expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 22 ) One Last Time



            I don’t deserve it I know I don’t deserve it

            But stay with me a minute I’ll swear I’ll make it worth it

            Can’t you forgive me at least just temporarily

            I know that this is my fault I should have been more careful

And I know, and I know, and I know he gives you everything

But, girl, I couldn't give it to you

And I know, and I know, and I know that you got everything

But I got nothing here without you


So one last time I need to be the one who takes you home

One more time I promise, after that, I'll let you go

Baby, I don't care if you got him in your heart

All I really care is you wake up in my arms

One last time I need to be the one who takes you home..”

***

            Luke’s POV

            Segalanya terasa sepi dan aku merasa kesepian. Tidak ada seorang pun yang menemaniku. Tidak. Aku tidak akan bisa lagi melihat tawa Ashton, senyum Calum dan keusilan Michael. Semua itu telah menjadi kenangan indah yang sulit aku lupakan. Aku kepikiran untuk kembali ke rumah dan menata kembali hidupku yang sempat hancur. Aku sangat merindukan Mom, Dad, kak Jack dan kak Ben. Aku sangat merindukan rumah tapi aku harus menjalaninya sampai musim panas berakhir. Tinggal dua bulan lagi. Aku harap aku secepatnya bisa melihat salju.

            Farah. Nama itu tiba-tiba saja hadir dipikiranku dan membuatku sakit. Kenyataannya, Farah dan Michael sudah pacaran dan aku tidak bisa menganggu hubungan mereka. Untuk apa juga menganggu hubungan mereka? Mereka sangat bahagia dan bersama Michael-lah Farah bahagia. Tapi aku masih penasaran akan perasaan Farah padaku dan ucapan Michael beberapa hari yang lalu. Mustahil Luk, mustahil. Farah tidak mencintaimu bahkan Farah membencimu karena perbuatan bodohmu itu.

            Tapi, untuk saat ini, aku benar-benar membutuhkan kehadiran Farah. Aku ingin meminta maaf lagi padanya dan melihatnya tersenyum. Aku tau, aku tidak bisa memberikan apapun seperti yang Michael berikan pada Farah. Aku sudah sangat jahat pada Farah. Tapi perasaan yang aku rasakan ini.. Semakin lama aku semakin takut dengan perasaan ini. Sudah aku bilang. Saat aku bertemu Farah untuk yang pertama kalinya, aku merasa lebih baik dan jarang memikirkan Aleisha. Farah memang telah menyelamatkan hidupku tapi entahlah saat ini aku benar-benar tersakiti.

            Pertanyaannya, apakah aku sedang jatuh cinta dengan Farah? Kalau iya, alangkah bodohnya aku. Tidak seharusnya aku jatuh cinta pada Farah, selain itu, Farah sudah memiliki kekasih yaitu Michael dan aku tidak ingin membuat Michael semakin membenciku. Tapi jujur saja, aku tidak ingin memutuskan persahabatanku dengan Michael, Calum dan Ashton karena mereka sudah merupakan bagian dari hidupku. Aku tidak akan bisa lagi menemukan sahabat seperti mereka. Dan apa yang sedang mereka lakukan? Apakah mereka merindukanku? Kurasa tidak. Aku patut untuk dibencikan karena aku sudah sangat keterlaluan.

            Aku meraih gitar-ku lalu memainkannya dengan asal. Aku ingin mengakhiri semua penderitaan ini tapi bagaimana caranya? God! Aku ingin kembali ke kehidupanku yang dulu, tertawa bersama Calum, Michael, Ashton. Dan Aleisha, aku ingin hubungan kita seperti saat-saat dimana cinta kita tumbuh. Tapi kurasa semua hubungan memang seperti itu. Awalnya saja indah dan diakhirnya menyakitkan. Aku bersumpah hubungan Farah dengan Michael akan berakhir karena tidak ada yang abadi di dunia ini.

            You can say we'll be together someday

Nothing lasts forever nothing stays the same

So why can't I stop feeling this way..”

Aku hampir menangis menyanyikan lagu ciptaanku bersama Calum dan aku sangat merindukan ketika dimana aku bernyanyi bersama Calum dan terkadang Calum suka lupa lirik. Dan sekarang kami sudah berpisah. Torn in two. Aku harus kuat, aku harus kuat dan melupakan segalanya. Dan aku harap Tuhan mau memaafkanku atas apa yang sudah aku lakukan.

***

Author’s POV

Rasanya memang berbeda semenjak kepergian Luke dari asrama. Calum dan Ashton merasakan hal yang sama. Calum mengaku kalau dia sangat merindukan Luke. Ashton pun sama. Sedangkan Michael tampak cuek saja dan tidak mau peduli dengan Luke. Sore itu, Calum benar-benar tidak tahan dengan apa yang telah terjadi dan cowok itu benar-benar menangis sekarang. Ashton kaget melihat keadaan Calum yang sangat memprihatinkan.

“Ash, aku sangat merindukan Luke. Sekarang tinggal kita bertiga. Aku tidak bisa mencari sosok lain untuk menggantikan anggota band kita yang sudah kabur.” Ucap Calum.

Ashton baru memikirkan hal itu. Benar saja. Sekarang tinggal hanya mereka bertiga dan mungkin saja bisa bertambah parah semisal Michael ikut keluar juga, maksudnya keluar dari Band yang susah payah mereka buat. Mau tidak mau, Ashton harus bisa membuat Michael akur kembali dengan Luke walau rasanya mustahil.

“Aku tau Luke sudah sangat keterlaluan. Tapi itu tidak membuatku membencinya.” Ucap Ashton.

“Ya. Luke tetap sahabatku dan aku akan berusaha untuk mendapatkannya kembali.” Ucap Calum.

Sementara itu, tanpa sepengetahuan keduanya, Michael sempat mendengar percakapan keduanya dan hatinya menjadi sakit. Luke. Michael tidak bisa membohongi dirinya kalau ia juga sangat merindukan Luke. Rasa rindunya pada Luke mengalahkan rasa kebenciannya pada Luke, terutama saat Luke meminta maaf padanya dan menyuruhnya untuk menjaga Farah dengan baik. Rasanya seperti yang terakhir kalinya ia bertemu dengan Luke. Jadi, apakah ia harus memaafkan Luke dan memulai kembali persahabatan mereka?

***

Farah’s POV

Sudah seminggu aku menjalani hubungan dengan Michael dan aku mulai bisa mencintainya. Michael selalu baik padaku dan dia amat perhatian. Aku takut jika aku benar-benar mencintainya sementara waktuku di London semakin berkurang. Tinggal satu bulan lebih dua minggu dan setelah itu aku akan melupakan segalanya. Apakah Michael merasakan hal yang sama denganku? Apa Michael tidak takut kehilanganku?

Cuaca sangat cerah hari ini dan hari ini kami akan diajak tour bersama Mr. Pierre. Tentunya ada hubungannya dengan pelajaran biologi. Sepertinya Mr. Pierre akan mengajak kami pergi ke suatu kebun semisal pelestarian alam-lah atau kami akan diajarkan cara berbudi daya tanaman dengan baik. Aku sangat bersemangat pagi ini. Terlebih saat semua kelas digabungkan dan kami dibebaskan memilih pasangan ataupun grup. Nah ini baru yang dinamakan sebuah kebebasan. Tentu saja aku akan bersama Michael dalam tour kali ini.

Bus sudah disiapkan dan aku sudah berada di genggaman tangan Michael. Sebisa mungkin aku tidak mempedulikan Luke dan tidak memikirkan siapa pasangan Luke. Luke kan ganteng dan siapapun mau menjadi pasangan tour-nya. Kami memilih duduk di kursi nomor tiga dan aku merasa nyaman berada duduk di samping Michael. Aku memasang headset-ku dan mendengarkan lagu bersama Michael.

Saat tiba di tempat tujuan, ternyata Mr. Pierre membawa kami ke sebuah hutan yang memang cocok digunakan untuk rekreasi. Jadi ceritanya Mr. Pierre sengaja mengajak kami mengunjungi tempat ini hanya untuk melepas penat saja. Lagipula udaranya sangat sejuk dan berbeda jauh dengan Kota London yang polusi udaranya cukup parah. Aku tidak melihat Calum dan Ashton dan kurasa mereka tidak mengikuti tour ini.

Pertama-tama, Mr. Pierre berpidato entahlah isinya apa karena aku sibuk bercanda dengan Michael di belakang. Tanpa aku sadari, mataku tidak sengaja bertatapan dengan mata Luke dan cepat-cepat aku mengalihkan pandang ke arah lain. Luke sendirian disana dan aku merasa kasihan padanya. Tapi aku tidak mau mengatakan hal itu pada Michael karena aku tidak ingin membuat Michael marah hanya karena aku membicarakan tentang Luke. Setelah selesai berpidato, Mr. Pierre memberikan kami kebebasan untuk menjelajahi hutan ini asalkan jangan sampai tersesat. Aku tetap bersama Michael dan teman-temanku mengerti kalau aku hanya ingin pergi bersama Michael. Tapi entah mengapa pikiranku selalu didatangi oleh Luke dan rasa kasihanku pada Luke mengingat Luke berubah menjadi sosok pendiam dan suka menyendiri.

“Kenapa Calum dan Ashton tidak ikut pergi?” Tanyaku sambil menjelajah hutan bersama Michael.

“Entahlah. Mungkin mereka lagi malas-malasnya.” Jawab Michael.

Kira-kira hampir setengah jam aku jalan dan aku mulai merasa lelah. Kami berdua duduk di bawah pohon yang rindang sambil memakan makanan yang Michael bawa. Aku tertawa geli melihat pizza yang siap dimakan Michael seorang diri. Pacarku itu memang sangat menyukai pizza dan kurasa Michael lebih mencintai pizza dibanding pacarnya sendiri.

“Kau jahat Mike tidak memberikan sedikit pizza padaku.” Ucapku pura-pura ngambek.

Michael tersenyum sambil mengacak-acak rambutku. Lalu dengan lembutnya Michael menyuapi-ku dengan pizza-nya. Benar-benar begitu manis. Ya. Aku bahagia sekarang dan memang seharusnya begitu. Tidak ada gunanya memikirkan Luke toh Luke sudah tidak nakal lagi dan kami berjanji untuk tidak saling sapa. Setelah itu, kami memutuskan kembali dan Michael meminta izin untuk buang air kecil. Aku mengangguk dan menunggunya tak jauh dari toilet tempat Michael berada.

Aku melihatnya lagi. Luke. Dia tetap sendirian dan jantungku berdebar-debar. Ingin sekali aku mendatanginya tapi aku ragu. Namun pada akhirnya aku mendatangi Luke dan berharap tidak akan terjadi sesuatu yang buruk pada kami berdua.

“Luke.” Ucapku memanggil namanya.

Luke menoleh ke arahku dan aku sangat meridukannya. Tapi wajah Luke terlihat cukup pucat dan sepertinya Luke sedang sakit. Aku duduk di samping Luke dan memberanikan diri memegang keningnya. Panas. Kemudian aku beralih memegang telapak tangannya. Panas juga.

“Apa yang kau lakukan? Aku sudah tidak mau melihatmu lagi.” Ucap Luke.

Sakit. Hatiku sakit mendengar ucapannya. Sakit sekali. Aku memang rela melepas semua perasaan itu, tapi alangkah menyakitkan jika Luke tidak mau melihatku. Seperti sekarang ini. Aku ingin menjadi teman Luke dan ingin membuat Luke tersenyum.

“Kau sakit Luk. Jadi kenapa kau mengikuti tour ini?” Tanyaku.

Luke menunduk dan wajahnya terlihat sedih. Jadi begini cara cowok menahan tangisnya? Tapi Tuhan! Aku tidak sanggup melihat wajah sedihnya itu. Kalau boleh, aku ingin sekali membuat Luke tersenyum. Tiba-tiba saja Luke menyenderkan kepalanya di atas bahuku dan ini terasa lucu. Aku merasa tinggi sekarang tapi aku merasa nyaman dengan posisi seperti ini.

“Sekali ini saja. Untuk yang terakhir kalinya aku membutuhkan kehadiranmu disisiku.” Ucap Luke.

 Hatiku menangis saat itu juga. Tapi air mataku belum keluar. Dan Luke.. Astaga apa cowok itu sedang menangis? Kasihan Luke. Aku tidak tega melihatnya seperti itu. Lalu dengan gerakan cepat aku memeluk Luke dan Luke membalas pelukanku. God! Aku sangat merindukan pelukan ini. Tiba-tiba saja rasa cinta, kagum, dan harapan itu kembali hadir dan hal itu membuatku menjadi sosok yang bodoh. Farah ingat, kau sudah memutuskan untuk melupakan Luke dan mencintai Michael, tapi?

“Farah, aku benar-benar sangat bodoh dan aku rasa kau masih membenciku dan tidak mau memaafkanku.” Ucap Luke.

Aku terbenam di dada Luke dan rasanya begitu nyaman. Air mataku sudah mulai keluar karena aku tidak bisa menahannya. “Tidak Luke. Aku sama sekali tidak membencimu. Tapi tolong jangan abaikan aku karena aku masih ingin bicara denganmu dan menjadi temanmu. Aku masih ingin melihatmu tersenyum dan itu bisa membuatku senang. Tolong..” Ucapku.

Tiba-tiba saja ponselku berdering dan sudah bisa aku tebak Michael yang menelponku. Ku rasa cukup sampai disini. Luke melepaskan pelukannya dan cowok itu menampilkan senyuman yang begitu manis. Hatiku menjadi teriris dan rasanya aku ingin memiliki Luke saat itu juga.

Thank you.” Ucap Luke pelan sementara aku meninggalkannya dengan ketidakrelaan. Sudahlah. Anggap kejadian tadi tidaklah nyata dan aku harus fokus akan hubunganku dengan Michael.

Michael? Andaikan Michael adalah Luke..

***

“Kemana saja kau?”

            Itu pertanyaan pertama yang aku dapatkan dari Michael. Aku merasa berdosa karena pergi secara tiba-tiba, namun akan jauh lebih berdosa-nya jika Michael sampai tau kalau aku duduk berdua bersama Luke dan Luke memelukku. Aku sudah berjanji untuk melupakan Luke dan mencintai Michael.

            “Aku hanya jalan-jalan sebentar.” Jawabku.

            Michael mengangguk-angguk. Kami pun memilih melihat-lihat area permainan yang kurasa cukup seru apalagi ada permainan melewati lumpur dan kalau kita tidak bisa menjaga keseimbangan, maka kita akan jatuh bermandikan lumpur. Tentu aku tidak mau ikut dalam permainan itu dan hanya melihat-lihat saja. Tak terasa waktu bergulir begitu cepat dan kami bersiap-siap untuk pulang. Aku sangat mengantuk dan aku tertidur di pelukan Michael. Anehnya, saat aku tertidur, aku memimpikan Luke dan rasanya aku ingin menangis.

            Luke. Hatiku tidak bisa berbohong untuk tidak mencintaimu. Hatiku tidak bisa melupakanmu walau pikiranku mengharuskan aku untuk melupakanmu. Aku sangat-sangat mencintai-mu Luk. Entahlah kapan aku bisa lepas dari semua perasaan ini. Tapi di hati kecilku mengatakan kalau perasaan ini tidak boleh hilang dan harus ada apapun yang terjadi.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar