Part 10
.
.
.
Pintu kamarnya
terbuka. Seorang wanita cantik setengah baya masuk ke dalam kamarnya.
Melihatnya sedang memainkan laptop.
“Eh Mama, ada apa
nyari Via?”
Mama tersenyum.
“Tolong belikan Mama kecap botol sama telur. Soalnya persediaan telur sudah
habis. Kalo nggak ada telur, besok makan apa?”
Begini ni, Sivia
malas kalo di suruh beli telur atau apalah. Apalagi ini sudah malam. Hampir
larut lagi. Ntar kalo dia di culik gimana? Kenapa nggak Papa aja yang disuruh
beli?
“Besok aja deh
belinya. Kan Mama butuh besok.” Kata Sivia yang tatapannya tak teralihkan dari
layar laptopnya.
“Besok Mama nggak
sempat beli. Tokonya kan belum buka pagi-pagi.”Jawab Mama.
Sivia cemberut. “Ya
udah. Mana uangnya?”
***
Dalam perjalanan
pulang, Sivia ngomel-ngomel terus. Pasalnya, toko langganan yang berada di
dekat rumahnya tutup. Jadinya ia harus pergi ke toko yang lebih jauh. Yang
lebih mahal pula. Tapi tak apa. Dosa juga kali kalo nggak nurutin perintah
orangtua.
Ketika ia melewati
sebuah rumah yang sedikit angker, bulu kuduknya merinding. Rumah tua yang
bertahun-tahun tak berpenghuni yang kata orang banyak hantunya. Hiii... Sivia
teringat mimpinya saat ia bertemu hantu aneh itu.
Tiba-tiba, sebuah
bayangan hitam melintasinya. Hampir saja seplastik telur yang ia bawa jatuh
kalo tangannya nggak kuat untuk membawanya. Siapa bayangan hitam itu?
Jangan-jangan...
“Sstt..” Bisik
seseorang yang sepertinya berada di belakangnya.
Sivia membalikkan
badan dan menyadari ada sosok aneh yang sepertinya pernah ia lihat. Dia kan...
“Tolong, bantu
aku..” Ucapnya.
Sivia menahan diri
agar tidak teriak. “Kamu kan.. Kamu kan.. Hantu...”
Sesosok tubuh yang
ia anggap sebagai hantu tiba-tiba saja berubah. Bukan. Sosok itu ternyata bukan
hantu. Sosok itu adalah manusia pada umumnya. Tetapi terlihat aneh karena
mengerikan jika dilihat.
“Hah? Kamu...”
***
KRING....
Bel istirahat pun
berbunyi. Murid-murid bernafas lega. Akhirnya, pelajaran yang bikin otak pusing
berakhir juga. Nggak heran, murid-murid itu langsung lari ke kantin. Demi
mengobati perut yang kelaparan bukan main. Atau membahasi tenggorakan yang
terasa sakit jika digunakan untuk menelan.
Sivia melihat Ify
yang sibuk sendiri. Ia melihat Ify yang mengeluarkan kotak tupperware berwarna
biru. Sepertinya, di dalam kotak biru itu ada sesuatu deh.
“Apa itu Fy?” Tanya
Sivia penasaran.
Yang ditanya
tersenyum. “Brownis buat Kak Rio. Kata Kak Dea, tadi kak Rio masuk.” Jawabnya.
Wajah Sivia memucat
ketika mendengar nama ‘Rio’. Sialan! Batinnya.
Kenapa harus gue? Kenapa? Ia teringat
kemarin. Ketika ia bertemu dengan sosok yang merasukinya waktu itu. Dan
ternyata sosok itu telah mengakui siapa dirinya dan sejarah hidupnya. Tapi
sosok itu melarangnya untuk bercerita ke yang lainnya.
Sebelum Ify pergi,
dia menatap Sivia. “Lo tau kalo Debo punya mantan bernama Shilla?” Tanyanya.
“Ashilla Yanuar
Destyka.” Jawab Sivia yang membuat mata Ify terbelalak.
“Hah? Darimana lo
tau nama panjang Shilla Ashilla Yanuar Destyka?” Tanya Ify penasaran.
Sivia tersenyum
penuh misteri. Tentu ini ada hubungannya dengan masa lalu sosok yang menemuinya
kemarin. Ashilla Yanuar Destyka....
***
“Lo tau, dulu, Shilla adalah cewek yang gue cintai.
Sayangnya.. Sayangnya..”
Pelan-pelan Sivia mendengarkan cerita sosok dihadapannya
yang mengaku sebagai Rian. Tentu Rian itu bukan nama aslinya. Cihh.. Kenapa
pula pake nama palsu? Padahal ia sudah tau siapa nama asli sosok tersbut.
“Tunggu.. Tunggu! Nama lo kan bukan Rian.. Nama asli lo
kan...”
“Rian nama asli gue!” Kata cowok itu tegas.
“Yaya.. Terserah lo..”
Hening sejenak. Lalu Rian melanjutkan ceritanya. “Lo
pasti paham mengapa Shilla jijik sama gue dan memilih cowok lain yang lebih
sempurna dan kaya dibanding gue.”
“Ya. Karena lo buruk kan? Lo terkena penyakit aneh yang
nggak bisa diobati? Terus, ada urusan apa lo kesini? Kenapa lo rasuki gue dan
bilang kalo lo ingin mencari cewek yang mencintai lo secara tulus?”
Rian tersenyum. Sungguh, Sivia hanyut dalam senyuman
manis itu. Kini, Rian telah berubah menjadi sesosok cowok yang sangat tampan.
Apalagi senyumannya yang terlihat manis.
“Ntar lo tau.” Jawabya misteri.
Sivia mencoba untuk nggak penasaran. “Terus, apakah
Shilla masih hidup?” Tanyanya.
“Itu dia! Terakhir, dia putus sama cowok gara-gara dia
dituduh selingkuh. Cowok itu marah dan memutusinya secara kasar. Jujur, gue
sedih sekali. Alhasil, Shilla pergi jauh dan gue nggak tau dimana
keberadaannya.” Jelas Rian.
“Hmmm.. Apakah Shilla benar-benar selingkuh?”
“Gue kurang tau. Tanya aja sama Debo.”
Sivia terenyak dan menatap Rian dengan tatapan heran.
“Debo?” Tanyanya.
“Ya! Debo! Cinta pertama Ashilla Yanuar Destyka..”
***
Tiba di depan kelas
2IPA-1, wajah Ify tampak berseri-seri. Sungguh, ia rindu dengan Rio. Ia ingin
sekali bicara akrab dengan Rio yang telah membuat hatinya ditumbuhi rasa cinta.
“Kak Rio?” Tebak
Ify melihat Rio yang hendak masuk ke dalam kelas.
Rio menatap Ify
tajam. Tatapan yang begitu menakutkan yang membuat bulu kuduk siapapun
merinding dibuatnya. Ify balik menatap Rio. Tatapan keduanya bertemu. Kak Rio! Kakak cowok yang dulu bantu Ify
waktu Ify kepeleset di tangga! Kenapa kak Rio nggak ngaku-ngaku? Jujur, Ify
ngeri dengan tatapan itu. Tapi ia mencoba untuk menghilangkan segala rasa
takutnya. Salah besar kalo ada orang yang mengatakan kalo dirinya nggak takut
sama Rio.
“Nggak takut?”
Tanya Rio yang membuat Ify cepat-cepat mengalihkan pandangan.
Rio menatap Ify
yang sedang menatap arah lain. Gadis yang cantik, manis dan periang! Tiba-tiba
Rio teringat dengan seorang gadis cantik berwajah putih yang menjadi cinta
pertamanya.
Kembali Ify menatap
Rio setelah berhasil mengontrol diri. “Ng.. Ini Ify bawakan kak Rio brownis
buatan Ify. Ng.. Di ambil ya kak..”
Tupperware berwarna
biru itu ia serahkan pada Rio. Sayangnya, Rio menolak. Cowok itu tersenyum
sinis melihat makanan yang bisa membuatnya mual. Hah! Brownis! Ify yang merasa
ditolak Rio berubah menjadi sedih dan malu.
“Ng.. Maaf ya kak..
Maaf..” Kata Ify.
Tak terasa, kedua
mata Ify berkaca-kaca. Tampaknya, air mata siap untuk jatuh membasahi pipinya.
Melihat hal itu, Rio merasa kasian. Maksud
lo apa sih Yo? Gadis itu berniat baik! Ini kesempatan lo! Tapi Rio nggak
yakin kalo gadis itu yang ia cari selama ini. Kembali ia teringat dengan sebuah
kalimat membingungkan yang termasuk salah satu dari tiga syarat yang ia terima.
“Ya udah. Gue
ambil.” Kata Rio akhirnya.
Ify tersenyum.
Namun ia tau, Rio menerimanya dengan terpaksa. Biarlah.. Ia menyadari kalo
dirinya emang nggak pantas buat Rio.
“Makasih ya kak..”
Kata Ify.
“Seharusnya, gue
yang mengucapkan terimakasih ke elo.” Jawab Rio yang membuat Ify kaget
sekaligus senang.
Dari jarak yang
cukup dekat, seorang cowok menatap pemandangan itu dengan tak suka. Kebencian
yang hanya sedikit kini bertambah banyak.
Ify punya gue! Dan nggak ada satupun yang berhak
menyentuhnya. Termasuk lo!
***
Dengan langkah yang
teramat senang, Ify melangkah menuju kelasnya. Sesampai di kelas,
teman-temannya memandang Ify dengan tatapan penuh tanda tanya. Ify kenapa tuh?
Kok girang sekali?
“Ciee.. Lagi seneng
nih..” Goda Sivia.
Ify tersenyum.
“Yaiyalah Fy! Tadi, kak Rio mau nerima brownis gue. Sumpah Vi! Gue senang
sekali..”
Jujur saja, Sivia
senang melihat Ify bahagia. Hatinya ikut merasakan kebahagiaan. Namun, Sivia
tidak setuju jika Rio adalah cowok yang dicintai Ify. Hal itu sama saja membuat
Ify sedih tanpa berujung. Rio.. Kenapa harus cowok itu sih?
“Fy, lo lupa kalo
Debo..”
“Via.. Via.. Gue
dan Debo hanya bersahabat. Ingat. Hanya bersahabat. So please, jangan hubungkan
nama Debo ke dalam masalah gue sama kak Rio..”
“Tapi Fy!” Hampir
saja Sivia membocorkan suatu rahasia penting. Untungnya ia bisa menahan
mulutnya agar tidak membocorkan rahasia itu. “Ke.. Kenapa harus Rio yang lo
sukai? Kenapa? Lo yakin kalo lo benar-benar cinta sama Rio?”
“Ya! Kak Rio adalah
pangeran yang di kirim Tuhan untuk gue. Kak Rio.. Gue yakin suatu hari nanti
kami akan bersatu dalam ikatan cinta. Gue yakin itu.”
Ingin saja Sivia
mengeluarkan air mata. Ingin sekali. Sungguh kasian jika Ify nyatanya
benar-benar cinta sama Rio. Sivia nggak bisa membayangkan ke depannya. Dasar Rio! Lo kurang kerjaan sekali ganggu
sahabat gue!
“Fy.. Mmm..
Misalnya.. Misalnya kalo kak Rio ninggalin elo gimana? Apa lo sedih?” Pancing
Sivia.
Ify terdiam sesaat.
Pikirannya belum sampai disana. “Via.. Gue yakin sekali.. Kalo kak Rio cinta
sama gue, dia nggak bakal ninggalin gue.”
“Kalo dia mati
tiba-tiba gimana?” Tanya Sivia.
Lama-lama Ify nggak
nyaman dengan Sivia yang berbicara aneh-aneh mengenai soal Rio. “Udahlah Vi, lo
jangan aneh-aneh bicaranya. Yang penting, lo harus doa’in gue agar kak Rio juga
cinta sama gue.”
Sivia tersenyum
sinis. “Kayak dia suka aja sama lo.”
***
Tujuannya semakin
bulat untuk menyelidiki Rio. Cowok misterius yang membuatnya penasaran. Debo
memutuskan untuk mengikuti Rio supaya ia tau dimana tempat cowok itu tinggal.
“Hah! Gue yakin
rumahnya nggak jauh dari sekolah. Buktinya, dia nggak bawa kendaraan ke
sekolah.” Kata Debo.
Tanpa sepengetahuan
Rio, diam-diam Debo berjalan di belakang Rio. Jaraknya cukup jauh, namun tidak
menyebabkan Debo kehilangan jejak Rio. Orang mengira Debo adalah maling yang
ingin merampas barang-barang berharga milik Rio. Tapi Debo nggak peduli. Yang
penting usahanya ini berjalan lancar.
Langkah kaki Rio
yang terkesan misterius tiba-tiba saja berhenti. Hal ini membuat Debo
terhenyak. Jangan-jangan.. Rio tau lagi kalo ada orang yang mengikutinya.
Mungkin, hari ini
hari sial bagi Debo. Ia tertangkap basah karena telah mengikuti Rio diam-diam.
Keringat dingin keluar membasahi tubuhnya. Bodoh!
Lo bodoh Deb!
“Ada urusan apa lo
sama gue?” Tanya Rio dingin.
Debo memberanikan
diri untuk mengangkat kepala. “Gue.. Gue cuma ingin tau dimana lo tinggal.
Makanya.. Gue.. Gue ngikutin lo diam-diam.” Jawab Debo jujur.
Rio berdecak.
“Tidak sopan.” Ucapnya lalu membalikkan badan dan melanjutkan langkahnya.
“Woi!” Teriak Debo
tiba-tiba yang sukses menyetopkan langkah Rio. “Jangan harap lo bisa dapetin
Ify! Dan Ify nggak bakal suka sama lo! Ify milik gue dan lo nggak berhak buat
dia suka sama elo!” Lanjutnya.
Kembali Rio
membalikkan badan dan menatap Debo tajam. Tatapannya yang mengerikan membuat
Debo menjadi serba salah. Rio lantas berjalan mendekati Debo.
“Terserah elo. Kalo
lo suka Ify, tembak aja dia. Wajah tampan seperti lo nggak akan di tolak cewek
manapun.” Kata Rio.
Deg! Sepertinya
Debo mengenali kalimat itu. Wajah tampan
seperti lo nggak akan di tolak cewek manapun. Nggak tau kenapa, aliran
darah yang mengalir dalam tubuhnya seakan terhenti. Nafasnya kian sulit di
atur. Debo merasa, dia nggak asing lagi dengan cowok dihadapannya ini.
Tapi...
Kemana Rio? Dimana
cowok itu? Kenapa cowok itu tiba-tiba saja menghilang?
***
Baru saja Sivia
pulang sekolah. Badannya letih sekali. Ia butuh istirahat. Mungkin ia akan
tidur pulas sampai magrib. Ya! Dan akibatnya nggak bisa tidur malam.
Sivia membuka pintu
kamarnya. Tak sabar ia merebahkan diri di atas kasurnya yang empuk. Namun..
Ketika ia berhasil membuka pintu kamarnya...
“Hah? Rian?”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar