expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 27 )



Part 27

.

.

.

“KAK RIO !!!”

Dengan nafas yang tersengal-sengal, Ify terbangun dari mimpi buruknya yang amat terasa nyata. Keringat membasahi tubuhnya. Wajahnya pun basah. Kedua matanya merah. Jika dilihat, wajah Ify sangat mengerikan.

Pintu kamarnya di buka oleh seseorang. Orang itu masuk ke dalam kamar Ify dengan segala kepanikan yang luar biasa.

“Fy, lo nggak papa?” Tanya Rio panik. Ia mendekati Ify.

Ify berusaha mengembalikan kesadarannya. Setelah ia sadar dan tenang, Ify menatap wajah seorang cowok yang semalaman hadir di dalam mimpi buruknya. Ify menelan ludahnya. Ternyata hanya mimpi.. Batin Ify lega. Namun ia merasa mimpi itu sangat nyata.

“Kak Rio.. Kak Rio beneran ada disini?” Tanya Ify.

Rio tersenyum mendengar pertanyaan Ify. Barangkali gadis itu barusan terbangun dari mimpi buruknya. Padahal, hari ini adalah hari spesial Ify. Yaitu hari ulang tahun Ify yang keenam belas.

“Gue disini Fy. Lo barusan dapat mimpi buruk ya? Apa karena hantu kemarin?” Canda Rio teringat kejadian kemarin yang sukses membuat Ify pingsan.

Secepat mungkin Ify memeluk Rio. Rio yang kaget mendapat pelukan dadakan dari Ify langsung membalas pelukan cewek itu.

“Kak.. Hiks.. Jangan pernah tinggalin Ify.. Hiks.. Semalaman Ify mimpi kalo kak Rio pergi ninggalin Ify, tepatnya pada saat matahari terbenam..” Tangis Ify.

Rio terhenyak mendengar penjelasan Ify. Tapi cepat-cepat ia buang rasa kagetnya itu. “Mimpi hanyalah bunga tidur. Mimpi ada dua macam. Yaitu mimpi baik dan mimpi buruk. Yang lo mimpikan itu adalah mimpi buruk. Tapi tenanglah Fy, Rio nggak akan tinggalin Ify. Hari ini kan hari spesial Ify.”

Hati Ify menjadi tenang. Ia pun tersenyum. “Hari spesial? Emangnya tanggal berapa sekarang?” Tanyanya.

Rio melepaskan pelukannya. “Masa lo lupa? Hari ini kan hari ulang tahun lo yang keenam belas. Lucunya, hari ini juga hari ulang tahun gue yang ketujuh belas. Jadi, tanggal kelahiran kita sama..” Jelas Rio.

OMG! Masa gue lupa sama tanggal lahir gue sendiri? Batin Ify menertawai kebodohannya. Tadi kata kak Rio, hari ini juga hari ultahnya. Wah, bakal ada kejutan besar ini... Seketika itu juga Ify melupakan mimpinya.

“Ayo keluar Fy!” Ajak Rio menarik tangan Ify.

“Eh, ada apa emangnya? Ify belum mandi.” Kata Ify.

“Nggak mandi nggak papa. Rio aja belum mandi.”

Mau nggak mau, Ify nurut aja. Eh, tadi Rio bilang kalo cowok itu belum mandi. Tapi, tampang Rio keren aja tuh. Sedangkan ia, jelek sekali. Nggak pantas bergandengan tangan dengan cowok tampan bernama Rio.

Keduanya berjalan menuju belakang rumah Ify yang sudah dihiasi oleh aneka macam hiasan. Disana, ada Dayat, kedua orangtuanya, Sivia, Alvin, dan Debo, Shilla dan Gabriel.

Di tengahnya, ada kue tart berbentuk cinta. Di atas kue tart itu, tertulis nama ‘RiFy Rivano Sifyla’ yang merupakan gabungan dari nama Ify dan Rio. Ify membayangkan jika suatu hari ia menikah dengan Rio dan punya anak, pasti anaknya itu di beri nama Rify Rivano Sifyla. Ify tersenyum membayangkannya.

“Happy birthday ya sayang..” Kata Mama mencium kedua pipi Ify diikuti yang lainnya. Kecuali Debo, Gabriel dan Alvin. Malu kan mereka kalo cipika cipiki sama cewek. Apalagi Alvin. Ntar Sivia ngamuk lagi.

Ify terharu atas kerja keras Mama dan lainnya yang berhasil membuat hari ulang tahunnya menjadi sangat spesial.

“Ayo Fy! Di potong kuenya. Tapi, karena hari ini hari ulang tahun kak Rio juga, kak Rio juga harus motong kue bareng Ify.” Kata Sivia dan disetujui yang lainnya.

Hari ini hari yang sangat bahagia. Ify merasakan kebahagiaan itu. Namun, wajah-wajah bahagia sahabat-sahabatnya itu hanyalah sebuah topeng. Mereka tidak menampilkan aura wajah yang sesungguhnya. Tapi biarlah. Biarlah Ify merasakan kebahagiaan ini sebelum.. Sebelum kesedihan itu datang menghampirinya.

Sebelum memotong kue, terlebih dahulu yang dilakukan Ify dan Rio adalah meniup lilin. Setelah itu masing-masing membuat sebuah harapan.

“Ayo Fy! Yo! Make a wish!” Kata Sivia.

Ify yang membuat harapan terlebih dahulu. Sebelum make a wish, Ify memejamkan mata dengan waktu yang cukup lama. Setelah cukup, ia pun membuka matanya.

“Di hari ulang tahun Ify yang ke enam belas, Ify berharap Ify akan selalu merasakan kebahagiaan seperti ini. Ify ingin selalu bahagia dan jauh dari kesedihan.” Ucapnya.

Setelah mengucapkan harapannya, semua mata pun tertuju ke arah Rio. Cowok itu tampaknya bingung mau berharap apa. Namun, ia telah menemukan sebuah harapan yang sangat ia inginkan akan terwujud.

“Harapan gue singkat aja. Harapan gue yaitu bisa bersama Ify untuk selama-lamanya.” Ucapnya.

Hening. Suasanya berubah menjadi hening. Sepertinya, harapan Rio tadi memberikan efek yang dahsyat bagi yang mendengarkannya. Rio melirik ke arah Ify. Ternyata gadis itu tersenyum sembari mengaminkan harapannya. Rio beralih menatap wajah Sivia dan kawan-kawan.

Jangan sedih.. Gue tau kalian semua sudah tau siapa sebenarnya gue. Gue nggak pantas kalian tangisi. Pandangannya ia pusatkan ke wajah Shilla. Tampaknya, gadis itu tengah berusaha menahan tangisnya. Maafkan kakak Shilla.. Kakak harus pergi meninggalkanmu..

Ify pun membuka suara tuk sekedar memecah keheningan. “Thanks ya buat kalian semua. Kalian adalah sahabat terbaikku.” Ucapnya ceria.

Namun, tiba-tiba saja suasana berubah menjadi tidak nyaman. Ify mulai merasakan bau-bau tak enak. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa wajah mereka terlihat sedih? Bukannya tadi mereka bahagia? Batin Ify penuh tanda tanya.

“Ng.. Fy.. Kita balik dulu ya.. Happy birthday yang ke enam belas.” Kata Sivia mewakili lainnya.

Ify hanya mengangguk menatap kepergian sahabatnya. Gadis itu memilih duduk di sebuah bangku tua yang sudah lama ada di taman belakang rumahnya.

“Lo nggak papa Fy?”

Tiba-tiba aja Rio ada di sampingnya. Ify tersenyum lemah melihat Rio yang kini merangkulnya. Ify teringat kembali dengan mimpi buruknya. Apa mimpi buruknya itu mengandung sebuah arti penting?

“Nggak papa. Hanya saja ada yang aneh dengan hari ini.” Kata Ify.

“Nggak ada yang aneh kok Fy. Perasaan lo aja kali yang aneh.” Kata Rio.

Matahari bersinar tidak terlalu terang. Bisa dikatakan cuaca hari ini mendung. Tapi tidak sampai turun hujan. Ify memejamkan matanya. Membuat mimpi buruknya kembali menghantuinya dengan kesedihan.

“Kak, aneh bukan kalo Ify berharap matahari nggak akan tenggelam?” Tanya Ify.

Yang ditanya nggak menjawab.

“Karena, dalam mimpi Ify, sewaktu matahari tenggelam, Ify nggak akan bisa lagi lihat kak Rio. Makanya, Ify takut jika matahari nanti tenggelam..” Kata Ify.

Rio menarik nafas dalam-dalam. Lo yakin sekali Fy kalo sebentar lagi gue akan meninggalkan lo? Batinnya.

“Fy, kan gue udah bilang. Itu hanyalah mimpi. Gue nggak akan ninggalin lo meski matahari tenggelam ataupun meski matahari nggak menampakkan sinarnya untuk selama-lamanya.” Jelas Rio.

Ify menatap Rio dengan sejuta harapan. “Kak Rio janji?” Tanyanya.

Rio tersenyum. “Janji.” Jawabnya sambil mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking Ify. Membuat hati Ify menjadi tenang walau masih ragu akan jawaban yang Rio berikan.

***

“Gue nggak rela! Pokoknya gue nggak rela!” Kata Sivia dengan air mata yang mengalir deras.

“Sabar Vi. Ini takdir Tuhan..” Kata Alvin menenangkan kekasihnya.

Sivia menatap Alvin dengan tajam. “Sadar Vin! Ify bukan siapa-siapa lo. Sementara bagi gue, Ify adalah sahabat gue yang paling gue sayangi. Gue nggak tega melihatnya menangis hanya karena seorang ADRIAN !!”

Deg! Semuanya terdiam. Selanjutnya, mereka dikejutkan oleh kedatangan Rio. Rio menatap satu persatu wajah-wajah yang sedang menatapnya dengan kesedihan. Terutama Shilla! Gadis itu kini sedang di genggam erat oleh tangan Gabriel.

“Maafkan gue.” Kata Rio.

“Lo mau kemana?” Tanya Sivia.

“Gue nggak akan kemana-mana.” Jawab Rio.

Tiba-tiba saja, Debo berjalan mendekati Rio. Kini, jarak antara Debo dan Rio hanya beberapa senti saja. Keduanya berhadapan. Bisa Rio lihat dari kedua mata Debo bahwa cowok itu sedang menahan agar air matanya nggak jatuh.

“Kak Adrian..” Kata Debo lantas memeluk Rio.

Terungkap sudah sebuah rahasia yang telah lama ia pendam. Bahwa ternyata, Adrian adalah Rio. Sudah sangat jelas. Fakta itu nggak bisa di ubah. Rio adalah Adrian dan Adrian adalah Rio. Penggunaan nama Rivano Gabril hanyalah untuk melahirkannya kembali sebagai sosok manusia yang baru terlahir dari rahim seorang ibu.

“Maafkan gue karena dulu gue sering berbuat jahat ke elo. Gue nggak nyangka, ternyata lo adalah Adrian. Karena itulah, gue merasa nggak asing lagi dengan wajah lo..” Kata Debo.

Debo melepaskan pelukannya. Ia melihat kedua mata Rio yang berkaca-kaca. Lalu, setetes demi setetes air mata keluar membasahi pipinya. Air mata itu tidak bisa berhenti mengalir. Lalu, Rio melirik ke arah Shilla yang ternyata adalah adik tirinya.

Segera mungkin Rio memeluk erat tubuh Shilla. Shilla menangis. Gadis itu menangis. Dan ia tidak mau lepas dari pelukan hangat sang kakak.

“Maafkan kakak Shill.. Kakak udah ninggalin kamu. Sampaikan perminta maafan kakak ke Ayah. Bilang ke Ayah kalo Rio sangat mencintai Ayah..” Kata Rio.

“I.. Iya kak..” Jawab Shilla.

Rio melepaskan pelukannya. Ia menatap nanar wajah cantik adiknya yang terlihat pucat. Lalu, ia beralih menatap Sivia yang sedang menatapnya dengan penuh kebencian.

“Maafin gue Via karena gue pernah rasukin lo dan menjadi teman curhat lo. Gue tau waktu itu lo nggak suka akan kehadiran gue.” Kata Rio.

Sivia menatap Rio tajam. “Gue nggak akan maafin lo sebelum lo hapus syarat ketiga. Kalo lo nggak mau hapus, gue nggak akan pernah maafin lo dan gue senantiasa berdoa supaya lo masuk NERAKA!!”

Semuanya menatap Sivia dengan wajah yang pucat. Kali ini Sivia sudah kelewatan. Kesadarannya kini sedang dikendalikan oleh nafsu dan tentunya setan yang menyukai orang-orang yang suka marah.

“Vi, lo nggak boleh begitu..” Bisik Alvin.

“Yo! Kenapa sih harus Ify? Kenapa sih harus SAHABAT GUE YANG JADI KORBAN? Lo tau nggak, Ify sangat mencintai lo dan nggak mau kehilangan lo! Lo harus tanggung jawab atas perbuatan lo! Gue nggak rela liat sahabat gue sedih karena cowok PENGECUT KAYAK LO !!!” Bentak Sivia bercampur tangisan.

“Gue ingat, lo datang kesini hanya untuk mencari seseorang yang mencintai lo secara tulus, dan Tuhan mengabulkan permintaan lo dengan beberapa syarat. Pertama, saat lo sudah sampai di bumi, semua orang pada takut dengan lo. Kedua, ada satu orang yang nggak takut denganmu karena orang itu yang pertama kali kamu lihat. Tapi syarat ini salah. Gue ingat, waktu itu lo minta bantuan gue untuk intograsi Ify apakah Ify takut sama lo atau tidak. Dan ketiga...” Sivia menahan nafasnya. “Ketiga... Saat lo udah nemu orang yang benar-benar mencintai lo, lo harus kembali ke alam lo yang sebenarnya. Tapi Tuhan baik. Dia mengizinkan lo hidup bersama cewek yang lo cintai sampai dengan hari ulang tahun lo. Tepat di hari ulang tahun lo, lo nggak akan bisa kembali lagi ke tempat ini.” Lanjutnya.

Semuanya berusaha menahan tangisnya. Sementara Rio, sedari tadi air matanya terus saja keluar. Cowok itu nggak sanggup mendengar cerita Sivia tadi yang merupakan kisah hidupnya yang penuh dengan kemalangan.

“Lo pernah bilang. Lo akan mempermainkan Ify agar dia makin cinta ke elo. Tapi sayangnya, lo terjebak ke dalam permainan lo dan hasilnya lo mencintai Ify. Apa lo sanggup Yo ninggalin cewek yang sangat lo cintai dan mencintai lo? Bisakah lo meminta satu harapan saja agar Tuhan mengizinkan lo bahagia bersama Ify untuk selama-lamanya?” Kata Sivia.

Sebelum menjawab, Rio mendongakkan kepala untuk melihat langit luas yang sedang mendung. Sepertinya, langit mendung nan luas itu tidak bisa berbuat apapun. Inilah takdir Tuhan yang harus ia jalani. Syarat-syarat itu mustahil dihapus karena itu merupakan syarat-syarat yang bisa membawanya kembali ke dunianya setelah ia berada di dunia yang sesugguhnya.

“Gue tau apa jawabannya. Yaitu ‘Tidak bisa’. Oke! Terserah lo. Tapi, jangan harap gue mau maafin semua kesalahan lo.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Sivia berlari meninggalkan tempat itu. Melihat kekasihnya pergi, Alvin langsung mengejarnya. Sepertinya, ia harus melakukan sesuatu agar kekasihnya itu bahagia. Apapun.

“Kak Ad..” Lirih Shilla.

“Maafin kakak Shill. Kakak nggak bisa lagi menjagamu.” Kata Rio.

Tangis Shilla mulai terdengar. Gadis itu menangis sesenggukan. Di sampingnya, Gabriel memeluknya dengan erat agar hati gadis itu menjadi tenang.

“Yo, tolong, jangan tinggalkan kami..” Kata Gabriel penuh harap.

Rio tersenyum nanar. “Nggak bisa. Andaikan ada satu harapan lagi, gue minta agar gue bisa bersama kalian, tinggal bersama kalian. Sayangnya, permintaan gue udah terpakai semua. Maafkan gue... Seharusnya gue nggak ngotot ingin balik ke dunia ini untuk mencari seseorang yang mencintai gue dengan tulus. Maafin gue.. Dan lo Deb, tolong, jaga Ify. Buat dia bahagia. Gue yakin sekali lo bisa membahagiakannya..”

“Nggak! Nggak bisa! Hanya elo Yo yang bisa buat Ify bahagia. Bukan gue.” Tolak Debo dengan tegas.

Delapan jam lagi. Delapan jam lagi sebelum matahari terbenam. Rio tidak tau harus berbuat apa. Hatinya tidak sanggup menahan beban kesedihannya.

“Sekali lagi, maafin gue. Gue pamit.” Kata Rio yang secara tiba-tiba menghilang di tempatnya itu. Membuat Debo, Shilla dan Gabriel terhenyak dan tidak bisa menahan kesedihan di hati mereka.

***

Pandangan cowok itu lurus ke depan. Di sebuah bangku panjang yang umurnya sudah tua, cowok itu duduk menunduk. Kedua telapak tangannya ia satukan. Air matanya yang tadi keluar kini sudah tidak ada lagi. Cowok itu berjanji untuk tidak menangis lagi.

“Ify.. Aku mencintaimu... Waktuku semakin habis. Disana, malaikat sudah menjemputku untuk kembali di rumahku yang sesungguhnya. Fy, apa yang harus aku lakukan? Aku nggak bisa lari kemana-mana Fy..” Ucapnya.

Tujuh jam lagi matahari akan terbenam dan ia ikut di belakangnya. Rio tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan kisah Ify tanpa kehadirannya. Apa Ify akan bahagia? Atau sebaliknya?

“Apa yang harus ku lakukan? Aku nggak bisa sembunyi. Dimana pun aku sembunyi, Tuhan pasti tau. Karena Tuhan maha melihat. Tuhan nggak buta Fy.. Fy, apa yang harus aku lakukan agar cinta kita bertahan untuk selama-lamanya?”

“Yo..” Terdengar suara serak disana. “Tolong, jangan pergi. Gue nggak ingin melihat mereka sedih. Jika boleh, lo dan gue bertukar posisi. Gue yang jadi lo dan akan kembali ke alam sana, dan lo yang jadi gue...”

***

“Apa-apa’an ini? Lo..”

Darah mengucur deras dari dadanya. Cowok itu membelalakan matanya sebelum nyawanya pergi dari tubuh itu. Seorang cewek yang sedang tersenyum devil menatap cowok itu dengan tatapan penuh kebencian.

“Ini akibat dari lo yang sudah membunuh kakak gue.” Kata cewek itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar