expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 9 ) Heartache





            So they say that time takes away the pain

            But I’m still the same and they say that I will find another you

            That can’t be true

            Why didn’t I realize? Why did I tell lies?

            Yeah, I wish that I could do it again

            Turning back the time back when you were mine


            So this is heartache? So this is heartache?

            Hiroi atsumeta koukai wa namida e to kawari oh baby

            So this is heartache? So this is heartache?

            Ano hi no kimi no egao wa omoide ni kawaru

            I miss you..”

***

            Untuk apa Lily menyetel lagu itu? Apa Lily telah disakiti oleh pacarnya? Jelas-jelaslah aku yang disakiti oleh Alex walau aku tidak merasakan sakit apapun. Dan di lagu itu ada beberapa kalimat yang artinya tidak aku ketahui karena menggunakan bahasa Jepang, tapi menurutku lagu itu cocok sekali untuk orang yang lagi sakit hati. Aku baru ingat kalau aku sudah bebas dan tidak berhubungan dengan cowok manapun. Disana Alex sudah bahagia bersama Selena dan aku mengikhlaskannya. Aku berjanji untuk tidak akan sakit hati, ya.

            Tiba di kelas, aku kaget melihat Luke yang sudah duduk disana. Sial. Aku kembali teringat dengan kejadian kemarin, ya, di ruang musik itu. Bagaimana nasib lukisan Luke? Apa Luke meminta bantuan orang lain untuk melukisnya? Mengenai lukisanku, aku baru setengah melukisnya. Kata Lily, lukisanku sangat bagus dan aku memiliki jiwa seni yang tinggi.

            Aku sudah bebas dan bukan maksudku untuk mencari perhatian pada Luke. Aku tidak mau mencintainya karena itu akan menyakitkanku. Maka aku biarkan perasaan yang aneh ini menjalar ke seluruh tubuhku dan lambat laun perasaan aneh ini akan menghilang. Aku yakin akan hal itu. Kemarin, kami sudah ditugaskan untuk melukis, sekarang apa lagi?

            Hari ini Luke tampak sedikit berbeda. Dia tidak menggunakan kaos hitam melainkan kaos hitam putih dengan lengan sepanjang siku. Cukup manis menurutku. Tidak. Jangan pernah lagi mengagumi Luke karena dia bukanlah orang yang tepat untuk aku kagumi. Apa perlu aku tulis kalimat itu dan aku tempel di dinding kamarku sehingga aku bisa membacanya setiap saat?

            Nah Mr. Pierre datang dan dia adalah guru favoritku. Guru biologi berumur setengah baya yang suka membuatku tertawa. Tapi ku lihat Mr. Pierre tampak tergesa-gesa dan ku rasa dia tidak bisa mengajar hari ini. Mungkin saja dia akan memberikan kami tugas.

            “Hari ini aku tidak bisa mengajar kalian karena ada suatu urusan. Untuk itu aku menyuruh kalian meringkas buku biologi sebanyak dua bab.” Ucap Mr. Pierre.

            Tidak! Mr. Pierre yang selama ini aku kagumi berubah menjadi gila seperti guru kesenian kemarin. Meringkas sebanyak itu? Sungguh aku paling tidak suka yang namanya menulis, bahkan meringkas saja aku tidak bisa. Alhasil aku menulis semuanya tanpa harus memilih kata-kata yang penting. Dan dua bab? Satu bab saja sudah sangat lelah.

            “Kalian kumpulkan hari ini juga.” Ucap Mr. Pierre.

            “Apa? Dua bab sangat banyak.” Protes Damian, dia adalah pasangan Stella.

            Semoga Mr. Pierre mau meringankan tugas kami atau bahkan mengganti tugas yang lebih masuk akal lagi, maksudku tugas yang mudah tidak seperti meringkas walau menurut Lily meringkas adalah hal yang sangat menyenangkan. Kalau begitu biar dia saja yang meringkas.

            “Kalian kerjakan bersama pasangan kalian. Yang cewek mengerjakan bab satu, dan yang cowok mengerjakan bab dua.” Ucap Mr. Pierre.

            Aku benar-benar merasa kesal dan serasa ingin meledak. Sungguh! Aku muak dengan semuanya. Ku rasa sekolah disini tidak sekesal seperti sekolahku yang ada di Indonesia, bahkan disini lebih kesal jika ada Luke tentunya. Kalau saja tidak ada Luke, ceritanya akan berbeda. Aku yakin sekali aku sedang bermimpi dan semua yang aku alami hanyalah kebohongan. Dan Alex, kuharap aku masih menjadi kekasihnya dan Alex sama sekali tidak mengenal Selena dan aku sama sekali tidak mengenal Luke.

            Tiba-tiba saja aku berdiri dan membuat semua pasang mata melihatku. “Aku.. Aku tidak setuju dengan semua ini.” Ucapku.

            Entah bisikan setan apa yang membuatku mengatakan isi hatiku yang sebenarnya dengan sekolah ini. Terutama tentang pasangan yang sangat membuatku muak. Untuk apa mereka memasangkan cewek dengan cowok seperti membatasi pergaulan mereka? Bukankah kita bebas memilih? Mr. Pierre menatapku sambil menaikkan alisnya. Ku harap dia mau mengerti apa yang aku rasakan.

            “Iya Farah, apakah kau ingin mengatakan sesuatu yang telah lama kau pendam?” Tanya Mr. Pierre.

            Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. “Aku.. Sebenarnya aku menyukai kelas ini, sungguh. Hanya saja aku tidak suka dengan pasangan seperti ini. Aku ingin bebas dan bergaul dengan siapa saja.” Ucapku.

            Mungkin dipikiran mereka aku adalah anak yang bodoh karena menyia-nyiakan Luke. Seharusnya aku merasa bahagia karena mendapat pasangan cowok ganteng seperti Luke, tapi aku tidak suka. Marie hampir saja bicara tapi aku menatapnya dengan tajam supaya dia tidak memarahiku karena tidak merasa bersyukur dipasangkan oleh Luke. Sementara Luke terlihat santai-santai saja dan kuharap dia tidak tersinggung karena aku tidak ingin dipasangkan olehnya.

            Mr. Pierre tersenyum. “Apa pacarmu memarahimu?” Tanyanya.

            Wajahku memerah mendengar pertanyaannya. “Tidak! Aku tidak punya pacar! Tapi aku muak dengannya! Maksudku Luke!” Jawabku setengah emosi sambil menunjuk Luke.

            “Dasar cewek yang tidak bisa bersyukur! Kalau begitu aku saja yang menjadi pasangan Luke!”

            Ku dengar Stella berbicara padaku menggunakan bahasa Indonesia sehingga tidak dimengerti anak-anak yang lain, bahkan Mr. Pierre. Stella menatapku dengan penuh kebencian dan aku menjadi tidak suka dengannya. Kalau kau mau mengambil Luke ya ambil saja! Aku tidak peduli! Batinku dalam hati.

            “Sudahlah Farah, kau harus menerima semua yang diperintahkan sekolah.” Ucap Mr. Pierre.

            “Aku mengerti tapi pasangan ini menurutku.. tidak masuk akal! Aku tidak bisa terus-terusan dengan Luke!” Ucapku.

            Namun hatiku seperti menolak apa yang aku ucapkan. Hatiku ingin terus bersama Luke dan jantungku ingin terus berdebar-debar untuk Luke. Sialan! Tiba-tiba saja aku menjadi serba salah dan aku ingin berteriak sekencang-kencangnya dengan semua ini.  Jika saja Luke sedikit baik padaku.. Jika saja…

            “Hari esok akan bertambah semakin susah Farah dan kau harus bisa bekerja sama dengan Luke. Seperti sebuah pertandingan yang akan menilai pasangan mana yang paling cocok maka mereka-lah yang akan menang.” Ucap Mr. Pierre.

            Mr. Pierre sudah gila atau aku yang gila? Pertandingan mana pasangan yang paling cocok? Hah! Aku tidak pernah mendengar hal itu. Pertandingan jenis apa itu? Kalau menang apa enaknya? Kalau kalah apa enaknya juga? Mengapa harus menang dan takut sekali kalah? Dan jika hari esok dan seterusnya akan bertambah buruk, bahkan jika ada ciuman manis dengan pasangan aku akan keluar dari sekolah ini. Hah berciuman bersama Luke!

            “Baiklah. Aku pergi dulu dan kalian kerjakan dengan baik.” Ucap Mr. Pierre lalu meninggalkan kelas.

            Setelah Mr. Pierre pergi, aku langsung menatap Luke walau jantungku berdebar-debar saat melihatnya. “Kau saja yang mengerjakannya!” Bentakku.

            Luke meresponku dan menatapku dengan tatapannya yang sangat mematikan. Sebisa mungkin aku tahan hatiku untuk tidak memuji Luke. Sebagai gantinya aku memaki-maki Luke dan ingin cowok itu pergi dari tempat ini. Tapi Luke, dia sangat… argh!! Aku benci pada diriku sendiri! Mana Farah yang dulu? Dan mengapa aku bisa sampai bertemu dengan Luke?

            “Kau sedang tidak baik. Otakmu tidak beres. Tapi wajahmu sangat cantik.” Ucap Luke.

            APA?! APA DIA BILANG BARUSAN?! Detak jantungku semakin terdengar keras dan aku ingin pingsan. Kalimat terakhir Luke mampu membuat semua cewek merasa senang karena dipuji oleh Luke yang mengatakan bahwa cewek itu sangat cantik. Aku tidak cantik! Tapi mengapa rasanya sangat senang? Kenapa aku senang dipuji oleh Luke dan dikatakan cantik oleh Luke? Lebih tepatnya lagi di goda oleh Luke.

            “Pipimu memerah.” Ucap Luke dengan santai.

            Kali ini aku benar-benar malu dan langsung kabur dari kelas. Luke!!! Luke sialan! Luke sialan! Berani-beraninya dia menggodaku dan itu membuat perasaanku menjadi.. Argh! Apakah Luke tidak bisa memahami apa yang aku rasakan? Tujuanku yaitu perpustakaan dan aku ingin menyendiri disana, tidak peduli dengan tugas biologi. Aku tidak peduli. Aku hanya ingin menormalkan detakan jantungku dan melupakan kejadian barusan. Luke! Argh!

            “Kita berlaku adil disini. Kau tidak mau mengerjakan lukisanku, maka aku tidak mau mengerjakan ringkasan biologimu.”

            Buku tulis biologiku sudah ada tepat di depanku dan aku merasa Luke duduk di sampingku. Dan benar saja. Cowok itu mulai meringkas biologinya dan dia menulis dengan tenang. Aku bisa melihat jari-jarinya dan.. Stop! Langsung saja aku mengambil bukuku dan menemukan tempat yang baru. Aku tidak tahan jika berada di dekatnya. Detakan jantungku akan lebih berdebar-debar dan aku tidak mau hal itu terjadi. Tapi hatiku.. hatiku benar-benar berbeda dengan otakku. Hatiku ingin terus berada di dekat Luke dan menikmati saat-saat bersamanya walau Luke mencuekkanku.

            Aku ingin mati saat ini juga.

***

            Sepulang sekolah, aku memutuskan chat dengan Mom karena aku benar-benar membutuhkannya. Aku bingung dengan perasaanku tapi aku tidak bisa membohongi diriku kalau aku sangat bahagia berada di dekat Luke. Seperti ada semangat lain yang tidak aku ketahui. Luke mampu memberikanku semangat dan membuatku tersenyum setiap saat. Aku bercerita pada Mom kalau hubunganku dengan Alex sudah berakhir dan Mom merasa kecewa. Tapi Mom tidak memarahiku atau Alex karena Mom hanya ingin aku bahagia.

            Lalu aku menceritakan sosok Luke dan Mom malah menyuruhku untuk melupakannya. Mom tidak ingin aku tertarik pada Luke karena jika aku benar-benar jatuh cinta pada Luke, semuanya akan menjadi kacau. Aku tidak boleh jatuh cinta dengan Luke apapun yang terjadi. Aku berharap musim panas berakhir dan kembali ke Indonesia dan melupakan segalanya.

            Setelah puas curhat dengan Mom, Marie datang dan sepertinya dia ingin memberitahu sesuatu atau ingin membahas tentang apa yang sudah aku ucapkan pada Mr. Pierre mengenai pasangan yang aneh.

            “Kau benar-benar tidak suka pada Luke?” Tanya Marie.

            Aku terdiam. Masih belum tau jawaban apa yang akan aku berikan pada Marie. Bukannya aku tidak suka dengan Luke, aku hanya kesal pada diriku sendiri. Jika saja aku bisa menjadi normal saat bersama Luke dan sedikit jaim, semuanya akan baik-baik saja. Aku bisa berhubungan akrab dengan Luke dan dia tidak bisa menggodaku seperti tadi.

            “Aku bingung Marie. Bagiku Luke terlalu sempurna. Tadi dia sempat menggodaku. Luke mengatakan kalau aku cantik.” Ucapku.

            Mendengar ucapanku Marie langsung tertawa. Apanya yang lucu? Aku tidak bermaksud membuat lelucon disini. Aku ingin menemukan jalan keluar dari masalahku. Apa sebaiknya aku balik ke Indonesia? Tapi apa iya aku sanggup meninggalkan.. Luke? Sial!

            “Farah, kalau kau tidak bisa membuang Luke di dalam pikiranmu, artinya kau menyukai Luke. Tidak mungkin kau merasa baik-baik saja setelah putus dengan cowok yang sudah dua tahun kau cintai jika kau tidak menyukai orang lain.” Ucap Marie.

            Aku menerka-nerka ucapan Marie dan kurasa ada benarnya juga. Tapi apa iya aku menyukai Luke? Entahlah berapa kali aku menanyai pertanyaan itu pada diriku sendiri namun aku masih belum menemukan jawabannya. Tapi ku mohon, aku tidak ingin jatuh cinta padanya karena itu sangat menyakitkan bagiku.

            “Tapi aku tidak ingin jatuh cinta padanya. Aku dan dia sangat berbeda dan dia bukan berasal dari Indonesia. Aku tidak mau menjalin hubungan jarak jauh lagi.” Ucapku.

            Dalam hati aku menambah: kayak Luke menyukaiku saja. Bagaimana mungkin cowok seperti dia menyukaiku? Sangat mustahil! Aku bukan tipenya. Tipe cewek Luke adalah gadis nakal yang usianya lebih tua darinya. Tidak mungkin umurku lebih tua dibanding dirinya walau hanya beberapa bulan saja. Tapi Luke sangat tampan, manis dan sempuna. Apa lagi ini? Mengapa aku memujinya lagi?

            “Ya memang susah tapi kau jangan pikirkan yang itu dulu. Intinya kau harus bersikap baik padanya dan membuat hubungan kalian menjadi baik.” Ucap Marie.

            Bersikap baik padanya? Apakah aku bisa? Aku selalu merasa kesal saat melihat wajahnya juga jantungku tidak akan bisa normal saat dekat dengannya. Jantungku memang bermasalah saat aku bertemu dengan Luke dan ku harap aku menemukan obat untuk menyembuhkan jantungku.

***

            Sore ini Corine mengajak kami olahraga sampai magrib dan aku setuju saja. Aku sedang membutuhkan udara segar agar paru-paruku menjadi sehat, ya ku rasa begitu. Aku berharap aku bisa melupakan masalah-masalah yang aku alami dan semoga aku tidak melihat bahkan bertemu dengan Luke. Kami berjalan keluar kemudian berlari sambil tertawa. Lily memasang headset di telinganya dan asyik dengan lagu yang didengarkannya. Aku jadi teringat dengan lagu Heartache yang di stel Lily.

            Saat kami istirahat sebentar tepat di depan sebuah bar yang masih terlihat sepi, aku yang berusaha mengatur nafas akibat sehabis berlari tadi seakan-akan sudah tidak bisa bernafas lagi. Paru-paruku terasa sesak saat aku melihat di dalam bar dan disana ada… Aku berharap apa yang aku lihat adalah sebuah kesalahan. Tapi tidak! Apa yang aku lihat terasa nyata dan hatiku.. Tidak!

            “Farah, kau.. Astaga! Luke!” Teriak Marie.

            Tampaknya Marie sudah mengetahuinya dan gadis itu menutup mulutnya karena kaget. Aku mencoba membuat diriku tenang tapi tidak bisa. Aku terpaku padanya, maksudku Luke yang sedang bermesraan dengan cewek berambut hitam kemerahan dan cewek itu tampak sangat seksi. Cewek itu tampak manja di lengan Luke sesekali meminum bir yang ada di mejanya. Tapi kuperhatikan Luke sedang tidak mabuk. Umur Luke berapa sih? Apakah dia sudah berumur depalan belas tahun? Kenapa hidup Luke terkesan bebas begitu? Tapi cewek itu! Astaga kenapa aku sangat tidak menyukai cewek itu bermesraan bersama Luke?

            “Luke benar-benar liar! Corine lihat! Bahkan kau belum sampai di level gadis seksi itu.” Ucap Marie.

            “Aku belum berumur depalan belas tahun.” Ucap Corine.

            Aku masih menatap Luke yang sedang tertawa bersama cewek itu. Kemudian cewek itu memberikan gelas kecil pada Luke dan Luke meminumnya dengan santai. Luke gila! Dia sudah berani meminum minuman yang bagiku haram walau di tempat-tempat tertentu minuman itu sangat laku dan iklannya banyak sekali. Aku merasa kecewa padanya dan tiba-tiba saja hatiku menjadis sakit. Sakit sekali. Ayolah Farah, kau bukan siapa-siapamu jadi kau tidak ada hak untuk sakit hati. Tapi.. Tiba-tiba air mataku menetes.

            “Farah, kau tidak apa-apa?” Tanya Chloe.

            Aku tidak mendengar suara Chloe dan tetap terpaku pada Luke dan gadis itu. Lihat, Luke sudah mulai mabuk dan aku harus pergi dari tempat ini. Hidup Luke tidak baik dan jika hidupku tidak ingin hancur, aku harus menjauhinya. Mom mengatakan aku harus mencari teman yang baik dan bagiku Luke tidak baik, artinya Luke bukanlah temanku. Tapi hatiku… sakit sekali. Luke.. Andai saja aku tidak mengenalmu…

            “Aku harus pergi.” Ucapku berlari meninggalkan tempat itu dan tidak mempedulikan teriakan-teriakan temanku.

***

            Aku benar-benar menangis malam ini dan membuat suatu pengakuan bahwa aku menyukai Luke. Aku menyukai Luke! Aku menyukainya dan itu membuat hatiku sakit. Sepertinya gadis itu adalah pacar Luke. Tidak mungkin cowok setampan Luke tidak memiliki seorang pacar. Seharusnya aku sudah tau dari dulu. Aku benar-benar merasa sakit hati sekarang. Hatiku hancur. Sangat hancur.

            “Tak pernah aku bayangkan bisa menyukai cowok yang tidak baik seperti Luke.” Ucapku.

            “Farah, jika Luke sudah berumur delapan belas tahun, hal itu sudah biasa. Luke hanya ingin membuat dirinya bebas.” Ucap Corine.

            Benarkah apa yang dikatakan Corine? Jadi aku tidak cocok dengannya. Aku menyukai Luke karena penampilannya, bukan karena sikapnya. Aku salah. Aku salah mencintai seseorang. Tidak seharusnya aku menyukai orang seperti Luke. Gimana jika Mom tau aku menyukai cowok seperti Luke? Pasti Mom akan marah padaku.          

            “Luke sudah punya pacar, artinya aku jatuh cinta dengan pacar orang.” Ucapku.

            Lily tersenyum lalu menepuk pundakku seakan-akan memberiku kekuatan. “Kau masih memiliki kami. Kami tidak akan pernah meninggalkanmu.” Ucapnya.

            Percuma saja. Aku tidak bisa menyembuhkan rasa sakit yang aku rasakan. Luke telah menghancurkan hatiku dengan cara yang sangat licik. Kenapa Luk kenapa? Kenapa aku bisa menyukaimu? Kenapa? Tiba-tiba aku merindukan Alex. Hanya Alex yang bisa membuatku tersenyum tapi hubungan kami sudah berakhir. Alex sudah memiliki Selena dan aku sendirian.

            Aku sendirian sekarang.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar