expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 6 )



Part 6

.

.

.

“Heran ya?”

Ify menatap cowok itu dengan tak kedip. Sejak kapan cowok itu berada disini? Bukannya cowok itu sudah nggak ada lagi di sekolah ini?

“Jangan heran. Gue punya rencana bagus. Tapi ingat, jangan kasih tau siapa-siapa. Termasuk ‘dia’. Ayo! Gue anter lo pulang.” Kata cowok itu.

Ify hanya mengangguk dan menuruti ajakan cowok itu. Mungkin cowok itu akan menjelaskan segalanya sesampai di rumah nanti.

***

Di sebuah rumah yang terlihat kumuh dan menakutkan, Rio duduk bersandar pada dinding tembok yang sepertinya mau hancur. Pandangannya lurus ke depan. Menikmati sesuatu yang terasa indah jika ia lihat.

Sudah berapa lamakah ia menjalani segalanya? Rio tak tau. Yang jelas, tujuannya harus berhasil. Waktu yang dimilikinya masih banyak, dan ia harus memanfaatkan waktu yang banyak itu.

Namun, apakah caranya ini berhasil? Ia akui. Semua orang takut dengannya. Harusnya ia sudah tau sejak awal. Artinya, tak ada satupun orang yang menjadi temannya. Bahkan dekat dengannya pun tidak.

Tiba-tiba pikirannya tertuju pada seorang gadis yang beberapa hari lalu mencarinya di kelas. Gadis itu bersama seorang cowok yang mungkin saja adalah pacarnya. Menurutnya, gadis itu sama sekali tidak takut dengannya. Dengan cerianya gadis itu bertanya padanya dan harus ia jawab dengan jawaban ‘tidak’.

Shit! Rio melupakan sesuatu. Sesuatu yang hampir ia lupakan. Apa ini merupakan arti dari sebuah kalimat itu? Sebuah kalimat yang hampir ia lupakan. Ya, ia mengerti sekarang dengan kalimat yang kemarin-kemarin sempat membuatnya bingung.

“Gue harap, cewek itu adalah cewek yang selama ini gue cari. Semoga.” Kata Rio pelan dan penuh harap. Namun ia sedikit ragu dan tak yakin.

***

“Kak Alvin, kok kakak nggak bilang-bilang sih kalo kakak..”

“Sstt..” Kata Alvin memberi isyarat pada Ify agar gadis itu diam.

Ify cuma manyun.

“Sekarang lo paham kan? Nah, rencana gue kali ini pasti akan berhasil. Tolong ya Fy, jangan kasih tau siapa-siapa. Termasuk Sivia. Walau dia sampe nangis darah, lo jangan bocorkan. Nantinya dia akan tau sendiri arti dari semua itu. Oke?”

“Hmmm.. Ya udah deh. Ify nurut aja. Kisah cinta kalian emang aneh.” Kata Ify.

Alvin tersenyum seraya mengacak-acak poni Ify. “Lo sendiri gimana? Udah berani pacaran nggak?” Tanyanya yang sukses membuat pipi Ify memerah.

“Hayooo.. Jangan-jangan..”

“Udah ah jangan bahas itu. Ntar tunggu waktunya aja Ify bakal pacaran.” Kata Ify tersenyum. Senyum yang mungkin ia khususkan ke seseorang yang mungkin telah mengisi hatinya.

Rio. Siapa lagi kalo bukan Rio? Murid baru yang tiba-tiba saja membuat jantungnya berdetak lebih cepat, dan membuat bibirnya tak berhenti tersenyum.

***

Kembali lagi pada pagi hari yang sebenarnya begitu menakutkan sejak kedatangan seorang murid baru bernama Rivano Gabril. Tentu saja! Murid-murid pada bersebunyi ketika Rio melewati mereka. Wajah Rio yang terkesan dingin menutupi ketampanannya.

“Hai Rio!” Sapa Irsyad memberanikan diri. Ternyata cowok itu diam-diam ingin lebih akrab dengan Rio.

Rio duduk dibangkunya paling belakang. Ia melepaskan jaket hitam yang ia pakai lalu menatap Irsyad. Ia yakin sekali Irsyad takut padanya. Rio sudah tau hal itu. Dan mungkin selama-lamanya Irsyad akan takut dengannya.

“Hai juga.” Balas Rio terkesan malas.

Irsyad bernafas lega. Segala ketakutan tak ia tampakkan. Ia ingin sekali menjadi orang pertama yang tidak takut dengan Rio.

“Ng.. Lo tinggal dimana?” Tanya Irsyad.

Yang ditanya nggak menjawab. Rio malah asyik memainkan tab samsung galaxynya. Begitulah Rio. Sekeras batu(?) dan sedingin es. Tapi Irsyad mengerti kalo Rio nggak mau menjawab pertanyaannya. Mungkin bagi Rio, pertanyaan itu mengandung privasi dan tak akan memberitahu pada siapapun. Termasuk dirinya.

“Lo.. Ng.. Kok anak-anak pada takut ya kalo liat lo?” Tanya Irsyad lagi.

Jari-jari Rio seketika itu juga berhenti memainkan tabnya. Rio pun menatap Irsyad dengan tatapan tajam yang sukses membuat wajah Irsyad pucat pasi. Irsyad seperti berhadapan langsung dengan hantu yang sering ia tonton di televisi.

“Ng.. Sorry.. Sorry kalo gitu. Ng.. Gue pergi dulu..” Kata Irsyad buru-buru.

Dibalik kengerian dan kedinginannya, Rio menciptakan sebuah senyum kecil. Senyum yang hanya ia sendiri yang tau. Ya, ia memang pantas hidup sendiri dan nggak ada satupun orang yang menyayanginya. Bahkan mencintainya! Takdirlah yang membuatnya menjadi seperti ini.

***

Di kantin, Ify memesan nasi goreng dan jus stroberi. Sementara Sivia cukup memesan roti bakar dan aqua gelas. Tampaknya gadis itu lemas. Bicara pun mungkin nggak sanggup.

“Vi, nggak dimakan roti bakarnya?” Tanya Ify melihat roti bakar Sivia yang terlihat kasian karena nggak dimakan-makan. Ntar dingin lhoo dan rasanya jadi nggak enak.

“Nggak. Lo aja yang makan.” Kata Sivia sedikit ketus.

Baru kali ini Ify melihat Sivia kalo lagi nggak mood. Bawaannya ketus dan marah mulu. Ify yakin ini semua gara-gara Alvin. Awas lo, Vin! Batin Ify dalam hati. Namun ia harus menjaga rencana Alvin agar tidak diketahui Sivia.

“Ya udah deh. Gue aja yang ma...”

“Permisi..”

Secepat kilat roti bakar itu direbut oleh tangan Debo. Debo mengambil roti bakar itu dan memakannya dengan lahap. Ify kesal sekali dengan kerjaan Debo barusan.

“Hehe.. Gue kelaperan. Jadi gue makan tuh roti..” Kata Debo.

“Hmm.. Nggak papa deh.” Kata Ify.

Debo melihat Sivia yang sedang murung. Dalam hati, ia tertawa. Salah sendiri cuekin pacar. Jadinya ditinggal sama pacar. Coba kalo Sivia ramah sama Alvin, pasti Alvin nggak bakal pindah ke luar negeri. Alvinnya juga salah sih, kenapa harus ke luar negeri segala?

“Uhuk.. Uhuk..”

Debo terbatuk-batuk saat matanya bertatapan jauh dengan mata Rio. Sama halnya dengan Ify dan Sivia. Sebuah keajaiban bila Rio memerhatikan mereka. Tapi Ify senang sekali merasa diperhatikan oleh Rio.

“Deb, itu kan kak Rio?” Tanya Ify.

“Uh.. Iya.. Kenapa sih tuh cowok ngagetin gue aja?” Kata Debo kesal.

Pandangan Ify yang sempat berpaling dari Rio kini kembali lagi mencari Rio. Namun, Rio sudah tak ada lagi di tempatnya. Hah? Rio kemana? Cowok itu dimana? Bukannya tadi berdiri tak jauh dari tempatnya? Ify berusaha mencari. Tapi sosok Rio tidak ditemukan. Debo pun merasa heran dengan hilangnya Rio secara mendadak.

“VIA!!” Teriak Ify.

Sivia tergeletak tak sadarkan diri. Sivia pingsan! Semua murid yang ada di kantin pada ngerumuni Sivia. Beberapa orang berusaha mengangkat Sivia dan membawanya ke UKS. Termasuk Ify dan Debo! Keduanya khawatir banget dengan pingsannya Sivia secara mendadak.

Dari tempat yang agak jauh, seorang cowok memandangi kejadian itu. Seakan-akan sedang menyimpulkan sesuatu.

Pikirannya yang kosong bisa saja membuatnya melihat sosok gue yang sebenarnya! Batin cowok itu.

***

@UKS

Hampir sejam Ify menunggui Sivia. Dengan sabarnya ia mengelap dahi Sivia yang basah karena keringat. Sementara Debo udah duluan ke kelas. Sedikit Ify heran dengan pingsannya Sivia. Pasti ada sesuatu yang membuat Sivia pingsan.

Seorang petugas UKS mendekatinya. “Teman kamu mungkin pingsan karena kaget melihat sesuatu.” Ucapnya.

Ify mengernyitkan dahi. “Yang benar? Emangnya Sivia ngeliat apa mbak?” Tanyanya.

“Hmmm.. Saya tidak tau. Tapi tenang saja, teman kamu sebentar lagi akan sadar.”

Petugas UKS itu meninggalkan Ify. Kembali Ify mengelap kening Sivia yang tak kunjung kering. Via.. Lo kenapa sih? Lo lagi mimpi disana? Kenapa dahi lo banyak keringatnya? Sudah nggak sabaran Ify melihat Sivia sadar hingga Sivia menceritakan segalanya. Itupun kalo Sivia masih ingat.

Drdrtdr...

Message From: DeboRese

Fy, Via udah sadar gak? Kpn lo balik ke kls?

^DeboGanteng^

“Huh! Ganteng dari hongkong!” Kata Ify. Cepat-cepat ia membalas pesan dari Debo.

***

Di kelas, Bu Rona sedang menerangkan panjang lebar mengenai sejarah Indonesia yang terdengar membosankan. Nggak heran. Banyak murid-murid yang tidur ataupun lebih memilih ngobrol sama teman sebangku. Ada juga yang memilih membaca novel dan memainkan HP. Debo termasuk orang yang memilih memainkan HP.

Huft! Ify enak sekali di UKS dan nggak mengikuti pelajaran Bu Rona! Sempat terbesit di pikirannya untuk pura-pura sakit. Tapi, tentu Bu Rona mengetahui kalo ia tidak sakit. Jadi, terima aja. Hitung-hitung dapat pahala mendengarkan dengan baik apa yang dijelaskan oleh Bu Rona.

“Ehem.. Lo lagi sms siapa?” Tanya Iqbal iseng. Iqbal adalah teman bangku Debo sekaligus sahabat dekat Debo.

“Princess cantik yang kemarin turun dari kayangan.” Jawab Debo ngasal.

Iqbal tersenyum. “Sebaiknya lo ungkapin aja perasaan lo ke Ify. Ntar kalo Ify diambil yang lain gimana? Sadar Deb! Ify itu cantik. Wajahnya manis lagi. Gue aja pengen nembak dia. Tapi sayangnya... Gue kan udah punya cewek yang nggak bakal gue tinggalin.”

Debo terdiam mendengar ucapan Iqbal yang memang benar. Tapi, bagaimana cara menyatakan cinta ke Ify? Debo malu jika harus melakukannya. Ia emang benar-benar mencintai Ify setelah cintanya yang dulu dimiliki seorang cewek yang sempat ia bencikan dan kini keberadaannya tidak diketahui telah sirna.

Shit! Kenapa tiba-tiba gue kepikiran dengan mantan gue itu? Debo memaki dirinya sendiri. Seharusnya mantan yang harus ia lupakan itu nggak boleh hadir dipikirannya. Tapi anehnya, setiap ia melukis sesuatu di kertas, selalu saja wajah mantannya itu yang tergambar.

“Jadi... Kapan lo mau nyatain perasaan lo ke Ify?” Tanya Iqbal.

Yang ditanya nggak menjawab. Rasanya perjuangannya untuk mendapat cinta Ify tak akan berhasil. Ia bisa merasakan baunya. Tentu semua ini ada hubungannya dengan Rio. Cowok yang ia yakini telah membuat seorang Ify merasakan jatuh cinta.

 Fy, gue mohon lo jangan suka Rio. Gue mohon lo bisa ngertiin perasaan gue. Gue mencintai lo dengan tulus, dan bukan sebagai pelampiasan...

***

“Mmm dek..”

Petugas UKS itu mendekati Ify. Sepertinya ia ingin meminta bantuan pada Ify.

“Iya mbak? Ada apa?” Tanya Ify.

“Mbak mau keluar sebentar. Ada sesuatu yang harus saya selesaikan. Tolong kamu jaga UKS ini ya. Kalo ada orang yang mau minta obat, tolong kamu carikan.”

Ify mengangguk sambil tersenyum. Tapi senyumnya sirna saat melihat Sivia yang belum juga sadar. Via.. Cepatlah bangun...

Setelah petugas UKS itu pergi, kembali Ify mengelap dahi Sivia yang mulai basah. Kalo Sivia belum sadar juga, Sivia harus dibawa ke rumah sakit. Nggak ada cara lain selain dibawa ke rumah sakit.

Tanpa ia sadari, seorang cowok tiba-tiba aja sudah berada di ruang UKS. Ify kaget melihat kedatangan cowok yang tiba-tiba itu. Cowok itu seperti kesakitan. Langkahnya terlihat tertatih-tatih. Ify menelan ludahnya. Cowok itu kan...

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar