Part 27
.
.
.
“KAK RIO !!!”
Dengan nafas yang
tersengal-sengal, Ify terbangun dari mimpi buruknya yang amat terasa nyata.
Keringat membasahi tubuhnya. Wajahnya pun basah. Kedua matanya merah. Jika
dilihat, wajah Ify sangat mengerikan.
Pintu kamarnya di
buka oleh seseorang. Orang itu masuk ke dalam kamar Ify dengan segala kepanikan
yang luar biasa.
“Fy, lo nggak
papa?” Tanya Rio panik. Ia mendekati Ify.
Ify berusaha
mengembalikan kesadarannya. Setelah ia sadar dan tenang, Ify menatap wajah
seorang cowok yang semalaman hadir di dalam mimpi buruknya. Ify menelan
ludahnya. Ternyata hanya mimpi.. Batin
Ify lega. Namun ia merasa mimpi itu sangat nyata.
“Kak Rio.. Kak Rio
beneran ada disini?” Tanya Ify.
Rio tersenyum
mendengar pertanyaan Ify. Barangkali gadis itu barusan terbangun dari mimpi
buruknya. Padahal, hari ini adalah hari spesial Ify. Yaitu hari ulang tahun Ify
yang keenam belas.
“Gue disini Fy. Lo
barusan dapat mimpi buruk ya? Apa karena hantu kemarin?” Canda Rio teringat
kejadian kemarin yang sukses membuat Ify pingsan.
Secepat mungkin Ify
memeluk Rio. Rio yang kaget mendapat pelukan dadakan dari Ify langsung membalas
pelukan cewek itu.
“Kak.. Hiks..
Jangan pernah tinggalin Ify.. Hiks.. Semalaman Ify mimpi kalo kak Rio pergi
ninggalin Ify, tepatnya pada saat matahari terbenam..” Tangis Ify.
Rio terhenyak
mendengar penjelasan Ify. Tapi cepat-cepat ia buang rasa kagetnya itu. “Mimpi
hanyalah bunga tidur. Mimpi ada dua macam. Yaitu mimpi baik dan mimpi buruk.
Yang lo mimpikan itu adalah mimpi buruk. Tapi tenanglah Fy, Rio nggak akan
tinggalin Ify. Hari ini kan hari spesial Ify.”
Hati Ify menjadi
tenang. Ia pun tersenyum. “Hari spesial? Emangnya tanggal berapa sekarang?”
Tanyanya.
Rio melepaskan pelukannya.
“Masa lo lupa? Hari ini kan hari ulang tahun lo yang keenam belas. Lucunya,
hari ini juga hari ulang tahun gue yang ketujuh belas. Jadi, tanggal kelahiran
kita sama..” Jelas Rio.
OMG! Masa gue lupa sama tanggal lahir gue sendiri? Batin Ify menertawai kebodohannya. Tadi kata kak Rio, hari ini juga hari ultahnya. Wah, bakal ada kejutan
besar ini... Seketika itu juga Ify melupakan mimpinya.
“Ayo keluar Fy!”
Ajak Rio menarik tangan Ify.
“Eh, ada apa
emangnya? Ify belum mandi.” Kata Ify.
“Nggak mandi nggak
papa. Rio aja belum mandi.”
Mau nggak mau, Ify
nurut aja. Eh, tadi Rio bilang kalo cowok itu belum mandi. Tapi, tampang Rio
keren aja tuh. Sedangkan ia, jelek sekali. Nggak pantas bergandengan tangan
dengan cowok tampan bernama Rio.
Keduanya berjalan menuju
belakang rumah Ify yang sudah dihiasi oleh aneka macam hiasan. Disana, ada
Dayat, kedua orangtuanya, Sivia, Alvin, dan Debo, Shilla dan Gabriel.
Di tengahnya, ada
kue tart berbentuk cinta. Di atas kue tart itu, tertulis nama ‘RiFy Rivano
Sifyla’ yang merupakan gabungan dari nama Ify dan Rio. Ify membayangkan jika
suatu hari ia menikah dengan Rio dan punya anak, pasti anaknya itu di beri nama
Rify Rivano Sifyla. Ify tersenyum membayangkannya.
“Happy birthday ya
sayang..” Kata Mama mencium kedua pipi Ify diikuti yang lainnya. Kecuali Debo,
Gabriel dan Alvin. Malu kan mereka kalo cipika cipiki sama cewek. Apalagi
Alvin. Ntar Sivia ngamuk lagi.
Ify terharu atas
kerja keras Mama dan lainnya yang berhasil membuat hari ulang tahunnya menjadi
sangat spesial.
“Ayo Fy! Di potong
kuenya. Tapi, karena hari ini hari ulang tahun kak Rio juga, kak Rio juga harus
motong kue bareng Ify.” Kata Sivia dan disetujui yang lainnya.
Hari ini hari yang
sangat bahagia. Ify merasakan kebahagiaan itu. Namun, wajah-wajah bahagia sahabat-sahabatnya
itu hanyalah sebuah topeng. Mereka tidak menampilkan aura wajah yang
sesungguhnya. Tapi biarlah. Biarlah Ify merasakan kebahagiaan ini sebelum..
Sebelum kesedihan itu datang menghampirinya.
Sebelum memotong
kue, terlebih dahulu yang dilakukan Ify dan Rio adalah meniup lilin. Setelah
itu masing-masing membuat sebuah harapan.
“Ayo Fy! Yo! Make a
wish!” Kata Sivia.
Ify yang membuat
harapan terlebih dahulu. Sebelum make a wish, Ify memejamkan mata dengan waktu
yang cukup lama. Setelah cukup, ia pun membuka matanya.
“Di hari ulang
tahun Ify yang ke enam belas, Ify berharap Ify akan selalu merasakan
kebahagiaan seperti ini. Ify ingin selalu bahagia dan jauh dari kesedihan.”
Ucapnya.
Setelah mengucapkan
harapannya, semua mata pun tertuju ke arah Rio. Cowok itu tampaknya bingung mau
berharap apa. Namun, ia telah menemukan sebuah harapan yang sangat ia inginkan
akan terwujud.
“Harapan gue
singkat aja. Harapan gue yaitu bisa bersama Ify untuk selama-lamanya.” Ucapnya.
Hening. Suasanya
berubah menjadi hening. Sepertinya, harapan Rio tadi memberikan efek yang
dahsyat bagi yang mendengarkannya. Rio melirik ke arah Ify. Ternyata gadis itu
tersenyum sembari mengaminkan harapannya. Rio beralih menatap wajah Sivia dan
kawan-kawan.
Jangan sedih.. Gue tau kalian semua sudah tau siapa
sebenarnya gue. Gue nggak pantas kalian tangisi. Pandangannya ia pusatkan ke wajah Shilla. Tampaknya,
gadis itu tengah berusaha menahan tangisnya. Maafkan kakak Shilla.. Kakak harus pergi meninggalkanmu..
Ify pun membuka
suara tuk sekedar memecah keheningan. “Thanks ya buat kalian semua. Kalian
adalah sahabat terbaikku.” Ucapnya ceria.
Namun, tiba-tiba
saja suasana berubah menjadi tidak nyaman. Ify mulai merasakan bau-bau tak
enak. Sebenarnya apa yang terjadi?
Mengapa wajah mereka terlihat sedih? Bukannya tadi mereka bahagia? Batin
Ify penuh tanda tanya.
“Ng.. Fy.. Kita
balik dulu ya.. Happy birthday yang ke enam belas.” Kata Sivia mewakili
lainnya.
Ify hanya
mengangguk menatap kepergian sahabatnya. Gadis itu memilih duduk di sebuah
bangku tua yang sudah lama ada di taman belakang rumahnya.
“Lo nggak papa Fy?”
Tiba-tiba aja Rio
ada di sampingnya. Ify tersenyum lemah melihat Rio yang kini merangkulnya. Ify
teringat kembali dengan mimpi buruknya. Apa mimpi buruknya itu mengandung
sebuah arti penting?
“Nggak papa. Hanya
saja ada yang aneh dengan hari ini.” Kata Ify.
“Nggak ada yang
aneh kok Fy. Perasaan lo aja kali yang aneh.” Kata Rio.
Matahari bersinar
tidak terlalu terang. Bisa dikatakan cuaca hari ini mendung. Tapi tidak sampai
turun hujan. Ify memejamkan matanya. Membuat mimpi buruknya kembali
menghantuinya dengan kesedihan.
“Kak, aneh bukan
kalo Ify berharap matahari nggak akan tenggelam?” Tanya Ify.
Yang ditanya nggak
menjawab.
“Karena, dalam
mimpi Ify, sewaktu matahari tenggelam, Ify nggak akan bisa lagi lihat kak Rio.
Makanya, Ify takut jika matahari nanti tenggelam..” Kata Ify.
Rio menarik nafas
dalam-dalam. Lo yakin sekali Fy kalo
sebentar lagi gue akan meninggalkan lo? Batinnya.
“Fy, kan gue udah
bilang. Itu hanyalah mimpi. Gue nggak akan ninggalin lo meski matahari
tenggelam ataupun meski matahari nggak menampakkan sinarnya untuk
selama-lamanya.” Jelas Rio.
Ify menatap Rio
dengan sejuta harapan. “Kak Rio janji?” Tanyanya.
Rio tersenyum.
“Janji.” Jawabnya sambil mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking Ify.
Membuat hati Ify menjadi tenang walau masih ragu akan jawaban yang Rio berikan.
***
“Gue nggak rela!
Pokoknya gue nggak rela!” Kata Sivia dengan air mata yang mengalir deras.
“Sabar Vi. Ini
takdir Tuhan..” Kata Alvin menenangkan kekasihnya.
Sivia menatap Alvin
dengan tajam. “Sadar Vin! Ify bukan siapa-siapa lo. Sementara bagi gue, Ify
adalah sahabat gue yang paling gue sayangi. Gue nggak tega melihatnya menangis
hanya karena seorang ADRIAN !!”
Deg! Semuanya
terdiam. Selanjutnya, mereka dikejutkan oleh kedatangan Rio. Rio menatap satu
persatu wajah-wajah yang sedang menatapnya dengan kesedihan. Terutama Shilla!
Gadis itu kini sedang di genggam erat oleh tangan Gabriel.
“Maafkan gue.” Kata
Rio.
“Lo mau kemana?”
Tanya Sivia.
“Gue nggak akan
kemana-mana.” Jawab Rio.
Tiba-tiba saja,
Debo berjalan mendekati Rio. Kini, jarak antara Debo dan Rio hanya beberapa
senti saja. Keduanya berhadapan. Bisa Rio lihat dari kedua mata Debo bahwa
cowok itu sedang menahan agar air matanya nggak jatuh.
“Kak Adrian..” Kata
Debo lantas memeluk Rio.
Terungkap sudah
sebuah rahasia yang telah lama ia pendam. Bahwa ternyata, Adrian adalah Rio.
Sudah sangat jelas. Fakta itu nggak bisa di ubah. Rio adalah Adrian dan Adrian
adalah Rio. Penggunaan nama Rivano Gabril hanyalah untuk melahirkannya kembali sebagai
sosok manusia yang baru terlahir dari rahim seorang ibu.
“Maafkan gue karena
dulu gue sering berbuat jahat ke elo. Gue nggak nyangka, ternyata lo adalah
Adrian. Karena itulah, gue merasa nggak asing lagi dengan wajah lo..” Kata
Debo.
Debo melepaskan
pelukannya. Ia melihat kedua mata Rio yang berkaca-kaca. Lalu, setetes demi
setetes air mata keluar membasahi pipinya. Air mata itu tidak bisa berhenti
mengalir. Lalu, Rio melirik ke arah Shilla yang ternyata adalah adik tirinya.
Segera mungkin Rio
memeluk erat tubuh Shilla. Shilla menangis. Gadis itu menangis. Dan ia tidak
mau lepas dari pelukan hangat sang kakak.
“Maafkan kakak
Shill.. Kakak udah ninggalin kamu. Sampaikan perminta maafan kakak ke Ayah.
Bilang ke Ayah kalo Rio sangat mencintai Ayah..” Kata Rio.
“I.. Iya kak..”
Jawab Shilla.
Rio melepaskan
pelukannya. Ia menatap nanar wajah cantik adiknya yang terlihat pucat. Lalu, ia
beralih menatap Sivia yang sedang menatapnya dengan penuh kebencian.
“Maafin gue Via
karena gue pernah rasukin lo dan menjadi teman curhat lo. Gue tau waktu itu lo
nggak suka akan kehadiran gue.” Kata Rio.
Sivia menatap Rio
tajam. “Gue nggak akan maafin lo sebelum lo hapus syarat ketiga. Kalo lo nggak
mau hapus, gue nggak akan pernah maafin lo dan gue senantiasa berdoa supaya lo
masuk NERAKA!!”
Semuanya menatap
Sivia dengan wajah yang pucat. Kali ini Sivia sudah kelewatan. Kesadarannya
kini sedang dikendalikan oleh nafsu dan tentunya setan yang menyukai
orang-orang yang suka marah.
“Vi, lo nggak boleh
begitu..” Bisik Alvin.
“Yo! Kenapa sih
harus Ify? Kenapa sih harus SAHABAT GUE YANG JADI KORBAN? Lo tau nggak, Ify
sangat mencintai lo dan nggak mau kehilangan lo! Lo harus tanggung jawab atas
perbuatan lo! Gue nggak rela liat sahabat gue sedih karena cowok PENGECUT KAYAK
LO !!!” Bentak Sivia bercampur tangisan.
“Gue ingat, lo
datang kesini hanya untuk mencari seseorang yang mencintai lo secara tulus, dan
Tuhan mengabulkan permintaan lo dengan beberapa syarat. Pertama, saat lo sudah
sampai di bumi, semua orang pada takut dengan lo. Kedua, ada satu orang yang
nggak takut denganmu karena orang itu yang pertama kali kamu lihat. Tapi syarat
ini salah. Gue ingat, waktu itu lo minta bantuan gue untuk intograsi Ify apakah
Ify takut sama lo atau tidak. Dan ketiga...” Sivia menahan nafasnya. “Ketiga...
Saat lo udah nemu orang yang benar-benar mencintai lo, lo harus kembali ke alam
lo yang sebenarnya. Tapi Tuhan baik. Dia mengizinkan lo hidup bersama cewek
yang lo cintai sampai dengan hari ulang tahun lo. Tepat di hari ulang tahun lo,
lo nggak akan bisa kembali lagi ke tempat ini.” Lanjutnya.
Semuanya berusaha
menahan tangisnya. Sementara Rio, sedari tadi air matanya terus saja keluar.
Cowok itu nggak sanggup mendengar cerita Sivia tadi yang merupakan kisah
hidupnya yang penuh dengan kemalangan.
“Lo pernah bilang.
Lo akan mempermainkan Ify agar dia makin cinta ke elo. Tapi sayangnya, lo
terjebak ke dalam permainan lo dan hasilnya lo mencintai Ify. Apa lo sanggup Yo
ninggalin cewek yang sangat lo cintai dan mencintai lo? Bisakah lo meminta satu
harapan saja agar Tuhan mengizinkan lo bahagia bersama Ify untuk
selama-lamanya?” Kata Sivia.
Sebelum menjawab,
Rio mendongakkan kepala untuk melihat langit luas yang sedang mendung.
Sepertinya, langit mendung nan luas itu tidak bisa berbuat apapun. Inilah
takdir Tuhan yang harus ia jalani. Syarat-syarat itu mustahil dihapus karena
itu merupakan syarat-syarat yang bisa membawanya kembali ke dunianya setelah ia
berada di dunia yang sesugguhnya.
“Gue tau apa
jawabannya. Yaitu ‘Tidak bisa’. Oke! Terserah lo. Tapi, jangan harap gue mau
maafin semua kesalahan lo.”
Setelah mengucapkan
kalimat itu, Sivia berlari meninggalkan tempat itu. Melihat kekasihnya pergi,
Alvin langsung mengejarnya. Sepertinya, ia harus melakukan sesuatu agar
kekasihnya itu bahagia. Apapun.
“Kak Ad..” Lirih
Shilla.
“Maafin kakak
Shill. Kakak nggak bisa lagi menjagamu.” Kata Rio.
Tangis Shilla mulai
terdengar. Gadis itu menangis sesenggukan. Di sampingnya, Gabriel memeluknya
dengan erat agar hati gadis itu menjadi tenang.
“Yo, tolong, jangan
tinggalkan kami..” Kata Gabriel penuh harap.
Rio tersenyum
nanar. “Nggak bisa. Andaikan ada satu harapan lagi, gue minta agar gue bisa
bersama kalian, tinggal bersama kalian. Sayangnya, permintaan gue udah terpakai
semua. Maafkan gue... Seharusnya gue nggak ngotot ingin balik ke dunia ini
untuk mencari seseorang yang mencintai gue dengan tulus. Maafin gue.. Dan lo
Deb, tolong, jaga Ify. Buat dia bahagia. Gue yakin sekali lo bisa
membahagiakannya..”
“Nggak! Nggak bisa!
Hanya elo Yo yang bisa buat Ify bahagia. Bukan gue.” Tolak Debo dengan tegas.
Delapan jam lagi.
Delapan jam lagi sebelum matahari terbenam. Rio tidak tau harus berbuat apa.
Hatinya tidak sanggup menahan beban kesedihannya.
“Sekali lagi,
maafin gue. Gue pamit.” Kata Rio yang secara tiba-tiba menghilang di tempatnya
itu. Membuat Debo, Shilla dan Gabriel terhenyak dan tidak bisa menahan kesedihan
di hati mereka.
***
Pandangan cowok itu
lurus ke depan. Di sebuah bangku panjang yang umurnya sudah tua, cowok itu
duduk menunduk. Kedua telapak tangannya ia satukan. Air matanya yang tadi
keluar kini sudah tidak ada lagi. Cowok itu berjanji untuk tidak menangis lagi.
“Ify.. Aku
mencintaimu... Waktuku semakin habis. Disana, malaikat sudah menjemputku untuk
kembali di rumahku yang sesungguhnya. Fy, apa yang harus aku lakukan? Aku nggak
bisa lari kemana-mana Fy..” Ucapnya.
Tujuh jam lagi
matahari akan terbenam dan ia ikut di belakangnya. Rio tidak bisa membayangkan
bagaimana kelanjutan kisah Ify tanpa kehadirannya. Apa Ify akan bahagia? Atau
sebaliknya?
“Apa yang harus ku
lakukan? Aku nggak bisa sembunyi. Dimana pun aku sembunyi, Tuhan pasti tau.
Karena Tuhan maha melihat. Tuhan nggak buta Fy.. Fy, apa yang harus aku lakukan
agar cinta kita bertahan untuk selama-lamanya?”
“Yo..” Terdengar
suara serak disana. “Tolong, jangan pergi. Gue nggak ingin melihat mereka
sedih. Jika boleh, lo dan gue bertukar posisi. Gue yang jadi lo dan akan
kembali ke alam sana, dan lo yang jadi gue...”
***
“Apa-apa’an ini?
Lo..”
Darah mengucur
deras dari dadanya. Cowok itu membelalakan matanya sebelum nyawanya pergi dari
tubuh itu. Seorang cewek yang sedang tersenyum devil menatap cowok itu dengan
tatapan penuh kebencian.
“Ini akibat dari lo
yang sudah membunuh kakak gue.” Kata cewek itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar