“You
call me up, It's like a broken record
Saying that your heart hurts
That you never get over him getting
over you.
And you end up crying and I end up
lying,
Cause I'm just a sucker for anything
that you do.
And when the phone call finally ends,
you say, ‘Thanks for being a friend’
And we're going in circles again and
again
I dedicate this song to you, the one
who never sees the truth,
That I can take away your hurt,
heartbreak girl.
Hold you tight straight through the
day light, I'm right here
When you gonna realize? That I'm your
cure, heartbreak girl..”
***
Michael’s POV
Sudah kesekian kalinya aku
membanting pintu kamarku dan memukul apa saja yang ada dihadapanku. Luke sudah
benar-benar keluar batas dan jika sikap Luke sudah sangat parah, mau tidak mau
aku harus bisa menjaga Farah dengan ketat agar gadis itu tidak mendapatkan
pukulan menyakitkan dari Luke. Sudah sekali Farah mendapatkan pukulan
menyakitkan dari Luke yaitu saat cowok sialan itu mengajak Farah pergi ke
tempatnya. Untunglah ada Ashton disana dan Ahston membantu Farah untuk keluar
dari neraka itu. Sayangnya Farah pingsan dan karena ragu membawa Farah pulang
ke asrama cewek, akhirnya diam-diam Ashton membawa Farah ke asrama kami. Aku
tidak tau bagaimana cara Ashton berhasil
membawa seorang gadis kemari tanpa sepengetahuan siapapun.
Aku menatap miris wajah Farah yang
pucat dan tangannya yang dingin. Gadis itu masih suci dan aku tidak akan
membiarkan Luke merengut kesuciannya. Jika Farah terlalu terbawa oleh permainan
Luke, maka kemungkinan besar Luke akan membuat Farah kehilangan hal yang paling
berharga dan aku tidak mau hal itu terjadi. Aku tidak bisa membenci Luke dengan
apa yang sudah dia lakukan pada Farah karena aku tau persis bagaimana kisah
masa lalu Luke. Kurasa Luke masih larut dalam kesedihannya dan menjadikan Farah
ataupun Ary sebagai pelampiasannya.
“Dia adalah gadis yang sangat
cantik. Pantas saja kau tertartik padanya.” Ucap Calum sambil menatap Farah.
Aku tersenyum kecil pada Calum.
Hampir dua jam Farah pingsan dan aku tidak bisa tidur. Jam sudah menunjukkan
pukul sebelas malam dan aku belum mengantuk. Ashton sudah tidur daritadi
sedangkan Calum sama sepertiku. Calum memang sering terserang insomnia
sedangkan aku insomnia karena Farah. Aku tidak tenang jika Farah belum bangun.
“Luke belum pulang. Kalau Luke
pulang dan melihat Farah disini, dia akan marah.” Ucap Calum.
Aku berharap Luke tidak pulang
sampai besok pagi. Tidak peduli apa yang dilakukan Luke bersama teman-teman
tidak baiknya, juga Ary. Tapi aku merasa kasihan padanya. Kapan Luke sadar?
Kapan Luke kembali menjadi dirinya yang dulu? Ku kira Farah yang bisa
meyelamatkan Luke tetapi kurasa tidak bisa. Farah malah jatuh di dalam
permainan Luke dan gadis itu hanya bisa melihat Luke tanpa harus melihat cowok
lain, termasuk aku. Jika Luke mempelampiaskan segala yang ia rasakan pada Farah,
maka Farah pun mempelampiaskan segala yang dia rasakan padaku.
Tiba-tiba aku melihat tubuh Farah
yang bergerak. Jantungku mulai berdebar-debar. Aku mendekati Farah dan dia
langsung membuka matanya. Kurasa Farah masih bingung dengan keadaannya dan
mengapa bisa ada aku disini.
“Mike?” Tanya Farah.
“Ya. Kau pingsan selama dua jam.”
Jawabku.
Aku membantu Farah agar gadis itu
bisa duduk dengan nyaman, kemudian Calum memberinya segelas air putih. Di
wajahnya masih ada sisa-sisa keringat dan ingin sekali aku mengelapnya tapi aku
tidak berani. Setelah menghabiskan air yang dibawa Calum, Farah menatapku
dengan penuh tanda tanya.
“Seingatku, aku makan malam bersama
Luke, lalu… Argh!”
Farah memegang kepalanya yang
sepertinya sakit. Aku berusaha menenangkannya. Ayolah Farah, kau harus bisa
keluar dari permainan Luke dan mulai melihat cowok lain. Farah terlalu
mencintai Luke dan akan melakukan apapun demi Luke.
“Luke, dia benar-benar membuat
hatiku hancur. Luke tega meninggalkanku di tempat yang bukan tempatku. Luke
malah asyik ciuman bersama Ary.” Ucap Farah lalu terdiam sesaat. “Jadi,
bagaimana kau bisa membawaku kemari?” Tanyanya.
Tentunya aku bisa merasakan
kesakitan yang dirasakan Farah. Aku ingin sekali menyelamatkan Farah tapi ku
rasa aku tidak bisa. Aku hanya berharap gadis itu baik-baik saja walau masih
mengharapkan Luke.
“Ashton yang membawamu kemari. Hmm..
Bagaimana kalau kau kuantar pulang saja? Sepertinya kau sakit. Suhu tubuhmu
cukup panas.” Ucapku.
Farah mengangguk lalu aku
membantunya berdiri. Tak lupa aku memberinya jaket agar gadis itu tidak
kedinginan. Aku sedih melihat Farah dalam keadaan seperti itu. Dia berusaha
memperlihatkan dirinya yang sempurna di mata Luke namun aku yakin Luke sama
sekali tidak memujinya sedikitpun. Aku merangkulnya dan beberapa orang
melihatku dengan aneh. Aku mengabaikan mereka dan tidak peduli jika ada guru
atau apalah yang tau kalau aku sudah membawa seorang gadis masuk ke kamarku.
Jarak antara asrama cowok dengan
cewek tidak terlalu jauh. Kami hanya berjalan kaki dan aku sangat menikmatinya
bersama dengan angin malam yang terasa lembut menerpa wajahku. Aku masih
merangkul Farah dan kepala Farah terjatuh di atas bahuku. Bukankah hidup ini
sangat indah? Andaikan bisa berjalan seperti ini.
“Kau sangat baik, Mike. Aku jadi
tidak enak denganmu. Padahal semua ini salahku yang terlalu mencintai dan
mengharapkan Luke.” Ucap Farah.
Farah tidak sungkan-sungkan
mengungkapkan apa yang dia rasakan. Itulah salah satu hal yang aku sukai dari
Farah. Dan sembilan puluh persen Farah mengungkapkan tentang perasaannya pada
Luke. Ya, aku tau Luke adalah cowok yang sangat sempurna, tapi hanya saja perilakunya
yang tidak benar. Entahlah kapan Luke terbangun dari semuanya.
“Makasih banyak Mike. Ohya,
kalau-kalau kau ingin menghubungiku, ini nomorku.” Ucap Farah.
Aku tersenyum sambil menyimpan nomor
ponsel Farah. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. “Boleh tidak aku meminta fotomu?”
Tanyaku tidak yakin apakah Farah mau memberinya.
“Oke.” Ucapnya santai.
Aku berhasil mendapatkan satu foto
Farah yang sangat cantik. Aku jadikan foto itu sebagai wallpaper handpone-ku.
Sebenarnya aku ingin ngobrol banyak dengan Farah tapi karena kondisi Farah yang
tidak baik dan kelelahan, aku memilih untuk pulang dan tidak sabaran menunggu
hari esok.
***
Pagi-pagi sekali Luke sudah
menyerangku dengan berbagai pertanyaan tentang Farah dan pagi itu Luke sangat
marah. Kuperhatikan wajahnya sedang tidak baik dan kurang tidur. Aku tidak tau
jam berapa Luke tiba di rumah. Saat aku bangun, Luke sudah ada di depanku dan
menatapku dengan tajam. Tentang Farah lagi? Apa salahnya aku bertemu Farah?
Jangan buat aku membecimu hanya karena Farah.
“Kau mengambil teman kencanku
kemarin malam!” Bentak Luke.
Aku menatap Luke dengan santai.
Teman kencan? “Bukankah kau yang meninggalkan Farah? Untuk apa kau mengajak
Farah kalau ujung-ujungnya kau bermesraan dengan Ary?” Balasku.
Luke terdiam. “Aku pusing. Kurasa
hari ini aku tidak sekolah.” Ucapnya lalu menjatuhkan diri di kasur sambil
memainkan Iphone-nya. Aku menatap Luke prihatin. Seandainya Luke tidak
seseburuk ini. Aku berjanji untuk selalu menjaga emosiku saat berhadapan dengan
Luke dan membalas ucapan pedas dari Luke dengan senyuman. Dan ya. Luke selalu
mengelak jika aku hubungkan antara Farah dengan Ary ataupun menanyakan tentang
mengapa Luke tidak suka jika aku bertemu dengan Farah.
***
Farah’s POV
Hari ini Luke tidak sekolah.
Sebenarnya aku malas sekolah tapi ku paksakan untuk sekolah. Aku ingat betul
kejadian kemarin. Tentang makan malam yang indah, ciuman yang indah, namun saat
Luke mengajakku ke tempat neraka itu dan melihat Ary.. Rasanya seperti dibuang
dari surga ke neraka. Untunglah sahabat Michael yang bernama Ashton
menyelamatkanku. Ku kira cowok berambut gondrong itu ingin menyakitiku.
Aku tidak bisa menerima pelajaran
dengan baik karena memikirkan Luke. Pasti Luke lelah karena malam itu atau dia
masih bermesraan bersama.. Ah sudah-sudah! Aku selalu berpikiran negatif
tentang Luke. Aku penasaran bagaimana kisah masa lalu Luke. Sebenarnya aku
ingin menanyakan ini pada Michael tapi aku takut kalau Michael tidak suka
dengan pertanyaanku. Michael sudah sangat baik padaku dan dia selalu ada
untukku. Tapi aku-nya yang bodoh. Aku lebih memikirkan cowok yang sering
membuatku sakit dan tidak pernah memikirkan cara membalas kebaikan Michael.
Pelajaran berakhir dan aku ingin
cepat-cepat pulang. Namun ketika aku berada di pintu gerbang sekolah, secara
refleks aku memeluk tas-ku dan melihat cowok yang tidak lain adalah Luke. Luke?
Ngapain dia kemari? Kurasa Luke sehat-sehat saja tapi kalau tidak sakit kenapa
Luke tidak sekolah? Apa Luke malas atau.. tidak mau menemuiku? Aku memutuskan
untuk mengabaikannya karena aku terlalu lemah untuk berhadapan padanya.
“Jangan mencoba lari dariku!” Teriak
Luke.
Entah sejak kapan dan bagaimana
cowok itu telah memegang tanganku dan aku tidak bisa melepaskannya. Ku mohon
Luke, hatiku saat ini sedang sakit dan aku tidak mau bertambah sakit lagi.
Luke, apa kau tidak tau kalau kau sudah begitu membuatku sakit dan meneteskan
air mata? Tapi itu bukan salahmu, itu salahku yang telah mencintaimu.
“Kau mau apa?” Tanyaku. Rasanya
ingin menangis.
Luke menatapku dengan tajam lalu dia
meraih dua tanganku. Jantungku mulai berdebar-debar tak karuan. Sialan. “I just want to say sorry about last night.
Apakah Ashton menyakitimu?” Ucapnya.
Tidak Luke, tidak! Kau-lah yang
membuatku sakit! Aku menatap Luke dengan sebal. Jadi apakah Luke sudah tidak
menganggap Michael, Ashton dan satu sahabatnya lagi sebagai sahabatnya?
“Tidak. Ashton baik padaku.” Ucapku.
Kemudian Luke melepaskan tangannya
dan kini aku bebas. Tapi tatapan Luke belum juga berhenti menatapku. Sudahlah,
cuekkan saja. Luke kan gila dan aku berusaha untuk tidak terpengaruh dengan
segala yang Luke lakukan padaku. Semua itu Luke lakukan tanpa hati dan bukan
yang sebenarnya, termasuk ciuman itu dan segala perbuatan malaikat Luke yang
semakin membuatku mencintainya.
“Oke. Aku hanya memastikan kalau kau
baik-baik saja.” Ucapnya lalu membalikkan badan.
Melihat kepergian Luke, aku langsung
memanggil namanya. “Luke!” Teriakku. Luke membalikkan badan dan aku merasa
bodoh karena telah memanggilnya. “Kau.. Kau tidak perlu mengucapkan kalimat
tadi. Aku.. Aku mohon padamu untuk jangan.. ah aku tidak tau. Yang jelas
mulai.. mulai detik ini.. aku.. aku ingin kita tidak saling kenal mengenal
dan..” Aku tidak tau mengapa kalimat-kalimat itu yang keluar dari mulutku.
Kalau Luke menyetujui permintaanku bagaimana? Jadi apakah aku sudah tidak bisa
berbicara dengan Luke lagi?
Luke mendekatiku lalu tersenyum dan
aku menemukan lesung pipi yang muncul di pipi kanannya. Sebuah lesung pipi yang
sangat manis dan aku miris melihatnya. Ingin sekali aku pegang pipi kanan Luke
tetapi tentu saja aku tidak berani. Baru saja Luke memegang bahuku, sebuah
suara memanggil namanya dan…
“Ary! Mengapa kau bisa kemari?
Seharusnya aku yang menemuimu.” Ucap Luke lalu meninggalkanku dan memilih
bersama kekasihnya itu.
Sialan! Ary sempat melihatku dan
menatapku dengan penuh kebencian. Lalu Ary meraih leher Luke lalu mencium Luke
seakan-akan dia ingin membuatku cemburu dan bangga karena memiliki seorang
pacar tampan seperti Luke. Air mataku tiba-tiba saja menetes tapi aku usap
dengan gerakan cepat lalu meninggalkan keduanya.
Fuck!
I really hate this life!
***
Michael’s POV
Perasaanku sejak awal masuk sekolah
memang sudah tidak enak. Ternyata ketika pulang sekolah, aku melihat Farah
bersama Luke dan entah apa yang akan Luke lakukan padanya namun datanglah Ary.
Tentu saja Luke langsung berlari menuju pacarnya itu dan tidak mempedulikan
Farah. Aku bisa merasakan kesedihan, kesakitan yang dirasakan Farah. Maka gadis
itu berlari meninggalkan Luke sambil menangis. Aku tidak tau cara untuk
membahagiakan Farah dan melupakan Luke karena Farah sudah terlanjur cinta sama
Luke.
Setiba di rumah, aku melihat Ashton
yang sudah teler dan aku tidak ingin membangunkannya. Sedangkan Calum aku tidak
tau dimana anak itu. Siang ini aku merasa mengantuk tapi anehnya aku malas
untuk tidur. Kemudian aku membuka kulkas dan mengambil beberapa makanan yang
bisa langsung ku makan. Untunglah ada beberapa sisa roti dan pizza juga sekotak
minuman rasa jeruk. Aku memakannya dengan sangat lahap sambil menonton TV
dengan volume kecil.
“Settle
back now and raise a toast to the young ones, growing old..”
Aku tersedak mendengar dering
ponselku yang memainkan lagu All Time Low yang berjudul Don’t You Go. Ku lihat
dan ternyata Farah yang menelponku. Apakah di sebrang sana gadis itu sedang
sedih? Langsung aku jawab panggilan itu dan disana terdengar suara Farah yang
kacau.
“Mike, do you have a little time to meet me right now?” Tanyanya.
Tentu saja! Sesibuk apapun, aku akan
tetap menemui Farah. Aku sangat menyayangi gadis itu dan mau tidak mau harus
selalu ada untuk Farah, meski ujung-ujungnya Farah akan membicarakan sosok Luke
lalu menangisinya. Cepat-cepat aku menghabiskan makananku dan langsung berlari
menuju tempat yang ditujukan Farah yang letaknya tidak jauh dari asrama
laki-laki maupun perempuan.
Dari jauh, kulihat sosok Farah yang
menunduk dan tengah memikirkan sesuatu. Hatiku menjadi sakit. Kudekati dia lalu
dia tersenyum padaku. Aku pun duduk disampingnya dan siap mendengarkan apa yang
Farah katakan.
“I’m
tired of this feeling. Aku tidak tau harus bagaimana lagi. Aku terlalu
mencintai dan mengharapkan Luke tetapi Luke sering menyakitiku..” Ucap Farah.
Aku menelan ludahku. Haruskah aku
menyatakan perasaan yang aku pendam padanya? Tapi bukankah itu semakin membuat
Farah sedih dan kebingungan? Aku tau kalau Farah hanya mencintai Luke dan hanya
menganggapku sebagai teman, teman sementara, koreksiku karena kami hanya bisa
bertemu di London saja. Ya. Untuk apa menyimpan perasaan ini kalau kita hanya
bertemu di London saja? Jujur, aku menyesal mengikuti sekolah selama musim
panas di London jika ujung-ujungnya menjadi seperti ini. Benar apa kata Mom,
pasti di London kau akan menemukan sesosok gadis yang diam-diam mencuri hatimu,
ku kita ucapan Mom hanya candaan tapi nyata!
“Satu-satunya cara untuk menghapus
perasaan itu yaitu dengan cara jatuh cinta dengan orang yang baru.” Ucapku.
Farah berpikir sesaat. “Tapi siapa
Mike? I can’t. Jika aku mencoba
melupakan Luke, bayangan Luke semakin hadir di pikiranku.” Ucapnya.
Sama Farah, sama! Aku mencoba untuk
melupakanmu tetapi bayanganmu terus menari-nari dipikiranku. Perasaan itu
memang sangat jahat. Kekuatan cinta sangatlah besar. Cinta dapat membuatmu gila
dan nekat melakukan hal apapun sekalipun itu buruk. Aku bisa melakukan apapun
demi mendapatkan Farah dengan cara yang buruk tetapi aku tidak ingin menyakiti
Farah karena aku sayang dengan gadis itu.
“But
when I’m with you, aku merasa lebih baik dan bisa tersenyum. Aku tidak
menyangka bisa bertemu denganmu. Ah, aku jadi teringat Alex yang sifatnya sama
seperti dirimu. Tapi kau lebih baik dari Alex. Aku yakin sekali banyak gadis
yang menyukaimu dan alangkah beruntungnya jika salah satu gadis yang menyukaimu
itu, kau juga menyukainya.” Ucap Farah.
Aku mencintaimu Farah tapi kau tidak
mencintaiku dan mengharapkan Luke! Kenapa Farah mengucapkan kalimat itu? Aku
tidak peduli dengan siapa yang menyukaiku. Aku hanya ingin bersama Farah. Tapi
aku salah mencintai orang. Seandainya Farah mau membuka sedikit saja hatinya
untukku, aku berjanji akan mengobati luka gadis itu dan membuat Farah melupakan
Luke. Tiba-tiba aku teringat dengan janjiku untuk membuat Luke agar mau melihat
Farah. Sialan.
Kemudian, Farah menjatuhkan
kepalanya di atas bahuku dan rasanya sangat… bahagia sekali! God! I want to have her! Sekali ini saja
kabulkan permintaanku atau buatlah aku untuk bisa melupakan Farah. Finally, aku memelk Farah dan gadis itu
menangis di dalam pelukanku.
“Jika kau adalah Luke..” Lirih
Farah.
***
Farah’s POV
Michael memang sangat baik. Sampai
detik ini aku bingung mengapa sikap Michael sangat baik padaku. Seumur hidupku,
aku tidak pernah menemukan orang sebaik Michael kecuali jika aku sudah mengenal
orang itu dalam waktu yang cukup lama, seperti Alex. Aku tidak tau darimana
asal Michael dan tidak bisa menebak aksen bahasa inggris-nya karena aku tidak
tau dengan hal seperti itu. Aku tinggal di Indonesia dan bahasa yang kugunakan
sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Jarang sekali aku menemukan bule-bule dari
berbagai mancanegara. Ya setidaknya Michael bisa menjadi teman yang selalu ada
untukku selama musim panas ini.
Satu bulan lebih dua minggu. Aku
mencoba untuk tidak menghitung hari, minggu dan bulan karena tentunya waktu
berjalan sangat cepat dan tanpa kita sadari. Jika musim panas berakhir, saat
itulah aku harus melupakan Luke. Aku tersenyum miris. Ingat Farah, sekalipun
Luke baik padamu dan menyukaimu, hidupmu tak akan bahagia karena aku tidak tau dimana
asal Luke dan kami hanya bisa bertemu di London saja. Jadi lebih baik memang
bagi Luke untuk menyakitiku, tapi hal itu justru semakin membuatku terus
menginginkannya. Ah rumit sekali.
Aku pulang setelah makan malam
bersama Michael dan setiba di kamar, aku langsung menjatuhkan tubuhku di atas
kasur. Lily dan lainnya datang menghampiriku. Mereka juga amat sedih dengan
diriku yang selalu ‘disiksa’ oleh Luke dan perasaan gila ini tidak bisa hilang.
“I
think, you should open your heart and find someone new that can fix your broken
heart.” Ucap Chloe.
“Mike maybe. Ah, he’s a nice person! Kau pernah bilang hanya Mike yang
bisa membuatku tersenyum saat hatimu hancur karena Luke. Kenapa kau tidak
mencoba membuka hatimu untuk Mike?” Ucap Lily.
Aku tersenyum pahit. Tidak. Michael
sudah sangat terlalu baik padaku. Aku hanya menganggapnya sebagai teman dan
tidak mau menjadikan Michael sebagai pelampiasan tentang perasaanku pada Luke.
Tiba-tiba aku menangis. Separah inikah hidupku? Aku ingin cepat-cepat pulang
dan menangis dipeluka Mom.
“I
just wanna back to home..” Tangisku pelan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar