expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 7 ) Your Love Is A Lie





            “I fall asleep by the telephone it's 2 O'clock and I'm waiting up alone

Tell me where have you been? I found a note with another name

You blow a kiss, but it just don't feel the same cause I can feel that you're gone

I can't bite my tongue forever while you try to play it cool

You can hide behind your stories but don't take me for a fool


You can tell me that there's nobody else

You can tell me that you're home by yourself

You can look into my eyes and pretend all you want

But I know, I know your love is just a lie

It's nothing but a lie..”

***

Tuhan memang baik padaku. Hari ini Luke tidak masuk sekolah entah apa alasannya. Apakah karena Luke sedang mabuk? Haha pikiranku terlalu menuju kesana tapi aku berharap Luke baik-baik saja. Setidaknya Luke tidak benar-benar terkena sakit parah karena aku takut para gadis bakal sedih karena kehilangan satu cowok tampan yang sangat mereka kagumi. Hmm pikiran tidak jelas pun datang. Aku mencoba menenangkan diri dan menikmati kesendirian ini.

“Luke memang misterius. Dia tidak mempunyai teman disini.”

Di kantin aku sempat mendengar ucapan-ucapan seperti itu. Semoga mereka tidak membicarakanku karena aku sama sekali tidak mengenal Luke. Tapi alangkah baiknya jika aku yang duluan mengajaknya bicara. Aku merasa kasihan padanya. Dia tampak diam walau terlihat cuek dengan keadaan. Apa mungkin Luke dipaksa kemari padahal dia tidak mau? Rasa penasaran itu mulai memenuhi pikiranku.

“Hari ini banyak yang membicarakan Luke. Ayolah Farah kau harus bicara padanya. Kau adalah orang pertama yang Luke perlakukan dengan baik. Jangan-jangan Luke tertarik padamu.” Ucap Marie.

Aku masih mengingat kejadian yang sulit aku lupakan. Saat Luke membantu memasukkan barang-barangku yang jatuh dan aku sempat melihat jari-jarinya yang hanya karena itu membuat jantungku berdebar-debar. Bagaimana jika aku menatapnya dengan lekat dalam waktu yang lama? Apakah aku akan mati?

“Aku takut jika Luke meresponku dengan kata-kata yang tidak baik.” Ucapku.

It’s okay setidaknya Luke mau meresponmu.” Ucap Lily.

Aku terdiam sambil menatap Lily yang sedang makan lalu teringat sesuatu. “Lily apakah kau sudah punya pacar?” Tanyaku.

Karena pertanyaanku, Lily agak sedikit keselek. “Pacar? Oh jangan katakan hal itu lagi. I really really miss him!” Jawabnya sambil mengelap mulutnya.

Bahkan Lily sudah mempunyai pacar dan dia sama sekali tidak tertartik pada Luke. Sedangkan aku? Artinya, Lily bisa menjaga cintanya dan cuek akan kehadiran cowok lain. Aku ingin seperti Lily yang bisa menjaga cintanya walau selama ini aku berusaha menjaga cintaku pada Alex. Dua tahun dan itu bukanlah waktu yang singkat.

“Aku sangat mencintainya.” Ucap Lily.

“Kau hebat bisa menjaga cintamu. Kau sama sekali tidak tertartik dengan cowok lain.” Ucapku.

“Tidak. Justru kau lebih hebat dari aku. Aku baru menjalani hubungan dengannya selama lima bulan. Dan aku harus berpisah dengannya selama empat bulan. I can’t stop thinking of him even though he always sends me messages. Sedangkan kau, kau bisa menahan rasa rindumu pada Alex.” Ucap Lily.

Aku tersenyum masam. Aku memang sanggup menahan rasa rinduku pada Alex namun pada saat aku bertemu dengan Luke, semuanya terasa berbeda dan aku masih membenci diriku. Kalau aku benar-benar mencintai Alex, mustahil bagiku untuk tertarik pada cowok lain. Contohnya Lily. Dia sangat mencintai pacarnya. Apa karena hubungan jarak jauh ini?

“Tapi kalau aku benar-benar menyukai Luke apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tidak tau darimana asalnya.” Desahku.

***

Dia menelponku! Maksudku Alex menelponku tepat saat aku bangun dari tidurku. Sekarang hari minggu dan sekolah diliburkan. Sama seperti sekolah yang ada di Indonesia. Sudah tiga kali Alex memiscall-ku dan aku ragu menjawabnya. Aku lagi malas bicara padanya, sungguh. Tapi aku merasa kasihan padanya. Akhirnya saat panggilan Alex yang keempat aku langsung menjawabnya.

“Farah..”

Lidahku terasa kelu mendengar suaranya. Sudah berapa lama aku tidak mendengar suaranya? Tapi aku merasa jantungku tidak berdebar-debar. Tidak seperti saat aku dekat dengan Luke. Astaga kenapa aku mengingat cowok itu padahal aku mulai belajar untuk tidak mengingatnya?

“Iya Alex?” Ucapku.

“Apakah hari ini kau punya waktu? Aku ingin bertemu denganku. Aku sangat merindukanmu.” Ucapnya.

Kuputuskan untuk tidak bertemu dengan Alex karena pastinya aku sudah tau hal apa yang akan terjadi. Aku menjadi seseorang yang asing bagi Alex sementara Alex bingung padaku dan bertanya kenapa aku berbeda dari biasanya.

“Maaf aku tidak bisa. Aku ada janji sama teman-temanku.” Ucapku.

Padahal Corine dari pagi tadi sudah kabur sama lainnya dan tinggallah aku sendiri di kamar ini. Mungkin karena aku terlambat bangun dan susah untuk dibangunkan akhirnya mereka meninggalkanku. Ku tunggu reaksi Alex. Di sebrang sana Alex belum mengeluarkan suaranya. Aku menunggu dengan sabar dan berharap Alex tidak curiga padaku.

“Baiklah.” Ucapnya lalu mematikan sambungan secara tiba-tiba.

Firasatku menjadi tidak enak tapi cepat-cepat aku buang. Aku memutuskan untuk mandi dan memakan sisa-sisa makanan yang ada di kamar. Ada beberapa potong roti dan susu. Tidak apa-apa. Itu bisa menjadi sarapanku walau waktunya tidak bisa dibilang waktu sarapan. Aku benar-benar terlambat bangun.

Setelah mandi dan sarapan, aku yang menggunakan baju santai yaitu kaos dan celana jeans panjangku memutuskan untuk keluar. Musim panas, ya. Aku merasa musim panas sama seperti musim kemarau yang ada di Indonesia. Aku sudah tidak bisa lagi mencium bau musim panas dan itu semua karena Luke. Ku lihat di beberapa kamar tampak sepi, mungkin penghuninya pada jalan-jalan keluar. Aku sendiri tapi aku merasa baik-baik saja.

Sampai di luar, baru tampak ramai dan beberapa orang menyapaku. Aku terlihat cukup tomboi hari ini dengan snapback hitamku. Jika saja aku bisa merobek celana jeansku dan membuatnya semakin ketat mungkin aku terlihat seperti Luke versi cewek. Aku melihat suasana diluar dan tubuhku langsung diterpa angin yang terasa sejuk. Entah mengapa aku merasa bebas. Aku merasa seperti burung yang baru dilepas dari sangkarnya. Tidak ada pesan masuk dari Alex. Biasanya Alex selalu menganggu ponselku dengan ungkapan-ungkapan manisnya. Alex. Apakah aku sudah tak lagi mencintaimu?

Entahlah kemana aku melangkah namun ku rasa aku berjalan cukup jauh dan aku menjadi bingung. Disekitarku tampak ramai dan aku lupa dimana jalan pulang. Farah you’re so stupid! Inilah salah satu kelemahanku yaitu aku suka melupakan jalan pulang jika aku pergi sendirian apalagi di tempat asing seperti London. Alex pernah mengajakku jalan-jalan tapi aku lupa dimana saja dia mengajakku karena aku terlalu bahagia sampai melupakan jalan pulang.

Sampai tiba di kedai kopi yang tidak terlalu besar dan cukup ramai, aku memutuskan masuk ke dalam dan mencium aroma kopi yang nikmat. Hmm minum es kopi di saat suasana panas pasti terasa nikmat. Saat aku memesan kopi, tiba-tiba saja kepalaku menjadi pusing. Tidak. Bukan karena aku sakit atau apa, tapi karena ada suatu alasan yang tidak pernah aku bayangkan selama ini.

“Nona ini kopinya.”

Aku sedikit terhenyak kemudian mengambil kopi itu dengan tangan yang gemetaran. Alex. Jadi selama ini dia membohongiku? Aku tidak tau siapa gadis yang sedang tertawa bersama Alex di dalam sana tetapi keduanya tampak mesra. Kupusatkan perhatianku padanya dan kulihat tangan Alex yang menggenggam tangan gadis itu. Astaga gadis itu cantik sekali. Berambut cokelat dan memakai kacamata pula. Gadis itu terlihat sangat cerdas dari sini dan ku rasa cocok dengan Alex.

Jadi, gadis cantik berkacamata itu adalah selingkuhan Alex? Aku tidak yakin dengan apa yang aku lihat. Alex telah berjanji padaku untuk tidak bermain-main di belakangku. Alex sangat mencintaiku dan tidak ada gadis yang lain selain aku. Tapi bagaimana dengan gadis berkacamata itu? Apa ini karena aku yang menolak ajakan Alex? Satu pertanyaan yang sangat penting: Mengapa hatiku tidak sakit melihatnya bersama gadis itu?

Astaga! Aku benar-benar kaget saat membalikkan badan dan melihat ada malaikat disana, maksudku Luke. Sialan Luke! Kulihat Luke tampak cuek dan tidak peduli dengan kehadiranku disini. Aku menelan ludahku. Untuk sementara aku melupakan Alex dengan gadis itu dan memikirkan kehadiran Luke yang secara tiba-tiba.

“Luke? Kenapa kau tidak masuk kemarin?” Tanyaku.

Untuk pertama kalinya aku berbicara padanya. Luke mengangkat wajahnya yang sedaritadi ia tundukkan, maksudku sejak tadi Luke memainkan Iphone-nya. Aku bertemu dengan mata birunya yang… mampus! Aku ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini sebelum aku berteriak. Mata biru yang sangat indah! Aku ingin sekali membenci Luke karena Luke telah melakukan semua ini padaku meski semua itu bukan salah Luke melainkan salahku.

It’s not your problem.” Ucap Luke lalu mengambil kopinya dan meninggalkanku dengan gaya cueknya.

Damn! Shit! Luke benar-benar sialan! Aku kesal sekali melihat gayanya dan suaranya yang terkesan sombong. Apa Luke merasa jijik padaku? Aku tau aku tidak pantas bicara dengannya. Luke hanya pantas bicara dengan gadis-gadis ya minimal seperti Corine-lah. Aku hanya gadis polos dan masih suci, maksudku masih belum berani melakukan apa yang Corine dan sejuta cewek yang mereka lakukan jika umur mereka sudah dewasa. Aku masih berumur tujuh belas tahun. Ku rasa Luke ingin bergaul dengan gadis yang usianya lebih dewasa dibanding dirinya. Begitulah cowok-cowok jaman sekarang.

Tapi entah mengapa hatiku sedikit tergores dengan sikap Luke barusan. Seharusnya Luke bersikap lembut setidaknya tidak menampakkan sikap kesombongan dan kecuekkannya seperti saat membantuku memasukkan barang-barang.. Enough! Aku sudah melupakan kejadian itu! Dan sepertinya Luke memiliki dua jiwa yang berbeda, ku rasa.

***

“Selena Silvina. Dia adalah salah satu gadis terpintar di University of London. Dia blasteran Inggris-Indonesia. Katanya sih dia memiliki seorang pacar yang berasal dari Indonesia tapi kuliah di Inggris.” Jelas Lily.

Ku kira Lily tadi menyebut nama Selena Gomez. Jadi nama gadis itu Selena? Lily begitu hebat mencari informasi dan ketika dia membuka profil facebook Selena, wajahnya mirip dengan apa yang kulihat saat berduaan bersama Alex. Dan statusnya adalah… Pacaran? Hmm jadi benarkah Alex yang selama ini aku anggap sebagai cowok yang benar-benar mencintaiku dengan tulus adalah sebuah kebohongan? Tapi kuakui Selena sangat cantik dan aku merasa kecil jika dibandingkan dengan Selena.

“Jika dia bahagia bersama Alex, aku juga bahagia.” Ucapku.

Diam-diam aku merasa bersyukur karena telah dipertemukan oleh Luke karena jika aku tidak bertemu dengan Luke, aku akan menangis dan mungkin saja bunuh diri. Tapi masalah akan bertambah kalau aku benar-benar menyukai Luke.

“Dia sudah menjalin hubungan dengan pacarnya kurang lebih selama satu tahun. Tapi Selena selalu menyembunyikan hubungan itu.” Ucap Lily sambil membuka-buka foto Selena.

Tidak ada satupun foto Alex disana. Aku tidak mengerti apa yang ada di otak Alex juga Selena. Untuk apa mereka menyembunyikan hubungan itu? Supaya aku tidak tau? Aku menjadi kesal dengan Alex. Apa iya aku yang akan memutuskan hubungan ini sebelum Alex yang memutusiku?

“Jangan menyimpulkan dulu, siapa tau mereka berdua hanya berteman.” Ucap Marie.

Aku menatap Marie. “Kulihat mereka sangat mesra. Alex menggenggam tangan Selena.” Ucapku.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Alex mengiriku pesan. Dia sudah ada di luar asrama dan ingin mengajakku makan malam. Sialan! Mau Alex apa sih? Tapi aku mencoba untuk tidak mengambil sebuah keputusan seperti apa yang dikatakan Marie. Aku akan menunggu sampai Alex mengatakan yang sejujur-jujurnya. Jadi kuputuskan untuk menemui Alex dan menerima ajakan makan malamnya dan mencoba untuk menjadi gadis yang bahagia saat bersama pacarnya.

Alex sama seperti biasa. Tetap tampan dan senyumnya tidak akan pernah berubah. Alex merangkulku dan mengajakku masuk ke dalam mobilnya. Jantungku sama sekali tidak berdebar-debar. Alex menjalankan mobilnya dan sampai detik ini dia belum mengeluarkan suara. Aku menunggunya sampai dia mengeluarkan suaranya.

“Farah, apapun yang terjadi aku tetap mencintaimu.” Ucap Alex akhirnya.

Aku menghela nafas panjang. Aku teringat dengan Alex dan Selena yang begitu mesra. Aku tidak yakin apakah Selena saudara Alex atau memiliki hubungan darah dengan Alex. Maka aku biarkan hatiku memaksa bahagia karena ucapan-ucapan Alex. Jika Alex berbohong, aku berjanji untuk tidak sakit hati karena pada dasarnya aku memang tidak sakit hati.

“Aku juga akan selalu mencintaimu. Maafkan aku karena sikapku yang aneh dan tidak seperti diriku.” Ucapku.

Alex tersenyum. Ku rasa Alex menganggap sikapku yang berbeda adalah hal yang biasa. Tak apa. Aku merasa tenang sekarang sambil menikmati perjalanan ini. Ternyata Alex mengajakku makan malam di sebuah tempat terbuka yang sangat indah. Baru kali ini aku makan di tempat yang terbuka. Alex membuka pintu mobil dan dia terlihat sangat romantis.

“Tempat yang indah.” Gumamku.

Ponsel Alex berbunyi dan dia langsung mengangkatnya. Kulihat wajahnya amat berbinar dan aku curiga jika yang menelponnya adalah Selena. Percakapan biasa seperti pada saat Alex bercakapan-cakapan dengan teman akrabnya. Tidak ada kalimat-kalimat sayang yang Alex ucapkan tetapi ekspresi wajah Alex sangat bahagia. Seperti sedang bertelponan dengan pacarnya. Hah, Selena.

Ku rasa makan malam ini terasa biasa saja. Tapi bagi Alex sangat menyenangkan mengajakku pergi ke tempat ini. Aku berusaha menampilkan wajah senangku dan tidak menampilkan ekspres kecurigaanku. Aku menjadi ragu. Apakah Alex benar-benar mencintaiku atau tidak? Tapi kulihat dari sikap dan pandangan matanya, dia sangat mencintaiku dan tidak ingin kehilanganku. Lalu bagaimana dengan Selena? Apa aku salah orang?

***

Luke tidak masuk lagi! Tapi guru-guru yang mengajar seakan-akan tidak mempedulikan Luke. Mereka saja tidak mempedulikan Luke, jadi mengapa aku harus mempedulikannya? Bukankah aku merasa bersyukur karena tidak melihat wajahnya? Aku bisa tenang karena tidak ada kehadirannya disini. Atau jangan-jangan Luke sudah menyerah dan tidak mau sekolah disini? Atau karena aku?

“Hei Farah aku lupa memberitahumu. Aku sudah chat dengan Selena semalam dan nanti sepulang sekolah kita bisa bertemu dengannya.” Ucap Lily.

Entah apakah Lily yang ingin menolongku atau bersemangat ingin bertemu dengan Selena. Aku menurut saja lagipula aku juga ingin melihat sosok Selena dari dekat dan menilai gadis itu. Saat pulang sekolah, Lily mengajakku menuju tempat yang dimaksud Selena walau aku tidak yakin. Marie juga ikut walau sejujur-jujurnya dia malas. Dan saat kami bertemu Selena, Selena sangatlah cantik dan ramah. Dari wajahnya saja dia sudah menandakan kedewasaan pada dirinya. Sedangkan aku, aku rasa aku masih seperti anak kecil.

“Aku Selena. Senang berkenalan dengan kalian.” Ucap Selena.

Aku heran mengapa bisa Selena mau bertemu dengan Lily yang tidak dia kenali. Kemudian Selena mengajak kami pergi ke cafee. Kulihat kacamatanya dan aku langsung teringat dengan Alex. Aku ragu menanyakan hubungan Selena dengan Alex.

“Apa.. Apa kau mengenal Alexander Septian?” Tanyaku hati-hati disertai jantung yang mulai berdebar-debar.

Selena langsung menatapku dan aku menjadi takut. Aku berharap Selena tidak marah atau tersinggung padaku. Tapi kuperhatikan di balik kacamatanya, mata Selena amat teduh dan dia sama sekali tidak menampakkan ekspresi kemarahan. Kemudian Selena tersenyum dan aku penasaran apa maksud dari senyum itu.

“Alex? Tentu saja. Dia adalah kekasihku. Kami sudah pacaran selama satu tahun. Dia begitu baik padaku. Suatu hari nanti aku akan memperkenalkannya pada kalian.” Jawab Selena.

Aku tidak tau harus bagaimana saat mendengar jawaban Selena, tetapi aku merasa puas. Ku lihat wajah Marie dan Lily seperti tidak percaya dengan apa yang Selena ucapkan. Jadi, mereka sudah pacaran selama satu tahun sedangkan aku dan Alex sudah pacaran selama dua tahun? Artinya Alex sudah membohongiku selama satu tahun. Aku heran pada Selena. Gadis itu dengan mudahnya menjawab hubungannya dengan Alex. Tapi syukurlah Selena tidak mengenaliku atau mungkin Selena tidak pernah mengenal nama Farah? Apa Alex tidak pernah menceritakan sosok Farah padanya?

“Astaga Alex menelponku. Kalau begitu aku pergi dulu ya, senang berkenalan dengan kalian.” Ucap Selena lalu pergi meninggalkan kami.

Setelah kepergian Selena, kami bertiga saling tatap menatap. Alex. Jadi selama ini cintanya adalah palsu? Jadi selama ini Alex membohongiku? Setelah ini apa yang harus aku lakukan? Apa aku yang harus memutuskan hubungan ini? Apa aku harus memberitahu Alex kalau aku sudah mengenali dan sudah bertemu dengan Selena?

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar