak Rio?” Tanya Sivia.
***
Sebuah tempat yang
sunyi. Sebuah tempat yang tampak mengerikan jika kita datangi pada saat malam
hari. Sore menjelang malam, tempat ini sangat mengerikan. Namun, seorang cowok
tetap kukuh berada di tempat ini.
Tangan cowok itu
memegang halus sebuah batu nisan. Pada batu nisan itu, tertulis nama seseorang
yang ternyata sangat berarti dalam hidupnya. Seseorang yang telah menyelamatkan
nyawanya. Jika orang itu tidak menyelamatkannya, tentu ia nggak telah kembali
ke alam sana.
“Maaf.. Maaf..
Seharusnya gue baik sama lo. Nggak seharusnya gue kasar sama lo. Gue tau, hidup
lo nggak sebahagia dengan kehidupan orang lainnya. Maafkan gue..”
Cahaya matahari
semakin lama semakin hilang. Tampaknya, sampai disini sang kaditya itu
menyinari sebagian bumi dan pindah menyinari bagian bumi lainnya. Tidak betul
jika matahari itu selama-lamanya menyinari tempat cowok itu berdiri. Matahari
harus memberikan izin pada purnama untuk menyinari bumi.
“Jika ada sebuah
permintaan, gue ingin lo nggak mati. Gue ingin jadi sahabat lo bagaimana pun
wajah lo. Gue tau, lo beda dengan lainnya. Lo terkena penyakit aneh yang
membuat lo beda dengan lainnya.”
Cowok itu
mengeluarkan sebuah foto. Foto seseorang yang sekarang ini diharapkannya untuk
kembali. Foto itu jika diperhatikan sangatlah mengerikan.
“Ini foto lo. Gue
simpan sampai sekarang dan nggak akan gue buang. Dan foto ini menjadi rahasia
gue agar tidak diketahui oleh orang lain.”
Suasanya semakin gelap.
Tak ada cahaya disana. Bulu kuduk cowok itu tiba-tiba saja merinding ketika
angin melewatinya. Cowok itu membalikkan badan. Tidak ada siapa-siapa disana.
Namun, indra pendengarannya mendengar sesuatu. Sebuah suara yang sangat ia
kenali!
“Lo nggak salah.
Dan gue nggak sedikitpun dendam sama lo. Tapi, ada suatu hal yang harus gue
kerjakan dan ini nggak ada sangkut pautnya dengan lo.”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar