expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 19 )



Part 19

.

.

.

Hawa dingin menyerang tubuhnya yang hanya dibaluti jaket tipis. Ify merasakan suhu tubuhnya tidak seperti biasa. Wajahnya pucat dan kepalanya sedikit pusing. Apa gue deman? Batin Ify. Selama ini ia jarang sakit. Terakhir ia sakit saat ia duduk di kelas satu SMP. Tapi, kalo batuk dan pilek sih sering-sering aja. Maksudnya sakit serius seperti demam, panas atau tifus.

Pandangannya ia edarkan ke jendela kamarnya. Di luar sana, langit mulai gelap. Bintang-bintang siap untuk bermunculan, walau nggak banyak karena tempat ini bukan tempat yang cocok untuk menikmati pancaran sinar bintang yang jika kita lihat dapat menenangkan hati kita dari segala masalah yang kita alami.

Kak Rio lagi apa ya sekarang? Tanya Ify dalam hati. Tiba-tiba, ia teringat dengan video yang direkam oleh kakaknya. Video yang aneh, namun nyata.

“Nggak. Nggak mungkin! Mustahil banget di video itu nggak ada kak Rio. Pasti kak Rio ada! Gue yakin kak Dayat cuma bohongan tadi.” Kata Ify.

Namun, tidak bisa ia bantah bahwa video itu memang nyata! Ify merasa, momen-momen indah bersama Rio kemarin hanya sebuah mimpi indah yang cepat berakhir. Bertemu dengan Rio dan diajak pergi oleh Rio terasa tidak nyata. Namun ciuman itu baginya sangat nyata karena masih membekas di bibirnya.

“Fy..”

Pintu kamarnya terbuka. Mama masuk ke dalam kamarnya sembari tersenyum. Nella, nama Ibunda Ify itu mengelus-elus rambut putrinya yang sudah panjang.

“Mama..” Lirih Ify.

“Kamu kenapa sayang? Kamu lagi jatuh cinta? Siapa lelaki yang telah membuatmu jatuh cinta?” Tanya Nella.

Ify tersenyum sedih. Haruskah ia jelaskan semua ke Mama tentang Rio?

“Namanya Rio, ma. Dia lelaki tampan yang baik hati, walau awalnya terkesan cuek. Tapi Ify sayang banget sama Rio dan Ify nggak mau kehilangan Rio..” Jujur Ify.

Nella mangut-mangut mendengar kejujuran putrinya. “Tadi kakakmu cerita ke Mama kalo kemarin kamu ngobrol sendiri dan Mama sudah liat videonya tadi. Jujur, Mama kaget melihatmu sendiri sambil tersenyum. Sepertinya kamu lagi banyak mendapat masalah.”

Bahkan Mamanya pun yakin kalo ia kemarin pergi tanpa seseorang di sampingnya. Sama saja berarti ia pergi bersama angin yang diam-diam menjaganya.

“Enggak, Ma. Kemarin Ify pergi sama kak Rio. Kalo mama nggak percaya, mama tanya aja sama kak Rio.” Kata Ify meyakinkan Nella.

Mama tersenyum. “Ya sudah. Mama pengin ketemu sama pangeranmu itu. Kapan-kapan ajak dia main kesini ya..” Ucapnya yang sukses membuat pipi Ify memerah saking malunya.

“Pasti, Ma.” Dan semoga kak Rio mau gue ajak kesini.. Tambahnya dalam hati.

***

“Lo..”

Jari telunjuknya tengah mengarah pada sosok lelaki bernama Rio. Debo kaget bukan main. Mengapa Rio bisa ada disini? Kemungkinan besar Rio telah mendengar rahasia Shilla.

“Ngapain lo disini? Ngapain lo buat gadis itu pingsan? Ini semua ulah lo!” Bentak Rio garang.

Tunggu.. Tunggu! Ini salah paham. Bukan ia yang telah membuat Shilla pingsan. Shilla pingsan karena melihat sosok Adrian walau ia tak yakin Shilla mampu melihat sosok yang telah meninggal.

“Jangan salah paham dulu! Bukan gue yang buat Shilla pingsan!” Debo membela dirinya sendiri.

Rio tersenyum sinis. “Bodoh! Lo emang bodoh!” Ucapnya lalu mendekati gadis yang Debo sebut bernama Shilla.

Perlahan, Rio mendekati Shilla. Walau dalam keadaan tidak sadar, Shilla tetap cantik. Rio tersenyum melihat wajah yang sudah lama tidak dilihatnya. Anehnya, Debo sama sekali nggak mencegah Rio untuk mendekati Shilla.

Tangan kanan Rio beserta tangan kirinya saling bekerja sama untuk mengangkat tubuh Shilla. Yap! Berhasil! Debo yang melihatnya sedikit tidak suka. Siapa Rio? Berani-beraninya dia membopong Shilla?

“Gue nggak ada maksud buat apa-apain gadis ini. Segera bawa pulang gadis ini.” Kata Rio yang tiba-tiba saja menyerahkan Shilla ke tangan Debo.

Setelah itu, Rio membalikkan badan dan berjalan meninggalkan Debo yang masih nggak mengerti apa arti kedatangan Rio barusan. Dan.. sosok tubuh itu pun menghilang seiringan dengan kegelapan malam yang mulai ada.

***

Baginya, sangat berat membuka kelopak matanya. Namun, tenaga yang telah ia kumpulkan akhirnya mampu menggerakkan kelopak matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah kumpulan cahaya putih yang menyilaukan, lalu cahaya putih itu menghilang dan berubah menjadi wajah seorang wanita cantik yang melihatnya dengan tatapan kekhawatiran.

“Mama..” Lirihnya.

Setelah ia berhasil mengumpulkan nyawanya, gadis yang adalah Shilla itu mencoba mengingat kejadian apa yang membuatnya seperti ini. Dimulai sejak ia bertemu Debo, bercakap-cakap dengan Debo, bercerita dengan Debo mengenai rahasianya dan...

“Kak Adrian..”

Tentu saja Shilla masih mengingat nama itu. Dan ia tidak lupa kalo tadi jelas-jelas ia bertemu dengan sosok Adrian yang membuatnya pingsan seperti ini. Shilla nggak tau kenapa ia bisa melihat sosok yang sudah tiada itu. Mustahil penglihatannya salah karena kalo sosok yang ia lihat itu bukan Adrian, ia tak akan pingsan seperti ini.

Di sampingnya, ada Debo yang terlihat cemas. Sama seperti Ibunya yang sedaritadi menungguinya dengan penuh kesabaran. Shilla tersenyum lemah melihat wajah Debo yang nampak kelelahan.

“Deb.. Tadi Shilla liat wajah kak Adrian..” Ucap Shilla pelan.

Debo nggak habis pikir mengapa Shilla bisa melihat sosok Adrian. Padahal, ia sama sekali nggak melihat Adrian. Melainkan ia melihat sosok Rio yang tiba-tiba membentkanya karena dikira ia yang membuat Shilla menjadi pingsan.

“Dimana Shilla? Gue nggak lihat apapun.” Kata Debo.

Shilla bangkit dibantu Ibunya kemudian ia duduk tegap. “Nggak! Emang beneran tadi gue lihat kak Adrian. Tapi dengan wajah yang berbeda..”

Deg! Kalimat terakhir Shilla membuat keringat dinginnya mulai beraksi. Debo sedikit gemetaran. Tapi dengan wajah yang berbeda.. Lantas, bagaimana sosok Adrian yang kata Shilla dengan wajah yang berbeda?

“Deb, Kak Adrian sebenarnya nggak jelek. Dia adalah pangeran tampan yang mampu menaklukan hati gadis manapun. Jujur, Shilla terpesona ketika melihat Kak Adrian dalam wujud pangeran tampan yang membuat hati Shilla bahagia. Karena ketampanannya akhirnya Shilla jadi pingsan..” Jelas Shilla.

Debo nggak bisa menahan tawanya. Kalimat yang terakhir Shilla ucapkan terlalu berlebihan. Debo yakin sekali Shilla mengada-ngada.

“Terserah lo Deb kalo ini emang lucu.” Kata Shilla sedikit kesal.

“Hehe.. Iya Shill.. Hehe.. Tapi masuk akal juga kok. Mana ada cewek yang nggak langsung pingsan kalo bertemu cowok ganteng dan keren? Gue jadi curiga nih. Jangan-jangan dulu lo pingsan lagi waktu lo liat gue..”

Giliran Shilla yang tertawa. Debo ada-ada aja! Siapa bilang wajah Debo ganteng? Canda Shilla dalam hati.

“Tapi Shill, gue nggak bisa bayangkan gimana wajah tampan kak Adrian. Dan lo kok tau sosok yang lo liat itu adalah kak Adrian? Soalnya, waktu lo pingsan, teman gue yang bernama Rio tiba-tiba aja udah di hadapan gue, dan memarahi gue karena dikira gue yang membuat lo pingsan.” Kata Debo.

Shilla terdiam. Tampaknya gadis itu sedang mencerna kata demi kata yang diucapkan Debo tadi.

“Ng.. Rio?” Tanya Shilla akhirnya.

Debo mengangguk. “Ya. Rio. Nama lengkapnya Rivano Gabril. Dia murid baru yang berlagak penuh misteri. Tapi hatinya telah ditaklukan oleh seorang gadis bernama Alyssa Sifyla.” Jelasnya.

“Lo.. Lo yakin waktu gue pingsan Rio langsung ada di tempat kejadian?” Tanya Shilla.

“Ya! Gue nggak bohong.” Jawab Debo. Ia merasa aneh dengan pertanyaan Shilla.

“Kalo gitu, gue mau ketemu dia.” Kata Shilla tiba-tiba yang membuat Debo membelakakan matanya.

Bertemu Rio? Tanyanya dalam hati.

***

Pagi-pagi sekali Ify sudah menampakkan diri di sekolah. Meski suhu badannya ia rasa kurang baik, tapi Ify memaksakan diri untuk sekolah. Di kelas yang baru dihuni lima orang termasuk dirinya, Ify duduk di bangkunya sambil melamun. Memikirkan kejadian-kejadian aneh yang telah ia alami bersama Rio.

Ada apa dengan kak Rio? Tanya Ify dalam hati. Baginya, Rio adalah cowok misterius yang aneh. Sekalipun Ify nggak bisa menebak jalan pikiran Rio. Terutama jenis perasaan apa yang sebenarnya Rio rasakan padanya.

Setelah lima belas menit dalam kesendirian, baru muncul suara khas Sivia. Ify tersenyum melihat sahabatnya tampak ceria seperti biasanya. Seharusnya ia juga ikutan ceria karena sahabatnya sedang ceria.

“Nah lho? Sekarang lagi ngelamunin apa?” Tanya Sivia penuh selidik.

Ify tersenyum hambar. “Gue lagi ngelamunin Video gue sama Kak Rio yang direkam Kak Dayat dua hari yang lalu, sewaktu gue diajak jalan-jalan sama Kak Rio.” Ucap Ify.

Wajah Sivia memucat mendengar penjelasan Ify. Sivia yang tau semua tentang Rio pasti bisa menebak apa yang membuat Ify bingung setengah mati. Tentu ada hubungannya dengan Video itu.

“Waktu gue buka video itu, gue kaget sekali. Di video itu nggak ada Kak Rio. Yang ada hanya gue yang sedang tersenyum nggak jelas. Vi, apa maksudnya ini?”

Sivia mencoba menenangkan dirinya dan menahan diri agar nggak keceplosan membongkar rahasia Rio, siapa itu Rio dan mengapa cowok itu terlihat penuh misteri di sekolah ini.

“Lantas, masalahnya apa Vi?” Tanya Sivia.

Ify memukul jidatnya. “Lo ini gimana sih? Jelas-jelaslah masalah itu tentang video yang direkam Kak Dayat! Di video itu, dia ngerekam gue sama kak Rio. Tapi dari hasil rekamannya, ternyata kak Rio nggak ada! Cuma ada gue aja! Ngerti kan lo sekarang?”


Suara Ify yang mulanya lemah kini berubah menjadi keras. Nggak tau juga kenapa gadis lembut seperti Ify bisa jadi keras kayak gitu. Tapi, Sivia terlihat tenang-tenang saja.

“Ooo.. Kak Rio pergi kali waktu Kak Dayat ngerekam vid..”

Kamera Dayat tiba-tiba sudah ada di tangan Ify. Ify mencari file tempat penyimpanan video itu. Setelah ia temukan, Ify membukanya sehingga Sivia percaya kalo obrolannya kali ini sangat serius dan bukan main-main.

Sivia menelan ludahnya saat mendapai sosok Ify yang tengah tersenyum dan nggak tau kepada siapa senyuman itu ia berikan. Disana, wajah Ify terlihat ceria walau sedikit malu dan gugup. Kak Rio.. Sebentar lagi misteri ini akan terpecahkan, sebentar lagi tangis itu akan datang. Apa yang harus Via lakukan kak demi membuat Ify tetap tersenyum ketika waktu itu datang?

“Percaya lo sekarang?” Tanya Ify dengan suara agak rendah.

Sivia menatap Ify takut-takut. “I.. Iya..” Jawabnya singkat.

“Gue nggak ngerti, Vi dengan video itu. Kenapa di video itu nggak ada wujud kak Rio? Emangnya kak Rio itu hantu apa?”

Kalimat terakhir Ify membuat wajah Sivia menjadi pucat. Hantu? Sivia tertawa hambar. Tentu saja seorang hantu kalo kita rekam gambarnya ato kalo kita foto wujudnya nggak bisa kelihatan karena hantu itu tidak kasat mata. Jadi, apa benar Rio itu adalah hantu? Pastinya, Sivia tau apa jawabannya.

“Ntar gue mau bicara sama kak Rio.” Kata Ify.

Sivia jadi lega karena Ify berhenti membahas tentang video itu yang mengundang kesedihannya. Semoga nanti kak Rio mau menjelaskan semuanya pada Ify agar Ify tau kalo mereka mungkin nggak bisa bersatu...

***

Sepulang sekolah, Ify bertekad mencari Rio di kelasnya. Sebenarnya, Ify ingin mencari Rio pada jam istirahat. Tapi sayangnya, ia dilarang istirahat karena soal-soal matematika yang nggak bisa ia jawab. Pak Adit yang adalah guru matematikanya itu tidak mengizinkan muridnya istirahat sebelum berhasil mengerjakan sepuluh soal matematika yang sangat mematikan.

Di sampingnya, ada Debo yang wajahnya nampak mendung dan kelelahan. Mungkin Debo masih dendam sama Pak Adit dan soal-soalnya yang membuat ia muntah.

“Gila! Pak Adit kalo kasih soal sulitnya bukan main. Sungguh beruntung bagi manusia yang bisa menaklukan pelajaran mengerikan yang bernama matematika.” Kata Debo.

Ify tak bisa menahan senyumnya. Ucapan Debo tadi terlalu melebih-lebihkan alias lebay. “Hehe.. Nggak pulang?” Tanya Ify.

“Lo sendiri nggak pulang?” Debo balik nanya.

Belum saja Ify menjawab, HPnya bergetar. Pasti sms dari Shilla! Batin Debo. Bukannya Shilla ingin bertemu Rio?

“Fy, gue keluar dulu. Bye..” Kata Debo meninggalkan Ify.

Setelah kepergian Debo, Ify melanjutkan langkahnya menuju kelas Rio, yaitu 2IPA-1. Semoga kak Rio masih ada disana, Harap Ify. Namun, Ify merasa ada tangan yang menyentuh pundaknya. Sentuhan itu terasa lain. Sentuhan itu terasa transparan.

Ify membalikkan badannya. Matanya terbelalak menyadari tak ada siapa-siapa di belakangnya. Bulu kuduknya pun tiba-tiba saja merinding. Jangan-jangan hantu kali...

“Fy..”

Sebuah suara memanggilnya. Tapi Ify nggak tau dari arah mana suara itu berasal. Ify nggak bisa menebak darimana suara itu berasal.

“Fy..”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar