Part 6
.
.
.
“Heran ya?”
Ify menatap cowok
itu dengan tak kedip. Sejak kapan cowok itu berada disini? Bukannya cowok itu
sudah nggak ada lagi di sekolah ini?
“Jangan heran. Gue
punya rencana bagus. Tapi ingat, jangan kasih tau siapa-siapa. Termasuk ‘dia’.
Ayo! Gue anter lo pulang.” Kata cowok itu.
Ify hanya
mengangguk dan menuruti ajakan cowok itu. Mungkin cowok itu akan menjelaskan
segalanya sesampai di rumah nanti.
***
Di sebuah rumah
yang terlihat kumuh dan menakutkan, Rio duduk bersandar pada dinding tembok
yang sepertinya mau hancur. Pandangannya lurus ke depan. Menikmati sesuatu yang
terasa indah jika ia lihat.
Sudah berapa
lamakah ia menjalani segalanya? Rio tak tau. Yang jelas, tujuannya harus
berhasil. Waktu yang dimilikinya masih banyak, dan ia harus memanfaatkan waktu
yang banyak itu.
Namun, apakah
caranya ini berhasil? Ia akui. Semua orang takut dengannya. Harusnya ia sudah
tau sejak awal. Artinya, tak ada satupun orang yang menjadi temannya. Bahkan
dekat dengannya pun tidak.
Tiba-tiba
pikirannya tertuju pada seorang gadis yang beberapa hari lalu mencarinya di
kelas. Gadis itu bersama seorang cowok yang mungkin saja adalah pacarnya.
Menurutnya, gadis itu sama sekali tidak takut dengannya. Dengan cerianya gadis
itu bertanya padanya dan harus ia jawab dengan jawaban ‘tidak’.
Shit! Rio
melupakan sesuatu. Sesuatu yang hampir ia lupakan. Apa ini merupakan arti dari
sebuah kalimat itu? Sebuah kalimat yang hampir ia lupakan. Ya, ia mengerti
sekarang dengan kalimat yang kemarin-kemarin sempat membuatnya bingung.
“Gue harap, cewek
itu adalah cewek yang selama ini gue cari. Semoga.” Kata Rio pelan dan penuh
harap. Namun ia sedikit ragu dan tak yakin.
***
“Kak Alvin, kok
kakak nggak bilang-bilang sih kalo kakak..”
“Sstt..” Kata Alvin
memberi isyarat pada Ify agar gadis itu diam.
Ify cuma manyun.
“Sekarang lo paham
kan? Nah, rencana gue kali ini pasti akan berhasil. Tolong ya Fy, jangan kasih
tau siapa-siapa. Termasuk Sivia. Walau dia sampe nangis darah, lo jangan
bocorkan. Nantinya dia akan tau sendiri arti dari semua itu. Oke?”
“Hmmm.. Ya udah
deh. Ify nurut aja. Kisah cinta kalian emang aneh.” Kata Ify.
Alvin tersenyum
seraya mengacak-acak poni Ify. “Lo sendiri gimana? Udah berani pacaran nggak?”
Tanyanya yang sukses membuat pipi Ify memerah.
“Hayooo..
Jangan-jangan..”
“Udah ah jangan bahas
itu. Ntar tunggu waktunya aja Ify bakal pacaran.” Kata Ify tersenyum. Senyum
yang mungkin ia khususkan ke seseorang yang mungkin telah mengisi hatinya.
Rio. Siapa lagi
kalo bukan Rio? Murid baru yang tiba-tiba saja membuat jantungnya berdetak
lebih cepat, dan membuat bibirnya tak berhenti tersenyum.
***
Kembali lagi pada
pagi hari yang sebenarnya begitu menakutkan sejak kedatangan seorang murid baru
bernama Rivano Gabril. Tentu saja! Murid-murid pada bersebunyi ketika Rio
melewati mereka. Wajah Rio yang terkesan dingin menutupi ketampanannya.
“Hai Rio!” Sapa
Irsyad memberanikan diri. Ternyata cowok itu diam-diam ingin lebih akrab dengan
Rio.
Rio duduk
dibangkunya paling belakang. Ia melepaskan jaket hitam yang ia pakai lalu
menatap Irsyad. Ia yakin sekali Irsyad takut padanya. Rio sudah tau hal itu.
Dan mungkin selama-lamanya Irsyad akan takut dengannya.
“Hai juga.” Balas
Rio terkesan malas.
Irsyad bernafas
lega. Segala ketakutan tak ia tampakkan. Ia ingin sekali menjadi orang pertama
yang tidak takut dengan Rio.
“Ng.. Lo tinggal
dimana?” Tanya Irsyad.
Yang ditanya nggak
menjawab. Rio malah asyik memainkan tab samsung galaxynya. Begitulah Rio.
Sekeras batu(?) dan sedingin es. Tapi Irsyad mengerti kalo Rio nggak mau
menjawab pertanyaannya. Mungkin bagi Rio, pertanyaan itu mengandung privasi dan
tak akan memberitahu pada siapapun. Termasuk dirinya.
“Lo.. Ng.. Kok
anak-anak pada takut ya kalo liat lo?” Tanya Irsyad lagi.
Jari-jari Rio
seketika itu juga berhenti memainkan tabnya. Rio pun menatap Irsyad dengan
tatapan tajam yang sukses membuat wajah Irsyad pucat pasi. Irsyad seperti
berhadapan langsung dengan hantu yang sering ia tonton di televisi.
“Ng.. Sorry.. Sorry
kalo gitu. Ng.. Gue pergi dulu..” Kata Irsyad buru-buru.
Dibalik kengerian
dan kedinginannya, Rio menciptakan sebuah senyum kecil. Senyum yang hanya ia
sendiri yang tau. Ya, ia memang pantas hidup sendiri dan nggak ada satupun
orang yang menyayanginya. Bahkan mencintainya! Takdirlah yang membuatnya
menjadi seperti ini.
***
Di kantin, Ify
memesan nasi goreng dan jus stroberi. Sementara Sivia cukup memesan roti bakar
dan aqua gelas. Tampaknya gadis itu lemas. Bicara pun mungkin nggak sanggup.
“Vi, nggak dimakan
roti bakarnya?” Tanya Ify melihat roti bakar Sivia yang terlihat kasian karena
nggak dimakan-makan. Ntar dingin lhoo dan rasanya jadi nggak enak.
“Nggak. Lo aja yang
makan.” Kata Sivia sedikit ketus.
Baru kali ini Ify
melihat Sivia kalo lagi nggak mood. Bawaannya ketus dan marah mulu. Ify yakin
ini semua gara-gara Alvin. Awas lo, Vin! Batin Ify dalam hati. Namun ia harus
menjaga rencana Alvin agar tidak diketahui Sivia.
“Ya udah deh. Gue
aja yang ma...”
“Permisi..”
Secepat kilat roti
bakar itu direbut oleh tangan Debo. Debo mengambil roti bakar itu dan
memakannya dengan lahap. Ify kesal sekali dengan kerjaan Debo barusan.
“Hehe.. Gue
kelaperan. Jadi gue makan tuh roti..” Kata Debo.
“Hmm.. Nggak papa
deh.” Kata Ify.
Debo melihat Sivia
yang sedang murung. Dalam hati, ia tertawa. Salah sendiri cuekin pacar. Jadinya
ditinggal sama pacar. Coba kalo Sivia ramah sama Alvin, pasti Alvin nggak bakal
pindah ke luar negeri. Alvinnya juga salah sih, kenapa harus ke luar negeri
segala?
“Uhuk.. Uhuk..”
Debo terbatuk-batuk
saat matanya bertatapan jauh dengan mata Rio. Sama halnya dengan Ify dan Sivia.
Sebuah keajaiban bila Rio memerhatikan mereka. Tapi Ify senang sekali merasa
diperhatikan oleh Rio.
“Deb, itu kan kak
Rio?” Tanya Ify.
“Uh.. Iya.. Kenapa
sih tuh cowok ngagetin gue aja?” Kata Debo kesal.
Pandangan Ify yang
sempat berpaling dari Rio kini kembali lagi mencari Rio. Namun, Rio sudah tak
ada lagi di tempatnya. Hah? Rio kemana? Cowok itu dimana? Bukannya tadi berdiri
tak jauh dari tempatnya? Ify berusaha mencari. Tapi sosok Rio tidak ditemukan.
Debo pun merasa heran dengan hilangnya Rio secara mendadak.
“VIA!!” Teriak Ify.
Sivia tergeletak
tak sadarkan diri. Sivia pingsan! Semua murid yang ada di kantin pada ngerumuni
Sivia. Beberapa orang berusaha mengangkat Sivia dan membawanya ke UKS. Termasuk
Ify dan Debo! Keduanya khawatir banget dengan pingsannya Sivia secara mendadak.
Dari tempat yang
agak jauh, seorang cowok memandangi kejadian itu. Seakan-akan sedang
menyimpulkan sesuatu.
Pikirannya yang kosong bisa saja membuatnya melihat sosok
gue yang sebenarnya!
Batin cowok itu.
***
@UKS
Hampir sejam Ify
menunggui Sivia. Dengan sabarnya ia mengelap dahi Sivia yang basah karena
keringat. Sementara Debo udah duluan ke kelas. Sedikit Ify heran dengan
pingsannya Sivia. Pasti ada sesuatu yang membuat Sivia pingsan.
Seorang petugas UKS
mendekatinya. “Teman kamu mungkin pingsan karena kaget melihat sesuatu.”
Ucapnya.
Ify mengernyitkan
dahi. “Yang benar? Emangnya Sivia ngeliat apa mbak?” Tanyanya.
“Hmmm.. Saya tidak
tau. Tapi tenang saja, teman kamu sebentar lagi akan sadar.”
Petugas UKS itu
meninggalkan Ify. Kembali Ify mengelap kening Sivia yang tak kunjung kering. Via.. Lo kenapa sih? Lo lagi mimpi disana?
Kenapa dahi lo banyak keringatnya? Sudah nggak sabaran Ify melihat Sivia
sadar hingga Sivia menceritakan segalanya. Itupun kalo Sivia masih ingat.
Drdrtdr...
Message From:
DeboRese
Fy, Via udah sadar gak? Kpn lo
balik ke kls?
^DeboGanteng^
“Huh! Ganteng dari
hongkong!” Kata Ify. Cepat-cepat ia membalas pesan dari Debo.
***
Di kelas, Bu Rona
sedang menerangkan panjang lebar mengenai sejarah Indonesia yang terdengar
membosankan. Nggak heran. Banyak murid-murid yang tidur ataupun lebih memilih
ngobrol sama teman sebangku. Ada juga yang memilih membaca novel dan memainkan
HP. Debo termasuk orang yang memilih memainkan HP.
Huft! Ify enak
sekali di UKS dan nggak mengikuti pelajaran Bu Rona! Sempat terbesit di
pikirannya untuk pura-pura sakit. Tapi, tentu Bu Rona mengetahui kalo ia tidak
sakit. Jadi, terima aja. Hitung-hitung dapat pahala mendengarkan dengan baik
apa yang dijelaskan oleh Bu Rona.
“Ehem.. Lo lagi sms
siapa?” Tanya Iqbal iseng. Iqbal adalah teman bangku Debo sekaligus sahabat
dekat Debo.
“Princess cantik
yang kemarin turun dari kayangan.” Jawab Debo ngasal.
Iqbal tersenyum.
“Sebaiknya lo ungkapin aja perasaan lo ke Ify. Ntar kalo Ify diambil yang lain
gimana? Sadar Deb! Ify itu cantik. Wajahnya manis lagi. Gue aja pengen nembak
dia. Tapi sayangnya... Gue kan udah punya cewek yang nggak bakal gue
tinggalin.”
Debo terdiam
mendengar ucapan Iqbal yang memang benar. Tapi, bagaimana cara menyatakan cinta
ke Ify? Debo malu jika harus melakukannya. Ia emang benar-benar mencintai Ify
setelah cintanya yang dulu dimiliki seorang cewek yang sempat ia bencikan dan
kini keberadaannya tidak diketahui telah sirna.
Shit! Kenapa tiba-tiba gue kepikiran dengan mantan gue
itu? Debo memaki dirinya
sendiri. Seharusnya mantan yang harus ia lupakan itu nggak boleh hadir
dipikirannya. Tapi anehnya, setiap ia melukis sesuatu di kertas, selalu saja
wajah mantannya itu yang tergambar.
“Jadi... Kapan lo
mau nyatain perasaan lo ke Ify?” Tanya Iqbal.
Yang ditanya nggak
menjawab. Rasanya perjuangannya untuk mendapat cinta Ify tak akan berhasil. Ia
bisa merasakan baunya. Tentu semua ini ada hubungannya dengan Rio. Cowok yang
ia yakini telah membuat seorang Ify merasakan jatuh cinta.
Fy, gue mohon lo jangan suka Rio. Gue mohon lo bisa
ngertiin perasaan gue. Gue mencintai lo dengan tulus, dan bukan sebagai
pelampiasan...
***
“Mmm dek..”
Petugas UKS itu
mendekati Ify. Sepertinya ia ingin meminta bantuan pada Ify.
“Iya mbak? Ada
apa?” Tanya Ify.
“Mbak mau keluar
sebentar. Ada sesuatu yang harus saya selesaikan. Tolong kamu jaga UKS ini ya.
Kalo ada orang yang mau minta obat, tolong kamu carikan.”
Ify mengangguk
sambil tersenyum. Tapi senyumnya sirna saat melihat Sivia yang belum juga
sadar. Via.. Cepatlah bangun...
Setelah petugas UKS
itu pergi, kembali Ify mengelap dahi Sivia yang mulai basah. Kalo Sivia belum
sadar juga, Sivia harus dibawa ke rumah sakit. Nggak ada cara lain selain
dibawa ke rumah sakit.
Tanpa ia sadari,
seorang cowok tiba-tiba aja sudah berada di ruang UKS. Ify kaget melihat
kedatangan cowok yang tiba-tiba itu. Cowok itu seperti kesakitan. Langkahnya
terlihat tertatih-tatih. Ify menelan ludahnya. Cowok itu kan...
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar