Part 19
.
.
.
Hawa dingin
menyerang tubuhnya yang hanya dibaluti jaket tipis. Ify merasakan suhu tubuhnya
tidak seperti biasa. Wajahnya pucat dan kepalanya sedikit pusing. Apa gue deman? Batin Ify. Selama ini ia
jarang sakit. Terakhir ia sakit saat ia duduk di kelas satu SMP. Tapi, kalo
batuk dan pilek sih sering-sering aja. Maksudnya sakit serius seperti demam,
panas atau tifus.
Pandangannya ia
edarkan ke jendela kamarnya. Di luar sana, langit mulai gelap. Bintang-bintang
siap untuk bermunculan, walau nggak banyak karena tempat ini bukan tempat yang
cocok untuk menikmati pancaran sinar bintang yang jika kita lihat dapat
menenangkan hati kita dari segala masalah yang kita alami.
Kak Rio lagi apa ya sekarang? Tanya Ify dalam hati. Tiba-tiba, ia teringat dengan
video yang direkam oleh kakaknya. Video yang aneh, namun nyata.
“Nggak. Nggak
mungkin! Mustahil banget di video itu nggak ada kak Rio. Pasti kak Rio ada! Gue
yakin kak Dayat cuma bohongan tadi.” Kata Ify.
Namun, tidak bisa
ia bantah bahwa video itu memang nyata! Ify merasa, momen-momen indah bersama
Rio kemarin hanya sebuah mimpi indah yang cepat berakhir. Bertemu dengan Rio
dan diajak pergi oleh Rio terasa tidak nyata. Namun ciuman itu baginya sangat nyata
karena masih membekas di bibirnya.
“Fy..”
Pintu kamarnya
terbuka. Mama masuk ke dalam kamarnya sembari tersenyum. Nella, nama Ibunda Ify
itu mengelus-elus rambut putrinya yang sudah panjang.
“Mama..” Lirih Ify.
“Kamu kenapa
sayang? Kamu lagi jatuh cinta? Siapa lelaki yang telah membuatmu jatuh cinta?”
Tanya Nella.
Ify tersenyum
sedih. Haruskah ia jelaskan semua ke Mama tentang Rio?
“Namanya Rio, ma.
Dia lelaki tampan yang baik hati, walau awalnya terkesan cuek. Tapi Ify sayang
banget sama Rio dan Ify nggak mau kehilangan Rio..” Jujur Ify.
Nella mangut-mangut
mendengar kejujuran putrinya. “Tadi kakakmu cerita ke Mama kalo kemarin kamu
ngobrol sendiri dan Mama sudah liat videonya tadi. Jujur, Mama kaget melihatmu
sendiri sambil tersenyum. Sepertinya kamu lagi banyak mendapat masalah.”
Bahkan Mamanya pun
yakin kalo ia kemarin pergi tanpa seseorang di sampingnya. Sama saja berarti ia
pergi bersama angin yang diam-diam menjaganya.
“Enggak, Ma.
Kemarin Ify pergi sama kak Rio. Kalo mama nggak percaya, mama tanya aja sama
kak Rio.” Kata Ify meyakinkan Nella.
Mama tersenyum. “Ya
sudah. Mama pengin ketemu sama pangeranmu itu. Kapan-kapan ajak dia main kesini
ya..” Ucapnya yang sukses membuat pipi Ify memerah saking malunya.
“Pasti, Ma.” Dan semoga kak Rio mau gue ajak kesini.. Tambahnya
dalam hati.
***
“Lo..”
Jari telunjuknya
tengah mengarah pada sosok lelaki bernama Rio. Debo kaget bukan main. Mengapa
Rio bisa ada disini? Kemungkinan besar Rio telah mendengar rahasia Shilla.
“Ngapain lo disini?
Ngapain lo buat gadis itu pingsan? Ini semua ulah lo!” Bentak Rio garang.
Tunggu.. Tunggu!
Ini salah paham. Bukan ia yang telah membuat Shilla pingsan. Shilla pingsan
karena melihat sosok Adrian walau ia tak yakin Shilla mampu melihat sosok yang
telah meninggal.
“Jangan salah paham
dulu! Bukan gue yang buat Shilla pingsan!” Debo membela dirinya sendiri.
Rio tersenyum
sinis. “Bodoh! Lo emang bodoh!” Ucapnya lalu mendekati gadis yang Debo sebut
bernama Shilla.
Perlahan, Rio
mendekati Shilla. Walau dalam keadaan tidak sadar, Shilla tetap cantik. Rio
tersenyum melihat wajah yang sudah lama tidak dilihatnya. Anehnya, Debo sama
sekali nggak mencegah Rio untuk mendekati Shilla.
Tangan kanan Rio
beserta tangan kirinya saling bekerja sama untuk mengangkat tubuh Shilla. Yap!
Berhasil! Debo yang melihatnya sedikit tidak suka. Siapa Rio? Berani-beraninya
dia membopong Shilla?
“Gue nggak ada
maksud buat apa-apain gadis ini. Segera bawa pulang gadis ini.” Kata Rio yang
tiba-tiba saja menyerahkan Shilla ke tangan Debo.
Setelah itu, Rio
membalikkan badan dan berjalan meninggalkan Debo yang masih nggak mengerti apa
arti kedatangan Rio barusan. Dan.. sosok tubuh itu pun menghilang seiringan
dengan kegelapan malam yang mulai ada.
***
Baginya, sangat
berat membuka kelopak matanya. Namun, tenaga yang telah ia kumpulkan akhirnya
mampu menggerakkan kelopak matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah kumpulan
cahaya putih yang menyilaukan, lalu cahaya putih itu menghilang dan berubah
menjadi wajah seorang wanita cantik yang melihatnya dengan tatapan
kekhawatiran.
“Mama..” Lirihnya.
Setelah ia berhasil
mengumpulkan nyawanya, gadis yang adalah Shilla itu mencoba mengingat kejadian
apa yang membuatnya seperti ini. Dimulai sejak ia bertemu Debo, bercakap-cakap
dengan Debo, bercerita dengan Debo mengenai rahasianya dan...
“Kak Adrian..”
Tentu saja Shilla
masih mengingat nama itu. Dan ia tidak lupa kalo tadi jelas-jelas ia bertemu
dengan sosok Adrian yang membuatnya pingsan seperti ini. Shilla nggak tau
kenapa ia bisa melihat sosok yang sudah tiada itu. Mustahil penglihatannya
salah karena kalo sosok yang ia lihat itu bukan Adrian, ia tak akan pingsan
seperti ini.
Di sampingnya, ada
Debo yang terlihat cemas. Sama seperti Ibunya yang sedaritadi menungguinya
dengan penuh kesabaran. Shilla tersenyum lemah melihat wajah Debo yang nampak
kelelahan.
“Deb.. Tadi Shilla
liat wajah kak Adrian..” Ucap Shilla pelan.
Debo nggak habis
pikir mengapa Shilla bisa melihat sosok Adrian. Padahal, ia sama sekali nggak
melihat Adrian. Melainkan ia melihat sosok Rio yang tiba-tiba membentkanya
karena dikira ia yang membuat Shilla menjadi pingsan.
“Dimana Shilla? Gue
nggak lihat apapun.” Kata Debo.
Shilla bangkit
dibantu Ibunya kemudian ia duduk tegap. “Nggak! Emang beneran tadi gue lihat
kak Adrian. Tapi dengan wajah yang berbeda..”
Deg! Kalimat
terakhir Shilla membuat keringat dinginnya mulai beraksi. Debo sedikit
gemetaran. Tapi dengan wajah yang
berbeda.. Lantas, bagaimana sosok Adrian yang kata Shilla dengan wajah yang
berbeda?
“Deb, Kak Adrian
sebenarnya nggak jelek. Dia adalah pangeran tampan yang mampu menaklukan hati
gadis manapun. Jujur, Shilla terpesona ketika melihat Kak Adrian dalam wujud
pangeran tampan yang membuat hati Shilla bahagia. Karena ketampanannya akhirnya
Shilla jadi pingsan..” Jelas Shilla.
Debo nggak bisa
menahan tawanya. Kalimat yang terakhir Shilla ucapkan terlalu berlebihan. Debo
yakin sekali Shilla mengada-ngada.
“Terserah lo Deb
kalo ini emang lucu.” Kata Shilla sedikit kesal.
“Hehe.. Iya Shill..
Hehe.. Tapi masuk akal juga kok. Mana ada cewek yang nggak langsung pingsan
kalo bertemu cowok ganteng dan keren? Gue jadi curiga nih. Jangan-jangan dulu
lo pingsan lagi waktu lo liat gue..”
Giliran Shilla yang
tertawa. Debo ada-ada aja! Siapa bilang
wajah Debo ganteng? Canda Shilla dalam hati.
“Tapi Shill, gue
nggak bisa bayangkan gimana wajah tampan kak Adrian. Dan lo kok tau sosok yang
lo liat itu adalah kak Adrian? Soalnya, waktu lo pingsan, teman gue yang
bernama Rio tiba-tiba aja udah di hadapan gue, dan memarahi gue karena dikira
gue yang membuat lo pingsan.” Kata Debo.
Shilla terdiam.
Tampaknya gadis itu sedang mencerna kata demi kata yang diucapkan Debo tadi.
“Ng.. Rio?” Tanya
Shilla akhirnya.
Debo mengangguk.
“Ya. Rio. Nama lengkapnya Rivano Gabril. Dia murid baru yang berlagak penuh
misteri. Tapi hatinya telah ditaklukan oleh seorang gadis bernama Alyssa
Sifyla.” Jelasnya.
“Lo.. Lo yakin
waktu gue pingsan Rio langsung ada di tempat kejadian?” Tanya Shilla.
“Ya! Gue nggak
bohong.” Jawab Debo. Ia merasa aneh dengan pertanyaan Shilla.
“Kalo gitu, gue mau
ketemu dia.” Kata Shilla tiba-tiba yang membuat Debo membelakakan matanya.
Bertemu Rio? Tanyanya dalam hati.
***
Pagi-pagi sekali
Ify sudah menampakkan diri di sekolah. Meski suhu badannya ia rasa kurang baik,
tapi Ify memaksakan diri untuk sekolah. Di kelas yang baru dihuni lima orang
termasuk dirinya, Ify duduk di bangkunya sambil melamun. Memikirkan
kejadian-kejadian aneh yang telah ia alami bersama Rio.
Ada apa dengan kak Rio? Tanya Ify dalam hati. Baginya, Rio adalah cowok
misterius yang aneh. Sekalipun Ify nggak bisa menebak jalan pikiran Rio.
Terutama jenis perasaan apa yang sebenarnya Rio rasakan padanya.
Setelah lima belas
menit dalam kesendirian, baru muncul suara khas Sivia. Ify tersenyum melihat
sahabatnya tampak ceria seperti biasanya. Seharusnya ia juga ikutan ceria
karena sahabatnya sedang ceria.
“Nah lho? Sekarang
lagi ngelamunin apa?” Tanya Sivia penuh selidik.
Ify tersenyum
hambar. “Gue lagi ngelamunin Video gue sama Kak Rio yang direkam Kak Dayat dua
hari yang lalu, sewaktu gue diajak jalan-jalan sama Kak Rio.” Ucap Ify.
Wajah Sivia memucat
mendengar penjelasan Ify. Sivia yang tau semua tentang Rio pasti bisa menebak
apa yang membuat Ify bingung setengah mati. Tentu ada hubungannya dengan Video
itu.
“Waktu gue buka
video itu, gue kaget sekali. Di video itu nggak ada Kak Rio. Yang ada hanya gue
yang sedang tersenyum nggak jelas. Vi, apa maksudnya ini?”
Sivia mencoba
menenangkan dirinya dan menahan diri agar nggak keceplosan membongkar rahasia
Rio, siapa itu Rio dan mengapa cowok itu terlihat penuh misteri di sekolah ini.
“Lantas, masalahnya
apa Vi?” Tanya Sivia.
Ify memukul
jidatnya. “Lo ini gimana sih? Jelas-jelaslah masalah itu tentang video yang
direkam Kak Dayat! Di video itu, dia ngerekam gue sama kak Rio. Tapi dari hasil
rekamannya, ternyata kak Rio nggak ada! Cuma ada gue aja! Ngerti kan lo
sekarang?”
Suara Ify yang
mulanya lemah kini berubah menjadi keras. Nggak tau juga kenapa gadis lembut
seperti Ify bisa jadi keras kayak gitu. Tapi, Sivia terlihat tenang-tenang
saja.
“Ooo.. Kak Rio
pergi kali waktu Kak Dayat ngerekam vid..”
Kamera Dayat
tiba-tiba sudah ada di tangan Ify. Ify mencari file tempat penyimpanan video
itu. Setelah ia temukan, Ify membukanya sehingga Sivia percaya kalo obrolannya
kali ini sangat serius dan bukan main-main.
Sivia menelan
ludahnya saat mendapai sosok Ify yang tengah tersenyum dan nggak tau kepada
siapa senyuman itu ia berikan. Disana, wajah Ify terlihat ceria walau sedikit
malu dan gugup. Kak Rio.. Sebentar lagi
misteri ini akan terpecahkan, sebentar lagi tangis itu akan datang. Apa yang
harus Via lakukan kak demi membuat Ify tetap tersenyum ketika waktu itu datang?
“Percaya lo
sekarang?” Tanya Ify dengan suara agak rendah.
Sivia menatap Ify
takut-takut. “I.. Iya..” Jawabnya singkat.
“Gue nggak ngerti,
Vi dengan video itu. Kenapa di video itu nggak ada wujud kak Rio? Emangnya kak
Rio itu hantu apa?”
Kalimat terakhir
Ify membuat wajah Sivia menjadi pucat. Hantu? Sivia tertawa hambar. Tentu saja
seorang hantu kalo kita rekam gambarnya ato kalo kita foto wujudnya nggak bisa
kelihatan karena hantu itu tidak kasat mata. Jadi, apa benar Rio itu adalah
hantu? Pastinya, Sivia tau apa jawabannya.
“Ntar gue mau
bicara sama kak Rio.” Kata Ify.
Sivia jadi lega
karena Ify berhenti membahas tentang video itu yang mengundang kesedihannya. Semoga nanti kak Rio mau menjelaskan
semuanya pada Ify agar Ify tau kalo mereka mungkin nggak bisa bersatu...
***
Sepulang sekolah,
Ify bertekad mencari Rio di kelasnya. Sebenarnya, Ify ingin mencari Rio pada
jam istirahat. Tapi sayangnya, ia dilarang istirahat karena soal-soal
matematika yang nggak bisa ia jawab. Pak Adit yang adalah guru matematikanya
itu tidak mengizinkan muridnya istirahat sebelum berhasil mengerjakan sepuluh
soal matematika yang sangat mematikan.
Di sampingnya, ada
Debo yang wajahnya nampak mendung dan kelelahan. Mungkin Debo masih dendam sama
Pak Adit dan soal-soalnya yang membuat ia muntah.
“Gila! Pak Adit
kalo kasih soal sulitnya bukan main. Sungguh beruntung bagi manusia yang bisa
menaklukan pelajaran mengerikan yang bernama matematika.” Kata Debo.
Ify tak bisa
menahan senyumnya. Ucapan Debo tadi terlalu melebih-lebihkan alias lebay.
“Hehe.. Nggak pulang?” Tanya Ify.
“Lo sendiri nggak
pulang?” Debo balik nanya.
Belum saja Ify
menjawab, HPnya bergetar. Pasti sms dari
Shilla! Batin Debo. Bukannya Shilla ingin bertemu Rio?
“Fy, gue keluar
dulu. Bye..” Kata Debo meninggalkan Ify.
Setelah kepergian
Debo, Ify melanjutkan langkahnya menuju kelas Rio, yaitu 2IPA-1. Semoga kak Rio masih ada disana, Harap
Ify. Namun, Ify merasa ada tangan yang menyentuh pundaknya. Sentuhan itu terasa
lain. Sentuhan itu terasa transparan.
Ify membalikkan
badannya. Matanya terbelalak menyadari tak ada siapa-siapa di belakangnya. Bulu
kuduknya pun tiba-tiba saja merinding. Jangan-jangan
hantu kali...
“Fy..”
Sebuah suara
memanggilnya. Tapi Ify nggak tau dari arah mana suara itu berasal. Ify nggak
bisa menebak darimana suara itu berasal.
“Fy..”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar