expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 10 )



Part 10

.

.

.

Pintu kamarnya terbuka. Seorang wanita cantik setengah baya masuk ke dalam kamarnya. Melihatnya sedang memainkan laptop.

“Eh Mama, ada apa nyari Via?”

Mama tersenyum. “Tolong belikan Mama kecap botol sama telur. Soalnya persediaan telur sudah habis. Kalo nggak ada telur, besok makan apa?”

Begini ni, Sivia malas kalo di suruh beli telur atau apalah. Apalagi ini sudah malam. Hampir larut lagi. Ntar kalo dia di culik gimana? Kenapa nggak Papa aja yang disuruh beli?

“Besok aja deh belinya. Kan Mama butuh besok.” Kata Sivia yang tatapannya tak teralihkan dari layar laptopnya.

“Besok Mama nggak sempat beli. Tokonya kan belum buka pagi-pagi.”Jawab Mama.

Sivia cemberut. “Ya udah. Mana uangnya?”

***

Dalam perjalanan pulang, Sivia ngomel-ngomel terus. Pasalnya, toko langganan yang berada di dekat rumahnya tutup. Jadinya ia harus pergi ke toko yang lebih jauh. Yang lebih mahal pula. Tapi tak apa. Dosa juga kali kalo nggak nurutin perintah orangtua.

Ketika ia melewati sebuah rumah yang sedikit angker, bulu kuduknya merinding. Rumah tua yang bertahun-tahun tak berpenghuni yang kata orang banyak hantunya. Hiii... Sivia teringat mimpinya saat ia bertemu hantu aneh itu.

Tiba-tiba, sebuah bayangan hitam melintasinya. Hampir saja seplastik telur yang ia bawa jatuh kalo tangannya nggak kuat untuk membawanya. Siapa bayangan hitam itu? Jangan-jangan...

“Sstt..” Bisik seseorang yang sepertinya berada di belakangnya.

Sivia membalikkan badan dan menyadari ada sosok aneh yang sepertinya pernah ia lihat. Dia kan...

“Tolong, bantu aku..” Ucapnya.

Sivia menahan diri agar tidak teriak. “Kamu kan.. Kamu kan.. Hantu...”

Sesosok tubuh yang ia anggap sebagai hantu tiba-tiba saja berubah. Bukan. Sosok itu ternyata bukan hantu. Sosok itu adalah manusia pada umumnya. Tetapi terlihat aneh karena mengerikan jika dilihat.

“Hah? Kamu...”

***

KRING....

Bel istirahat pun berbunyi. Murid-murid bernafas lega. Akhirnya, pelajaran yang bikin otak pusing berakhir juga. Nggak heran, murid-murid itu langsung lari ke kantin. Demi mengobati perut yang kelaparan bukan main. Atau membahasi tenggorakan yang terasa sakit jika digunakan untuk menelan.

Sivia melihat Ify yang sibuk sendiri. Ia melihat Ify yang mengeluarkan kotak tupperware berwarna biru. Sepertinya, di dalam kotak biru itu ada sesuatu deh.

“Apa itu Fy?” Tanya Sivia penasaran.

Yang ditanya tersenyum. “Brownis buat Kak Rio. Kata Kak Dea, tadi kak Rio masuk.” Jawabnya.

Wajah Sivia memucat ketika mendengar nama ‘Rio’. Sialan! Batinnya. Kenapa harus gue? Kenapa? Ia teringat kemarin. Ketika ia bertemu dengan sosok yang merasukinya waktu itu. Dan ternyata sosok itu telah mengakui siapa dirinya dan sejarah hidupnya. Tapi sosok itu melarangnya untuk bercerita ke yang lainnya.

Sebelum Ify pergi, dia menatap Sivia. “Lo tau kalo Debo punya mantan bernama Shilla?” Tanyanya.

“Ashilla Yanuar Destyka.” Jawab Sivia yang membuat mata Ify terbelalak.

“Hah? Darimana lo tau nama panjang Shilla Ashilla Yanuar Destyka?” Tanya Ify penasaran.

Sivia tersenyum penuh misteri. Tentu ini ada hubungannya dengan masa lalu sosok yang menemuinya kemarin. Ashilla Yanuar Destyka....

***

“Lo tau, dulu, Shilla adalah cewek yang gue cintai. Sayangnya.. Sayangnya..”

Pelan-pelan Sivia mendengarkan cerita sosok dihadapannya yang mengaku sebagai Rian. Tentu Rian itu bukan nama aslinya. Cihh.. Kenapa pula pake nama palsu? Padahal ia sudah tau siapa nama asli sosok tersbut.

“Tunggu.. Tunggu! Nama lo kan bukan Rian.. Nama asli lo kan...”

“Rian nama asli gue!” Kata cowok itu tegas.

“Yaya.. Terserah lo..”

Hening sejenak. Lalu Rian melanjutkan ceritanya. “Lo pasti paham mengapa Shilla jijik sama gue dan memilih cowok lain yang lebih sempurna dan kaya dibanding gue.”

“Ya. Karena lo buruk kan? Lo terkena penyakit aneh yang nggak bisa diobati? Terus, ada urusan apa lo kesini? Kenapa lo rasuki gue dan bilang kalo lo ingin mencari cewek yang mencintai lo secara tulus?”

Rian tersenyum. Sungguh, Sivia hanyut dalam senyuman manis itu. Kini, Rian telah berubah menjadi sesosok cowok yang sangat tampan. Apalagi senyumannya yang terlihat manis.

“Ntar lo tau.” Jawabya misteri.

Sivia mencoba untuk nggak penasaran. “Terus, apakah Shilla masih hidup?” Tanyanya.

“Itu dia! Terakhir, dia putus sama cowok gara-gara dia dituduh selingkuh. Cowok itu marah dan memutusinya secara kasar. Jujur, gue sedih sekali. Alhasil, Shilla pergi jauh dan gue nggak tau dimana keberadaannya.” Jelas Rian.

“Hmmm.. Apakah Shilla benar-benar selingkuh?”

“Gue kurang tau. Tanya aja sama Debo.”

Sivia terenyak dan menatap Rian dengan tatapan heran. “Debo?” Tanyanya.

“Ya! Debo! Cinta pertama Ashilla Yanuar Destyka..”

***

Tiba di depan kelas 2IPA-1, wajah Ify tampak berseri-seri. Sungguh, ia rindu dengan Rio. Ia ingin sekali bicara akrab dengan Rio yang telah membuat hatinya ditumbuhi rasa cinta.

“Kak Rio?” Tebak Ify melihat Rio yang hendak masuk ke dalam kelas.

Rio menatap Ify tajam. Tatapan yang begitu menakutkan yang membuat bulu kuduk siapapun merinding dibuatnya. Ify balik menatap Rio. Tatapan keduanya bertemu. Kak Rio! Kakak cowok yang dulu bantu Ify waktu Ify kepeleset di tangga! Kenapa kak Rio nggak ngaku-ngaku? Jujur, Ify ngeri dengan tatapan itu. Tapi ia mencoba untuk menghilangkan segala rasa takutnya. Salah besar kalo ada orang yang mengatakan kalo dirinya nggak takut sama Rio.

“Nggak takut?” Tanya Rio yang membuat Ify cepat-cepat mengalihkan pandangan.

Rio menatap Ify yang sedang menatap arah lain. Gadis yang cantik, manis dan periang! Tiba-tiba Rio teringat dengan seorang gadis cantik berwajah putih yang menjadi cinta pertamanya.

Kembali Ify menatap Rio setelah berhasil mengontrol diri. “Ng.. Ini Ify bawakan kak Rio brownis buatan Ify. Ng.. Di ambil ya kak..”

Tupperware berwarna biru itu ia serahkan pada Rio. Sayangnya, Rio menolak. Cowok itu tersenyum sinis melihat makanan yang bisa membuatnya mual. Hah! Brownis! Ify yang merasa ditolak Rio berubah menjadi sedih dan malu.

“Ng.. Maaf ya kak.. Maaf..” Kata Ify.

Tak terasa, kedua mata Ify berkaca-kaca. Tampaknya, air mata siap untuk jatuh membasahi pipinya. Melihat hal itu, Rio merasa kasian. Maksud lo apa sih Yo? Gadis itu berniat baik! Ini kesempatan lo! Tapi Rio nggak yakin kalo gadis itu yang ia cari selama ini. Kembali ia teringat dengan sebuah kalimat membingungkan yang termasuk salah satu dari tiga syarat yang ia terima.

“Ya udah. Gue ambil.” Kata Rio akhirnya.

Ify tersenyum. Namun ia tau, Rio menerimanya dengan terpaksa. Biarlah.. Ia menyadari kalo dirinya emang nggak pantas buat Rio.

“Makasih ya kak..” Kata Ify.

“Seharusnya, gue yang mengucapkan terimakasih ke elo.” Jawab Rio yang membuat Ify kaget sekaligus senang.

Dari jarak yang cukup dekat, seorang cowok menatap pemandangan itu dengan tak suka. Kebencian yang hanya sedikit kini bertambah banyak.

Ify punya gue! Dan nggak ada satupun yang berhak menyentuhnya. Termasuk lo!

***

Dengan langkah yang teramat senang, Ify melangkah menuju kelasnya. Sesampai di kelas, teman-temannya memandang Ify dengan tatapan penuh tanda tanya. Ify kenapa tuh? Kok girang sekali?

“Ciee.. Lagi seneng nih..” Goda Sivia.

Ify tersenyum. “Yaiyalah Fy! Tadi, kak Rio mau nerima brownis gue. Sumpah Vi! Gue senang sekali..”

Jujur saja, Sivia senang melihat Ify bahagia. Hatinya ikut merasakan kebahagiaan. Namun, Sivia tidak setuju jika Rio adalah cowok yang dicintai Ify. Hal itu sama saja membuat Ify sedih tanpa berujung. Rio.. Kenapa harus cowok itu sih?

“Fy, lo lupa kalo Debo..”

“Via.. Via.. Gue dan Debo hanya bersahabat. Ingat. Hanya bersahabat. So please, jangan hubungkan nama Debo ke dalam masalah gue sama kak Rio..”

“Tapi Fy!” Hampir saja Sivia membocorkan suatu rahasia penting. Untungnya ia bisa menahan mulutnya agar tidak membocorkan rahasia itu. “Ke.. Kenapa harus Rio yang lo sukai? Kenapa? Lo yakin kalo lo benar-benar cinta sama Rio?”

“Ya! Kak Rio adalah pangeran yang di kirim Tuhan untuk gue. Kak Rio.. Gue yakin suatu hari nanti kami akan bersatu dalam ikatan cinta. Gue yakin itu.”

Ingin saja Sivia mengeluarkan air mata. Ingin sekali. Sungguh kasian jika Ify nyatanya benar-benar cinta sama Rio. Sivia nggak bisa membayangkan ke depannya. Dasar Rio! Lo kurang kerjaan sekali ganggu sahabat gue!

“Fy.. Mmm.. Misalnya.. Misalnya kalo kak Rio ninggalin elo gimana? Apa lo sedih?” Pancing Sivia.

Ify terdiam sesaat. Pikirannya belum sampai disana. “Via.. Gue yakin sekali.. Kalo kak Rio cinta sama gue, dia nggak bakal ninggalin gue.”

“Kalo dia mati tiba-tiba gimana?” Tanya Sivia.

Lama-lama Ify nggak nyaman dengan Sivia yang berbicara aneh-aneh mengenai soal Rio. “Udahlah Vi, lo jangan aneh-aneh bicaranya. Yang penting, lo harus doa’in gue agar kak Rio juga cinta sama gue.”

Sivia tersenyum sinis. “Kayak dia suka aja sama lo.”

***

Tujuannya semakin bulat untuk menyelidiki Rio. Cowok misterius yang membuatnya penasaran. Debo memutuskan untuk mengikuti Rio supaya ia tau dimana tempat cowok itu tinggal.

“Hah! Gue yakin rumahnya nggak jauh dari sekolah. Buktinya, dia nggak bawa kendaraan ke sekolah.” Kata Debo.

Tanpa sepengetahuan Rio, diam-diam Debo berjalan di belakang Rio. Jaraknya cukup jauh, namun tidak menyebabkan Debo kehilangan jejak Rio. Orang mengira Debo adalah maling yang ingin merampas barang-barang berharga milik Rio. Tapi Debo nggak peduli. Yang penting usahanya ini berjalan lancar.

Langkah kaki Rio yang terkesan misterius tiba-tiba saja berhenti. Hal ini membuat Debo terhenyak. Jangan-jangan.. Rio tau lagi kalo ada orang yang mengikutinya.

Mungkin, hari ini hari sial bagi Debo. Ia tertangkap basah karena telah mengikuti Rio diam-diam. Keringat dingin keluar membasahi tubuhnya. Bodoh! Lo bodoh Deb!

“Ada urusan apa lo sama gue?” Tanya Rio dingin.

Debo memberanikan diri untuk mengangkat kepala. “Gue.. Gue cuma ingin tau dimana lo tinggal. Makanya.. Gue.. Gue ngikutin lo diam-diam.” Jawab Debo jujur.

Rio berdecak. “Tidak sopan.” Ucapnya lalu membalikkan badan dan melanjutkan langkahnya.

“Woi!” Teriak Debo tiba-tiba yang sukses menyetopkan langkah Rio. “Jangan harap lo bisa dapetin Ify! Dan Ify nggak bakal suka sama lo! Ify milik gue dan lo nggak berhak buat dia suka sama elo!” Lanjutnya.

Kembali Rio membalikkan badan dan menatap Debo tajam. Tatapannya yang mengerikan membuat Debo menjadi serba salah. Rio lantas berjalan mendekati Debo.

“Terserah elo. Kalo lo suka Ify, tembak aja dia. Wajah tampan seperti lo nggak akan di tolak cewek manapun.” Kata Rio.

Deg! Sepertinya Debo mengenali kalimat itu. Wajah tampan seperti lo nggak akan di tolak cewek manapun. Nggak tau kenapa, aliran darah yang mengalir dalam tubuhnya seakan terhenti. Nafasnya kian sulit di atur. Debo merasa, dia nggak asing lagi dengan cowok dihadapannya ini.

Tapi...

Kemana Rio? Dimana cowok itu? Kenapa cowok itu tiba-tiba saja menghilang?

***

Baru saja Sivia pulang sekolah. Badannya letih sekali. Ia butuh istirahat. Mungkin ia akan tidur pulas sampai magrib. Ya! Dan akibatnya nggak bisa tidur malam.

Sivia membuka pintu kamarnya. Tak sabar ia merebahkan diri di atas kasurnya yang empuk. Namun.. Ketika ia berhasil membuka pintu kamarnya...

“Hah? Rian?”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar