expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 26 )



Part 26

.

.

.

Gadis itu terbangun. Ia merasakan ada sesuatu yang hilang. Apakah itu? Terakhir kali, ia dipeluk oleh seorang cowok yang kini sudah menjadi kekasihnya. Ya, Rio. Jadi, apakah Rio yang membawanya pulang ke rumah hingga ia berada di atas kasurnya yang empuk ini?

Dilihatnya jam di ponselnya. Pukul enam kurang sepuluh menit. Hah? Kok gue bisa bangun kesiangan ini? Biasnya, Ify bangun jam lima pagi. Namun, mengapa ia bisa setelat ini? Ify teringat sesuatu. Hari ini kan hari libur. Aisshh, sekarang kan tanggal merah, kok gue bisa lupa ya? Biasanya kalo besok tanggal merah, gue selalu ingat dan semangat tuh.

Drdrtdrt...

Message From: My Prince

Hay Fy! Lg wake up? Ntr gw ke rmh lo sktr jm 9 nan. Hri ini gw ingn skali mnghbskan wktu brsm pacar trcinta gw dri pagi smpe mlm. Gmn?

Ify tersenyum membaca pesan dari Rio. Oh, God! Thanks karena Kau telah mengabulkan do’aku. Ify menaruh HPnya di meja belajarnya. Kemudian ia melangkah mendekati jendela dan membuka jendela kamarnya itu agar udara segar bisa masuk ke dalam paru-parunya.

Pagi yang sangat indah.. Gumam Ify. Gadis itu nggak sabaran menunggu kedatangan pangerannya. Sabar Fy, tiga jam lagi pangeranmu akan menjemputmu. Cepat-cepat Ify menyambar handuknya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membasahi tubuhnya agar energi yang ada dalam tubuhnya terkumpul menjadi satu dan membuat tubuhnya segar dan semangat.

***

“Pagi Ma, Pa, kak Day..” Sapa Ify. Gadis itu terlihat sangat cantik walau belum berdandan.

Keluarganya sedang berkumpul untuk sarapan pagi seperti biasanya. Dayat heran dengan adiknya yang tampak ceria.

“Eh, kok lo keliatan bahagia gitu ya? Ada apa?” Tanya Dayat.

Ify tersenyum. “Lo nggak tau sih kak kalo adek lo yang cantik ini nggak jomblo lagi.” Kata Ify dengan bangganya.

“Ohya? Cieee.. Siapa cowok beruntung yang bisa menaklukan adek kakak ini?”

“Siapa lagi kalo bukan kak Rio? Cowok yang sempat kakak rekam tapi sosoknya nggak ada.”

Pikirannya tertuju dengan video yang ia rekam beberapa hari yang lalu. Dayat masih penasaran dengan sosok bernama Rio. Sebenarnya siapa Rio itu? Batin Dayat.

Setelah sarapan pagi selesai, Ify berlari menuju kamarnya. Pokoknya, ia harus cantik agar pangerannya terpesona dengan kecantikannya. Awalnya Ify ingin meng-sms Sivia, tapi ia urungkan niatnya. Biarlah ia sendiri yang melakukannya tanpa di bantu oleh siapapun.

Tepat jam sembilan, sebuah mobil bermerk Grand Livina berhenti di depan pagarnya. Ify terhenyak. Sebetulnya ia belum siap bertemu Rio. Ditambah lagi jantungnya yang berdebar-debar tak karuan.

“Fy, itu pacar kamu ya? Sepertinya dia orang kaya..” Kata Mama yang tiba-tiba aja ada di sampingnya.

Ify menoleh ke arah Mamanya. “Iya, Ma. Ntar Ify kenalin ke Mama. Ya udah, Ify pergi dulu.” Ucapnya lalu meninggalkan kamarnya.

Sesampainya di pintu gerbang, mendadak Ify nervous. Kak Rio.. Kenapa sih dia memiliki wajah yang sangat manis? Ify geregetan setengah mati. Bahkan ia berani mengaku kalo Rio lebih manis dibanding dirinya.

“Hay Fy! Cantik banget hari ini..” Puji Rio yang membuat pipi Ify memerah.

“Kak Rio juga ganteng kok.” Balas Ify.

Seperti halnya putri Raja, Rio memperlakukan Ify sesopan mungkin. Baginya, Ify adalah seorang putri Raja yang harus ia hormati dan ia lakukan dengan baik. Rio berjanji untuk tidak membentak atau memarahi Ify. Lalu, ia membuka pintu mobil bagian kiri agar Ify bisa masuk ke dalamnya.

Kak Rio terlalu berlebihan, Gumam Ify. Mobil itu pun berjalan dengan kecepatan sedang. Nggak pelan dan nggak ngebut. Ternyata, Rio pintar juga nyetir mobil. Padahal, umur Rio menurutnya masih dibawah umur.

“Darimana kak Rio dapat mobil ini?” Tanya Ify.

“Ini mobil almarhum Ayah ku.” Jawab Rio tetap fokus ke depan.

Ify jadi nggak enak. “Oh, maaf kalo gitu. Pasti kak Rio sedih..” Ucapnya.

Setelah lamanya berjalan, mobil itupun berhenti di sebuah panti Asuhan yang sepertinya sudah lama berdiri. Ify bingung mengapa Rio mengajaknya pergi ke panti asuhan. Apa Rio memilik saudara disini?

“Ayo Fy!” Kata Rio mengajak Ify turun.

Panti Asuhan itu terlihat sepi. Ify ragu berjalan mendekati panti asuhan yang lumayan besar itu. Namun, genggaman erat tangan Rio membuatnya tidak ragu. Nggak ada salahnya juga kan mengunjungi panti asuhan? Kenapa juga harus ragu? Batin Ify.

“Ngapain kita kesini kak?” Tanya Ify ketika keduanya sampai di depan pintu panti ashuan.

“Kangen aja.” Jawab Rio.

Kangen? Batin Ify. Memangnya kak Rio pernah tinggal di panti asuhan? Ify nggak puas dengan jawaban yang Rio berikan.

“Kak Rio dulu pernah tinggal disini ya?” Tanya Ify.

Yang ditanya nggak menjawab. Rio hanya tersenyum seakan senyum itu memberinya sebuah jawaban yang harus bisa ia temukan. Bisa jadi jawabannya ‘iya’ atau ‘tidak’.

Seorang penjaga panti asuhan tersenyum ramah melihat kedatangan dua tamunya. Penjaga panti yang bernama Mardani itu mendapat surprise karena jarang ada orang yang mau mengunjungi panti asuhan ini yang nampak angker dan mengerikan.

“Kalau boleh tau, ada angin apa yang membuat kalian datang ke panti yang angker ini?” Tanya Mardani.

Rio tersenyum. “Kami hanya mau melihat-lihat saja.” Jawabnya.

Mardani pun mengantar dua pengunjungnya masuk ke dalam panti asuhan itu. Ify merinding melihat isi panti yang tidak terawat. Cat tembok yang mulai terkelupas, flavon yang bocor, dan lantai yang tidak berkeramik.

Masih seperti dulu. Batin Rio sambil melihat-lihat isi panti. Lalu, pandangannya tertuju pada sebuah ruangan kosong yang kotor dan banyak terdapat sarang laba-laba. Rio tersenyum miris. Seharusnya panti asuhan ini diperhatikan oleh pemerintah.

Mereka pun berhenti di sebuah lapangan rumput yang luas. Cocok sebagai tempat bermain bola. Rio melihat anak-anak kecil kira-kira berumur tujuh tahun yang sedang berlari sambil menendang bola. Ada satu anak yang kelihatan paling menonjol diantara anak-anak lainnya. Dengan gesitnya anak itu merebut bola dari temannya lalu mengiringnya hingga dekat di gawang dan menendangnya hingga masuk ke gawang. Anak itu tersenyum ceria karena berhasil memasukkan bola ke gawang dengan sempurna.

Ify terpesona dengan anak laki-laki yang beda dengan anak lainnya. Walau anak laki-laki itu beda, tetapi tidak membuatnya frustrasi. Kak Adrian! Ify teringat dengan Adrian yang sama persis dengan anak tadi.

“Kak, anak tadi itu hebat ya. Nggak tau kenapa Ify jadi keingat kak Adrian yang sama persis dengan anak itu..” Kata Ify.

Anak tadi yang berhasil memasukkan bola ke gawang menjadi malu karena diperhatikan terus oleh Ify. Ify menyuruh anak itu mendekat ke arahnya.

“Nama kamu siapa?” Tanya Ify ramah.

Bocah laki-laki itu tampak malu dan gugup. “Namaku Ari.” Jawabnya.

“Ari.. Nama yang bagus.” Puji Ify.

Bocah yang bernama Ari itu menjadi salah tingkah. “Kok kakak nggak jijik melihat Ari? Ari kan buruk kak. Ari beda sama teman Ari lainnya.” Ucapnya.

“Nggak. Ari adalah anak laki-laki yang hebat. Ari mengingatkan Ify dengan kak Adrian yang mirip kayak Ari..” Kata Ify yang membuat wajah Ari berbinar-binar.

Sementara Rio, cowok itu nggak tenang melihat Ify ngobrol dengan bocah bernama Ari. Adanya Ari di panti ini sama saja menyudutkannya. Ditambah lagi, seorang Ari yang sama persis dengan seorang bocah jelek bernama Adrian.

“Fy, kita pergi.” Kata Rio dingin.

Ify terlihat kecewa karena ia belum puas ngobrol dengan Ari. Ia melirik Rio yang tampaknya nggak suka dengan Ari. Akhirnya, mereka pun meninggalkan panti asuhan. Tidak lupa, Ify menyumbang sedikit uang kepada Mardani yang diharapkan dapat membantu panti asuhan itu agar tetap ada.

Keduanya pun kembali memasuki mobil Rio. Sekarang, Rio bingung akan kemana tujuan selanjutnya. Idenya yang banyak sudah hilang karena ia melihat sosok Ari yang menyedihkan.

“Kak, kenapa kak Rio tadi kayak nggak suka Ify ngobrol sama Ari?” Tanya Ify.

Rio nggak menjawab. Cowok itu fokus ke depan. Ify pun nggak bisa bertanya lebih lanjut karena merasa bahwa Rio sedang nggak ingin diganggu. Apa ini ada hubungannya dengan kak Adrian? Kak Rio kan nggak suka kalo Ify nyebut nama Adrian.

Setengah jam kemudian, mobil itu berhenti di sebuah lapangan rumput yang luas. Ify tersenyum ceria. Di lapangan itu, ada banyak permainan-permainan. Ada pula atraksi-atraksi dari hewan-hewan yang menggemaskan seperti lumba-lumba, berang-berang, monyet, harimau dan lain sebagainya.

“Ify mau ke rumah hantu? Soalnya Rio mau kesana. Ify ikut ya..” Kata Rio tiba-tiba.

Mendengar  ajakan Rio, Ify teringat pada saat ia dan teman-temannya masuk ke dalam rumah hantu. Setelah kejadian itu, Ify nggak mau lagi masuk ke dalam. Katanya, ia kapok. Pernah kakinya ditarik oleh sebuah tangan yang membuatnya menangis ketakutan. Tapi, karena nggak ingin mengecewakan Rio, akhirnya Ify mengangguk.

Setelah membeli tiket, Ify dan Rio pun masuk ke dalam goa yang gelap. Tapi masih ada sisa-sisa cahaya yang masuk untuk menerangi goa itu. Jujur, Ify sangat takut. Keringat dingin keluar membasahi wajahnya. Gadis itu menutup mata karena tak jauh dari tempatnya ada sesosok manusia yang menggunakan pakaian putih dan di hujani dengan darah.

“Lo takut Fy?” Tanya Rio.

Ify mengangguk gemetaran. Tak segan-segan Rio merangkul Ify agar gadis itu tidak takut. Tapi percuma saja, rasa takutnya mengalahkan segalanya. Tiba-tiba, sesosok mengerikan berambut panjang datang mendekatinya. Ify berteriak hingga suaranya habis, membuat Rio panik. Rio menyesal karena telah mengajak Ify masuk ke rumah hantu. Ternyata, Ify takut sekali dengan hantu.

“Jangan takuti dia!” Kata Rio akhirnya pada sosok mengerikan berambut panjang itu.

Sosok berambut panjang itu mundur selangkah melihat wajah manusia yang tampak lain dari biasa. Sosok itu pun cepat-cepat berlari menjauhinya. Teman-temannya yang lain pun mengikuti sosok berambut panjang yang tengah ketakutan.

“Hantu beneran! Hantu beneran! Lari!!” Kata sosok berambut panjang itu ketakutan.

Rio tersenyum sinis melihat hantu penakut yang berlari ketakutan. Lalu, ia beralih melihat Ify yang sedang tidak sadarkan diri. Ify pingsan?

***

“Fy.. Lo nggak papa?”

Gadis itu membuka matanya secara perlahan. Kepalanya terasa sakit. Lalu, ia menyadari bahwa ia sedang berada di pelukan seorang cowok.

“KYAA !!!” Teriaknya kaget dan berusaha lepas dari pelukan Rio.

“Hei, tenang! Ini gue, bukan hantu!” Kata Rio berusaha menenangkan Ify.

Ify menjadi sedikit tenang ketika mendengar suara Rio. “Kak, aku dimana? Tadi aku mimpi di kejar hantu.” Ucapnya.

Rio tertawa. “Tiga jam lo pingsan Fy. Sekarang lo ada di tempat yang jauh dari hantu itu.” Ucapnya.

Keadaan sekitar menang tenang dan sepi. Tiga jam gue pingsan dan pingsan di pelukan kak Rio? Ify mulai berpikir yang aneh-aneh. Tempat ini sepi. Bisa saja Rio melakukan semaunya tanpa sepengetahuannya.

“Tenang Fy. Gue nggak apa-apain lo. Ya udah, sebaiknya kita pulang saja. Kondisi lo lagi nggak baik. Yuk.” Kata Rio berusaha membantu Ify berdiri.

Ify nurut saja. Tunggu! Bukannya tadi gue sama kak Rio masuk ke rumah hantu? Ingatan Ify mulai pulih. Ia yakin dirinya pingsan karena ditakuti hantu nakal.

Sementara Rio, cowok itu merasa bersalah sekaligus menyesal. Seharusnya gue nggak ngajak lo masuk ke rumah hantu...

***

Sore hari yang pucat. Sore ini terasa ganjil. Matahari tidak bersinar dengan sempurna. Cahaya matahari itu tertutupi awan mendung yang sebentar lagi akan menurunkan hujan.

Ify berjalan tanpa arah yang jelas. Ia terus berjalan dan berjalan hingga tibalah ia di sebuah pohon akasia yang batangnya kokoh. Di bawah pohon itu, Ify melihat seorang cowok yang sedang duduk bersila. Cowok itu memejamkan mata. Namun, kedatangannya membuat cowok itu membuka matanya.

“Kak Rio..” Ucap Ify nggak yakin.

Cowok itu tersenyum ke arahnya. Ternyata benar. Cowok itu adalah Rio. Namun, wajah cowok itu terlihat pucat pasi. Ify mendekati Rio dengan jantung yang sama berdebarnya saat ia bertemu dengan Rio.

“Maafkan gue Fy..” Kata Rio yang terdengar ganjil.

“Kak Rio nggak punya salah sama Ify.” Jawab Ify.

Rio tersenyum sedih. “Salah. Sepantasnya gue minta maaf ke elo karena telah membuat lo menderita. Seharusnya, kita tidak bertemu Fy. Dan lo nggak akan merasakan kesedihan itu.” Ucapnya.

“Ify nggak ngerti.” Kata Ify.

Tiba-tiba, Rio bangkit dari duduknya diikuti Ify. “Lo liat Fy matahari yang akan tenggelam disana?” Tanya Rio menunjuk ke arah barat.

Ify menoleh ke arah barat dimana matahari hendak terbenam. “Lihat kak. Memangnya ada apa?” Tanyanya.

“Saat itulah lo nggak akan bisa lagi melihat gue.”

Deg! Jantung yang tadi berdebar tak karuan kini berhenti berdetak. Kak Rio bicara apa? Mengapa... Mengapa kak Rio seperti membicarakan sebuah perpisahan?

Ify menoleh ke arah Rio yang juga menoleh ke arahnya. “Maafkan gue Fy.. Gue harus meninggalkan lo bersamaan dengan terbenamnya matahari itu. Tapi, sebelum gue pergi, gue ingin sekali memeluk lo. Boleh kan?”

Mulutnya terkunci rapat. Ify nggak mampu membuka sedikit pun mulutnya. Tiba-tiba, ia merasa tubuhnya di peluk oleh seseorang. Seseorang itu adalah Rio. Pelukan itu terasa hangat hingga hatinya merasakan kehangatan itu. Namun, semakin lama, pelukan itu terasa abstrak.

Ketika ia membuka matanya, bertepatan dengan terbenamnya matahari, ia tidak menemukan sosok itu. Sosok itu bak di telan oleh matahari yang sudah bersembunyi di ufuk barat.

Sendiri. Ia sendiri berdiri di tempat ini. Ia sendiri sambil menahan segala rasa takutnya. Ify sadar. Rio telah meninggalkannya. Air matanya pun menetes. Cukup setetes karena ia lelah menangis.

“Kak Rio..” Kata Ify bingung. Gadis itu berusaha mencari sosok itu. Sosok Rio. Tapi, sosok itu tidak ditemukannya.

“KAK RIO !!! KAKAK DIMANA?? JANGAN TINGGALKAN IFY !!!” Teriaknya hingga suaranya habis.

Namun, tak ada satupun yang mendengar teriakannya. Sahabat-sahabat alamnya pun tak mau peduli dengannya. Ify menangis sendiri dalam kesedihannya.

“Kak Rio..”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar