expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 13 Maret 2014

My Wish Is Can With You ( Part 1 )



Part 1

.

.

.

Kriingg !!!!

Bunyi bel SMA Varius berdering dengan keras yang dapat merusak gendang telinga orang yang mendengarnya. Bel masuk itu sebagai tanda bahwa pelajaran pada hari ini akan  segera dimulai. Semua murid SMA Varius berlarian masuk ke dalam kelas masing-masing. Yang paling menyedihkan, bagi murid yang kelasnya ada di lantai tiga harus berlari-lari menaiki tangga hingga mereka merasakan kelelahan. Sebaliknya. Murid yang kelasnya ada di lantai bawah dengan santainya berjalan tanpa harus menaiki tangga.

Seorang gadis berlari-lari menaiki tangga. Langkahnya yang tidak cekatan itu berakibat mencederai dirinya sendiri. Alhasil, gadis itu terpeleset di tangga menuju kelasnya. Yaitu lantai tiga. Tepatnya di kelas X.3.

Sebisa mungkin gadis itu bangkit. Tapi entah mengapa, kakinya terasa sakit jika digerakkan. Sialnya, tangga ini sudah sepi. Ia terlambat menaiki tangga bersama teman-temannya yang lain gara-gara ia terlambat sekolah. Belum lagi perutnya yang sakit gara-gara olahraga kemarin. Menurutnya, olahraga itu bukan membuat badan menjadi sehat. Melainkan bertambah sakit!

Tak di duganya, seorang cowok tiba-tiba saja sudah berada di dekatnya. Cowok itu seperti ingin membantu seorang gadis yang duduk dengan malangnya. Cowok itu pun berusaha membantu gadis itu agar gadis itu bisa berdiri dengan baik.

Akhirnya, gadis itu bisa berdiri walau kondisi kakinya sakit. Mungkin sepulang sekolah ia akan mendatangi tukang urut agar kakinya sembuh seperti sedia kala.

“Te.. Terimakasih.” Ucap gadis itu pelan.

Si cowok hanya mengangguk lalu meninggalkan gadis itu. Langkah kakinya terkesan misterius dan baru kali ini gadis itu melihat wajah cowok yang barusan menolongnya. Siapa cowok itu? Tapi tampang cowok itu lumayan cakep dan manis. Ia yakin seandainya cowok itu tersenyum, maka dunia akan gempar dibuatnya.

Akhirnya gadis itu berjalan menuju kelasnya dengan langkah kaki terpincang-pincang. Namun ia bahagia ditolong oleh cowok cakep nan manis tadi.

***

Tok.. Tok.. Tok..

Dengan tangan yang gemetaran, gadis tadi yang kakinya sedikit pincang itu mengetuk pintu kelasnya. Argh! Ternyata pelajaran udah dimulai nih! Mati aku! Keringat dingin membasahi tubuh gadis itu. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Apalagi guru yang sedang mengajar di kelasnya itu adalah guru tergalak di sekolah ini!

Benar-benar hari sial ia hari ini. Ia membayangkan akan dihukum oleh guru galak itu berikut dengan berbagai macam hukuman seperti keliling lapangan, bersihin WC, berdiri dengan satu kaki sambil memegang telinga dan sebagainya.

“Hei! Gak masuk?” Tanya Debo, teman sekelasnya.

Gadis manis yang bernama Ify itu lega karena ada temannya terlambat masuk kelas. Jadi ia tidak khawatir jika ia diomeli oleh guru galak itu. Ada Debo juga yang tentunya akan diomeli oleh guru itu.

“Aku..”

Pintu terbuka. Wajah khas Bu Rona yang tiba-tiba aja udah di luar kelas mengagetkan Ify dan Debo. Wajah Ify yang tadinya pucat bertambah pucat lagi. Sementara Debo yang udah terbiasa dengan kondisi ini fine-fine aja tuh. Yaiyalah, Debo kan sering terlambat masuk kelas. Maklum dia bisa sesantai ini.

“Ee, bu, maaf telat masuk.” Kata Ify gugup.

Bu Rona menatap Ify tajam. Lalu beralih menatap tajam Debo, salah satu muridnya yang paling bandel dan susah diatur. Tapi kalo nggak ada Debo di kelas, kelas nggak bakal seru. Artinya, Debo yang paling dibutuhkan di kelas.

“Mengapa kalian terlambat di jam saya? Kalian habis pacaran ya?” Tanya Bu Rona dengan suara yang dilembut-lembutkan.

Pipi Ify memerah mendengar ucapan Bu Rona. Sementara Debo salah tingkah

 “Siapa yang pacaran bu? Kami tadi telat karena disuruh pergi ke ruang Pak Zayn.” Kata Debo asal-asalan.

“Hmmm..” Bu Rona berpikir-pikir. “Karena hari ini Ibu lagi bahagia, kalian boleh masuk ke dalam. Tapi ingat, kalo sampai terlambat lagi...” Bu Rona menyetop pembicaraan. Ia menatap Ify dan Debo secara bergantian. “Kalian akan Ibu hukum dengan hukuman yang sangat berat. Mengerti?”

“Siap, bu!” Koor Ify dan Debo.

Ketiganya masuk ke dalam kelas. Ify yang kakinya pincang terlihat lucu ketika berlari menuju bangkunya. Disana ada teman sebangkunya sekaligus sahabatnya yang bernama Sivia. Tentu sejak melihat kedatangan Ify, Sivia tertawa.

“Kaki lo kenapa?” Tanya Sivia.

“Jangan ketawa! Sahabatnya yang lagi sakit kok malah diketawain sih?”

“Wkwkwkw.. Selaw Fy.. Selaw.. Eh, tadi lo ngapain aja sama Debo? Hayoo.. Jangan-jangan...”

Mulai deh Sivia. Tuh cewek hobinya gangguin Ify. Maklum, Ify kan lagi jomblo. Bahkan sama sekali belum pernah pacaran. Makanya Sivia suka sekali menjodohkan Ify dengan cowok-cowok. Kali ini Debo yang menjadi sasarannya.

“Lebih baik urusin noh Alpin lo! Kasih dia makan biar dia nggak ngelirik cewek sana-sini.”

“Ih, Ipy mah..”

Hampir dua bulan Alvin dan Sivia menjalin hubungan. Alvin adalah kakak kelasnya. Kelasnya di 11-IPA4. Nggak tau kenapa mereka bisa jadian. Padahal Sivia pernah ngaku kalo dia sama sekali nggak cinta sama Alvin. Dan dia juga nggak tau waktu itu nerima cinta Alvin. Ya beginilah pacaran zaman anak muda sekarang. Cinta nggak cinta, yang penting pacaran asalkan nggak jomblo. Hihi...

Tiba-tiba Ify teringat dengan cowok yang tadi menolongnya. Wajah cowok yang cakep itu membuatnya terus tersenyum. Sivia yang menangkap sesuatu yang aneh dari wajah Ify pun menjadi penasaran dan sedikit curiga. Jangan-jangan Ify beneran naksir sama Debo!

“Hayo.. Kenapa lo senyum gitu? Jangan-jangan..”

“Eh, nggak ada kok Vi! Sotoy banget lo!” Elak Ify.

“Idih anak ini.. Ngaku deh kalo lo lagi jatuh cinta! Biasanya orang lagi jatuh cinta itu kerjaannya senyam-senyum nggak jelas. Ya kayak lo ini!”

Sivia yang sudah tau dan mengerti apa itu cinta serta bagaimana reaksi seseorang ketika jatuh cinta dengan mudahnya menebak Ify kalo Ify lagi jatuh cinta. Nggak mungkin kan Ify seperti itu kalo bukan karena jatuh cinta atau menyukai cowok yang selalu hadir menghiasi pikirannya.

“Btw, kaki lo kenapa? Kok pincang gitu?” Sivia mengalih pembicaraan.

“Ng.. Tadi gue jatuh di tangga. Tapi sekarang udah nggak papa kok.” Jawab Ify sambil membayangkan kejadian tadi.

Sivia tersenyum. “Makanya, laen kali hati-hati. Kena deh akibatnya kalo lo nggak hati-hati.”

“Iya.. Iya ibu guru cantik.. Sekarang jangan bicara lagi deh. Ntar Bu Rona ngambek liat anak didiknya nggak perhatiin dia..”

“Ih, dasar lo!”

***

Jam istirahat telah tiba. Murid-murid pada nyerbu kantin. Akibatnya, kantin yang awalnya sepi berubah menjadi ramai. Jangan heran juga, buat nafas aja rasanya sesak. Tapi itu dulu. Sekarang, kantin SMA Varius udah di renovasi menjadi restoran berbintang lima. Tapi nggak mirip-mirip amatlah.

Seperti biasa. Sivia dan Ify selalu bersama. Kemanapun mereka selalu bersama. Tapi, ini hanya berlaku di sekolah aja lho. Nggak mungkin kan kalo mereka tinggal satu rumah dan sekamar. Kali ini mereka memutuskan pergi ke kantin karena perut mereka minta jatah makanan. Ditambah lagi tenggorokan mereka yang kering. Padahal, mereka hendak pergi ke perpustakaan demi meringkas sejarah.

“Lo pesan apa Fy?” Tanya Sivia.

Yang ditanya nggak jawab. Malah bengong. Kedua mata Ify tak berkedip. Artinya, pasti tuh cewek sedang melamun atau memikirkan sesuatu.

“Hello Fy.. Ada orang nggak disana?”

Sivia berusaha membangunkan Ify. Tangannya ia kibas-kibaskan di muka Ify. Syukurlah Ify terbangun dan kalo dilihat seperti orang yang lagi kebingungan nyari alamat rumah yang dituju.

“Heh! Tangan lo ada masalah?” Tanya Ify tidak suka dengan kelakuan Sivia barusan.

“Hemm.. Tauk ah! Lo mau pesen apa?” Tanya Sivia.

“Apa-apa deh. Yang penting kenyang.” Kata Ify sedikit sewot.

Sivia menatap Ify curiga. “Lo lagi datang bulan ya? Kok bawaannya marah melulu?” Tanyanya.

“Sok tau lo! Ya udah, cepet pesen sana! Gue udah laper!”

Karena nggak tega melihat sahabatnya yang sedang marah-marahan nggak tau penyebabnya apa, Sivia bergegas memesan dua nasi goreng berikut dua gelas jus jeruk favoritnya.

“Eh Vi, kira-kira, ada murid baru nggak disini?” Tanya Ify tiba-tiba.

Sivia menatap Ify heran. “Memangnya ada apa?” Tanyanya.

“Gue cuma mau nanya aja.”

“Emmm.. Nggak ada deh. Kalo ada mah gue udah tau. Apalagi kalo muridnya cakep.”

Huuu... Dasar Sivia! Sukanya sama cowok yang cakep-cakep aja. Terus, Alvin mau dikemanain? Dari pengamatannya, Sivia tidak benar-benar mencintai Alvin. Padahal, Alvin itu cinta banget lho sama Sivia. Kalo memang begitu, mengapa mereka pacaran? Ify tak habis pikir dengan gaya pacaran anak zaman sekarang.

Pesanan pun datang. Dengan lahapnya Sivia maupun Ify menyantap nasi goreng yang rasanya enak banget. Saking lahapnya makan, mereka nggak tau ada cowok yang memanggil mereka dengan kesal karena panggilannya tadi nggak di respon sama sekali oleh Sivia dan Ify.

“WOII!!! APA PERLU GUE BUANG TUH NASI ??” Teriaknya kesal.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar