Part 25
.
.
.
“Ify..”
Sivia hendak
mengambil ancang-ancang untuk mengusir cowok yang telah membuat Ify menjadi
seperti ini. Tapi karena melihat wajah Rio yang tidak biasa, Sivia mengurungkan
niatnya. Ditambah lagi Alvin yang menahannya untuk tidak memarahi Rio. Mungkin
Rio punya maksud lain sehingga cowok itu memarahi Ify.
Sementara Ify,
gadis itu tersenyum melihat kedatangan Rio. Jujur, ia tidak marah ataupun benci
dengan Rio. Membenci Rio sama saja menyakiti hatinya.
“Mau apa lo
kesini?” Tanya Sivia.
“Gue mau bicara
sama Ify.” Jawab Rio.
Sivia sedikit
curiga dengan Rio. Ia melirik Ify. Yang dilirik mengangguk pertanda menerima
permintaan Rio. Ify menyuruh Sivia dan lainnya keluar dari kamarnya agar ia dan
Rio bisa bicara empat mata dan nggak di dengar yang lain. Sivia mengangguk berat
walau ia takut meninggalkan Ify berdua bersama Rio.
Kini, tinggal Ify
dan Rio. Sivia dan lainnya telah pergi dari kamarnya. Ify mencoba untuk duduk.
Ia bosan berbaring terus. Dengan gesit, Rio membantunya agar ia bisa duduk.
“Thanks kak..” Kata
Ify.
Di luar sana, Sivia
terus mengawasi Rio. Takut-takut kalo ada hal buruk menimpa sahabatnya itu. Awas kalo lo buat sahabat gue sedih lagi!
Gue nggak bakal maafin lo! Ancam Sivia dalam hati.
“Ng.. Fy..” Rio
tampak ragu melanjutkan ucapannya. “Ng.. Maafin gue ya soal kemarin.. Gue..”
Ify memotong ucapan
Rio. “Udahlah kak. Kak Rio nggak salah. Masalah kemarin jangan dibahas.” Kata
Ify. Seakan-akan kejadian dua hari yang lalu itu ia anggap tidak pernah terjadi
dalam hidupnya.
“Lo.. Lo nggak
benci sama gue?” Tanya Rio.
Yang ditanya malah
tertawa. “Enggak lah kak. Apapun yang kak Rio lakukan ke Ify, meski itu buruk,
Ify nggak akan membenci kak Rio. Karena Ify sayang sama Kak Rio..”
Ucapan terakhir Ify
membuat dada Rio ngilu. Ify, gadis itu sangat mencintainya dan nggak bisa
membencinya. Rio merasa sangat bersalah pada Ify. Tuhan.. Andaikan aku bisa membahagiakannya... Batin Rio sedih.
“Kak, kenapa kak
Rio nggak suka dengar nama Kak Adrian?” Tanya Ify tiba-tiba.
Rio terdiam dan
lama tidak bicara. Akhirnya, Ify yang bicara karena lelah menunggu jawaban Rio.
“Padahal, kak Adrian adalah anak laki-laki yang hebat. Ify salut sama dia kak.
Ify nggak bisa bayangkan gimana kalo Ify ada di posisi kak Adrian. Sayangnya,
ketika orang-orang mulai menyayanginya, kak Adrian udah nggak ada. Apa ini yang
dinamakan takdir Tuhan?”
Sebisa mungkin Rio
menahan emosinya. Ia tidak ingin kelepasan seperti kemarin, dan ia nggak mau
membuat Ify menderita lagi. Tidak ingin!
“Maafkan gue Fy.
Gue selalu kelepasan kalo ada orang yang bicarain Adrian..” Kata Rio.
“Ohya? Kalo boleh
Ify tau, apa alasan kak Rio benci sama kak Adrian?” Tanya Ify.
Tentu saja Rio
nggak bisa menjawab sekarang. “Lo akan tau Fy. Sekarang, jangan bahas tentang
Adrian lagi. Gue mohon..”
Ify mengangguk
walau ingin sekali tau apa alasan Rio tidak suka dengan Adrian. Bahkan sangat
membenci Adrian. Apa kak Rio sahabat
dekat kak Adrian? Atau musuh barangkali? Ify nggak berani menanyakan
tentang itu.”
“Fy..”
Tanpa Ify sadari,
Rio sudah duduk disampingnya. Ify menjadi nyaman berada di samping Rio. Yang
membuat dadanya berdebar-debar tak karuan, dengan eratnya Rio menggenggam
tangannya yang dingin. Seakan-akan tangan yang menggenggam itu nggak mau
terpisah dari yang digenggamnya.
“Mereka so sweet ya..”
Kata Shilla dengan suara yang nyaris tak di dengar. Namun, Gabriel bisa
mendengar suara Shilla karena jaraknya dengan Shilla sangat dekat.
“Lo mau seperti
mereka?” Tanya Gabriel yang membuat kedua pipi Shilla memerah.
Gabriel. Seorang
cowok yang tiba-tiba hadir di dalam hidupnya. Seingatnya, Gabriel adalah kakak
kelasnya yang sering membantunya dalam berbagai hal. Gabriel cowok yang baik.
Karena itulah, saat ia masih berpacaran dengan Debo, Debo nggak curiga dengan
Gabriel karena Debo tau Gabriel adalah cowok yang baik nggak seperti cowok lain
yang diam-diam berusaha menghancurkan hubungannya dengan Shilla.
“Kak Rio..”
Kepalanya ia
jatuhkan di atas pundak Rio. Rio tersenyum melihat tingkah Ify yang baginya
terlihat manja. Dieratkannya genggamannya agar hatinya semakin tenang dan nggak
merasa telah berpisah dengan gadis itu.
“Kak.. Ify nggak
peduli apakah kak Rio marah atau benci sama Ify. Kak Rio boleh-boleh aja
membenci Ify dan suka bentak Ify. Asalkan..” Ify terdiam sesaat. Membuat Rio
penasaran. “Asalkan... Kak Rio nggak meninggalkan Ify. Ify nggak mau berpisah
dengan kak Rio. Cinta sejati Ify adalah kak Rio, bukan cowok lain. Karena itu,
Ify mohon sama kak Rio agar kak Rio selalu ada di samping Ify. Dan jangan
pernah sekali-sekali meninggalkan Ify..”
Dadanya terasa
sesak mendengar ucapan Ify yang baginya sangat menyesekkan. Rio ingin menangis.
Ingin sekali. Cowok itu pun menangis sambil memeluk erat tubuh Ify.
“Ify juga nggak
boleh tinggalin Rio..” Bisik Rio yang terdengar lembut di telinga Ify.
Sivia yang
melihatnya langsung menangis. Karena tidak tahan, gadis itu berlari
meninggalkan pintu luar kamar Ify. Menyadari hal itu, Alvin segera mengejar
Sivia.
“Via!”
Alvin menarik
tangan Sivia. Membuat langkah gadis itu terhenti. Sivia menoleh ke arah Alvin yang
terihat panik dank khawatir.
“Lo kenapa Vi?
Cerita sama Alvin.” Kata Alvin penuh perhatian.
Dan.. Sivia pun
menceritakan sebuah rahasia yang selama ini dijaganya. Yang berhubungan dengan
Rio. Sivia nggak peduli jika Rio marah dengannya. Ia yakin sekali, Alvin akan
menjaga rahasia itu.
***
“Debo!” Seru
Gabriel melihat wajah lesu Debo yang baru saja keluar dari rumah Ify.
Gabriel diikuti
Shilla di belakangnya mendekati Debo yang terlihat cemburu. Siapa lagi kalo
bukan karena mesranya Rio dan Ify?
“Gue tau lo
cemburu. Tapi, biarkan mereka bahagia.” Kata Gabriel.
Debo mencoba untuk
tersenyum, walau rasanya berat untuk melakukan. “Thanks bro. Gue akan berusaha
melupakan Ify dan mencari gadis lain. Ohya, congrat ya buat kalian berdua.”
Ucapnya lalu meninggalkan Gabriel dan Shilla yang saling pandang memandang.
***
Di pinggir kolam
renang, Shilla menenggelamkan kedua kakinya ke dalam air kolam yang dingin.
Entah mengapa, gadis cantik itu gelisah. Sejak kemarin, pikirannya selalu
dibayang-bayangi dengan sesosok cowok bernama Gabriel.
Apa gue suka sama kak iel? Tanya Shilla dalam hati.
Sejak kejadian di
rumah Ify, hatinya mulai merasakan perasaan yang sulit untuk ia terjemahkan.
Melihat Ify bahagia dengan Rio, Shilla seperti ingin merasakann indahnya
kebahagiaan itu.
Dulu, ia pernah
merasakannya ketika ia menjadi kekasih Debo. Tapi, itu dulu. Bukan sekarang.
Shilla mulai bisa melupakan Debo karena memang cowok itu harus dilupakannya.
“Sedang memikirkan
apa tuan putri yang cantik ini?”
Shilla terhenyak
mendengar suara itu. Suara yang ia yakini adalah suara Gabriel. Mendadak
jantung Shilla berdebar-debar tatkala Gabriel sudah duduk di sampingnya.
Gabriel mengikuti kegiatannya yang menenggelamkan kaki ke dalam kolam renang.
“Kenapa kak iel
bisa ada disini?” Tanya Shilla heran.
Yang ditanya
tertawa. “Lo ingat Shill, waktu lo lagi kesal gara-gara marahan sama Debo, gue
yang selalu menemani lo dan memberikan lo masukan agar lo nggak kesal lagi. Lo
lupa ya? Gabriel Putra Sanders selalu ada buat Ashilla Yanuar Destyka di saat
si Destyka sedang galau, kesal, bingung, marah dan lain-lain.” Ucapnya.
Giliran Shilla
tertawa. “Bilang aja lo suka gue. Ya kan? Lo mau nembak gue kan? Ayo ngaku!
Mana ada satupun cowok yang nggak tahan dengan kecantikan Ashilla Yanuar
Destyka..” Ucapnya.
Gabriel langsung
memeluk tubuh Shilla. Shilla hanyut dalam pelukan hangat itu. Ya, ia akui. Ia
telah jatuh cinta dengan Gabriel. Walau Gabriel bukan cinta pertamanya, tapi ia
yakin sekali Gabriel adalah cinta terakhirnya. Semoga.
“I love you kak..”
Kata Shilla beriringan dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat sana.
***
Pagi yang lumayan
cerah ini tiba-tiba dikejutkan oleh cerita Sivia yang jika di gunakan dengan
akal sehat, cerita itu nggak masuk akal. Debo yang telah mendengar cerita Sivia
sekaligus rahasia Sivia tidak seratus persen percaya.
“Lo yakin Vi?”
Tanya Debo nggak percaya.
Sivia mengangguk
sangat yakin. Sorry Yo, gue bongkar
rahasia yang elo ceritakan ke gue. Maafin gue Yo.. Sudah ada dua orang yang
tau siapa Rio itu sebenarnya. Pertama Alvin, kedua Debo.
“Vi, cerita lo
nggak masuk akal.” Kata Debo.
Baginya, cerita itu
hanya ada di dunia dongeng dan mustahil terjadi di dunia nyata. Tapi nyatanya,
hal yang mustahil itu dapat terjadi dalam kehidupan nyata.
“Gue nggak bohong
Deb. Jujur, gue merasa bersalah sama kak Rio. Tapi..”
“Gue harus minta
maaf ke dia.” Kata Debo memotong ucapan Sivia.
Sivia tersenyum.
Sepertinya Debo mulai percaya dengan apa yang ia ceritakan. “Ya Deb. Sebelum
semuanya terlambat. Gue yakin kak Rio mau maafin semua kesalahan lo yang dulu
pernah lo lakukan padanya. Dan gue yakin sekali kak Rio sudah maafin lo sebelum
semuanya terjadi.” Ucapnya.
Tiba-tiba wajah
Sivia berubah menjadi sedih. Ia teringat dengan Ify. Sivia yakin sekali saat
ini Ify sedang bahagia bersama Rio. Tapi, akankah kebahagiaan itu bisa abadi?
“Lo kenapa Vi?”
Tanya Debo melihat perubahan wajah Sivia.
“Gue.. Gue keinget
Ify.” Jawabnya sedih.
Debo ikutan bersedih.
“Apakah takdirnya harus begini Vi? Apa boleh kita mengubah takdir Tuhan?”
Tanyanya.
Yang ditanya menggeleng lemah.
“Nggak ada satupun
yang bisa mengubah takdir Tuhan.” Jawabnya sedih. Lalu Sivia menatap cowok di
depannya dengan penuh harapan besar. “Deb, gue harap lo bisa mengganti posisi
Rio di hati Ify..” Sambungnya.
***
Malam hari yang
indah. Rio mengajak Ify jalan-jalan mengelilingi Jakarta pada waktu malam hari.
Baru kali ini Ify menyaksikan Ibu Kota yang diselimuti kegelapan malam. Namun,
cahaya dari lampu-lampu membuat Jakarta tidaklah gelap. Melainkan semakin
indah.
Seperti biasa, Rio
berjalan sambil merangkul Ify. Ify hangat dalam rangkulan itu. Dan jantungnya
berdebar-debar merasakan hangatnya rangkulan dari Rio.
Tepat di sebuah
bangku panjang, Rio mengajak Ify duduk disana. Angin malam membuat pasangan itu
terlihat romantis. Bintang-bintang yang bertebaran di atas sana tersenyum malu
menyaksikan pasangan yang sedang bahagia dalam bingkaian cinta.
“Fy, maukah kau
menjadi kekasihku?” Tanya Rio.
Ify tersenyum malu.
Bukankah ini sangat romantis?
“Iya kak, Ify mau.”
Jawabnya. Apa gue sudah menjadi kekasih
kak Rio? Batinnya senang.
Rio pun memeluk
tubuh Ify. Saking bahagianya, ia melupakan sesuatu. Sesuatu yang sebentar lagi
akan menghancurkan kebahagiaan itu. Dan sesuatu itu akan terjadi dalam waktu
dekat ini.
Setelah Rio
melepaskan pelukannya, ia duduk di samping Ify dan memandangi wajah cantik Ify
yang malu serta bahagia. Lo cantik Fy,
cantik.. Nggak ada satupun bidadari yang bisa nandingin kecantikan lo..
“Cinta memang
indah.” Kata Rio pelan sambil beralih menatap langit biru tua yang tenang.
“Iya. Cinta memang
indah. Tapi, nggak selamanya cinta itu indah.” Sambung Ify.
Rio terdiam lantas
memejamkan mata. Berusaha merasakan kebahagiaan yang semu ini. Lalu,
digenggamnya tangan Ify. Hatinya pun menjadi tenang saat tangannya menyentuh
tangan Ify.
“Kak, berjanjilah.
Jangan pernah tinggalin Ify. Ify nggak tau harus bagaimana kalo kak Rio
tinggalin Ify. Ify lebih suka kak Rio benci Ify daripada tinggalin Ify.” Kata
Ify. Entah mengapa gadis itu merasakan sesuatu yang ganjil sejak tadi Rio
menjemputnya.
“Kamu jangan bicara
hal itu, Fy. Aku janji nggak akan tinggalin kamu.” Jawab Rio seraya mengeratkan
genggaman tangannya.
Namun, hati Ify
menjadi tidak tenang. Ia merasa bahwa dirinya tidak dapat lagi melihat senyuman
manis itu. Tiba-tiba, air matanya turun membasahi pipinya. Ify menangis.
“Kak.. Ify takut
kak kalo kak Rio tinggalin Ify..” Tangis Ify.
Rangkulannya itu ia
ubah menjadi sebuah pelukan. Rio memeluk Ify dengan erat. Ia tak ingin gadis
itu menangis. Ia ingin gadis itu tenang dalam pelukannya.
“Aku nggak akan
tinggalin kamu Fy.. Nggak akan..” Lirih Rio. Berharap Ify memberhentikan
tangisnya dan berubah menjadi tawa.
Malam yang semakin
dingin itu seakan merasakan kesedihan dan ketidaktenangan yang dialami Ify.
Bintang-bintang yang tadi jumlahnya banyak kini menjadi sedikit karena ditutupi
awan hitam. Angin yang bertiup tenang berubah menjadi kencang. Sepertinya badai
akan datang. Hawa dingin masuk ke dalam tulang rusuknya. Namun, pelukan hangat
dari Rio tidak mampu mengalahkan dinginnya angin itu.
Kedua matanya ia
pejamkan, hingga ia tertidur di dalam pelukan hangat itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar