expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 17 ) Home





            Make a little conversation so long I've been waiting

To let go of myself and feel alive

So many nights I thought it over told myself I kind of liked her

But there was something missing in her eyes


I was stumbling, looking in the dark with an empty heart

But you say you feel the same could we ever be enough?

Baby we could be enough

And it's alright calling out for somebody to hold tonight

When you're lost, I'll find the way I'll be your light

You'll never feel like you're alone I'll make this feel like home..”

***

            Aku terbangun dari mimpi burukku dan langsung menangis. Semua orang yang aku sayangi berkumpul menjadi satu di dalam mimpiku itu. Yang paling dominan adalah Mom dan Dad. Aku sangat merindukan mereka. Aku merasa bodoh karena terlalu bersemangat pergi ke London demi menikmati musim panas sialan ini. Ternyata jauh dari orangtua sangat menyakitkan walau disekelilingmu ada banyak orang-orang yang menyayangimu.

            Setiap pagi aku selalu merasa tidak enak badan dan merasa tidak ada gunanya sekolah. Aku hanya ingin pulang dan melupakan semuanya. Ya. Aku harus pulang meski musim panas belum berakhir. Tapi Luke? Persetan dengan Luke! Aku bersumpah jika tiba di rumah aku pasti bisa melupakan Luke dan membuang segala kenangan-kenanganku bersamanya, termasuk ciuman itu.

            “Ly, apa kau tidak kangen sama Mom dan Dad-mu?” Tanyaku saat kami bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

            Lily menoleh ke arahku. “Tentu saja! I fuckin’ miss them! Apalagi Taka, aku kangen berat sama dia.” Ucapnya.

            Semua orang pasti sangat merindukan rumah jika berada jauh dari rumah. Bodohnya aku mengimpikan kuliah di luar negeri dan sangat jauh dari orangtua, rasanya pasti akan sangat menyakitkan. Tapi jika itu pilihan terbaik, maka kita harus menjalaninya dengan ikhlas. Itu menandakan bahwa diri kita sudah dewasa dan tidak tergantung pada orangtua. Ku rasa aku masih anak kecil walau sebentar lagi umurku delapan belas tahun.

            Aku kaget ketika tiba di luar gerbang asrama, aku menemukan Michael dan dua sahabatnya. Aku tersenyum lalu memeluk Michael dengan erat.  Kurasa bagiku Michael ada rumahku sendiri. Hanya mendengar namanya saja aku merasa tidak kesepian lagi. Kemudian aku melihat cowok berwajah Asia dan cowok berambut gondrong yang pernah menemuiku saat kejadian yang.. ah sudahlah. Aku berusaha untuk tidak memasukkan Luke ke dalam topik pikiranku.

            “Sebelumnya, aku minta maaf karena aku memaksamu keluar dari bar itu dan membuatmu pingsan. Tapi aku bersumpah waktu itu aku hanya ingin menyelamatkanmu dari tangan cowok sialan itu.” Ucap Ashton.

            Aku tersenyum menatap Ashton. Tangan cowok sialan? Jadi Ashton juga sudah muak dengan sikap Luke? Nah mengapa Luke datang lagi?

            “Iya. Terimakasih ya karena sudah menolongku.” Ucapku.

            Karena asyik dengan ketiganya, aku sampai melupakan Lily, Marie, Corine dan Chloe. Tapi tampaknya mereka membiarkanku bersama Michael, Calum dan Ashton. Kami pun berjalan bersama-sama menuju sekolah. Nah, jika aku merasa bahagia, tentu aku tidak merasakan sakit hati itu kan? Jadi aku harus mencari apapun kebahagiaan sehingga aku bisa melupakan perasaan sialan itu, juga Luke walau nantinya bakal kembali menangisi cowok itu.

            “Tau tidak Farah, Mike menyukaimu lho!” Ucap Calum.

            Langsung saja Michael memukul bahu Calum dan aku tertawa melihatnya. Aku tau ucapan Calum hanya sebuah candaan. Ternyata persahabatan mereka sangat erat ya. Aku berpikir sahabat itu lebih berharga dari pacar. Memang ada begitu banyak pelajaran-pelajaran yang aku dapatkan saat tiba di London.

            Setiba di gerbang, Calum memanggil namaku dan aku langsung menoleh kearahnya. “Nanti malam kami mau adain party dan kau harus datang. Ajak teman lain juga malah bagus.” Ucapnya.

            Aku tersenyum sambil mengangguk. Tentu pesta mereka bukanlah pesta seperti pestanya Luke yang baru masuk saja sudah membuatku mual. Nah keinget Luke lagi. Aku buru-buru masuk ke kelas dan bertaruh disana sudah ada Lily dan Marie. Tentu saja mereka mau kuajak pergi ke acara yang Calum buat dan pastinya acara itu seperti acara anak-anak karena menurutku wajah mereka masih polos-polos hehe terutama Calum.

            Hatiku menjadi aman melihat bangku Luke yang kosong. Sudah seharusnya aku belajar untuk tidak mempedulikan bangku itu, eh maksudnya kehadiran Luke di kelas ini. Luke mau datang, mau tidak datang aku tidak mau peduli. Tapi baru saja aku membuka buku pelajaran, Luke datang dan tersenyum padaku. Sialnya aku sempat melihat senyuman mautnya dan mendadak pipiku memerah. Hebat ya hanya karena melihat senyuman Luke yang sangat luar biasa membuatku merasa malu seperti ini. Untunglah cowok itu memilih untuk diam dan aku bisa menganggapnya tidak ada.

            Sekarang jam biologi. Mr. Pierre menyuruh kami pergi ke apotek hidup untuk melihat-lihat aneka macam tanaman disana dan Mr. Pierre menyuruh kami untuk memilih satu tanaman yang nantinya akan kami buat laporan. Aku berjalan dengan cueknya namun sepertinya Luke ingin berjalan sejajar denganku. Abaikan saja, abaikan saja. Meski detakan jantungku mulai tidak normal, sebisa mungkin aku menganggap Luke tidak ada.

            Aku lumayan suka dengan tanaman dan suka menanam tanaman di pekarangan rumah seperti bunga. Ah, aku jadi rindu rumah, tempat dimana kamu tidak akan merasa kesepian dan berkumpul bersama orang-orang yang kamu sayangi. Aku menemukan tanaman unik yang ternyata adalah lidah buaya. Hmm.. Bentuknya tidak jauh beda dengan lidah buaya yang ada di rumahku. Aku putuskan untuk membuat laporan tentang lidah buaya.

            “Kenapa kamu kelihatan cuek saja?” Tanya sebuah suara.

Damn! Luke! Aku tidak tahan untuk tidak menjawab pertanyaannya. “Aku capek Luk.” Jawabku dengan suara yang lemah.

            “Capek? Sebaiknya kamu banyak-banyak istirahat atau bagaimana kalau ku antar ke UKS?” Tanya Luke.

            Cowok di depanku ini Luke atau bukan sih? Kok jawabannya polos gitu? Aku hampir lupa kalau Luke memang aneh dan gila, bahkan Michael, sahabat Luke sendiripun bingung dengan sikap Luke. Mungkin saat ini yang berperan dalam diri Luke adalah sifat polos Luke dan mmm pengertian. Aku teringat dengan pesta itu dan apakah Luke akan datang? Tapi bagaimana jika Luke mengikutsertakan Ary dalam pesta itu?

            “Kau.. Apa kau mau datang ke pesta yang nanti malam akan diadakan oleh Calum?” Tanyaku dengan bahasa yang berantakan.

            Luke terdiam sesaat. “Kau sudah mengenal Calum?” Tanyanya.

            Aku mendengus kesal. “Ya. Ashton juga. Mereka sangat baik, tidak seperti dirimu, aneh!” Ucapku.

            Setelah mengucapkan kalimat itu, aku menyadari Luke yang entah sejak kapan membelakangiku dan aku merasa kalimat yang aku ucapkan akan menyakiti hatinya. Hah! Aku tidak peduli. Memang lebih baik begini. Luke kan memang aneh bukan jadi ucapanku tadi benar, hanya saja Luke yang tidak menyadarinya.

            “Seperti apa masa lalumu yang mengubahmu menjadi seperti itu?” Tanyaku tiba-tiba. Tidak terlalu berharap sih Luke mau menjawabnya. Dan benar saja. Luke tidak mau menjawab pertanyaanku dan cowok itu menjauhiku. Rasa penasaran mulai menghampiriku dan aku masih ragu menanyakan hal itu pada Michael.

***

            Sepertinya aku sudah mulai terbiasa dan sudah mulai menerima walau masih ingin menangis. Ary, gadis itu seperti ingin membuatku merasa cemburu padanya. Pulang sekolah ini Ary datang menemui Luke dan langsung berciuman dengan Luke. Tiba-tiba tanganku seperti ditarik oleh seseorang. Michael! Aku tersenyum menatapnya dan teringat dengan pesta yang akan dibuat oleh Calum. Hmm.. Mungkin hanya acara makan-makan saja dan berbagi cerita.

            “Bagus. Kau bisa menahan tangismu melihat dua manusia itu bermesraan di muka umum.” Ucap Michael.

            Aku menatap mata Michael yang hijau. Mengapa rasanya Michael bahagia jika aku tidak sedih jika disakiti oleh Luke? Ahya bukankah Michael ingin aku bahagia walau Luke menyakitiku? Tapi aku masih tidak bisa menahan rasa sedihku. Aku memang muak dengan sikap Luke, apalagi saat bermesraan dengan Ary dan seperti ingin membuatku menangis. Tetapi saat aku menemukan diri Luke yang lain, diri Luke yang polos dan pengertian, Luke bagaikan malaikat penjagaku. Selanjutnya, Calum dan Ashton datang. Calum yang sepertinya geregetan padaku langsung mencubit pipiku padahal pipi Calum jauh lebih lucu dibanding punyaku, apalagi hidungnya.

            Ignore him. He’s not good for you. Mending pacaran sama aku aja.” Ucap Calum.

            Bahkan Calum saja tidak ingin melihat aku sedih karena Luke. “Oke fine, I’ll try. Mmmm.. Apakah Luke akan ikut di pesta nanti?” Tanyaku.

            “Luke? I bet tonight he’ll drunk with Ary and his bad friends.” Jawab Calum.

            Aku tersenyum miris mendengar jawaban Calum. Kenapa? Kenapa Luke bisa seburuk itu? Bagaimana kalau Luke sakit? Ingin sekali aku menangis karena kasihan dengan hidup Luke walau Luke menganggap semua itu baik-baik saja. Do what you like and don’t hear what people say about you. Mungkin itu yang ada dipikiran Luke.

            “Kalau.. Kalau boleh tau, kenapa.. kenapa Luke bisa menjadi seburuk itu? Maksudnya seperti apa masa lalunya?” Tanyaku.

            Ketiganya terdiam mendengar pertanyaanku. Oke. Ku rasa mereka memang tidak mau menceritakannya padaku. Tak apa. Tapi kuharap kisah masa lalu Luke tidak terlalu menyakitkan. Tapi kalau tidak terlalu menyakitkan mengapa Luke bisa menjadi seburuk itu?

            “Biasa. Masalah cewek.” Jawab Ashton.

            Apa? Apakah Ashton hanya bercanda atau memang itu jawabannya? Karena cewek? Aku menemukan sebuah hipotesis. Ashton mengatakan masalah Luke karena cewek. Mungkin saja Luke ditinggal oleh ceweknya atau diselingkuhin sama ceweknya. But I think that’s a little problem. Ku kira orangtua Luke cerai atau masalah-masalah lain yang memang benar-benarr berat.

            “Luke memang begitu. Umurnya sudah delapan belas tahun tapi sikapnya masih seperti anak-anak dan tidak bisa menerima kenyataan.” Ucap Michael.

            Oke-oke. Aku mengerti sekarang. Berarti sakit yang Luke rasakan hampir sama kan dengan sakit yang aku raskaan? Intinya karena orang yang sangat kita sukai. Masalah cinta cukup rumit dan terkadang suka dibesar-besarkan. Dan terkadang, orang yang habis putus cinta bakal bunuh diri karena tidak kuat menahan kesedihan. Seperti itukah Luke? Tapi mengapa saat aku putus dengan Alex aku malah bahagia? Ups! Because of Luke.

***

            What a nice place! Kami mengadakan pesta kecil-kecilan di tempat yang terbuka dan letaknya tidak jauh dari asrama. Calum dan Ashton sibuk membawa makanan dan keduanya tampak ceria. Aku hanya bisa mengajak Lily dan Chloe karena Corine entah pergi kemana sedangkan Marie katanya tidak enak badan, tapi nanti kalau ada makanan sisa harus dibawa pulang agar Marie bisa memakannya. Aku tertawa mendengar permintaannya itu.

            Aku tidak melihat Michael. Dimana cowok itu? Apakah Michael tidak datang? Dan oh!  Aku tersenyum melihat Michael yang baru saja datang sambil membawa gitar. Cepat-cepat aku berlari menuju Michael diikuti Lily dan Chloe. Ternyata Michael jago memainkan gitar dan suara Michael cukup bagus. Aku mendengar Michael yang menyanyikan lagu-lagu One Direction.

            “Kau suka One Direction?” Tanyaku.

            “Tentu saja. Lagu yang paling aku suka adalah Story of My Life.” Jawab Michael.

            Selanjutnya, aku, Lily dan Chloe berinisiatif untuk membantu Calum dan Ashton untuk menyiapkan makanan. Sudah kewajiban bagi kaum perempuan untuk menyiapkan makanan, tapi ku rasa aku tidak jago dalam hal memasak dan aku harus banyak-banyak belajar dari Mom. Ah, Mom, Dad, Rachel, rumah.. Jika aku tidak sedih memikirkan Luke, rasa sedih itu tergantikan oleh rasa rindu pada rumah. Aku ingin sekali pulang ke rumah tapi rasanya tidak tega meninggalkan London, meninggalkan Michael, Lily, Corine, Chloe, Marie dan…. Stop! Jangan pikirkan semua itu. Nikmati saja masa-masa sekarang dan jangan isi dengan sesuatu yang membuatmu sedih.

            Setelah semua siap, kami langsung menyerbu makanan dan aku kagum dengan Ashton. Tadi dia yang membuat barbeque dan rasanya sangat lezat. Lily dan Chloe juga mengatakan barbeque buatan Ashton sangatlah enak dan ingin nambah lagi. Sedangkan Michael, entah darimana cowok itu bisa mendapatkan pizza dan memakannya agak menjauh seperti tidak ada yang boleh mengambil pizza-nya. Sungguh, aku sangat menikmati masa-masa ini bersama teman-temanku. Aku sangat beruntung bisa berkenalan dengan mereka. Aku kira aku akan diasingkan di London dan tidak bisa bergaul dengan siapapun, tapi nyatanya tidak! Bahkan di Indonesia aku tidak pernah memiliki teman-teman baik seperti mereka. Rasanya seperti berada di rumah. Rasanya seperti aku, Mom, Dad dan si nakal Rachel yang sedang mengadakan pesta makan malam sambil bakar ikan.

            You look so happy tonight.” Ucap Calum.

            Aku tersenyum pada Calum. “Tentu saja! Aku merasa seperti berada di rumah. Apakah kau merindukan rumah, Mom, Dad dan saudaramu?” Tanyaku.

            “Iya. Tapi aku senang datang kemari karena kakak perempuanku kuliah di Skotlandia jadi aku bisa jalan-jalan kesana. Sebelumnya aku dan keluargaku sudah sering berlibur ke Inggris.” Jawab Calum.

            Acara makan-makan pun selesai. Ashton dan Chloe yang kebagian membersihkan sisa-sisa makanan karena kalah bermain game. Tapi aku memutuskan untuk membantu mereka. Tak terasa sudah hampir tengah malam kami berada di tempat ini dan aku mulai mengantuk. Tapi besok adalah hari Minggu jadi aku bisa bangun sesuka hatiku. Setelah semuanya beres, Michael kembali memainkan gitarnya dan saatnyalah bagi kami untuk bernyanyi bersama. Aku duduk di samping kanan Michael dan hatiku sangat bahagia. Entahlah, Michael memang bisa membuatku bahagia dalam sekejap sekalipun aku sedang sedih. Kami berkumpul membentuk lingkaran dan mulai menyanyi.

            I wanna get back to where we started to the summer night

You know, you know, you know, you know we got it right

Yeah I wanna get back to San Francisco, in the fire light

You know, you know, you know, you know we had it right..”

Suara Michael yang lembut dan indah membuatku terhanyut dan kepalaku kujatuhkan di atas bahunya. Lihat kan, amat mudah menemukan kebahagiaan. Tidak akan kubiarkan kesedihan menguasai tubuhku. Aku harus bahagia dan tetap tersenyum dalam keadaan apapun. Terpenting, aku harus mensyukuri apapun.

Well Farah, aku akan menyanyikan sebuah lagu istimewa untukku. Ku harap kau menyukainya.” Ucap Michael.

Suasana berubah menjadi hening. Aku terdiam dan sedikit deg-degkan. Suara petikan gitar Michael mulai berbunyi dan aku memejamkan mataku. Michael. Aku bingung dengan nama itu. Dia sangat baik padaku, selalu ada untukku dan mau mendengarkanku. Jika saja aku bisa jatuh cinta padanya, bukankah itu sangat indah? Mengapa aku harus jatuh cinta pada orang yang salah?

Make a little conversation so long I've been waiting

To let go of myself and feel alive

So many nights I thought it over told myself I kind of liked her

But there was something missing in her eyes..”

Yap. Michael menyanyikan salah satu lagu One Direction yang juga merupakan lagu favoritku. Judulnya adalah Home. Dan astaga! Aku jadi teringat dengan Zayn Malik yang keluar dari One Direction yang katanya ingin memulai karier barunya. Padahal Zayn adalah member favoritku dan suaranya sangat merdu. Aku hampir saja menangis. Apalagi lirik dan makna lagunya yang bagiku sangat berarti. Rumah…

“I was stumbling, looking in the dark with an empty heart

But you say you feel the same could we ever be enough?

Baby we could be enough

And it's alright calling out for somebody to hold tonight

When you're lost, I'll find the way I'll be your light

You'll never feel like you're alone I'll make this feel like home..”

Entahlah apa yang membuat Michael langsung memelukku dan mencium rambutku dengan sangat… Aku mencoba membuang pikiran negatifku. Tidak. Aku dan Michael hanya berteman dan tidak mungkin Michael menyukaiku. Tapi pelukannya sangat… Kupejamkan mataku dan tiba-tiba saja aku rindu dengan Luke. Luke, aku hanya ingin Luke. Aku tersenyum miris. Sampai kapanpun juga aku tidak akan pernah bisa melupakan Luke dan aku sangat membenci diriku sendiri. Sama saja artinya aku membunuh diriku sendiri dengan perasaan itu.

Michael melepas pelukanku dan menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. “Pelukan persahabatan.” Ucapnya lirih. “Dan lagu itu, ku harap kau bisa memaknai lagu itu dengan benar.” Sambungnya agak misterius.

Aku mengangguk lalu secara refleks aku meraih kepala Michael dan menciumnya. Ku rasa aku sudah gila. Dan bagaimana reaksi Calum, Ashton, Lily dan Chloe melihat kami berdua? Aku harap mereka tidak salah paham. Aku hanya merasa bahagia karena telah bertemu Michael yang bisa membuatku tersenyum karena kepedihan yang aku rasakan karena Luke. Itu saja.

***

            Luke’s POV

            Benar-benar malam yang sangat melelahkan. Aku tidak langsung pulang ke asrama melainkan kaget melihat Michael, Calum, Ashton, Farah dan dua temannya yang sedang bernyanyi bersama. Jadi itu pesta yang dimaksudkan Farah? Aku terdiam melihat Farah yang terlihat sangat bahagia disana, dia menjatuhkan kepalanya di atas bahu Michael dan aku merasa seperti.. Ah sudahlah. Aku tidak bisa menterjemahkan perasaan yang aku rasakan. Tapi kurasa Michael sudah mulai berani dengan Farah. Aku tau kalau Michael menyukai Farah dan ingin memiliki Farah. Hah! Aku tidak peduli. Terserah Michael mau memilih gadis manapun yang dia sukai. Tapi mengapa rasanya aku tidak suka jika Michael dekat dengan Farah?

            Iphone-ku berdering. Ary menelponku tapi mood-ku sedang tidak baik. Maka aku tolak panggilan itu dan kumatikan Iphone-ku. Tidak peduli esoknya Ary mengomeliku karena aku tidak mau menjawab panggilannya. Kembali melihat kebahagiaan mereka. Sungguh, aku ingin bahagia seperti mereka. Kau salah Mike, aku juga sangat menginginkan diriku yang dulu tapi aku tidak bisa. Aku terlalu sakit karena gadis itu. Maksudku, hal yang membuatku berubah dan menjadi sosok Luke yang aneh karena pacarku sendiri yang kini sudah menjadi mantanku. Ceritanya cukup panjang. Singkatnya, dia memutusiku karena sudah tidak mencintaiku lagi paahal aku sangat mencintainya. Aleisha namanya. Dia adalah gadis yang sangat cantik dan aku beruntung karena berhasil mendapatkannya di kala banyak cowok yang menginginkannya. Hubungan kami hanya berlangsung sekitar lima bulan dan dia langsung memutusiku.

            Setelah kami putus, hidupku menjadi hancur. Ku kira Aleisha hanya bercanda tapi dia serius dan sudah tidak mencintaiku lagi. Secepat itukah perasaannya berubah? God! I very love her bahkan sampai sekarang aku masih mencintainya. Hidupku tidak akan berarti tanpanya. Mungkin kalian menganggapku sebagai cowok yang lemah hanya karena putus cinta. Tapi aku tidak peduli. Aku kalau jatuh cinta dengan seseorang tidak main-main. Tapi mungkin ini yang terbaik dan aku akan berusaha untuk mengembalikan diriku yang dulu dan melupakan Aleisha.

            Sampai aku bertemu dengan Farah yang selalu mengingatkanku akan Aleisha. Apa karena wajah mereka mirip atau karena sifat mereka yang mirip? Aku tidak tau. Tapi semenjak bertemu Farah, aku mulai merasakan suatu hal yang berbeda, namun aku masih ragu untuk menyimpulkannya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar