“So
they say that time takes away the pain
But
I’m still the same and they say that I will find another you
That
can’t be true
Why
didn’t I realize? Why did I tell lies?
Yeah,
I wish that I could do it again
Turning
back the time back when you were mine
So
this is heartache? So this is heartache?
Hiroi
atsumeta koukai wa namida e to kawari oh baby
So
this is heartache? So this is heartache?
Ano
hi no kimi no egao wa omoide ni kawaru
I
miss you..”
***
Untuk apa Lily menyetel lagu itu?
Apa Lily telah disakiti oleh pacarnya? Jelas-jelaslah aku yang disakiti oleh
Alex walau aku tidak merasakan sakit apapun. Dan di lagu itu ada beberapa
kalimat yang artinya tidak aku ketahui karena menggunakan bahasa Jepang, tapi
menurutku lagu itu cocok sekali untuk orang yang lagi sakit hati. Aku baru
ingat kalau aku sudah bebas dan tidak berhubungan dengan cowok manapun. Disana
Alex sudah bahagia bersama Selena dan aku mengikhlaskannya. Aku berjanji untuk
tidak akan sakit hati, ya.
Tiba di kelas, aku kaget melihat
Luke yang sudah duduk disana. Sial. Aku kembali teringat dengan kejadian
kemarin, ya, di ruang musik itu. Bagaimana nasib lukisan Luke? Apa Luke meminta
bantuan orang lain untuk melukisnya? Mengenai lukisanku, aku baru setengah
melukisnya. Kata Lily, lukisanku sangat bagus dan aku memiliki jiwa seni yang
tinggi.
Aku sudah bebas dan bukan maksudku
untuk mencari perhatian pada Luke. Aku tidak mau mencintainya karena itu akan
menyakitkanku. Maka aku biarkan perasaan yang aneh ini menjalar ke seluruh
tubuhku dan lambat laun perasaan aneh ini akan menghilang. Aku yakin akan hal
itu. Kemarin, kami sudah ditugaskan untuk melukis, sekarang apa lagi?
Hari ini Luke tampak sedikit
berbeda. Dia tidak menggunakan kaos hitam melainkan kaos hitam putih dengan
lengan sepanjang siku. Cukup manis menurutku. Tidak. Jangan pernah lagi
mengagumi Luke karena dia bukanlah orang yang tepat untuk aku kagumi. Apa perlu
aku tulis kalimat itu dan aku tempel di dinding kamarku sehingga aku bisa
membacanya setiap saat?
Nah Mr. Pierre datang dan dia adalah
guru favoritku. Guru biologi berumur setengah baya yang suka membuatku tertawa.
Tapi ku lihat Mr. Pierre tampak tergesa-gesa dan ku rasa dia tidak bisa
mengajar hari ini. Mungkin saja dia akan memberikan kami tugas.
“Hari ini aku tidak bisa mengajar
kalian karena ada suatu urusan. Untuk itu aku menyuruh kalian meringkas buku
biologi sebanyak dua bab.” Ucap Mr. Pierre.
Tidak! Mr. Pierre yang selama ini
aku kagumi berubah menjadi gila seperti guru kesenian kemarin. Meringkas
sebanyak itu? Sungguh aku paling tidak suka yang namanya menulis, bahkan
meringkas saja aku tidak bisa. Alhasil aku menulis semuanya tanpa harus memilih
kata-kata yang penting. Dan dua bab? Satu bab saja sudah sangat lelah.
“Kalian kumpulkan hari ini juga.”
Ucap Mr. Pierre.
“Apa? Dua bab sangat banyak.” Protes
Damian, dia adalah pasangan Stella.
Semoga Mr. Pierre mau meringankan
tugas kami atau bahkan mengganti tugas yang lebih masuk akal lagi, maksudku
tugas yang mudah tidak seperti meringkas walau menurut Lily meringkas adalah
hal yang sangat menyenangkan. Kalau begitu biar dia saja yang meringkas.
“Kalian kerjakan bersama pasangan
kalian. Yang cewek mengerjakan bab satu, dan yang cowok mengerjakan bab dua.”
Ucap Mr. Pierre.
Aku benar-benar merasa kesal dan
serasa ingin meledak. Sungguh! Aku muak dengan semuanya. Ku rasa sekolah disini
tidak sekesal seperti sekolahku yang ada di Indonesia, bahkan disini lebih
kesal jika ada Luke tentunya. Kalau saja tidak ada Luke, ceritanya akan berbeda.
Aku yakin sekali aku sedang bermimpi dan semua yang aku alami hanyalah
kebohongan. Dan Alex, kuharap aku masih menjadi kekasihnya dan Alex sama sekali
tidak mengenal Selena dan aku sama sekali tidak mengenal Luke.
Tiba-tiba saja aku berdiri dan
membuat semua pasang mata melihatku. “Aku.. Aku tidak setuju dengan semua ini.”
Ucapku.
Entah bisikan setan apa yang
membuatku mengatakan isi hatiku yang sebenarnya dengan sekolah ini. Terutama
tentang pasangan yang sangat membuatku muak. Untuk apa mereka memasangkan cewek
dengan cowok seperti membatasi pergaulan mereka? Bukankah kita bebas memilih?
Mr. Pierre menatapku sambil menaikkan alisnya. Ku harap dia mau mengerti apa
yang aku rasakan.
“Iya Farah, apakah kau ingin
mengatakan sesuatu yang telah lama kau pendam?” Tanya Mr. Pierre.
Aku menarik nafas dalam-dalam
sebelum menjawab. “Aku.. Sebenarnya aku menyukai kelas ini, sungguh. Hanya saja
aku tidak suka dengan pasangan seperti ini. Aku ingin bebas dan bergaul dengan
siapa saja.” Ucapku.
Mungkin dipikiran mereka aku adalah
anak yang bodoh karena menyia-nyiakan Luke. Seharusnya aku merasa bahagia
karena mendapat pasangan cowok ganteng seperti Luke, tapi aku tidak suka. Marie
hampir saja bicara tapi aku menatapnya dengan tajam supaya dia tidak memarahiku
karena tidak merasa bersyukur dipasangkan oleh Luke. Sementara Luke terlihat
santai-santai saja dan kuharap dia tidak tersinggung karena aku tidak ingin
dipasangkan olehnya.
Mr. Pierre tersenyum. “Apa pacarmu
memarahimu?” Tanyanya.
Wajahku memerah mendengar
pertanyaannya. “Tidak! Aku tidak punya pacar! Tapi aku muak dengannya! Maksudku
Luke!” Jawabku setengah emosi sambil menunjuk Luke.
“Dasar cewek yang tidak bisa
bersyukur! Kalau begitu aku saja yang menjadi pasangan Luke!”
Ku dengar Stella berbicara padaku
menggunakan bahasa Indonesia sehingga tidak dimengerti anak-anak yang lain,
bahkan Mr. Pierre. Stella menatapku dengan penuh kebencian dan aku menjadi
tidak suka dengannya. Kalau kau mau mengambil Luke ya ambil saja! Aku tidak
peduli! Batinku dalam hati.
“Sudahlah Farah, kau harus menerima
semua yang diperintahkan sekolah.” Ucap Mr. Pierre.
“Aku mengerti tapi pasangan ini
menurutku.. tidak masuk akal! Aku tidak bisa terus-terusan dengan Luke!”
Ucapku.
Namun hatiku seperti menolak apa yang
aku ucapkan. Hatiku ingin terus bersama Luke dan jantungku ingin terus
berdebar-debar untuk Luke. Sialan! Tiba-tiba saja aku menjadi serba salah dan
aku ingin berteriak sekencang-kencangnya dengan semua ini. Jika saja Luke sedikit baik padaku.. Jika saja…
“Hari esok akan bertambah semakin
susah Farah dan kau harus bisa bekerja sama dengan Luke. Seperti sebuah
pertandingan yang akan menilai pasangan mana yang paling cocok maka mereka-lah
yang akan menang.” Ucap Mr. Pierre.
Mr. Pierre sudah gila atau aku yang
gila? Pertandingan mana pasangan yang paling cocok? Hah! Aku tidak pernah
mendengar hal itu. Pertandingan jenis apa itu? Kalau menang apa enaknya? Kalau
kalah apa enaknya juga? Mengapa harus menang dan takut sekali kalah? Dan jika
hari esok dan seterusnya akan bertambah buruk, bahkan jika ada ciuman manis
dengan pasangan aku akan keluar dari sekolah ini. Hah berciuman bersama Luke!
“Baiklah. Aku pergi dulu dan kalian
kerjakan dengan baik.” Ucap Mr. Pierre lalu meninggalkan kelas.
Setelah Mr. Pierre pergi, aku
langsung menatap Luke walau jantungku berdebar-debar saat melihatnya. “Kau saja
yang mengerjakannya!” Bentakku.
Luke meresponku dan menatapku dengan
tatapannya yang sangat mematikan. Sebisa mungkin aku tahan hatiku untuk tidak
memuji Luke. Sebagai gantinya aku memaki-maki Luke dan ingin cowok itu pergi
dari tempat ini. Tapi Luke, dia sangat… argh!! Aku benci pada diriku sendiri!
Mana Farah yang dulu? Dan mengapa aku bisa sampai bertemu dengan Luke?
“Kau sedang tidak baik. Otakmu tidak
beres. Tapi wajahmu sangat cantik.” Ucap Luke.
APA?! APA DIA BILANG BARUSAN?! Detak
jantungku semakin terdengar keras dan aku ingin pingsan. Kalimat terakhir Luke
mampu membuat semua cewek merasa senang karena dipuji oleh Luke yang mengatakan
bahwa cewek itu sangat cantik. Aku tidak cantik! Tapi mengapa rasanya sangat
senang? Kenapa aku senang dipuji oleh Luke dan dikatakan cantik oleh Luke?
Lebih tepatnya lagi di goda oleh Luke.
“Pipimu memerah.” Ucap Luke dengan
santai.
Kali ini aku benar-benar malu dan
langsung kabur dari kelas. Luke!!! Luke sialan! Luke sialan! Berani-beraninya
dia menggodaku dan itu membuat perasaanku menjadi.. Argh! Apakah Luke tidak
bisa memahami apa yang aku rasakan? Tujuanku yaitu perpustakaan dan aku ingin
menyendiri disana, tidak peduli dengan tugas biologi. Aku tidak peduli. Aku
hanya ingin menormalkan detakan jantungku dan melupakan kejadian barusan. Luke!
Argh!
“Kita berlaku adil disini. Kau tidak
mau mengerjakan lukisanku, maka aku tidak mau mengerjakan ringkasan biologimu.”
Buku tulis biologiku sudah ada tepat
di depanku dan aku merasa Luke duduk di sampingku. Dan benar saja. Cowok itu
mulai meringkas biologinya dan dia menulis dengan tenang. Aku bisa melihat
jari-jarinya dan.. Stop! Langsung saja aku mengambil bukuku dan menemukan
tempat yang baru. Aku tidak tahan jika berada di dekatnya. Detakan jantungku
akan lebih berdebar-debar dan aku tidak mau hal itu terjadi. Tapi hatiku..
hatiku benar-benar berbeda dengan otakku. Hatiku ingin terus berada di dekat
Luke dan menikmati saat-saat bersamanya walau Luke mencuekkanku.
Aku ingin mati saat ini juga.
***
Sepulang sekolah, aku memutuskan
chat dengan Mom karena aku benar-benar membutuhkannya. Aku bingung dengan
perasaanku tapi aku tidak bisa membohongi diriku kalau aku sangat bahagia
berada di dekat Luke. Seperti ada semangat lain yang tidak aku ketahui. Luke
mampu memberikanku semangat dan membuatku tersenyum setiap saat. Aku bercerita
pada Mom kalau hubunganku dengan Alex sudah berakhir dan Mom merasa kecewa.
Tapi Mom tidak memarahiku atau Alex karena Mom hanya ingin aku bahagia.
Lalu aku menceritakan sosok Luke dan
Mom malah menyuruhku untuk melupakannya. Mom tidak ingin aku tertarik pada Luke
karena jika aku benar-benar jatuh cinta pada Luke, semuanya akan menjadi kacau.
Aku tidak boleh jatuh cinta dengan Luke apapun yang terjadi. Aku berharap musim
panas berakhir dan kembali ke Indonesia dan melupakan segalanya.
Setelah puas curhat dengan Mom,
Marie datang dan sepertinya dia ingin memberitahu sesuatu atau ingin membahas
tentang apa yang sudah aku ucapkan pada Mr. Pierre mengenai pasangan yang aneh.
“Kau benar-benar tidak suka pada
Luke?” Tanya Marie.
Aku terdiam. Masih belum tau jawaban
apa yang akan aku berikan pada Marie. Bukannya aku tidak suka dengan Luke, aku
hanya kesal pada diriku sendiri. Jika saja aku bisa menjadi normal saat bersama
Luke dan sedikit jaim, semuanya akan baik-baik saja. Aku bisa berhubungan akrab
dengan Luke dan dia tidak bisa menggodaku seperti tadi.
“Aku bingung Marie. Bagiku Luke
terlalu sempurna. Tadi dia sempat menggodaku. Luke mengatakan kalau aku
cantik.” Ucapku.
Mendengar ucapanku Marie langsung
tertawa. Apanya yang lucu? Aku tidak bermaksud membuat lelucon disini. Aku
ingin menemukan jalan keluar dari masalahku. Apa sebaiknya aku balik ke
Indonesia? Tapi apa iya aku sanggup meninggalkan.. Luke? Sial!
“Farah, kalau kau tidak bisa
membuang Luke di dalam pikiranmu, artinya kau menyukai Luke. Tidak mungkin kau
merasa baik-baik saja setelah putus dengan cowok yang sudah dua tahun kau
cintai jika kau tidak menyukai orang lain.” Ucap Marie.
Aku menerka-nerka ucapan Marie dan
kurasa ada benarnya juga. Tapi apa iya aku menyukai Luke? Entahlah berapa kali
aku menanyai pertanyaan itu pada diriku sendiri namun aku masih belum menemukan
jawabannya. Tapi ku mohon, aku tidak ingin jatuh cinta padanya karena itu
sangat menyakitkan bagiku.
“Tapi aku tidak ingin jatuh cinta
padanya. Aku dan dia sangat berbeda dan dia bukan berasal dari Indonesia. Aku
tidak mau menjalin hubungan jarak jauh lagi.” Ucapku.
Dalam hati aku menambah: kayak Luke
menyukaiku saja. Bagaimana mungkin cowok seperti dia menyukaiku? Sangat
mustahil! Aku bukan tipenya. Tipe cewek Luke adalah gadis nakal yang usianya
lebih tua darinya. Tidak mungkin umurku lebih tua dibanding dirinya walau hanya
beberapa bulan saja. Tapi Luke sangat tampan, manis dan sempuna. Apa lagi ini?
Mengapa aku memujinya lagi?
“Ya memang susah tapi kau jangan
pikirkan yang itu dulu. Intinya kau harus bersikap baik padanya dan membuat
hubungan kalian menjadi baik.” Ucap Marie.
Bersikap baik padanya? Apakah aku
bisa? Aku selalu merasa kesal saat melihat wajahnya juga jantungku tidak akan
bisa normal saat dekat dengannya. Jantungku memang bermasalah saat aku bertemu
dengan Luke dan ku harap aku menemukan obat untuk menyembuhkan jantungku.
***
Sore ini Corine mengajak kami
olahraga sampai magrib dan aku setuju saja. Aku sedang membutuhkan udara segar
agar paru-paruku menjadi sehat, ya ku rasa begitu. Aku berharap aku bisa
melupakan masalah-masalah yang aku alami dan semoga aku tidak melihat bahkan
bertemu dengan Luke. Kami berjalan keluar kemudian berlari sambil tertawa. Lily
memasang headset di telinganya dan asyik dengan lagu yang didengarkannya. Aku
jadi teringat dengan lagu Heartache yang di stel Lily.
Saat kami istirahat sebentar tepat
di depan sebuah bar yang masih terlihat sepi, aku yang berusaha mengatur nafas
akibat sehabis berlari tadi seakan-akan sudah tidak bisa bernafas lagi.
Paru-paruku terasa sesak saat aku melihat di dalam bar dan disana ada… Aku
berharap apa yang aku lihat adalah sebuah kesalahan. Tapi tidak! Apa yang aku
lihat terasa nyata dan hatiku.. Tidak!
“Farah, kau.. Astaga! Luke!” Teriak
Marie.
Tampaknya Marie sudah mengetahuinya
dan gadis itu menutup mulutnya karena kaget. Aku mencoba membuat diriku tenang
tapi tidak bisa. Aku terpaku padanya, maksudku Luke yang sedang bermesraan
dengan cewek berambut hitam kemerahan dan cewek itu tampak sangat seksi. Cewek
itu tampak manja di lengan Luke sesekali meminum bir yang ada di mejanya. Tapi
kuperhatikan Luke sedang tidak mabuk. Umur Luke berapa sih? Apakah dia sudah
berumur depalan belas tahun? Kenapa hidup Luke terkesan bebas begitu? Tapi
cewek itu! Astaga kenapa aku sangat tidak menyukai cewek itu bermesraan bersama
Luke?
“Luke benar-benar liar! Corine
lihat! Bahkan kau belum sampai di level gadis seksi itu.” Ucap Marie.
“Aku belum berumur depalan belas
tahun.” Ucap Corine.
Aku masih menatap Luke yang sedang
tertawa bersama cewek itu. Kemudian cewek itu memberikan gelas kecil pada Luke
dan Luke meminumnya dengan santai. Luke gila! Dia sudah berani meminum minuman
yang bagiku haram walau di tempat-tempat tertentu minuman itu sangat laku dan
iklannya banyak sekali. Aku merasa kecewa padanya dan tiba-tiba saja hatiku
menjadis sakit. Sakit sekali. Ayolah Farah, kau bukan siapa-siapamu jadi kau
tidak ada hak untuk sakit hati. Tapi.. Tiba-tiba air mataku menetes.
“Farah, kau tidak apa-apa?” Tanya
Chloe.
Aku tidak mendengar suara Chloe dan
tetap terpaku pada Luke dan gadis itu. Lihat, Luke sudah mulai mabuk dan aku
harus pergi dari tempat ini. Hidup Luke tidak baik dan jika hidupku tidak ingin
hancur, aku harus menjauhinya. Mom mengatakan aku harus mencari teman yang baik
dan bagiku Luke tidak baik, artinya Luke bukanlah temanku. Tapi hatiku… sakit
sekali. Luke.. Andai saja aku tidak mengenalmu…
“Aku harus pergi.” Ucapku berlari
meninggalkan tempat itu dan tidak mempedulikan teriakan-teriakan temanku.
***
Aku benar-benar menangis malam ini
dan membuat suatu pengakuan bahwa aku menyukai Luke. Aku menyukai Luke! Aku
menyukainya dan itu membuat hatiku sakit. Sepertinya gadis itu adalah pacar
Luke. Tidak mungkin cowok setampan Luke tidak memiliki seorang pacar.
Seharusnya aku sudah tau dari dulu. Aku benar-benar merasa sakit hati sekarang.
Hatiku hancur. Sangat hancur.
“Tak pernah aku bayangkan bisa
menyukai cowok yang tidak baik seperti Luke.” Ucapku.
“Farah, jika Luke sudah berumur
delapan belas tahun, hal itu sudah biasa. Luke hanya ingin membuat dirinya
bebas.” Ucap Corine.
Benarkah apa yang dikatakan Corine?
Jadi aku tidak cocok dengannya. Aku menyukai Luke karena penampilannya, bukan
karena sikapnya. Aku salah. Aku salah mencintai seseorang. Tidak seharusnya aku
menyukai orang seperti Luke. Gimana jika Mom tau aku menyukai cowok seperti
Luke? Pasti Mom akan marah padaku.
“Luke sudah punya pacar, artinya aku
jatuh cinta dengan pacar orang.” Ucapku.
Lily tersenyum lalu menepuk pundakku
seakan-akan memberiku kekuatan. “Kau masih memiliki kami. Kami tidak akan
pernah meninggalkanmu.” Ucapnya.
Percuma saja. Aku tidak bisa
menyembuhkan rasa sakit yang aku rasakan. Luke telah menghancurkan hatiku
dengan cara yang sangat licik. Kenapa Luk kenapa? Kenapa aku bisa menyukaimu?
Kenapa? Tiba-tiba aku merindukan Alex. Hanya Alex yang bisa membuatku tersenyum
tapi hubungan kami sudah berakhir. Alex sudah memiliki Selena dan aku
sendirian.
Aku sendirian sekarang.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar