expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 16 ) Heartbreak Girl




            You call me up, It's like a broken record

Saying that your heart hurts

That you never get over him getting over you.

And you end up crying and I end up lying,

Cause I'm just a sucker for anything that you do.

And when the phone call finally ends, you say, ‘Thanks for being a friend’

And we're going in circles again and again


I dedicate this song to you, the one who never sees the truth,

That I can take away your hurt, heartbreak girl.

Hold you tight straight through the day light, I'm right here

When you gonna realize? That I'm your cure, heartbreak girl..”

***

            Michael’s POV

            Sudah kesekian kalinya aku membanting pintu kamarku dan memukul apa saja yang ada dihadapanku. Luke sudah benar-benar keluar batas dan jika sikap Luke sudah sangat parah, mau tidak mau aku harus bisa menjaga Farah dengan ketat agar gadis itu tidak mendapatkan pukulan menyakitkan dari Luke. Sudah sekali Farah mendapatkan pukulan menyakitkan dari Luke yaitu saat cowok sialan itu mengajak Farah pergi ke tempatnya. Untunglah ada Ashton disana dan Ahston membantu Farah untuk keluar dari neraka itu. Sayangnya Farah pingsan dan karena ragu membawa Farah pulang ke asrama cewek, akhirnya diam-diam Ashton membawa Farah ke asrama kami. Aku tidak tau bagaimana  cara Ashton berhasil membawa seorang gadis kemari tanpa sepengetahuan siapapun.

            Aku menatap miris wajah Farah yang pucat dan tangannya yang dingin. Gadis itu masih suci dan aku tidak akan membiarkan Luke merengut kesuciannya. Jika Farah terlalu terbawa oleh permainan Luke, maka kemungkinan besar Luke akan membuat Farah kehilangan hal yang paling berharga dan aku tidak mau hal itu terjadi. Aku tidak bisa membenci Luke dengan apa yang sudah dia lakukan pada Farah karena aku tau persis bagaimana kisah masa lalu Luke. Kurasa Luke masih larut dalam kesedihannya dan menjadikan Farah ataupun Ary sebagai pelampiasannya.

            “Dia adalah gadis yang sangat cantik. Pantas saja kau tertartik padanya.” Ucap Calum sambil menatap Farah.

            Aku tersenyum kecil pada Calum. Hampir dua jam Farah pingsan dan aku tidak bisa tidur. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan aku belum mengantuk. Ashton sudah tidur daritadi sedangkan Calum sama sepertiku. Calum memang sering terserang insomnia sedangkan aku insomnia karena Farah. Aku tidak tenang jika Farah belum bangun.

            “Luke belum pulang. Kalau Luke pulang dan melihat Farah disini, dia akan marah.” Ucap Calum.

            Aku berharap Luke tidak pulang sampai besok pagi. Tidak peduli apa yang dilakukan Luke bersama teman-teman tidak baiknya, juga Ary. Tapi aku merasa kasihan padanya. Kapan Luke sadar? Kapan Luke kembali menjadi dirinya yang dulu? Ku kira Farah yang bisa meyelamatkan Luke tetapi kurasa tidak bisa. Farah malah jatuh di dalam permainan Luke dan gadis itu hanya bisa melihat Luke tanpa harus melihat cowok lain, termasuk aku. Jika Luke mempelampiaskan segala yang ia rasakan pada Farah, maka Farah pun mempelampiaskan segala yang dia rasakan padaku.

            Tiba-tiba aku melihat tubuh Farah yang bergerak. Jantungku mulai berdebar-debar. Aku mendekati Farah dan dia langsung membuka matanya. Kurasa Farah masih bingung dengan keadaannya dan mengapa bisa ada aku disini.

            “Mike?” Tanya Farah.

            “Ya. Kau pingsan selama dua jam.” Jawabku.

            Aku membantu Farah agar gadis itu bisa duduk dengan nyaman, kemudian Calum memberinya segelas air putih. Di wajahnya masih ada sisa-sisa keringat dan ingin sekali aku mengelapnya tapi aku tidak berani. Setelah menghabiskan air yang dibawa Calum, Farah menatapku dengan penuh tanda tanya.

            “Seingatku, aku makan malam bersama Luke, lalu… Argh!”

            Farah memegang kepalanya yang sepertinya sakit. Aku berusaha menenangkannya. Ayolah Farah, kau harus bisa keluar dari permainan Luke dan mulai melihat cowok lain. Farah terlalu mencintai Luke dan akan melakukan apapun demi Luke.

            “Luke, dia benar-benar membuat hatiku hancur. Luke tega meninggalkanku di tempat yang bukan tempatku. Luke malah asyik ciuman bersama Ary.” Ucap Farah lalu terdiam sesaat. “Jadi, bagaimana kau bisa membawaku kemari?” Tanyanya.

            Tentunya aku bisa merasakan kesakitan yang dirasakan Farah. Aku ingin sekali menyelamatkan Farah tapi ku rasa aku tidak bisa. Aku hanya berharap gadis itu baik-baik saja walau masih mengharapkan Luke.

            “Ashton yang membawamu kemari. Hmm.. Bagaimana kalau kau kuantar pulang saja? Sepertinya kau sakit. Suhu tubuhmu cukup panas.” Ucapku.

            Farah mengangguk lalu aku membantunya berdiri. Tak lupa aku memberinya jaket agar gadis itu tidak kedinginan. Aku sedih melihat Farah dalam keadaan seperti itu. Dia berusaha memperlihatkan dirinya yang sempurna di mata Luke namun aku yakin Luke sama sekali tidak memujinya sedikitpun. Aku merangkulnya dan beberapa orang melihatku dengan aneh. Aku mengabaikan mereka dan tidak peduli jika ada guru atau apalah yang tau kalau aku sudah membawa seorang gadis masuk ke kamarku.

            Jarak antara asrama cowok dengan cewek tidak terlalu jauh. Kami hanya berjalan kaki dan aku sangat menikmatinya bersama dengan angin malam yang terasa lembut menerpa wajahku. Aku masih merangkul Farah dan kepala Farah terjatuh di atas bahuku. Bukankah hidup ini sangat indah? Andaikan bisa berjalan seperti ini.

            “Kau sangat baik, Mike. Aku jadi tidak enak denganmu. Padahal semua ini salahku yang terlalu mencintai dan mengharapkan Luke.” Ucap Farah.

            Farah tidak sungkan-sungkan mengungkapkan apa yang dia rasakan. Itulah salah satu hal yang aku sukai dari Farah. Dan sembilan puluh persen Farah mengungkapkan tentang perasaannya pada Luke. Ya, aku tau Luke adalah cowok yang sangat sempurna, tapi hanya saja perilakunya yang tidak benar. Entahlah kapan Luke terbangun dari semuanya.

            “Makasih banyak Mike. Ohya, kalau-kalau kau ingin menghubungiku, ini nomorku.” Ucap Farah.

            Aku tersenyum sambil menyimpan nomor ponsel Farah. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. “Boleh tidak aku meminta fotomu?” Tanyaku tidak yakin apakah Farah mau memberinya.

            “Oke.” Ucapnya santai.

            Aku berhasil mendapatkan satu foto Farah yang sangat cantik. Aku jadikan foto itu sebagai wallpaper handpone-ku. Sebenarnya aku ingin ngobrol banyak dengan Farah tapi karena kondisi Farah yang tidak baik dan kelelahan, aku memilih untuk pulang dan tidak sabaran menunggu hari esok.

***

            Pagi-pagi sekali Luke sudah menyerangku dengan berbagai pertanyaan tentang Farah dan pagi itu Luke sangat marah. Kuperhatikan wajahnya sedang tidak baik dan kurang tidur. Aku tidak tau jam berapa Luke tiba di rumah. Saat aku bangun, Luke sudah ada di depanku dan menatapku dengan tajam. Tentang Farah lagi? Apa salahnya aku bertemu Farah? Jangan buat aku membecimu hanya karena Farah.

            “Kau mengambil teman kencanku kemarin malam!” Bentak Luke.

            Aku menatap Luke dengan santai. Teman kencan? “Bukankah kau yang meninggalkan Farah? Untuk apa kau mengajak Farah kalau ujung-ujungnya kau bermesraan dengan Ary?” Balasku.

            Luke terdiam. “Aku pusing. Kurasa hari ini aku tidak sekolah.” Ucapnya lalu menjatuhkan diri di kasur sambil memainkan Iphone-nya. Aku menatap Luke prihatin. Seandainya Luke tidak seseburuk ini. Aku berjanji untuk selalu menjaga emosiku saat berhadapan dengan Luke dan membalas ucapan pedas dari Luke dengan senyuman. Dan ya. Luke selalu mengelak jika aku hubungkan antara Farah dengan Ary ataupun menanyakan tentang mengapa Luke tidak suka jika aku bertemu dengan Farah.

***

            Farah’s POV

            Hari ini Luke tidak sekolah. Sebenarnya aku malas sekolah tapi ku paksakan untuk sekolah. Aku ingat betul kejadian kemarin. Tentang makan malam yang indah, ciuman yang indah, namun saat Luke mengajakku ke tempat neraka itu dan melihat Ary.. Rasanya seperti dibuang dari surga ke neraka. Untunglah sahabat Michael yang bernama Ashton menyelamatkanku. Ku kira cowok berambut gondrong itu ingin menyakitiku.

            Aku tidak bisa menerima pelajaran dengan baik karena memikirkan Luke. Pasti Luke lelah karena malam itu atau dia masih bermesraan bersama.. Ah sudah-sudah! Aku selalu berpikiran negatif tentang Luke. Aku penasaran bagaimana kisah masa lalu Luke. Sebenarnya aku ingin menanyakan ini pada Michael tapi aku takut kalau Michael tidak suka dengan pertanyaanku. Michael sudah sangat baik padaku dan dia selalu ada untukku. Tapi aku-nya yang bodoh. Aku lebih memikirkan cowok yang sering membuatku sakit dan tidak pernah memikirkan cara membalas kebaikan Michael.

            Pelajaran berakhir dan aku ingin cepat-cepat pulang. Namun ketika aku berada di pintu gerbang sekolah, secara refleks aku memeluk tas-ku dan melihat cowok yang tidak lain adalah Luke. Luke? Ngapain dia kemari? Kurasa Luke sehat-sehat saja tapi kalau tidak sakit kenapa Luke tidak sekolah? Apa Luke malas atau.. tidak mau menemuiku? Aku memutuskan untuk mengabaikannya karena aku terlalu lemah untuk berhadapan padanya.

            “Jangan mencoba lari dariku!” Teriak Luke.

            Entah sejak kapan dan bagaimana cowok itu telah memegang tanganku dan aku tidak bisa melepaskannya. Ku mohon Luke, hatiku saat ini sedang sakit dan aku tidak mau bertambah sakit lagi. Luke, apa kau tidak tau kalau kau sudah begitu membuatku sakit dan meneteskan air mata? Tapi itu bukan salahmu, itu salahku yang telah mencintaimu.

            “Kau mau apa?” Tanyaku. Rasanya ingin menangis.

            Luke menatapku dengan tajam lalu dia meraih dua tanganku. Jantungku mulai berdebar-debar tak karuan. Sialan. “I just want to say sorry about last night. Apakah Ashton menyakitimu?” Ucapnya.

            Tidak Luke, tidak! Kau-lah yang membuatku sakit! Aku menatap Luke dengan sebal. Jadi apakah Luke sudah tidak menganggap Michael, Ashton dan satu sahabatnya lagi sebagai sahabatnya?

            “Tidak. Ashton baik padaku.” Ucapku.

            Kemudian Luke melepaskan tangannya dan kini aku bebas. Tapi tatapan Luke belum juga berhenti menatapku. Sudahlah, cuekkan saja. Luke kan gila dan aku berusaha untuk tidak terpengaruh dengan segala yang Luke lakukan padaku. Semua itu Luke lakukan tanpa hati dan bukan yang sebenarnya, termasuk ciuman itu dan segala perbuatan malaikat Luke yang semakin membuatku mencintainya.

            “Oke. Aku hanya memastikan kalau kau baik-baik saja.” Ucapnya lalu membalikkan badan.

            Melihat kepergian Luke, aku langsung memanggil namanya. “Luke!” Teriakku. Luke membalikkan badan dan aku merasa bodoh karena telah memanggilnya. “Kau.. Kau tidak perlu mengucapkan kalimat tadi. Aku.. Aku mohon padamu untuk jangan.. ah aku tidak tau. Yang jelas mulai.. mulai detik ini.. aku.. aku ingin kita tidak saling kenal mengenal dan..” Aku tidak tau mengapa kalimat-kalimat itu yang keluar dari mulutku. Kalau Luke menyetujui permintaanku bagaimana? Jadi apakah aku sudah tidak bisa berbicara dengan Luke lagi?

            Luke mendekatiku lalu tersenyum dan aku menemukan lesung pipi yang muncul di pipi kanannya. Sebuah lesung pipi yang sangat manis dan aku miris melihatnya. Ingin sekali aku pegang pipi kanan Luke tetapi tentu saja aku tidak berani. Baru saja Luke memegang bahuku, sebuah suara memanggil namanya dan…

            “Ary! Mengapa kau bisa kemari? Seharusnya aku yang menemuimu.” Ucap Luke lalu meninggalkanku dan memilih bersama kekasihnya itu.

            Sialan! Ary sempat melihatku dan menatapku dengan penuh kebencian. Lalu Ary meraih leher Luke lalu mencium Luke seakan-akan dia ingin membuatku cemburu dan bangga karena memiliki seorang pacar tampan seperti Luke. Air mataku tiba-tiba saja menetes tapi aku usap dengan gerakan cepat lalu meninggalkan keduanya.

            Fuck! I really hate this life!

***

            Michael’s POV

            Perasaanku sejak awal masuk sekolah memang sudah tidak enak. Ternyata ketika pulang sekolah, aku melihat Farah bersama Luke dan entah apa yang akan Luke lakukan padanya namun datanglah Ary. Tentu saja Luke langsung berlari menuju pacarnya itu dan tidak mempedulikan Farah. Aku bisa merasakan kesedihan, kesakitan yang dirasakan Farah. Maka gadis itu berlari meninggalkan Luke sambil menangis. Aku tidak tau cara untuk membahagiakan Farah dan melupakan Luke karena Farah sudah terlanjur cinta sama Luke.

            Setiba di rumah, aku melihat Ashton yang sudah teler dan aku tidak ingin membangunkannya. Sedangkan Calum aku tidak tau dimana anak itu. Siang ini aku merasa mengantuk tapi anehnya aku malas untuk tidur. Kemudian aku membuka kulkas dan mengambil beberapa makanan yang bisa langsung ku makan. Untunglah ada beberapa sisa roti dan pizza juga sekotak minuman rasa jeruk. Aku memakannya dengan sangat lahap sambil menonton TV dengan volume kecil.

            Settle back now and raise a toast to the young ones, growing old..”

            Aku tersedak mendengar dering ponselku yang memainkan lagu All Time Low yang berjudul Don’t You Go. Ku lihat dan ternyata Farah yang menelponku. Apakah di sebrang sana gadis itu sedang sedih? Langsung aku jawab panggilan itu dan disana terdengar suara Farah yang kacau.

            “Mike, do you have a little time to meet me right now?” Tanyanya.

            Tentu saja! Sesibuk apapun, aku akan tetap menemui Farah. Aku sangat menyayangi gadis itu dan mau tidak mau harus selalu ada untuk Farah, meski ujung-ujungnya Farah akan membicarakan sosok Luke lalu menangisinya. Cepat-cepat aku menghabiskan makananku dan langsung berlari menuju tempat yang ditujukan Farah yang letaknya tidak jauh dari asrama laki-laki maupun perempuan.

            Dari jauh, kulihat sosok Farah yang menunduk dan tengah memikirkan sesuatu. Hatiku menjadi sakit. Kudekati dia lalu dia tersenyum padaku. Aku pun duduk disampingnya dan siap mendengarkan apa yang Farah katakan.

            I’m tired of this feeling. Aku tidak tau harus bagaimana lagi. Aku terlalu mencintai dan mengharapkan Luke tetapi Luke sering menyakitiku..” Ucap Farah.

            Aku menelan ludahku. Haruskah aku menyatakan perasaan yang aku pendam padanya? Tapi bukankah itu semakin membuat Farah sedih dan kebingungan? Aku tau kalau Farah hanya mencintai Luke dan hanya menganggapku sebagai teman, teman sementara, koreksiku karena kami hanya bisa bertemu di London saja. Ya. Untuk apa menyimpan perasaan ini kalau kita hanya bertemu di London saja? Jujur, aku menyesal mengikuti sekolah selama musim panas di London jika ujung-ujungnya menjadi seperti ini. Benar apa kata Mom, pasti di London kau akan menemukan sesosok gadis yang diam-diam mencuri hatimu, ku kita ucapan Mom hanya candaan tapi nyata!

            “Satu-satunya cara untuk menghapus perasaan itu yaitu dengan cara jatuh cinta dengan orang yang baru.” Ucapku.

            Farah berpikir sesaat. “Tapi siapa Mike? I can’t. Jika aku mencoba melupakan Luke, bayangan Luke semakin hadir di pikiranku.” Ucapnya.

            Sama Farah, sama! Aku mencoba untuk melupakanmu tetapi bayanganmu terus menari-nari dipikiranku. Perasaan itu memang sangat jahat. Kekuatan cinta sangatlah besar. Cinta dapat membuatmu gila dan nekat melakukan hal apapun sekalipun itu buruk. Aku bisa melakukan apapun demi mendapatkan Farah dengan cara yang buruk tetapi aku tidak ingin menyakiti Farah karena aku sayang dengan gadis itu.

            But when I’m with you, aku merasa lebih baik dan bisa tersenyum. Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu. Ah, aku jadi teringat Alex yang sifatnya sama seperti dirimu. Tapi kau lebih baik dari Alex. Aku yakin sekali banyak gadis yang menyukaimu dan alangkah beruntungnya jika salah satu gadis yang menyukaimu itu, kau juga menyukainya.” Ucap Farah.

            Aku mencintaimu Farah tapi kau tidak mencintaiku dan mengharapkan Luke! Kenapa Farah mengucapkan kalimat itu? Aku tidak peduli dengan siapa yang menyukaiku. Aku hanya ingin bersama Farah. Tapi aku salah mencintai orang. Seandainya Farah mau membuka sedikit saja hatinya untukku, aku berjanji akan mengobati luka gadis itu dan membuat Farah melupakan Luke. Tiba-tiba aku teringat dengan janjiku untuk membuat Luke agar mau melihat Farah. Sialan.

            Kemudian, Farah menjatuhkan kepalanya di atas bahuku dan rasanya sangat… bahagia sekali! God! I want to have her! Sekali ini saja kabulkan permintaanku atau buatlah aku untuk bisa melupakan Farah. Finally, aku memelk Farah dan gadis itu menangis di dalam pelukanku.

            “Jika kau adalah Luke..” Lirih Farah.

***

            Farah’s POV

            Michael memang sangat baik. Sampai detik ini aku bingung mengapa sikap Michael sangat baik padaku. Seumur hidupku, aku tidak pernah menemukan orang sebaik Michael kecuali jika aku sudah mengenal orang itu dalam waktu yang cukup lama, seperti Alex. Aku tidak tau darimana asal Michael dan tidak bisa menebak aksen bahasa inggris-nya karena aku tidak tau dengan hal seperti itu. Aku tinggal di Indonesia dan bahasa yang kugunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Jarang sekali aku menemukan bule-bule dari berbagai mancanegara. Ya setidaknya Michael bisa menjadi teman yang selalu ada untukku selama musim panas ini.

            Satu bulan lebih dua minggu. Aku mencoba untuk tidak menghitung hari, minggu dan bulan karena tentunya waktu berjalan sangat cepat dan tanpa kita sadari. Jika musim panas berakhir, saat itulah aku harus melupakan Luke. Aku tersenyum miris. Ingat Farah, sekalipun Luke baik padamu dan menyukaimu, hidupmu tak akan bahagia karena aku tidak tau dimana asal Luke dan kami hanya bisa bertemu di London saja. Jadi lebih baik memang bagi Luke untuk menyakitiku, tapi hal itu justru semakin membuatku terus menginginkannya. Ah rumit sekali.

            Aku pulang setelah makan malam bersama Michael dan setiba di kamar, aku langsung menjatuhkan tubuhku di atas kasur. Lily dan lainnya datang menghampiriku. Mereka juga amat sedih dengan diriku yang selalu ‘disiksa’ oleh Luke dan perasaan gila ini tidak bisa hilang.

            I think, you should open your heart and find someone new that can fix your broken heart.” Ucap Chloe.

            “Mike maybe. Ah, he’s a nice person! Kau pernah bilang hanya Mike yang bisa membuatku tersenyum saat hatimu hancur karena Luke. Kenapa kau tidak mencoba membuka hatimu untuk Mike?” Ucap Lily.

            Aku tersenyum pahit. Tidak. Michael sudah sangat terlalu baik padaku. Aku hanya menganggapnya sebagai teman dan tidak mau menjadikan Michael sebagai pelampiasan tentang perasaanku pada Luke. Tiba-tiba aku menangis. Separah inikah hidupku? Aku ingin cepat-cepat pulang dan menangis dipeluka Mom.

            I just wanna back to home..” Tangisku pelan.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar