expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 8 )



Part 8

.

.

.

“Emm Fy.. Lo yakin habis ini mau cari kak Rio di kelas?” Tanya Sivia beriringan dengan bel keluar main yang berbunyi nyaring.

Ify menatap Sivia lalu mengangguk. Walau rasanya ragu untuk melakukan. “Tapi gue harus melakukannya. Gue juga pengen tau keadaannya soalnya kemarin dia sakit.”

“Sakit? Hahaha.. Pura-pura kali dia Fy..” Tawa Sivia.

Ify nggak mempedulikan Sivia yang sedang tertawa. Niatnya ia bulatkan untuk menemui Rio di kelasnya. Awalnya sih Ify ingin ditemani Sivia, tapi ntar kalo bawa-bawa Sivia segala, semuanya jadi hancur. Dan tentu saja Sivia nggak bakal mau nerima ajakannya. Gadis itu kan takut dengan Rio!

“Tapi Fy, gue ngerasa ada yang aneh deh dari kak Rio.” Kata Sivia.

“Aneh? Bukannya semua orang mengatakan kalo kak Rio itu emang aneh? Tapi bagi gue, kak Rio itu bukan orang aneh. Percayalah..”

“Bukan. Bukan aneh kata orang-orang yang gue maksudkan. Tapi...”

“Udahlah Vi. Gue pergi dulu. Do’akan gue ya..”

Sivia nggak bisa melarang Ify. Namun, hati kecilnya mengatakan setelah ini akan ada sebuah peristiwa yang mengejutkan. Terutama jika benar Ify jatuh cinta pada Rio. Dan.. Sivia teringat kembali dengan mimpinya.

Apa mimpi itu ada hubungannya dengan kak Rio?

***

Sampai juga di kelas 2IPA-1. Kelas itu tampak ramai. Jadi agak sulit untuk menemukan sosok Rio. Pandangannya ia edarkan ke segala penjuru kelas 2IPA-1. Namun orang yang dicarinya tidak ia temukan.

Apa kak Rio nggak masuk? Batin Ify. Bisa jadi! Kemarin kan Rio sakit, mungkin saja kondisi Rio tidak memungkinkan cowok itu untuk hadir di sekolah sekarang ini.

“Cari siapa dek?”

Ify kaget mendengar suara itu. Yang jelas, itu suara cewek. Bukan suara cowok. Artinya, mustahil sekali kalo itu suara Rio. Ify membalikkan badan dan melihat kakak kelas yang berwajah cantik tersenyum dengannya. Lho? Bukannya itu Kak Dea?

“Oh, hai kak!” Sapa Ify senang.

Dea adalah kakak kelasnya sewaktu SMP. Dan sekarang mereka ditakdirkan satu sekolah lagi. Antara Dea dan Ify terjalin hubungan akrab. Tapi sekarang hubungan mereka nggak seakrab dulu.

“Eh, elo Fy. Lama nggak jumpa. Mau nyari siapa?”

Hmmm.. Kasih tau nggak ya? Pasalnya, Ify malu beritahu Dea kalo ia mau nyari Rio. Ntar Dea curiga lagi. Tapi yah, nggak ada salahnya juga kan bertanya?

“Ng... Kak Rio masuk nggak hari ini?” Tanya Ify setengah gugup.

Mendengar Ify menyebut nama ‘Rio’, wajah Dea berubah menjadi pucat. Ia ingat saat ia menyapa Rio. Cowok itu sukses membuatnya takut. Lha ini, mengapa Ify bisa-bisanya mencari Rio? Apa yang Ify cari bukan Rio anak 2IPA-1?

“Rio.. Dia nggak masuk. Emangnya ada apa Fy?”

“Ng.. Cuma nanya aja. Ya udah, Ify balik dulu ya..”

Sebelum Ify membalikkan badan, Dea menarik tangannya. Sepertinya ia belum puas dengan jawaban yang diberikan Ify. Terpaksa Ify diam di tempat.

“Kok.. Kok lo bisa-bisanya nyari Rio sih? Lo nggak tau apa, Rio itu cowok paling misteri di sekolah ini. Teman aja dia nggak punya. Salahnya sendiri suka nakutin orang.”

Ify nggak setuju dengan ucapan Dea. “Kak Rio nggak pernah nakutin orang. Buktinya, Ify nggak takut tuh ketika Ify bertatapan sama kak Rio.”

Mendengar perkataan yang diucapkan Ify, Dea sedikit kaget. “Yang bener? Wah, kalo gitu gue bisa nggak takut juga sama Rio. Jadi teman dekatnya kan enak. Apalagi jadi pacarnya.”

“Terserah kakak deh. Ify balik dulu aja ya..”

Dea mengizinkan Ify pergi. Namun jujur saja, cewek itu masih penasaran. Tadi ia hanya bercanda saja. Nggak mungkin kan Ify nggak takut sama Rio? Mungkin tadi Ify berbohong. Tapi kalo benar, pasti Ify dan Rio memiliki sebuah hubungan khusus yang tidak diketahuinya.

***

Sepulang sekolah, Ify memutuskan untuk pergi ke rumah Sivia. Kebetulan Mama dan Papanya sedang nggak ada di rumah, biar nggak bosan di rumah sendiri, akhirnya Ify pergi ke rumah Sivia. Sebenarnya Ify ingin pergi ke rumah Debo untuk mencari tau apakah Debo sakit atau pergi karena ada suatu hal. Tapi ia urungkan niatnya.

Sama halnya Ify dengan Rio. Ia ingin sekali tau dimana alamat rumah Rio. Apakah Rio memiliki adik atau kakak. Tapi nggak ada satupun orang yang tau dimana alamat rumah Rio. Seharusnya ia yang bertanya langsung pada Rio.

Ohya, ngomong-ngomong, kok Rio sama Debo sehati ya nggak masuk sekolah?

“Oh, elo Fy, masuk.” Kata Sivia menyadari kedatangan Ify.

Keduanya masuk ke dalam kamar Sivia yang ukurannya lumayan besar. Warna cat kamar Sivia berwarna hijau muda. Suasananya sangat indah dan nyaman. Ify kagum dengan Sivia. Kamarnya tak serapi dan sebersih kamar Sivia.

“Lo nggak tega apa liat kak Dayat sendiran di rumah?” Tanya Sivia.

Ify tersenyum. “Wah, tambah senang dong kalo dia sendirian di rumah. Kan bisa berduaan sama mbak Zahra, hehehe...”

“Idih.. Hati-hati ntar Fy! Nanti lo punya keponakan.”

“Maksudnya?”

“Nggak ada deh.. Hehe..”

Sivia tampak lebih baik dari hari kemarin dan hari sebelumnya. Kini, Sivia bisa tersenyum seperti biasanya. Wajahnya juga ceria dan tidak memancarkan kesedihan. Syukurlah! Batin Ify. Tapi Ify takut jika Sivia berhasil move on dari Alvin dan beranjak nyari cowok cakep lainnya.

“Mmm Vi.. Lo.. Lo udah bisa ngelupain kak Alvin?” Tanya Ify tiba-tiba.

Bodoh! Mengapa pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya? Ify takut jika nanti Sivia berubah menjadi sedih dan pemurung. Tapi, Ify memerhatikan air muka Sivia biasa-biasa aja. Nggak ada perubahan sama sekali.

“Entahlah.” Jawab Sivia yang tiba-tiba teringat dengan mimpinya saat ia pingsan. “Fy, lo tau nggak? Waktu gue pingsan, gue mimpiin hantu itu?”

Ify mengangguk. “Gue nggak bisa bayangkan gimana wajah hantu itu.”

Terdiam sesaat.

“Lo liat apa sih Vi sampe-sampe lo pingsan?” Tanya Ify memecah keheningan.

Sepertinya Sivia sedang berusaha memikirkan sesuatu. Gadis itu mencoba mengingat kembali sesuatu yang membuatnya menjadi pingsan. Tiba-tiba wajahnya memucat. Melihat hal itu, Ify khawatir sekaligus takut.

“Vi, lo nggak papa kan?” Tanya Ify.

“Eh, gue.. Gue nggak papa kok..” Jawab Sivia.

Ify memerhatikan wajah Sivia yang terlihat semakin pucat. “Apa yang lo liat Vi? Tolong kasih tau gue.”

Akhirnya, Sivia berbicara. “Ng.. Gimana ya Fy? Pokoknya hantu itu aneh. Sangat aneh. Bisa jadi waktu itu gue kerasukan hantu itu.”

Ify teringat dahi Sivia yang basah karena keringat. Apa itu artinya Sivia sedang berbicara dengan hantu tersebut? Ify makin penasaran.

“Tapi hantu itu baik Fy. Dia nggak niat nakutin gue. Seingat gue, dia pernah bilang kalo dia turun ke dunia ini karena dia ingin menemukan seseorang yang mencintainya secara tulus, tanpa memandangi bagaimana fisiknya. Aneh bukan?”

Memang aneh. Mustahil sekali seorang hantu yang mungkin saja adalah manusia yang sudah mati lalu kembali hidup lagi ingin menemukan seseorang yang mencintainya secara tulus. Bagaimana caranya hantu itu mencari orang yang benar-benar mencintainya?

“Aneh. Mana mungkin hantu itu bisa dilihat sama manusia.” Komentar Ify.

“Siapa tau kan hantu itu berwujud lain? Semisal berubah menjadi cowok cakep. Hantu kan bisa mengubah penampilannya.” Kata Sivia.

“Tapi, kenapa hantu itu balik ke dunia lagi? Kenapa hantu itu mau nyari orang yang mencintainya secara tulus? Kenapa hantu itu...”

Pembicaraan Ify di putus oleh Sivia. “Itu dia! Gue nggak sempat nanya ke dia karena gue takut setengah mati!”

Kembali Ify teringat wujud hantu yang pernah dijelaskan oleh Sivia. Wujud hantu yang kata Sivia sangat mengerikan. Tapi ia belum bisa menggambarkan bagaimana sosok hantu itu.

“Hantunya kayak gimana sih?” Tanya Ify.

Wajah Sivia makin pucat. “Gue nggak berani mengingatnya lagi. Yang jelas hantu itu adalah manusia buruk yang wajahnya.. Hiiii... Ngeri..”

“Yeee.. Namanya bukan hantu dong kalo kayak manusia. Lo sebut aja manusia buruk, bukan hantu.”

“Ah, nggak usah dipikirkan lagi. Gue nggak peduli lagi sama hantu aneh itu.” Kata Sivia. Masih banyak urusan lain yang harus ia pikirkan. Dan hantu itu, adalah urusan nggak penting yang harus ia lupakan.

Tapi Ify belum puas dengan penjelasan Sivia. “Vi, waktu lo mau pingsan, lo mikirin apa sih? Dan lo liat apa sih yang bikin lo pingsan?”

Sivia terdiam sesaat. “Ng.. Waktu itu pikiran gue sedang kosong. Nggak tau kenapa, tiba-tiba gue liat cowok yang adalah hantu itu. Cowok itu mendekat... Mendekat dan mendekat... dan... Gue langsung pingsan. Cowok itu mengerikan sekali wajahnya.”

Bisa disimpulkan bahwa hantu itu berjenis cowok. Ify sangat penasaran. Ia penasaran dengan sosok hantu tersebut. Ia penasaran mengapa hantu itu sekenanya merasuki Sivia. Ia penasaran mengapa hantu itu ingin sekali mencari seseorang yang mencintainya secara tulus.

“Fy, apa ini semua ada hubungannya sama kak Rio?” Tanya Sivia.

***

Sebuah tempat yang sunyi. Sebuah tempat yang tampak mengerikan jika kita datangi pada saat malam hari. Sore menjelang malam, tempat ini sangat mengerikan. Namun, seorang cowok tetap kukuh berada di tempat ini.

Tangan cowok itu memegang halus sebuah batu nisan. Pada batu nisan itu, tertulis nama seseorang yang ternyata sangat berarti dalam hidupnya. Seseorang yang telah menyelamatkan nyawanya. Jika orang itu tidak menyelamatkannya, tentu ia nggak telah kembali ke alam sana.

“Maaf.. Maaf.. Seharusnya gue baik sama lo. Nggak seharusnya gue kasar sama lo. Gue tau, hidup lo nggak sebahagia dengan kehidupan orang lainnya. Maafkan gue..”

Cahaya matahari semakin lama semakin hilang. Tampaknya, sampai disini sang kaditya itu menyinari sebagian bumi dan pindah menyinari bagian bumi lainnya. Tidak betul jika matahari itu selama-lamanya menyinari tempat cowok itu berdiri. Matahari harus memberikan izin pada purnama untuk menyinari bumi.

“Jika ada sebuah permintaan, gue ingin lo nggak mati. Gue ingin jadi sahabat lo bagaimana pun wajah lo. Gue tau, lo beda dengan lainnya. Lo terkena penyakit aneh yang membuat lo beda dengan lainnya.”

Cowok itu mengeluarkan sebuah foto. Foto seseorang yang sekarang ini diharapkannya untuk kembali. Foto itu jika diperhatikan sangatlah mengerikan.

“Ini foto lo. Gue simpan sampai sekarang dan nggak akan gue buang. Dan foto ini menjadi rahasia gue agar tidak diketahui oleh orang lain.”

Suasanya semakin gelap. Tak ada cahaya disana. Bulu kuduk cowok itu tiba-tiba saja merinding ketika angin melewatinya. Cowok itu membalikkan badan. Tidak ada siapa-siapa disana. Namun, indra pendengarannya mendengar sesuatu. Sebuah suara yang sangat ia kenali!

“Lo nggak salah. Dan gue nggak sedikitpun dendam sama lo. Tapi, ada suatu hal yang harus gue kerjakan dan ini nggak ada sangkut pautnya dengan lo.”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar