expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 11 ) Girlfriend





            You’re so fine I want you mine

You’re so delicious I think about you all the time you’re so addictive

Don’t you know what I could do to make you feel alright

Don’t pretend I think you know I’m damn precious

And Hell Yeah I’m the motherfucking princess

I can tell you like me too and you know I’m right

She’s like so whatever you could do so much better

I think we should get together now

And that’s what everyone’s talking about!


Hey! Hey! You! You! I don’t like your girlfriend!

No way! No way! I think you need a new one

Hey! Hey! You! You! I could be your girlfriend

Hey! Hey! You! You! I know that you like me

No way! No way! You know it’s not a secret

Hey! Hey! You! You! I want to be your girlfriend..”

***

Yang jelas, otakku sudah mulai gila saat aku memutuskan untuk merebut hati Luke. Aku sudah menceritakan hal ini pada Marie dan lainnya dan mereka mendukungku. Kata Corine, tidak ada salahnya merebut cowok orang asalkan kau melakukannya dengan adil tanpa harus menyakiti yang lain. Aku tidak peduli bagaimana endingnya asalkan aku bisa menaklukan cowok cuek itu. Harus! Mau tidak mau Luke harus takluk padaku sekalipun aku harus menjadi gadis yang liar.

Aku tetap dengan penampilanku bahkan aku menggunakan pakaian yang menurutku semakin parah. Luke tidak berkomentar apa-apa lagi mengenai penampilanku dan ku rasa dia cuek-cuek saja. Luke kan sudah cinta sama Ary dan rasa cintanya pada gadis itu tidak akan bisa hilang. Tapi tenang saja. Aku akan berusaha. Lihat saja nanti!

Hari ini ada praktek biologi. Tentu saja aku satu kelompok dengan Luke dan aku tidak merasa kesal atau apa. Setelah kami tiba di laboratorium, aku buru-buru mengambil mikroskop dan mulai mengamati yang Mr. Pierre perintahkan. Luke tampak tenang-tenang saja dan sepertinya dia tidak mau membantuku.

“Hei! Mengapa kau tidak mau membantuku?” Tanyaku kesal.

Luke menatapku dengan tatapan yang bagiku masih mematikan. Hanya dengan tatapannya saja aku menjadi ragu dengan niatku untuk menaklukan Luke. Cowok itu sangat sulit untuk ditaklukan sekalipun dia tidak memiliki pacar. Luke pun mendekatiku dan dia mau membantuku.

“Apa yang membuatmu berubah?” Tanya Luke.

Aku menatap Luke dengan heran. Aku berubah? Jadi selama ini Luke memperhatikanku? Aku saja tidak pernah memperhatikan penampilanku. Entah mengapa aku merasa senang. Luke memperhatikanku dan mengatakan kalau aku berubah? Aku paksakan diri untuk tersenyum manis padanya. Kena kau Luke! Luke melihat senyumku namun aku tidak bisa menebak apa yang ada dipikirannya dan senyumku ini.

“Ternyata kau benar-benar gila.” Ucap Luke.

Ya Luke aku benar-benar gila karena kau! Dan untuk apa tadi aku tersenyum seperti orang gila? Nah lho apakah aku mencoba untuk membuat Luke tertarik padaku? Aku bukanlah gadis penggoda. Aku hanya rrr.. Farah kau memang berubah seperti apa yang dikatakan Luke. Kau bukanlah dirimu dan ini semua karena Luke. Luke yang telah membuatku berubah menjadi gila seperti ini.

Tiba-tiba saja Iphone Luke berbunyi. Saat Luke melihat siapa yang menelpon, dia tersenyum lalu cepat-cepat mengangkatnya. Sialan! Dari Ary! Aku penasaran dengan gadis itu dan ingin bertemu dengannya. Tuh kan, hatiku menjadi panas saat mendengar Luke berbicara dengan lembut dan penuh dengan kata sayang. Hah! Cukup lama Luke telponan dengan Ary dan aku menunggu dengan sabar tanpa melanjutkan pekerjaanku. Dan setelah Luke selesai menelpon, dia menatapku dan aku langsung kaget.

“Ku harap kau tidak mendengar percakapanku dengannya.” Ucap Luke.

“Siapa? Ary? Kekasihmu itu?” Tanyaku dengan berani walau rasanya sakit sekali.

Sepertinya Luke sangat tidak menyukai aku yang menyebut nama pacar yang sangat dicintainya. Sekarang Luke menatapku dengan tajam dan ingin menerkamku. Jika saja aku tidak bisa menahan rasa sakit dan perasaan-perasaan aneh yang aku rasakan, maka aku akan hancur dan Luke akan mengetahuinya.

“Jadi kau sudah mengenalinya?” Tanya Luke.

Aku menatapnya dengan penuh keberanian. Tapi percuma saja. Aku adalah mangsa Luke dan aku tidak akan menang darinya, bahkan aku akan dimakannya. “Aku tidak mengenalinya, tetapi aku pernah melihatmu mabuk dengannya. Ary, ternyata di luar sana kau begitu liar dengan cewekmu itu.” Ucapku.

Luke tampak kaget mendengar ucapanku dan aku merasa menang darinya. Mungkin Luke tidak menyangka aku bisa mempergoknya berduaan dengan Ary dan melakukan hal-hal yang bagiku adalah haram. Tampaknya aku dan Luke sudah mulai sama-sama panas dan Luke benar-benar tidak menyukaiku. Tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin mengeluarkan isi hatiku dan tidak peduli dengan responnya.

“Aku tidak suka jika ada orang yang berani mengintipku dengan Ary. Aku sangat tidak menyukai perbuatanmu itu.” Ucap Luke.

“Ohya? Itu kan hak-ku mau melihat siapa saja. Justru kau yang salah berpacaran dengan Ary di tempat seperti itu!” Ucapku semakin kacau.

Lama-kelamaan aku tidak tahan juga berperang mulut dengan Luke mengenai pacarnya yang semakin lama semakin membuat hatiku sakit. Sadarlah Farah, Luke sangat mencintai pacarnya dan kau tidak akan bisa menghancurkan hubungan mereka. Aku ingin menangis. Aku memang gadis yang lemah dan aku hanya bisa menangis sambil menahan semua kesedihan yang aku rasakan. Tiba-tiba saja tangan kananku menyenggol gelas yang ada di meja laboratotium itu dan gelas malang itu terjatuh dan tentu kau tau hal apa yang akan terjadi selanjutnya pada gelas itu. Itu bukan gelas biasa. Bukan gelas yang sering aku gunakan untuk minum.

“Kau telah berhasil memecahkan gelas itu dan aku tidak habis pikir dengan apa yang kau pikirkan. Kau seperti tidak menyukaiku bersama gadis yang aku cintai!” Ucap Luke.

Mataku sudah mulai merah dan berair. Kemudian Mr. Pierre datang dan kaget dengan apa yang aku lakukan. Mr. Pierre tentu bisa melihat kedua mataku yang ingin mengeluarkan air mata akibat kalimat-kalimat yang diucapkan Luke. Mr. Pierre menatap kami dengan tatapan tajam, kemudian Luke yang menyerangku dengan tatapannya yang lebih tajam dari tatapan Mr. Pierre. Ini semua karena pacar Luke yang bisa membuat darahku naik. Tapi aku akui kalau aku yang salah.

“Kalian berdua aku hukum! Sekarang juga kalian harus membersihkan kamar mandi baik kamar mandi cewek maupun cowok. SEKARANG !!” Ucap Mr. Pierre.

Sepertinya Luke tidak setuju dengan Mr. Pierre. “Aku tidak salah! Gadis bodoh itu yang salah!” Ucap Luke sambil menunjuk ke arahku.

Apa? Luke mengatakan kalau aku adalah gadis yang bodoh? Kali ini air mataku benar-benar menetes lalu aku cepat-cepat berlari meninggalkan laboratorium dan melaksanakan hukuman yang memang pantas aku terima. Farah, tadi kau berani sekali membicarakan cewek Luke yang tiba-tiba saja aku bencikan. Aku tidak pernah bertemu dengan Ary tapi aku sudah sangat membencinya dan ingin membuat Ary sakit hati karena Luke. Tapi bagaimana? Luke sangat mencintai Ary dan aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis.

Kamar mandi yang tidak terlalu mengerikan ku rasa, tidak seperti kamar mandi yang ada di sekolah lamaku. Baunya tidak terlalu menyengat dan kamar mandinya bersih dan lengkap. Hah! Mr. Pierre salah member aku hukuman karena ku rasa kamar mandi ini sudah bersih, lalu apa yang harus aku bersihkan? Aku mengambil air untuk mencuci wajahku yang kacau namun tiba-tiba saja…

Aww! Aku terpeleset dan air yang masih menyala itu jatuh membahasi tubuhku. Sempurna. Kakiku yang sakit dan rambutku yang basah. Tapi sungguh, kakiku sangat sakit sekali dan air mataku ini dengan mudahnya keluar. Aku memang tidak bisa menahan rasa sakit. Ku harap ada seseorang yang mau menolongku.

“Wah, wah, sepertinya ada yang ingin membutuhkan pertolongan.”

Suara itu.. Fuck! Itu suara Luke dan aku tidak ingin dia melihatku dalam kedaan konyol dan mengenaskan seperti ini. Tapi sayangnya Luke telah menemukanku dan aku tidak bisa kabur darinya. Gimana mau kabur sedangkan kaki-ku masih sakit dan aku tidak bisa bangun? Baju dan rambutku juga basah. Sungguh hari ini adalah hari tragis dan aku ingin cepat-cepat keluar dari hari ini.

“Aku tidak membutuhkan bantuanmu!” Bentakku.

Luke berdecak. “Siapa juga yang mau membantumu? Untuk apa membantu gadis seperti dirimu?” Ucapnya.

Dadaku terasa sesak mendengar suaranya. Bisakah Luke memahami perasaan yang aku rasakan? Rasanya sakit sekali. Ini adalah kesakitan yang paling sakit yang pernah aku rasakan. Aku biarkan air mata mengalir membahasi pipiku dan aku tidak peduli Luke melihatku menangis. Jika saja aku bisa mati saat ini juga, aku sudah siap untuk mati. Tiba-tiba saja Luke mendekatiku dan dia berjongkok tepat di depanku. Luke menatapku dan aku tidak bisa berpaling dari tatapannya yang bagiku adalah surga. Tadi Luke bagaikan seorang iblis, sekarang Luke bagaikan seorang malaikat tampan yang ingin membantuku. Bagaimana bisa hati Luke berubah secepat itu?

Kemudian Luke membantuku untuk berdiri. Dia meraih tangan kananku lalu meletakkannya di atas pundaknya dan sungguh, Luke memperlakukanku dengan begitu lembut dan hatiku langsung tersentuh olehnya. Sementara itu tangan kiri Luke memegang pinggangku dan aku ingin sekali berteriak. Lihat! Luke melakukannya dengan santai sementara aku merasa gugup sekali dan aku tidak yakin apakah Luke tidak mendengar detakan jantungku ini. Tiba-tiba saja rasa sakit di kakiku berubah menjadi perasaan saat cowok yang kau sukai memperlakukanmu dengan cara seperti ini. Tubuh Luke sangat tinggi dan ku rasa Luke adalah manusia tertinggi yang pernah aku temui. Bahkan Dad tidak setinggi Luke.

Luke menuntunku dan kami sudah keluar dari kamar mandi. Aku benar-benar tidak tenang dan takut jika ada orang yang melihat kami. Bayangkan saja seorang gadis kacau sepertiku diperlakukan seperti ini dengan cowok tampan seperti Luke. Benar-benar gila dan sangat tidak masuk akal. Mulutku terasa kaku untuk mengeluarkan suara bahkan bergerak sedikitpun rasanya susah. Luke juga belum mengeluarkan suara sejak dia membantuku. Apa sih yang ada dipikirannya dan kemana dia akan membawaku?

“Dimana kamarmu?” Tanya Luke.

Jadi Luke mau membawaku ke kamar? Tidak! Tentu aku tidak ingin ada cowok yang masuk ke dalam kamarku tapi bagaimana lagi? Disini sepi dan tidak ada satupun orang yang lewat bahkan jika ada, belum tentu aku mengenalinya. Aku ingin menelpon Marie tapi sialnya tas-ku ada di kelas dan tentu saja handphone-ku ada disana. Kalau aku pinjam Iphone Luke, aku-nya yang tidak tau nomer Marie dan lainnya.


Terpaksa aku membiarkan Luke menuju kamarku dan jika ada guru atau siapapun yang melihat kami, aku siap untuk disalahkan karena memang aku yang salah. Tapi aku nyaman dengan kondisi seperti ini dengan tangan kananku yang ku taruh di atas pundak Luke, dan tangan kiri Luke yang memegang pinggangku. Aku ingin terus merasakan seperti ini. Sungguh. Hatiku yang tadinya sakit mendadak menjadi bahagia.

Sesampai di kamar, aku menunjuk letak kasurku dan Luke melepaskanku secara perlahan dan hati-hati seperti aku tidak ingin merasakan sakit. Dia sangat lembut dan penuh perhatian, aku jadi curiga kalau Luke memiliki dua kepribadian ganda, yang satu baik dan yang satu jahat. Aku sudah duduk dan menselonjorkan kaki-ku yang langsung terasa sakit. Tepatnya di kaki kananku. Tapi tunggu! Bajuku masih basah dan tentu saja kasurku akan basah. Dan baru aku sadari Luke yang juga sudah duduk di atas kasurku dan aku tidak berani menatapnya.

“Apa kakimu masih sakit?” Tanya Luke.

Demi Tuhan suara Luke sangat lembut dan aku merasa seperti… Argh! Mengapa anak itu cepat sekali berubah dan mudah sekali membuatku kesal serta mudah sekali membuatku semakin mengaguminya? Aku menatapnya dan Luke menatapku tanpa adanya ekspresi kekesalan atau ketidaksukaan. Ayolah Luke, senyum! What? Otakku sudah mulai gila! Farah!!! Tapi sungguh hanya dengan melihat wajahnya saja rasa sakit di kakiku langsung hilang.

“Ku rasa.. Hmm.. Sedikit berkurang.” Jawabku malu.

Aku berharap Luke tidak menggodaku dan mengatakan kalau pipiku memerah. Tapi sepertinya Luke tidak mau mencari gara-gara dan membuatku kesal.

“Bajumu basah. Sebaiknya kau ganti dulu dengan pakaian yang kering atau.. Hmm.. Pakai saja handuk ini.” Ucap Luke.

Aku tidak tau darimana Luke menemukan handuk yang berbentuk baju itu dan langsung aku pakai. Aku tidak terlalu basah dan kedinginan sih dan yang basah hanya rambut dan bajuku sedangkan rok-ku tidak terlalu basah jadi aku tidak perlu khawatir jika nanti kasurku basah. Aku terdiam dan mencoba membuat nyata semua ini. Luke ada di atas kasurku dan dia memperlakukanku dengan sangat baik dan penuh perhatian. Semoga Iphone Luke tidak berdering dan si pacar Luke yang menelpon hingga membuat kacau suasana hatiku yang sudah cukup bahagia ini.

Cukup lama Luke berada disini dan tidak sedikitpun Luke berpindah posisi. Cowok itu tampak tenang dan memainkan Iphone-nya. Mengapa Luke tidak mau pergi? Apa yang ingin Luke lakukan padaku? Hanya aku dan Luke yang ada di kamar ini dan mengapa aku tidak merasa curiga padanya? Luke kan anak yang tidak baik, tapi dengan sikapnya yang seperti ini menjadikan Luke sebagai anak yang begitu baik dan hell! Aku benar-benar jatuh cinta padanya!

“Ku rasa kakiku sudah membaik. Aku akan mengganti pakaianku.” Ucapku lalu mencoba untuk berdiri. Masih terasa sakit tapi aku bisa berjalan walau tidak seperti biasanya. Ku lihat Luke langsung berdiri seperti masih ingin menjagaku agar aku tidak jatuh.

“Aku mau mengganti pakaian dan sebaiknya kau pergi dari kamar ini sebelum ada yang menemukan kita.” Ucapku.

Jangan! Aku malah berharap Luke masih tetap berada disini bahkan sampai malam nanti. Astaga apa lagi pikiran anehku ini? Luke kembali duduk di kasurku dan mengapa dia tidak mau pergi? Setelah mengambil baju, aku langsung masuk ke kamar mandi dan berharap Luke tidak mengacak-acak barang-barang yang ada di kasur atau di meja, parahnya lagi jika Luke sampai menemukan barang yang tidak boleh dilihatnya, bisa mati karena malu aku.

Setelah aku mengganti pakaianku, aku langsung kaget karena Luke masih duduk di kasurku dan terlambat, Luke ketahuan melihat fotoku dan ku harap yang dilihatnya bukankah fotoku dengan Alex. Wajah Luke terlihat bersalah tapi aku tidak kuasa memarahinya. Luke benar-benar baik padaku walau saat di laboratorium tadi dia membuatku sakit dengan pacarnya itu.

“Ternyata kau sudah punya pacar. Namanya Alexander.” Ucap Luke dengan santai.

Luke sialan! Dia mulai membuatku kesal. Salahku yang tidak membuang fotoku dengan Alex dan akhirnya Luke tau kalau Alex adalah pacarku walau aku sudah putus dengan Alex. Perlahan aku duduk tepat di sampingnya dan jantungku kembali berdebar-debar.

“Kami sudah putus!” Ucapku.

“Oh, aku minta maaf. Tapi pacarmu, maksudmu mantanmu cukup tampan. Namanya Alex lagi dan namanya sama dengan vokalis All Time Low.” Ucap Luke.

Jadi Luke mengenal All Time Low? Tapi memang sudah sepantasnya Luke tau siapa All Time Low ataupun band-band lainnya. Aku curiga jika Luke juga menyukai band dan memiliki band dan pastinya aku akan semakin tergila-gila padanya. Saat melihatnya bermain gitar saja sudah membuatku merasa senang walau dia tidak bernyanyi. Dan bagaimana jika Luke tampil di panggung dan.. Stop! Aku tidak mau membayangkan hal itu lagi jika aku tidak ingin diriku bertambah gila.

“Aku ngefan sama All Time Low, dan band-band lain seperti mereka. Dan aku sangat mengidolakan Alex Gaskarth.” Ucapku.

Aku tersadar kalau aku dan Luke duduk tanpa adanya jarak sedikitpun. Bahkan kami duduk tepat di atas kasurku! Jika Mom tau, pasti Mom akan marah dan Mom akan memaksaku untuk kembali ke Indonesia. Tapi sejauh ini Luke tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Luke terlihat cukup sopan walau sesekali dia membuatku kesal. Tapi aku senang ada orang yang mau kuajak bicara mengenai band favoritku karena selama di sekolah teman-temanku tidak ada yang menyukai band seperti All Time Low. Menyebalkan sekali. Cowoknya juga sama.

“Ku harap kau jangan iri karena aku pernah berduet dengannya. Apalagi aku pernah berduet gitar dengan Alex dan Jack dan itu sangat menyenangkan.” Ucap Luke.

Aku tidak perlu mempercayai ucapan Luke karena aku yakin sekali Luke pasti berbohong. Tidak mungkin Luke bisa bertemu dengan All Time Low apalagi sampai bisa berduet gitar dengan mereka. Jack adalah gitaris yang hebat dan sangat keren dan aku tidak yakin apakah Luke bisa menyamai Jack. Luke hanya ingin membuatku iri dan kesal saja.

Tiba-tiba Iphone Luke berbunyi dan Luke langsung berdiri sambil mengangkatnya dan dia tampak membelakangiku. Apakah si Ary yang menelponnya? Kemudian dia membalikkan badan dan kulihat wajahnya begitu bahagia dan senyum Luke… Sial! Si sialan Ary yang menelpon Luke karena di bagian akhir Luke mengucapkan kalimat manis berupa: I love you. Bisakah sehari saja Luke tidak membuat hatiku sakit? Tapi untuk apa Luke memperlakukanku dengan manis jika Luke sudah memiliki pacar yang sangat dicintainya dan pacarnya itu begitu liar?

“Barusan Ary menelponku dan aku harus menemuinya. Sepertinya aku akan bolos hari ini. Thankyou Farah karena sudah memberikan jalan bagiku untuk bolos dengan cara membantumu.” Ucap Luke lalu pergi meninggalkanku begitu saja.

Nah, Luke sudah berubah dan hatiku kembali menjadi sakit. Seharusnya aku yang berterimakasih padanya, bukan dia yang berterimakasih padaku. Dan seandainya jika aku bisa membaca pikiran Luke…

Semua ini karena pacar Luke dan aku sangat membencinya!

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar