Part 1
.
.
.
Kriingg !!!!
Bunyi bel SMA
Varius berdering dengan keras yang dapat merusak gendang telinga orang yang
mendengarnya. Bel masuk itu sebagai tanda bahwa pelajaran pada hari ini
akan segera dimulai. Semua murid SMA
Varius berlarian masuk ke dalam kelas masing-masing. Yang paling menyedihkan,
bagi murid yang kelasnya ada di lantai tiga harus berlari-lari menaiki tangga
hingga mereka merasakan kelelahan. Sebaliknya. Murid yang kelasnya ada di
lantai bawah dengan santainya berjalan tanpa harus menaiki tangga.
Seorang gadis
berlari-lari menaiki tangga. Langkahnya yang tidak cekatan itu berakibat
mencederai dirinya sendiri. Alhasil, gadis itu terpeleset di tangga menuju
kelasnya. Yaitu lantai tiga. Tepatnya di kelas X.3.
Sebisa mungkin gadis
itu bangkit. Tapi entah mengapa, kakinya terasa sakit jika digerakkan. Sialnya,
tangga ini sudah sepi. Ia terlambat menaiki tangga bersama teman-temannya yang
lain gara-gara ia terlambat sekolah. Belum lagi perutnya yang sakit gara-gara
olahraga kemarin. Menurutnya, olahraga itu bukan membuat badan menjadi sehat.
Melainkan bertambah sakit!
Tak di duganya,
seorang cowok tiba-tiba saja sudah berada di dekatnya. Cowok itu seperti ingin
membantu seorang gadis yang duduk dengan malangnya. Cowok itu pun berusaha
membantu gadis itu agar gadis itu bisa berdiri dengan baik.
Akhirnya, gadis itu
bisa berdiri walau kondisi kakinya sakit. Mungkin sepulang sekolah ia akan
mendatangi tukang urut agar kakinya sembuh seperti sedia kala.
“Te.. Terimakasih.”
Ucap gadis itu pelan.
Si cowok hanya
mengangguk lalu meninggalkan gadis itu. Langkah kakinya terkesan misterius dan
baru kali ini gadis itu melihat wajah cowok yang barusan menolongnya. Siapa
cowok itu? Tapi tampang cowok itu lumayan cakep dan manis. Ia yakin seandainya cowok
itu tersenyum, maka dunia akan gempar dibuatnya.
Akhirnya gadis itu
berjalan menuju kelasnya dengan langkah kaki terpincang-pincang. Namun ia
bahagia ditolong oleh cowok cakep nan manis tadi.
***
Tok.. Tok.. Tok..
Dengan tangan yang
gemetaran, gadis tadi yang kakinya sedikit pincang itu mengetuk pintu kelasnya.
Argh! Ternyata pelajaran udah dimulai nih! Mati aku! Keringat dingin membasahi
tubuh gadis itu. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Apalagi guru yang sedang
mengajar di kelasnya itu adalah guru tergalak di sekolah ini!
Benar-benar hari
sial ia hari ini. Ia membayangkan akan dihukum oleh guru galak itu berikut
dengan berbagai macam hukuman seperti keliling lapangan, bersihin WC, berdiri
dengan satu kaki sambil memegang telinga dan sebagainya.
“Hei! Gak masuk?”
Tanya Debo, teman sekelasnya.
Gadis manis yang
bernama Ify itu lega karena ada temannya terlambat masuk kelas. Jadi ia tidak
khawatir jika ia diomeli oleh guru galak itu. Ada Debo juga yang tentunya akan
diomeli oleh guru itu.
“Aku..”
Pintu terbuka.
Wajah khas Bu Rona yang tiba-tiba aja udah di luar kelas mengagetkan Ify dan
Debo. Wajah Ify yang tadinya pucat bertambah pucat lagi. Sementara Debo yang
udah terbiasa dengan kondisi ini fine-fine aja tuh. Yaiyalah, Debo kan sering
terlambat masuk kelas. Maklum dia bisa sesantai ini.
“Ee, bu, maaf telat
masuk.” Kata Ify gugup.
Bu Rona menatap Ify
tajam. Lalu beralih menatap tajam Debo, salah satu muridnya yang paling bandel
dan susah diatur. Tapi kalo nggak ada Debo di kelas, kelas nggak bakal seru.
Artinya, Debo yang paling dibutuhkan di kelas.
“Mengapa kalian
terlambat di jam saya? Kalian habis pacaran ya?” Tanya Bu Rona dengan suara
yang dilembut-lembutkan.
Pipi Ify memerah
mendengar ucapan Bu Rona. Sementara Debo salah tingkah
“Siapa yang pacaran bu? Kami
tadi telat karena disuruh pergi ke ruang Pak Zayn.” Kata Debo asal-asalan.
“Hmmm..” Bu Rona
berpikir-pikir. “Karena hari ini Ibu lagi bahagia, kalian boleh masuk ke dalam.
Tapi ingat, kalo sampai terlambat lagi...” Bu Rona menyetop pembicaraan. Ia
menatap Ify dan Debo secara bergantian. “Kalian akan Ibu hukum dengan hukuman
yang sangat berat. Mengerti?”
“Siap, bu!” Koor
Ify dan Debo.
Ketiganya masuk ke
dalam kelas. Ify yang kakinya pincang terlihat lucu ketika berlari menuju
bangkunya. Disana ada teman sebangkunya sekaligus sahabatnya yang bernama
Sivia. Tentu sejak melihat kedatangan Ify, Sivia tertawa.
“Kaki lo kenapa?”
Tanya Sivia.
“Jangan ketawa!
Sahabatnya yang lagi sakit kok malah diketawain sih?”
“Wkwkwkw.. Selaw
Fy.. Selaw.. Eh, tadi lo ngapain aja sama Debo? Hayoo.. Jangan-jangan...”
Mulai deh Sivia.
Tuh cewek hobinya gangguin Ify. Maklum, Ify kan lagi jomblo. Bahkan sama sekali
belum pernah pacaran. Makanya Sivia suka sekali menjodohkan Ify dengan
cowok-cowok. Kali ini Debo yang menjadi sasarannya.
“Lebih baik urusin
noh Alpin lo! Kasih dia makan biar dia nggak ngelirik cewek sana-sini.”
“Ih, Ipy mah..”
Hampir dua bulan
Alvin dan Sivia menjalin hubungan. Alvin adalah kakak kelasnya. Kelasnya di
11-IPA4. Nggak tau kenapa mereka bisa jadian. Padahal Sivia pernah ngaku kalo
dia sama sekali nggak cinta sama Alvin. Dan dia juga nggak tau waktu itu nerima
cinta Alvin. Ya beginilah pacaran zaman anak muda sekarang. Cinta nggak cinta,
yang penting pacaran asalkan nggak jomblo. Hihi...
Tiba-tiba Ify
teringat dengan cowok yang tadi menolongnya. Wajah cowok yang cakep itu
membuatnya terus tersenyum. Sivia yang menangkap sesuatu yang aneh dari wajah
Ify pun menjadi penasaran dan sedikit curiga. Jangan-jangan Ify beneran naksir
sama Debo!
“Hayo.. Kenapa lo
senyum gitu? Jangan-jangan..”
“Eh, nggak ada kok
Vi! Sotoy banget lo!” Elak Ify.
“Idih anak ini..
Ngaku deh kalo lo lagi jatuh cinta! Biasanya orang lagi jatuh cinta itu
kerjaannya senyam-senyum nggak jelas. Ya kayak lo ini!”
Sivia yang sudah
tau dan mengerti apa itu cinta serta bagaimana reaksi seseorang ketika jatuh
cinta dengan mudahnya menebak Ify kalo Ify lagi jatuh cinta. Nggak mungkin kan
Ify seperti itu kalo bukan karena jatuh cinta atau menyukai cowok yang selalu
hadir menghiasi pikirannya.
“Btw, kaki lo
kenapa? Kok pincang gitu?” Sivia mengalih pembicaraan.
“Ng.. Tadi gue
jatuh di tangga. Tapi sekarang udah nggak papa kok.” Jawab Ify sambil
membayangkan kejadian tadi.
Sivia tersenyum.
“Makanya, laen kali hati-hati. Kena deh akibatnya kalo lo nggak hati-hati.”
“Iya.. Iya ibu guru
cantik.. Sekarang jangan bicara lagi deh. Ntar Bu Rona ngambek liat anak
didiknya nggak perhatiin dia..”
“Ih, dasar lo!”
***
Jam istirahat telah
tiba. Murid-murid pada nyerbu kantin. Akibatnya, kantin yang awalnya sepi
berubah menjadi ramai. Jangan heran juga, buat nafas aja rasanya sesak. Tapi
itu dulu. Sekarang, kantin SMA Varius udah di renovasi menjadi restoran
berbintang lima. Tapi nggak mirip-mirip amatlah.
Seperti biasa.
Sivia dan Ify selalu bersama. Kemanapun mereka selalu bersama. Tapi, ini hanya
berlaku di sekolah aja lho. Nggak mungkin kan kalo mereka tinggal satu rumah
dan sekamar. Kali ini mereka memutuskan pergi ke kantin karena perut mereka
minta jatah makanan. Ditambah lagi tenggorokan mereka yang kering. Padahal,
mereka hendak pergi ke perpustakaan demi meringkas sejarah.
“Lo pesan apa Fy?”
Tanya Sivia.
Yang ditanya nggak
jawab. Malah bengong. Kedua mata Ify tak berkedip. Artinya, pasti tuh cewek
sedang melamun atau memikirkan sesuatu.
“Hello Fy.. Ada
orang nggak disana?”
Sivia berusaha
membangunkan Ify. Tangannya ia kibas-kibaskan di muka Ify. Syukurlah Ify
terbangun dan kalo dilihat seperti orang yang lagi kebingungan nyari alamat
rumah yang dituju.
“Heh! Tangan lo ada
masalah?” Tanya Ify tidak suka dengan kelakuan Sivia barusan.
“Hemm.. Tauk ah! Lo
mau pesen apa?” Tanya Sivia.
“Apa-apa deh. Yang
penting kenyang.” Kata Ify sedikit sewot.
Sivia menatap Ify
curiga. “Lo lagi datang bulan ya? Kok bawaannya marah melulu?” Tanyanya.
“Sok tau lo! Ya udah,
cepet pesen sana! Gue udah laper!”
Karena nggak tega
melihat sahabatnya yang sedang marah-marahan nggak tau penyebabnya apa, Sivia
bergegas memesan dua nasi goreng berikut dua gelas jus jeruk favoritnya.
“Eh Vi, kira-kira,
ada murid baru nggak disini?” Tanya Ify tiba-tiba.
Sivia menatap Ify
heran. “Memangnya ada apa?” Tanyanya.
“Gue cuma mau nanya
aja.”
“Emmm.. Nggak ada
deh. Kalo ada mah gue udah tau. Apalagi kalo muridnya cakep.”
Huuu... Dasar
Sivia! Sukanya sama cowok yang cakep-cakep aja. Terus, Alvin mau dikemanain?
Dari pengamatannya, Sivia tidak benar-benar mencintai Alvin. Padahal, Alvin itu
cinta banget lho sama Sivia. Kalo memang begitu, mengapa mereka pacaran? Ify
tak habis pikir dengan gaya pacaran anak zaman sekarang.
Pesanan pun datang.
Dengan lahapnya Sivia maupun Ify menyantap nasi goreng yang rasanya enak
banget. Saking lahapnya makan, mereka nggak tau ada cowok yang memanggil mereka
dengan kesal karena panggilannya tadi nggak di respon sama sekali oleh Sivia
dan Ify.
“WOII!!! APA PERLU
GUE BUANG TUH NASI ??” Teriaknya kesal.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar