expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 25 )



Part 25

.

.

.

“Ify..”

Sivia hendak mengambil ancang-ancang untuk mengusir cowok yang telah membuat Ify menjadi seperti ini. Tapi karena melihat wajah Rio yang tidak biasa, Sivia mengurungkan niatnya. Ditambah lagi Alvin yang menahannya untuk tidak memarahi Rio. Mungkin Rio punya maksud lain sehingga cowok itu memarahi Ify.

Sementara Ify, gadis itu tersenyum melihat kedatangan Rio. Jujur, ia tidak marah ataupun benci dengan Rio. Membenci Rio sama saja menyakiti hatinya.

“Mau apa lo kesini?” Tanya Sivia.

“Gue mau bicara sama Ify.” Jawab Rio.

Sivia sedikit curiga dengan Rio. Ia melirik Ify. Yang dilirik mengangguk pertanda menerima permintaan Rio. Ify menyuruh Sivia dan lainnya keluar dari kamarnya agar ia dan Rio bisa bicara empat mata dan nggak di dengar yang lain. Sivia mengangguk berat walau ia takut meninggalkan Ify berdua bersama Rio.

Kini, tinggal Ify dan Rio. Sivia dan lainnya telah pergi dari kamarnya. Ify mencoba untuk duduk. Ia bosan berbaring terus. Dengan gesit, Rio membantunya agar ia bisa duduk.

“Thanks kak..” Kata Ify.

Di luar sana, Sivia terus mengawasi Rio. Takut-takut kalo ada hal buruk menimpa sahabatnya itu. Awas kalo lo buat sahabat gue sedih lagi! Gue nggak bakal maafin lo! Ancam Sivia dalam hati.

“Ng.. Fy..” Rio tampak ragu melanjutkan ucapannya. “Ng.. Maafin gue ya soal kemarin.. Gue..”

Ify memotong ucapan Rio. “Udahlah kak. Kak Rio nggak salah. Masalah kemarin jangan dibahas.” Kata Ify. Seakan-akan kejadian dua hari yang lalu itu ia anggap tidak pernah terjadi dalam hidupnya.

“Lo.. Lo nggak benci sama gue?” Tanya Rio.

Yang ditanya malah tertawa. “Enggak lah kak. Apapun yang kak Rio lakukan ke Ify, meski itu buruk, Ify nggak akan membenci kak Rio. Karena Ify sayang sama Kak Rio..”

Ucapan terakhir Ify membuat dada Rio ngilu. Ify, gadis itu sangat mencintainya dan nggak bisa membencinya. Rio merasa sangat bersalah pada Ify. Tuhan.. Andaikan aku bisa membahagiakannya... Batin Rio sedih.

“Kak, kenapa kak Rio nggak suka dengar nama Kak Adrian?” Tanya Ify tiba-tiba.

Rio terdiam dan lama tidak bicara. Akhirnya, Ify yang bicara karena lelah menunggu jawaban Rio. “Padahal, kak Adrian adalah anak laki-laki yang hebat. Ify salut sama dia kak. Ify nggak bisa bayangkan gimana kalo Ify ada di posisi kak Adrian. Sayangnya, ketika orang-orang mulai menyayanginya, kak Adrian udah nggak ada. Apa ini yang dinamakan takdir Tuhan?”

Sebisa mungkin Rio menahan emosinya. Ia tidak ingin kelepasan seperti kemarin, dan ia nggak mau membuat Ify menderita lagi. Tidak ingin!

“Maafkan gue Fy. Gue selalu kelepasan kalo ada orang yang bicarain Adrian..” Kata Rio.

“Ohya? Kalo boleh Ify tau, apa alasan kak Rio benci sama kak Adrian?” Tanya Ify.

Tentu saja Rio nggak bisa menjawab sekarang. “Lo akan tau Fy. Sekarang, jangan bahas tentang Adrian lagi. Gue mohon..”

Ify mengangguk walau ingin sekali tau apa alasan Rio tidak suka dengan Adrian. Bahkan sangat membenci Adrian. Apa kak Rio sahabat dekat kak Adrian? Atau musuh barangkali? Ify nggak berani menanyakan tentang itu.”

“Fy..”

Tanpa Ify sadari, Rio sudah duduk disampingnya. Ify menjadi nyaman berada di samping Rio. Yang membuat dadanya berdebar-debar tak karuan, dengan eratnya Rio menggenggam tangannya yang dingin. Seakan-akan tangan yang menggenggam itu nggak mau terpisah dari yang digenggamnya.

“Mereka so sweet ya..” Kata Shilla dengan suara yang nyaris tak di dengar. Namun, Gabriel bisa mendengar suara Shilla karena jaraknya dengan Shilla sangat dekat.

“Lo mau seperti mereka?” Tanya Gabriel yang membuat kedua pipi Shilla memerah.

Gabriel. Seorang cowok yang tiba-tiba hadir di dalam hidupnya. Seingatnya, Gabriel adalah kakak kelasnya yang sering membantunya dalam berbagai hal. Gabriel cowok yang baik. Karena itulah, saat ia masih berpacaran dengan Debo, Debo nggak curiga dengan Gabriel karena Debo tau Gabriel adalah cowok yang baik nggak seperti cowok lain yang diam-diam berusaha menghancurkan hubungannya dengan Shilla.

“Kak Rio..”

Kepalanya ia jatuhkan di atas pundak Rio. Rio tersenyum melihat tingkah Ify yang baginya terlihat manja. Dieratkannya genggamannya agar hatinya semakin tenang dan nggak merasa telah berpisah dengan gadis itu.

“Kak.. Ify nggak peduli apakah kak Rio marah atau benci sama Ify. Kak Rio boleh-boleh aja membenci Ify dan suka bentak Ify. Asalkan..” Ify terdiam sesaat. Membuat Rio penasaran. “Asalkan... Kak Rio nggak meninggalkan Ify. Ify nggak mau berpisah dengan kak Rio. Cinta sejati Ify adalah kak Rio, bukan cowok lain. Karena itu, Ify mohon sama kak Rio agar kak Rio selalu ada di samping Ify. Dan jangan pernah sekali-sekali meninggalkan Ify..”

Dadanya terasa sesak mendengar ucapan Ify yang baginya sangat menyesekkan. Rio ingin menangis. Ingin sekali. Cowok itu pun menangis sambil memeluk erat tubuh Ify.

“Ify juga nggak boleh tinggalin Rio..” Bisik Rio yang terdengar lembut di telinga Ify.

Sivia yang melihatnya langsung menangis. Karena tidak tahan, gadis itu berlari meninggalkan pintu luar kamar Ify. Menyadari hal itu, Alvin segera mengejar Sivia.

“Via!”

Alvin menarik tangan Sivia. Membuat langkah gadis itu terhenti. Sivia menoleh ke arah Alvin yang terihat panik dank khawatir.

“Lo kenapa Vi? Cerita sama Alvin.” Kata Alvin penuh perhatian.

Dan.. Sivia pun menceritakan sebuah rahasia yang selama ini dijaganya. Yang berhubungan dengan Rio. Sivia nggak peduli jika Rio marah dengannya. Ia yakin sekali, Alvin akan menjaga rahasia itu.

***

“Debo!” Seru Gabriel melihat wajah lesu Debo yang baru saja keluar dari rumah Ify.

Gabriel diikuti Shilla di belakangnya mendekati Debo yang terlihat cemburu. Siapa lagi kalo bukan karena mesranya Rio dan Ify?

“Gue tau lo cemburu. Tapi, biarkan mereka bahagia.” Kata Gabriel.

Debo mencoba untuk tersenyum, walau rasanya berat untuk melakukan. “Thanks bro. Gue akan berusaha melupakan Ify dan mencari gadis lain. Ohya, congrat ya buat kalian berdua.” Ucapnya lalu meninggalkan Gabriel dan Shilla yang saling pandang memandang.

***

Di pinggir kolam renang, Shilla menenggelamkan kedua kakinya ke dalam air kolam yang dingin. Entah mengapa, gadis cantik itu gelisah. Sejak kemarin, pikirannya selalu dibayang-bayangi dengan sesosok cowok bernama Gabriel.

Apa gue suka sama kak iel? Tanya Shilla dalam hati.

Sejak kejadian di rumah Ify, hatinya mulai merasakan perasaan yang sulit untuk ia terjemahkan. Melihat Ify bahagia dengan Rio, Shilla seperti ingin merasakann indahnya kebahagiaan itu.

Dulu, ia pernah merasakannya ketika ia menjadi kekasih Debo. Tapi, itu dulu. Bukan sekarang. Shilla mulai bisa melupakan Debo karena memang cowok itu harus dilupakannya.

“Sedang memikirkan apa tuan putri yang cantik ini?”

Shilla terhenyak mendengar suara itu. Suara yang ia yakini adalah suara Gabriel. Mendadak jantung Shilla berdebar-debar tatkala Gabriel sudah duduk di sampingnya. Gabriel mengikuti kegiatannya yang menenggelamkan kaki ke dalam kolam renang.

“Kenapa kak iel bisa ada disini?” Tanya Shilla heran.

Yang ditanya tertawa. “Lo ingat Shill, waktu lo lagi kesal gara-gara marahan sama Debo, gue yang selalu menemani lo dan memberikan lo masukan agar lo nggak kesal lagi. Lo lupa ya? Gabriel Putra Sanders selalu ada buat Ashilla Yanuar Destyka di saat si Destyka sedang galau, kesal, bingung, marah dan lain-lain.” Ucapnya.

Giliran Shilla tertawa. “Bilang aja lo suka gue. Ya kan? Lo mau nembak gue kan? Ayo ngaku! Mana ada satupun cowok yang nggak tahan dengan kecantikan Ashilla Yanuar Destyka..” Ucapnya.

Gabriel langsung memeluk tubuh Shilla. Shilla hanyut dalam pelukan hangat itu. Ya, ia akui. Ia telah jatuh cinta dengan Gabriel. Walau Gabriel bukan cinta pertamanya, tapi ia yakin sekali Gabriel adalah cinta terakhirnya. Semoga.

“I love you kak..” Kata Shilla beriringan dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat sana.

***

Pagi yang lumayan cerah ini tiba-tiba dikejutkan oleh cerita Sivia yang jika di gunakan dengan akal sehat, cerita itu nggak masuk akal. Debo yang telah mendengar cerita Sivia sekaligus rahasia Sivia tidak seratus persen percaya.

“Lo yakin Vi?” Tanya Debo nggak percaya.

Sivia mengangguk sangat yakin. Sorry Yo, gue bongkar rahasia yang elo ceritakan ke gue. Maafin gue Yo.. Sudah ada dua orang yang tau siapa Rio itu sebenarnya. Pertama Alvin, kedua Debo.

“Vi, cerita lo nggak masuk akal.” Kata Debo.

Baginya, cerita itu hanya ada di dunia dongeng dan mustahil terjadi di dunia nyata. Tapi nyatanya, hal yang mustahil itu dapat terjadi dalam kehidupan nyata.

“Gue nggak bohong Deb. Jujur, gue merasa bersalah sama kak Rio. Tapi..”

“Gue harus minta maaf ke dia.” Kata Debo memotong ucapan Sivia.

Sivia tersenyum. Sepertinya Debo mulai percaya dengan apa yang ia ceritakan. “Ya Deb. Sebelum semuanya terlambat. Gue yakin kak Rio mau maafin semua kesalahan lo yang dulu pernah lo lakukan padanya. Dan gue yakin sekali kak Rio sudah maafin lo sebelum semuanya terjadi.” Ucapnya.

Tiba-tiba wajah Sivia berubah menjadi sedih. Ia teringat dengan Ify. Sivia yakin sekali saat ini Ify sedang bahagia bersama Rio. Tapi, akankah kebahagiaan itu bisa abadi?

“Lo kenapa Vi?” Tanya Debo melihat perubahan wajah Sivia.

“Gue.. Gue keinget Ify.” Jawabnya sedih.

Debo ikutan bersedih. “Apakah takdirnya harus begini Vi? Apa boleh kita mengubah takdir Tuhan?” Tanyanya.

 Yang ditanya menggeleng lemah.

“Nggak ada satupun yang bisa mengubah takdir Tuhan.” Jawabnya sedih. Lalu Sivia menatap cowok di depannya dengan penuh harapan besar. “Deb, gue harap lo bisa mengganti posisi Rio di hati Ify..” Sambungnya.

***

Malam hari yang indah. Rio mengajak Ify jalan-jalan mengelilingi Jakarta pada waktu malam hari. Baru kali ini Ify menyaksikan Ibu Kota yang diselimuti kegelapan malam. Namun, cahaya dari lampu-lampu membuat Jakarta tidaklah gelap. Melainkan semakin indah.

Seperti biasa, Rio berjalan sambil merangkul Ify. Ify hangat dalam rangkulan itu. Dan jantungnya berdebar-debar merasakan hangatnya rangkulan dari Rio.

Tepat di sebuah bangku panjang, Rio mengajak Ify duduk disana. Angin malam membuat pasangan itu terlihat romantis. Bintang-bintang yang bertebaran di atas sana tersenyum malu menyaksikan pasangan yang sedang bahagia dalam bingkaian cinta.

“Fy, maukah kau menjadi kekasihku?” Tanya Rio.

Ify tersenyum malu. Bukankah ini sangat romantis?

“Iya kak, Ify mau.” Jawabnya. Apa gue sudah menjadi kekasih kak Rio? Batinnya senang.

Rio pun memeluk tubuh Ify. Saking bahagianya, ia melupakan sesuatu. Sesuatu yang sebentar lagi akan menghancurkan kebahagiaan itu. Dan sesuatu itu akan terjadi dalam waktu dekat ini.

Setelah Rio melepaskan pelukannya, ia duduk di samping Ify dan memandangi wajah cantik Ify yang malu serta bahagia. Lo cantik Fy, cantik.. Nggak ada satupun bidadari yang bisa nandingin kecantikan lo..

“Cinta memang indah.” Kata Rio pelan sambil beralih menatap langit biru tua yang tenang.

“Iya. Cinta memang indah. Tapi, nggak selamanya cinta itu indah.” Sambung Ify.

Rio terdiam lantas memejamkan mata. Berusaha merasakan kebahagiaan yang semu ini. Lalu, digenggamnya tangan Ify. Hatinya pun menjadi tenang saat tangannya menyentuh tangan Ify.

“Kak, berjanjilah. Jangan pernah tinggalin Ify. Ify nggak tau harus bagaimana kalo kak Rio tinggalin Ify. Ify lebih suka kak Rio benci Ify daripada tinggalin Ify.” Kata Ify. Entah mengapa gadis itu merasakan sesuatu yang ganjil sejak tadi Rio menjemputnya.

“Kamu jangan bicara hal itu, Fy. Aku janji nggak akan tinggalin kamu.” Jawab Rio seraya mengeratkan genggaman tangannya.

Namun, hati Ify menjadi tidak tenang. Ia merasa bahwa dirinya tidak dapat lagi melihat senyuman manis itu. Tiba-tiba, air matanya turun membasahi pipinya. Ify menangis.

“Kak.. Ify takut kak kalo kak Rio tinggalin Ify..” Tangis Ify.

Rangkulannya itu ia ubah menjadi sebuah pelukan. Rio memeluk Ify dengan erat. Ia tak ingin gadis itu menangis. Ia ingin gadis itu tenang dalam pelukannya.

“Aku nggak akan tinggalin kamu Fy.. Nggak akan..” Lirih Rio. Berharap Ify memberhentikan tangisnya dan berubah menjadi tawa.

Malam yang semakin dingin itu seakan merasakan kesedihan dan ketidaktenangan yang dialami Ify. Bintang-bintang yang tadi jumlahnya banyak kini menjadi sedikit karena ditutupi awan hitam. Angin yang bertiup tenang berubah menjadi kencang. Sepertinya badai akan datang. Hawa dingin masuk ke dalam tulang rusuknya. Namun, pelukan hangat dari Rio tidak mampu mengalahkan dinginnya angin itu.

Kedua matanya ia pejamkan, hingga ia tertidur di dalam pelukan hangat itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar