“I
don’t deserve it I know I don’t deserve it
But
stay with me a minute I’ll swear I’ll make it worth it
Can’t
you forgive me at least just temporarily
I
know that this is my fault I should have been more careful
And I know, and I know, and I know he
gives you everything
But, girl, I couldn't give it to you
And I know, and I know, and I know
that you got everything
But I got nothing here without you
So one last time I need to be the one
who takes you home
One more time I promise, after that,
I'll let you go
Baby, I don't care if you got him in
your heart
All I really care is you wake up in
my arms
One last time I need to be the one
who takes you home..”
***
Luke’s POV
Segalanya terasa sepi dan aku merasa
kesepian. Tidak ada seorang pun yang menemaniku. Tidak. Aku tidak akan bisa
lagi melihat tawa Ashton, senyum Calum dan keusilan Michael. Semua itu telah
menjadi kenangan indah yang sulit aku lupakan. Aku kepikiran untuk kembali ke
rumah dan menata kembali hidupku yang sempat hancur. Aku sangat merindukan Mom,
Dad, kak Jack dan kak Ben. Aku sangat merindukan rumah tapi aku harus
menjalaninya sampai musim panas berakhir. Tinggal dua bulan lagi. Aku harap aku
secepatnya bisa melihat salju.
Farah. Nama itu tiba-tiba saja hadir
dipikiranku dan membuatku sakit. Kenyataannya, Farah dan Michael sudah pacaran
dan aku tidak bisa menganggu hubungan mereka. Untuk apa juga menganggu hubungan
mereka? Mereka sangat bahagia dan bersama Michael-lah Farah bahagia. Tapi aku
masih penasaran akan perasaan Farah padaku dan ucapan Michael beberapa hari
yang lalu. Mustahil Luk, mustahil. Farah tidak mencintaimu bahkan Farah
membencimu karena perbuatan bodohmu itu.
Tapi, untuk saat ini, aku benar-benar
membutuhkan kehadiran Farah. Aku ingin meminta maaf lagi padanya dan melihatnya
tersenyum. Aku tau, aku tidak bisa memberikan apapun seperti yang Michael
berikan pada Farah. Aku sudah sangat jahat pada Farah. Tapi perasaan yang aku
rasakan ini.. Semakin lama aku semakin takut dengan perasaan ini. Sudah aku
bilang. Saat aku bertemu Farah untuk yang pertama kalinya, aku merasa lebih
baik dan jarang memikirkan Aleisha. Farah memang telah menyelamatkan hidupku
tapi entahlah saat ini aku benar-benar tersakiti.
Pertanyaannya, apakah aku sedang
jatuh cinta dengan Farah? Kalau iya, alangkah bodohnya aku. Tidak seharusnya
aku jatuh cinta pada Farah, selain itu, Farah sudah memiliki kekasih yaitu
Michael dan aku tidak ingin membuat Michael semakin membenciku. Tapi jujur
saja, aku tidak ingin memutuskan persahabatanku dengan Michael, Calum dan
Ashton karena mereka sudah merupakan bagian dari hidupku. Aku tidak akan bisa
lagi menemukan sahabat seperti mereka. Dan apa yang sedang mereka lakukan?
Apakah mereka merindukanku? Kurasa tidak. Aku patut untuk dibencikan karena aku
sudah sangat keterlaluan.
Aku meraih gitar-ku lalu
memainkannya dengan asal. Aku ingin mengakhiri semua penderitaan ini tapi
bagaimana caranya? God! Aku ingin
kembali ke kehidupanku yang dulu, tertawa bersama Calum, Michael, Ashton. Dan
Aleisha, aku ingin hubungan kita seperti saat-saat dimana cinta kita tumbuh.
Tapi kurasa semua hubungan memang seperti itu. Awalnya saja indah dan
diakhirnya menyakitkan. Aku bersumpah hubungan Farah dengan Michael akan
berakhir karena tidak ada yang abadi di dunia ini.
“You
can say we'll be together someday
Nothing lasts forever nothing stays
the same
So why can't I stop feeling this way..”
Aku hampir menangis menyanyikan lagu ciptaanku bersama Calum dan aku
sangat merindukan ketika dimana aku bernyanyi bersama Calum dan terkadang Calum
suka lupa lirik. Dan sekarang kami sudah berpisah. Torn in two. Aku harus kuat, aku harus kuat dan melupakan
segalanya. Dan aku harap Tuhan mau memaafkanku atas apa yang sudah aku lakukan.
***
Author’s POV
Rasanya memang berbeda semenjak kepergian Luke dari asrama. Calum dan
Ashton merasakan hal yang sama. Calum mengaku kalau dia sangat merindukan Luke.
Ashton pun sama. Sedangkan Michael tampak cuek saja dan tidak mau peduli dengan
Luke. Sore itu, Calum benar-benar tidak tahan dengan apa yang telah terjadi dan
cowok itu benar-benar menangis sekarang. Ashton kaget melihat keadaan Calum
yang sangat memprihatinkan.
“Ash, aku sangat merindukan Luke. Sekarang tinggal kita bertiga. Aku
tidak bisa mencari sosok lain untuk menggantikan anggota band kita yang sudah
kabur.” Ucap Calum.
Ashton baru memikirkan hal itu. Benar saja. Sekarang tinggal hanya mereka
bertiga dan mungkin saja bisa bertambah parah semisal Michael ikut keluar juga,
maksudnya keluar dari Band yang susah payah mereka buat. Mau tidak mau, Ashton
harus bisa membuat Michael akur kembali dengan Luke walau rasanya mustahil.
“Aku tau Luke sudah sangat keterlaluan. Tapi itu tidak membuatku
membencinya.” Ucap Ashton.
“Ya. Luke tetap sahabatku dan aku akan berusaha untuk mendapatkannya
kembali.” Ucap Calum.
Sementara itu, tanpa sepengetahuan keduanya, Michael sempat mendengar
percakapan keduanya dan hatinya menjadi sakit. Luke. Michael tidak bisa
membohongi dirinya kalau ia juga sangat merindukan Luke. Rasa rindunya pada
Luke mengalahkan rasa kebenciannya pada Luke, terutama saat Luke meminta maaf
padanya dan menyuruhnya untuk menjaga Farah dengan baik. Rasanya seperti yang
terakhir kalinya ia bertemu dengan Luke. Jadi, apakah ia harus memaafkan Luke
dan memulai kembali persahabatan mereka?
***
Farah’s POV
Sudah seminggu aku menjalani hubungan dengan Michael dan aku mulai bisa
mencintainya. Michael selalu baik padaku dan dia amat perhatian. Aku takut jika
aku benar-benar mencintainya sementara waktuku di London semakin berkurang.
Tinggal satu bulan lebih dua minggu dan setelah itu aku akan melupakan
segalanya. Apakah Michael merasakan hal yang sama denganku? Apa Michael tidak
takut kehilanganku?
Cuaca sangat cerah hari ini dan hari ini kami akan diajak tour bersama
Mr. Pierre. Tentunya ada hubungannya dengan pelajaran biologi. Sepertinya Mr.
Pierre akan mengajak kami pergi ke suatu kebun semisal pelestarian alam-lah
atau kami akan diajarkan cara berbudi daya tanaman dengan baik. Aku sangat
bersemangat pagi ini. Terlebih saat semua kelas digabungkan dan kami dibebaskan
memilih pasangan ataupun grup. Nah ini baru yang dinamakan sebuah kebebasan.
Tentu saja aku akan bersama Michael dalam tour kali ini.
Bus sudah disiapkan dan aku sudah berada di genggaman tangan Michael.
Sebisa mungkin aku tidak mempedulikan Luke dan tidak memikirkan siapa pasangan
Luke. Luke kan ganteng dan siapapun mau menjadi pasangan tour-nya. Kami memilih
duduk di kursi nomor tiga dan aku merasa nyaman berada duduk di samping
Michael. Aku memasang headset-ku dan mendengarkan lagu bersama Michael.
Saat tiba di tempat tujuan, ternyata Mr. Pierre membawa kami ke sebuah
hutan yang memang cocok digunakan untuk rekreasi. Jadi ceritanya Mr. Pierre sengaja
mengajak kami mengunjungi tempat ini hanya untuk melepas penat saja. Lagipula
udaranya sangat sejuk dan berbeda jauh dengan Kota London yang polusi udaranya
cukup parah. Aku tidak melihat Calum dan Ashton dan kurasa mereka tidak
mengikuti tour ini.
Pertama-tama, Mr. Pierre berpidato entahlah isinya apa karena aku sibuk
bercanda dengan Michael di belakang. Tanpa aku sadari, mataku tidak sengaja
bertatapan dengan mata Luke dan cepat-cepat aku mengalihkan pandang ke arah
lain. Luke sendirian disana dan aku merasa kasihan padanya. Tapi aku tidak mau
mengatakan hal itu pada Michael karena aku tidak ingin membuat Michael marah
hanya karena aku membicarakan tentang Luke. Setelah selesai berpidato, Mr.
Pierre memberikan kami kebebasan untuk menjelajahi hutan ini asalkan jangan
sampai tersesat. Aku tetap bersama Michael dan teman-temanku mengerti kalau aku
hanya ingin pergi bersama Michael. Tapi entah mengapa pikiranku selalu
didatangi oleh Luke dan rasa kasihanku pada Luke mengingat Luke berubah menjadi
sosok pendiam dan suka menyendiri.
“Kenapa Calum dan Ashton tidak ikut pergi?” Tanyaku sambil menjelajah
hutan bersama Michael.
“Entahlah. Mungkin mereka lagi malas-malasnya.” Jawab Michael.
Kira-kira hampir setengah jam aku jalan dan aku mulai merasa lelah. Kami
berdua duduk di bawah pohon yang rindang sambil memakan makanan yang Michael
bawa. Aku tertawa geli melihat pizza yang siap dimakan Michael seorang diri.
Pacarku itu memang sangat menyukai pizza dan kurasa Michael lebih mencintai
pizza dibanding pacarnya sendiri.
“Kau jahat Mike tidak memberikan sedikit pizza padaku.” Ucapku pura-pura
ngambek.
Michael tersenyum sambil mengacak-acak rambutku. Lalu dengan lembutnya
Michael menyuapi-ku dengan pizza-nya. Benar-benar begitu manis. Ya. Aku bahagia
sekarang dan memang seharusnya begitu. Tidak ada gunanya memikirkan Luke toh
Luke sudah tidak nakal lagi dan kami berjanji untuk tidak saling sapa. Setelah
itu, kami memutuskan kembali dan Michael meminta izin untuk buang air kecil.
Aku mengangguk dan menunggunya tak jauh dari toilet tempat Michael berada.
Aku melihatnya lagi. Luke. Dia tetap sendirian dan jantungku
berdebar-debar. Ingin sekali aku mendatanginya tapi aku ragu. Namun pada
akhirnya aku mendatangi Luke dan berharap tidak akan terjadi sesuatu yang buruk
pada kami berdua.
“Luke.” Ucapku memanggil namanya.
Luke menoleh ke arahku dan aku sangat meridukannya. Tapi wajah Luke
terlihat cukup pucat dan sepertinya Luke sedang sakit. Aku duduk di samping
Luke dan memberanikan diri memegang keningnya. Panas. Kemudian aku beralih
memegang telapak tangannya. Panas juga.
“Apa yang kau lakukan? Aku sudah tidak mau melihatmu lagi.” Ucap Luke.
Sakit. Hatiku sakit mendengar ucapannya. Sakit sekali. Aku memang rela
melepas semua perasaan itu, tapi alangkah menyakitkan jika Luke tidak mau
melihatku. Seperti sekarang ini. Aku ingin menjadi teman Luke dan ingin membuat
Luke tersenyum.
“Kau sakit Luk. Jadi kenapa kau mengikuti tour ini?” Tanyaku.
Luke menunduk dan wajahnya terlihat sedih. Jadi begini cara cowok menahan
tangisnya? Tapi Tuhan! Aku tidak sanggup melihat wajah sedihnya itu. Kalau
boleh, aku ingin sekali membuat Luke tersenyum. Tiba-tiba saja Luke
menyenderkan kepalanya di atas bahuku dan ini terasa lucu. Aku merasa tinggi
sekarang tapi aku merasa nyaman dengan posisi seperti ini.
“Sekali ini saja. Untuk yang terakhir kalinya aku membutuhkan kehadiranmu
disisiku.” Ucap Luke.
Hatiku menangis saat itu juga.
Tapi air mataku belum keluar. Dan Luke.. Astaga apa cowok itu sedang menangis?
Kasihan Luke. Aku tidak tega melihatnya seperti itu. Lalu dengan gerakan cepat
aku memeluk Luke dan Luke membalas pelukanku. God! Aku sangat merindukan pelukan ini. Tiba-tiba saja rasa cinta,
kagum, dan harapan itu kembali hadir dan hal itu membuatku menjadi sosok yang
bodoh. Farah ingat, kau sudah memutuskan untuk melupakan Luke dan mencintai
Michael, tapi?
“Farah, aku benar-benar sangat bodoh dan aku rasa kau masih membenciku
dan tidak mau memaafkanku.” Ucap Luke.
Aku terbenam di dada Luke dan rasanya begitu nyaman. Air mataku sudah
mulai keluar karena aku tidak bisa menahannya. “Tidak Luke. Aku sama sekali
tidak membencimu. Tapi tolong jangan abaikan aku karena aku masih ingin bicara
denganmu dan menjadi temanmu. Aku masih ingin melihatmu tersenyum dan itu bisa
membuatku senang. Tolong..” Ucapku.
Tiba-tiba saja ponselku berdering dan sudah bisa aku tebak Michael yang
menelponku. Ku rasa cukup sampai disini. Luke melepaskan pelukannya dan cowok
itu menampilkan senyuman yang begitu manis. Hatiku menjadi teriris dan rasanya
aku ingin memiliki Luke saat itu juga.
“Thank you.” Ucap Luke pelan
sementara aku meninggalkannya dengan ketidakrelaan. Sudahlah. Anggap kejadian
tadi tidaklah nyata dan aku harus fokus akan hubunganku dengan Michael.
Michael? Andaikan Michael adalah Luke..
***
“Kemana saja kau?”
Itu pertanyaan pertama yang aku
dapatkan dari Michael. Aku merasa berdosa karena pergi secara tiba-tiba, namun
akan jauh lebih berdosa-nya jika Michael sampai tau kalau aku duduk berdua
bersama Luke dan Luke memelukku. Aku sudah berjanji untuk melupakan Luke dan
mencintai Michael.
“Aku hanya jalan-jalan sebentar.”
Jawabku.
Michael mengangguk-angguk. Kami pun
memilih melihat-lihat area permainan yang kurasa cukup seru apalagi ada
permainan melewati lumpur dan kalau kita tidak bisa menjaga keseimbangan, maka
kita akan jatuh bermandikan lumpur. Tentu aku tidak mau ikut dalam permainan
itu dan hanya melihat-lihat saja. Tak terasa waktu bergulir begitu cepat dan
kami bersiap-siap untuk pulang. Aku sangat mengantuk dan aku tertidur di
pelukan Michael. Anehnya, saat aku tertidur, aku memimpikan Luke dan rasanya
aku ingin menangis.
Luke. Hatiku tidak bisa berbohong
untuk tidak mencintaimu. Hatiku tidak bisa melupakanmu walau pikiranku
mengharuskan aku untuk melupakanmu. Aku sangat-sangat mencintai-mu Luk.
Entahlah kapan aku bisa lepas dari semua perasaan ini. Tapi di hati kecilku
mengatakan kalau perasaan ini tidak boleh hilang dan harus ada apapun yang
terjadi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar