expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 28 Maret 2014

My Wish Is Can With You ( Part 3 )

-My Wish Is Can With You-

Author :: @uny_fahda1D


Part sebelumnya ::

https://www.facebook.com/notes/fahda-nuragastevadit/my-wish-is-can-with-you-part-2-/436347833178112




Part 3





.





.





.





“Moring Fy!” Sapa
Sivia.





Pagi-pagi sekali
Ify sudah ada di sekolah. Alasannya untuk datang pagi karena banyak PR yang
belum ia selesaikan. Matematika pun belum ia selesaikan karena kemarin ia
ngantuk sekali.





“Morning too..”
Jawab Ify tak minat.





Sivia duduk di
samping Ify. “Gue nyontek yah.” Pintanya dengan suara yang dimanjakan.





Ify hanya
mengangguk malas.





“Asyiikk!!! Thanks
ya beib!” Kata Sivia girang dan cukup membuat Ify ngeri dengan kata Sivia
barusan.





Seorang cowok
mendekati keduanya. Cowok itu memusatkan pandangannya pada keduanya. Terutama
pada Sivia. Sivia merasa risih dipandangin kayak gitu.





“Apaan sih lo?
Ngapain kesini?” Ketus Sivia.





Cowok yang tak lain
adalah Alvin itu menarik nafas dalam-dalam. Hubungannya dengan Sivia semakin
hari semakin buruk. Padahal, awal mereka jadian sangat indah. Sivia selalu
tersenyum padanya dan selalu bersender di bahunya. Tapi sekarang?





“Vi, kita harus
bicara. Ntar sore aku jemput kamu. Oke? Dan nggak ada alasan bagimu buat nolak
ajakanku.” Kata Alvin.





“Ntar sore?” Sivia
berpikir-pikir. “Gue nggak bisa. Gue lagi ada..”





“Kali ini saja.”
Kata Alvin dengan tatapan serius dan sungguh-sungguh.





Sivia menatap wajah
Alvin yang kata orang sangatlah cakep, keren dan manis. Bisa dikatakan juga
wajah Alvin seperti cowok korea. Alvin memiliki tubuh tinggi, kulit putih, dan
dua lesung pipi yang sangat manis. Belum lagi Alvin jago dalam berbagai bidang
olahraga, termasuk futsall.





“Baiklah. Jemput
gue jam empat. Jangan ngaret!” Kata Sivia akhirnya.





“Oke.” Kata Alvin
lalu pergi meninggalkan kelas Sivia karena bel udah berbunyi.





Salah satu teman
Sivia berbisik-bisik. “Tuh cewek nggak ada syukur-syukurnya di tembak kakak
kelas macam Alvin.”





Temannya yang lain
berkomentar. “Iya. Buta kali matanya. Makanya kegantengan Alvin nggak bisa ia
lihat(?).”





“Idih.. Nggak
nyambung woii..”





“Kalo nggak bisa
nyambung ya disambungin aja pake tali atau lem. Kan bisa nyambung?”





Serempak
teman-temannya pada gebukin dia karena kesal. Sivia yang sempat melihatnya pun
tertawa kecil melihat tingkah laku teman-temannya. Tapi, tawanya berakhir
ketika Pak Daus memasuki kelas sambil membawa buku Paket matematika. Gawat!
PRnya belum ia kerjakan. Gimana dong ini? Sivia melirik ke arah Ify yang juga
meliriknya dengan senyum puasnya.





“Rasain lo Vi! Lo
gagal nyontek ke gue.” Kata Ify tersenyum. Ngomong-ngomong, Debo mana ya?





***





“Eh Deb, lo kurang
tidur ya semalem?” Tanya Ify pada Debo yang terlihat ngantuk-ngantukan.





Seperti biasa. Ify,
Sivia ditambah Debo datang ke kantin di jam istirahat. Debo terkaget menyadari
Ify yang sedang menanyainya. Sebisa mungkin ia menghilangkan rasa kantuknya dan
mencoba untuk semangat.





“Iya. Semalam gue
begadang.”Jawab Debo tak jujur. Sebetulnya ia nggak bisa tidur karena
memikirkan cowok yang kemarin ia lihat. Cowok misterius.





Sivia yang tadi
diam langsung bicara. “Begadang apa? Nggak ada siaran bola di TV. Biasanya lo
begadang gara-gara ada pertandingan bola.” Ucapnya dengan nasi yang belepotan
di bibir.





“Guenya yang main
bola. Maksudnya, gue begadang main game bola di PS sampai larut malam.” Kata
Debo.





Ify memerhatikan
wajah Debo yang tak seperti biasa. Ia yakin, Debo bohong padanya. Pasti ada
masalah yang dialami Debo. Tapi Ify nggak mau bertanya lebih jauh. Takutnya
nanti Debo tersinggung.





“Ya udah deh, gue
balik ke kelas aja. Mau tidur.” Kata Debo tersenyum lalu meninggalkan Ify dan
Sivia.





“Ckck. Tuh anak
cinta banget ya sama yang namanya sepak bola ato futsall. Makanya sampai detik
ini dia nggak mau nyari cewek. Rasa cintanya udah dimatikan oleh futsall,
futsall dan futsall.” Kata Sivia.





Ify tertawa. “Debo
normal kok Vi. Mungkin dia sama kayak gue. Belum menemukan orang yang pantas
untuk dijadikan pasangan hidup.” Ucapnya.





“Iya! Dan lo cewek
yang diam-diam ditaksir Debo!”





Lagi-lagi Ify
tertawa. “Sok tau lo! Kita berdua cuma sahabatan doang. Nggak lebih.”





“Kalo ternyata dia
emang naksir lo gimana?” Pancing Sivia.





Ify hanya
mengangkat bahu dan melanjutkan kegiatan makannya. Nggak enak nanti kalo soto
panas yang lezat itu nggak dimakan cepat-cepat. Jadi dingin, rasanya bakal
berubah.





***





Sesuai kesepakatan.
Alvin menjemput Sivia tepat jam empat sore. Sivia yang lagi keenakan tidur
siang jadi geram sendiri. Enak banget tuh cowok bangunin gue! Tapi ada
hikmahnya juga. Kalo gue nggak bangun, ntar malem gue bakal insomnia.





Sivia sedikit
ngaret. Cepat-cepat ia mandi dan berdandan secukupnya. Ia tak enak karena Alvin
menungguinya dengan waktu yang lama.





“Sore Vin.” Kata
Sivia malas. Sivia terlihat cantik sore ini. Walau dandanannya sederhana dan
nggak ribet kayak dandanan cewek zaman sekarang.





Alvin tersenyum
melihat bidadarinya datang. Bidadari yang telah mengobati dirinya dan
menghilangkan cap playboy yang pernah disandangnya. Dulu, sewaktu SMP, Alvin
dikenal sebagai cowok playboy. Mantannya banyak banget. Untunglah ada Sivia
yang mampu menyadarkannya dari kesalahan. Dan Alvin janji nggak akan menyakiti
Sivia yang ia harapkan menjadi cinta terakhirnya.





Melihat Alvin yang
terus memandanginya, Sivia jadi risih. Maka ia memalingkan pandangannya ke arah
yang berlawanan.





“Ee, maaf ya ganggu
soremu yang damai.” Kata Alvin.





“Terserah. Jadi
nggak pergi? Waktu gue cuma sebentar!” Kata Sivia ketus.





Alvin menarik
nafas. Selalu ia sabar menghadapi ketusan Sivia. Sabar Vin.. Sabar.. Sivia
memang begitu anaknya. Jadi lo sabar saja...





“Oke. Yuk kita
pergi!” Kata Alvin merangkul Sivia.





***





Di rumah sepi.
Orangtuanya sedang pergi menghadiri acara pernikahan. Sedangkan kakaknya ada
kuliah sore. Ify jadi kesepian. Tapi ia senang. Ia jadi bebas melakukan apa
saja yang ia sukai semacam menyetel lagu keras-keras menggunakan salon, nonton
TV, habisin makanan di kulkas, dan lain sebagainya.





Awalnya Ify ingin
mengajak Sivia membuat pesta kecil-kecilan. Tapi sayangnya Sivia lagi ada
urusan dengan Alvin. Kalo Debo? Sebaiknya nggak usah deh. Ntar kalo Dayat sudah
pulang, terus lihat ia bersama Debo berdua di rumah, bakal curiga Dayat. Dikira
ia melakukan hal-hal negatif dengan Debo. Kalo ada Sivia sih nggak apa-apa.





Sayangnya, Debo
sudah hadiri di rumahnya bersama senyumannya yang khas. Ify jadi kaget. Wah,
bisa gawat ini! Kok Debo berani sekali ya datang ke rumahnya tanpa seizinnya.
Tapi Debo menganggap ini dengan biasa-biasa saja. Tanpa menyadari kalo dirinya
salah dimata Ify.





“Jangan kaget ya
Fy. Hehe..” Kata Debo.





“Lo sih, kok
tiba-tiba dateng ke rumah gue? Ada apa? Mau belajar kelompok?”


“Hehe.. Bukan kok
Fy. Gue hanya mau ngajak lo jalan-jalan. Terserah lo deh jalan-jalan kemana.”





Jalan-jalan? Kalo
sampai ada yang tau ia jalan berdua dengan Debo, jangan harap fotonya dan Debo
nggak ditempel di dinding pengumuman yang iseng dibuat murid-murid nggak jelas
yang hobbynya nyari berita yang nggak penting semacam ada cewek yang putus sama
cowoknya gara-gara cowoknya selingkuh, kepergok ciuman di belakang sekolah dan
lain-lain. Nggak penting amat yah?





“Gue nggak bisa.”
Kata Ify.





“Why? Oh c’mon Fy.
Lo tuh suka nolak ya kalo diajak pergi sama cowok.”





“Iya, benar. Itulah
gue. Beda dengan cewek lainnya.”





“Hmmm.. Jadi,
ceritanya gue diusir nih ya?”





Tapi, kasian juga
ya Debo. Cowok itu susah-susah datang ke rumahnya dan ujung-ujungnya Debo
diusir olehnya. Terus, bagaimana ini? Ify nggak berani jalan berdua sama cowok
walau Ify mengenal Debo dengan baik.





“Gini aja. Lo boleh
masuk ke rumah gue. Kita akan ngadain pesta kecil-kecilan. Tapi kalo Mas Dayat
dateng, bilang aja kita lagi kerjain tugas Fisika. Gimana?”





Tak butuh waktu
lama, Debo mengangguk mengiyakan. Akhirnya, hati Ify terbuka juga. Dan ia
termasuk salah satu cowok yang beruntung diantara cowok-cowok yang ingin sekali
mencoba pedekate dengan Ify.





Astaga! Apa yang ia
lakukan ini dalam rangka ia pedekate dengan Ify? Debo tersenyum. Bisa jadi
jawabannya adalah ‘iya’.





***





Sebuah tempat
dimana tempat itu adalah tempat yang digunakan Alvin untuk menyatakan cintanya
pada gadis yang sangat ia sayangi yaitu Sivia. Sivia dibuat kaget karena Alvin
mengajaknya ke tempat ini. Entah apa yang dirasakan Sivia. Hanya ia dan Tuhan
yang mengetahui.





Alvin menggandeng
tangan Sivia pada sebuah ayunan yang dulu sering mereka duduki. Sivia berusaha mengelak
karena ia nggak mau duduk diayunan itu. Tetapi Alvin memaksanya hingga ia tak
bisa berbuat apapun.





“Vin, maksud lo
ngajak gue kesini dalam rangka apa?” Tanya Sivia setengah sebal. Ia dan Alvin
udah duduk manis di ayunan itu.





Alvin tersenyum.
Lalu ia menggenggam erat tangan Sivia sambil memejamkan mata. Setelah cukup ia
pejamkan mata, Alvin membukanya.





“Gue.. Gue cuma mau
bilang kalo gue cinta sama elo, Vi..” Kata Alvin lembut.





Sebuah kalimat yang
membuat semua cewek nge-fly jika mendengarnya. Namun Sivia hanya menganggap itu
adalah hal biasa. Karena Alvin selalu mengucapkan kalimat itu setiap harinya.





“Ya.. Gue tau.”
Kata Sivia.





Alvin memejamkan
mata. Sangat sulit menjelaskan Sivia. Gadis itu memang berbeda dari gadis
lainnya. Apa ini adalah hukuman dari Tuhan atas keplayboy-annya? Dulu, Alvin
selalu menyakiti cewek dan dengan sekenanya putusin pacarnya yang benar-benar
cinta padanya. Dan sekarang, ia mendapat akibatnya.





Atau
jangan-jangan.... Sivia playgirl?





“Jangan bingung deh
Vin.” Kata Sivia melihat Alvin kebingungan.





“Gue nggak bingung
kok Vi. Hanya saja...” Alvin menggantungkan pembicaraannya. Namun Sivia
terlihat biasa-biasa aja dan nggak kepo. “Ah, sudahlah.” Lanjutnya.





Keduanya pun
terdiam. Alvin bingung mau bicara apa lagi. Sivia.. Sivia... Gadis itu memang
unik. Gadis itu beda dengan gadis lainnya. Sivia sama sekali nggak tergila-gila
dengannya. Mungkin hanya sekali Sivia loncat-loncat kegirangan karenanya. Dan
sekarang Sivia menganggap dia hanya manusia biasa dan nggak memiliki suatu
keistimewaan yang bisa membuat Sivia terus tergila-gila padanya.





“Vi..” Alvin mulai
bicara dengan ragu-ragu. Sementara Sivia hanya diam dan menatap pemandangan
lain. Maksudnya tidak dengan menatap Alvin.





“Ng.. Lo.. Lo cinta
nggak sama gue?” Tanya Alvin.





Dalam hati, Sivia
tertawa. Namun gadis itu mampu menyembunyikan ekspresi tawanya yang sekarang
sedang diam tanpa ekspresi apapun.





“Menurut lo?” Sivia
balik nanya.





“Ng.. Gue nggak
tau. Tapi awal gue nembak lo, lo senang dan benar-benar cinta sama gue. Tapi
sekarang...”





“Terserah elo deh
Vin. Emangnya yang lo harapkan dari gue apa? Bukannya lo nembak cewek hanya
untuk ngubah status lo yang tadinya jomblo jadi enggak? Ya kan?”





Mulut Alvin serasa
membisu mendengar perkataan Sivia yang baginya sangat menyakitkan hatinya. Ia
akui. Perkataan Sivia itu benar. Tapi tidak untuk sekarang. Karena hatinya
telah yakin bahwa Sivia adalah cinta sejatinya sekaligus cinta terakhirnya.





“Ada lagi yang mau
dibicarakan?” Tanya Sivia.





“Ng.. Gu.. Gue..”





“Tolong bicara yang
jelas!” Tegas Sivia.





Sejenak, Alvin ragu
untuk mengatakan. Namun ia harus mengatakannya. Sebelum semuanya menjadi lebih
buruk daripada ini. Alvin harus menghadapi kenyataan dan tidak boleh
menentangnya.





“Kalo begitu...
Kita.. Kita putus!” Kata Alvin ragu, namun cukup tegas.





Kali ini Sivia yang
tadinya cuek, dingin dan malas berubah menjadi orang yang penasaran sekaligus
takut. Takut dalam hal apa pun, ia tidak tau. Yang jelas, ia sangat takut.





***





“Thanks ya Fy
karena udah ijinin gue party di rumah lo.” Kata Debo senang. Ia memutuskan
untuk kembali ke rumah karena suasana sebentar lagi akan berubah menjadi gelap.





Ify tersenyum.
“Hati-hati. Kapan-kapan main ke rumah gue lagi ya.”





“Yoi! Itu sudah
pasti.” Jawab Debo senang. Serius ini? Ify menyuruh ia main ke rumahnya lagi?
Ify nggak bercanda kan?





Sebelum Debo
menyalakan mesin motornya, matanya menangkap sesosok cowok yang ia yakini
memerhatikannya sejak tadi. Debo terdiam. Bukannya... Bukannya cowok itu yang
pernah ditemuinya di sekolah beberapa hari yang lalu?





“Hei!” Debo
memberanikan diri untuk menyapa cowok itu.





Namun yang disapa
nggak menjawab. Yang disapa hanya memamerkan senyum yang penuh dengan misteri.
Lalu secara tiba-tiba cowok itu menghilang pada kegelapan yang seakan-akan memakannya.
Ingin sekali Debo mengejar cowok itu. Tapi ia merasakan ada sesuatu yang
menghalanginya. Debo pun meninggalkan rumah Ify menuju rumahnya dengan ditemani
rasa penasaran yang luar biasa.





***





Hari ini, SMA
Varius sedang kedatangan murid baru pindahan dari SMA swasta terkenal yang
berada di Bandung. Dan murid baru itu adalah seorang cowok yang wajahnya sangat
tampan, manis dan keren. Baru saja cowok itu memasuki kelas 11-IPA1, sudah
dihebohkan oleh jeritan murid-murid cewek.





Namun, cewek-cewek
yang tadinya heboh sendiri berubah menjadi diam karena merasakan suatu hal
berbeda yang dimiliki murid baru itu.





“Perkenalkan, nama
saya Rivano Gabril. Cukup panggil saya dengan nama Rio..”





***






TBC.....


Link notes ::

 http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604




Free Contact me :: 087864245325

Thankyou :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar