expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 13 ) Catch Fire




            Oh say, can you see? This is not who I'm supposed to be

Without you I'm nobody, killing time

I try to deceive, try to win you desperately

Now I'm lost in the swirling sea of your sorry eyes


All my life, I've been waiting for moments to come

When I catch fire, and wash over you like the sun

I will fight, to fix up and get things right

I can't change the world, but maybe I'll change your mind..”

***

Tak kusangka drama yang kami bawa mendapatkan banyak tepuk tangan dari para penonton. Aku sangat bahagia. Dan mengenai ciuman itu, aku tak henti-hentinya tersenyum memikirkannya. Aku lihat Luke amat bahagia dan dia tak henti-hentinya tersenyum. Inilah momen yang sangat aku sukai dan aku rindukan. Malam ini Luke bagaikan seorang malaikat yang berhati lembut, ya. Di akhir drama, Luke meraih tanganku dan dia mencium telapak tanganku. Bukankah itu adalah hal yang sangat indah? Luke, aku janji mulai detik ini aku akan memperjuangkan diriku untuk mendapatkanmu meskipun terasa sakit. Pikiran Luke memang selalu berubah-ubah tetapi aku yakin suatu hari nanti aku bisa merubah pikirannya. Dia akan melihatku dan mengatakan kalau dia juga mencintaiku.

Namun, kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Dasar jalang! Aku tersenyum pahit dan merasa bodoh karena tidak menyadari bahwa si kekasih yang sangat dicintai oleh Luke menyaksikan acara ini. Ary terlihat tidak senang namun wajahnya tetap cantik. Ku lihat Luke mendatangi Ary dan langsung menciumnya. Sial! Luke kembali menjadi dirinya yang jahat dan malaikat itu hilang untuk sementara.

“Sebenarnya sejak pertama kali kita tampil aku sudah menyadari keberadaan Ary, tapi aku tidak mau memberitahumu.” Ucap Marie pelan sambil menepuk bahuku.

Aku terdiam dan tetap menyaksikan sepasang kekasih itu. Aku benar-benar membenci Ary. Sangat membencinya! Dia bukan gadis yang baik tapi mengapa Luke amat mencintainya? Seandainya cewek Luke adalah gadis yang baik, mungkin rasa sakit ini tidak separah ini. Diam-diam aku merasa takut kalau-kalau aku akan bermasalah dengan Ary. Mata gadis itu sangat mengerikan dan sepertinya ingin menerkamku. Tiba-tiba air mataku mengalir membasahi pipiku. Baru saja aku bahagia dan seketika itu juga hatiku langsung sakit hanya karena melihat Luke bersama kekasihnya.

“Farah, kau mencintai Luke kan?” Tanya Marie.

Aku mengangguk pelan. Masih saja aku menatap Luke dan Ary. Mereka tampak bahagia dan aku tidak bisa menghancurkan hubungan mereka walau rasanya ingin. Aku berpikir bukan hanya aku saja yang ingin mendapatkan Luke, ada banyak gadis yang ingin mendapatkan Luke dan berusaha menghancurkan hubungan Luke dengan Ary. Jadi bagaimana caranya berjuang mendapatkan orang yang kita cintai namun orang yang kita cintai sudah mempunyai pacar? ( Sheryl – Ku Tunggu Kau Putus, bahahaha :v )

***

“Farah! Wake up! We almost late!”

Sayup-sayup ku dengar suara Lily dan goncangan dahsyat entah dari tangan siapa. Perlahan ku buka mataku dan aku bisa dengan jelas melihat pemandangan di sekitarku. Aneh. Rasanya seperti habis terbangun dari koma yang panjang. Tiba-tiba hatiku menjadi perih. Aku teringat dengan mimpi yang aku alami. Mimpi yang berawal indah dan berujung kesakitan. Siapa lagi kalau bukan karena Luke dan ceweknya itu? Aku tidak melupakan pertunjukkan kemarin yang memang sangatlah membuatku bahagia. Disana Luke benar-benar menjadi seorang malaikat penyelamat dan semua penonton terpesona dengannya. Mungkin mereka mengira alangkah beruntungnya aku bisa adu peran dengan Luke dan dicium oleh Luke. Tapi perkiraan mereka salah. Justru hatiku begitu sakit mengingat Luke sudah memiliki pacar.

“Habis bermimpi buruk?” Tanya Chloe.

Aku mengangguk sambil menelan ludahku. Ku rasa hari ini aku tidak enak badan sekaligus tidak sanggup bertemu dengan Luke. Tapi aku tetap memaksakan diri untuk bangun dan mau tidak mau harus sekolah. Ingat, aku tidak boleh membuang-buang waktu. Aku sudah satu bulan lebih berada di London dan sisanya tinggal tiga bulan kurang atau bisa dipercepat kalau-kalau musim panas akan berakhir dengan cepat dan aku tidak akan bisa lagi melihat Luke. Selamanya.

            Pagi ini memang terasa berbeda. Baru saja aku tiba di sekolah, banyak sekali yang menyapaku dan mengucapkan selamat padaku. Wah karena pertunjukkan semalam aku jadi banyak di kenal oleh orang. Aku tersenyum membalas ucapan selamat dari mereka dan untuk sementara melupakan Luke. Namun tidak sebentar. Bahkan ini jauh lebih sakit dari dugaanku.

            “Dasar cewek sialan! Astaga look at her sexy dress! OMG aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia!” Ucap Corine lebay.

            Sebisa mungkin aku menahan air mataku agar tidak turun. Bagaimana bisa Ary datang menemui Luke di tempat ini? Dan dengan pakaian yang seksi itu? Aku cewek dan aku membodohi diriku sendiri karena rrrr aku tidak tau gimana jelasinnya yang jelas gadis sialan itu dengan mudahnya bisa menarik perhatian bagi siapa saja yang melihatnya. Tapi sungguh Ary adalah gadis yang sangat sempurna. Pantas saja Luke sayang sama cewek itu dan merasa beruntung memiliki Ary.

            Terakhir, kulihat Ary mencium pipi Luke dengan gerakan cepat dan akan meninggalkan Luke. Aku menelan ludahku melihat Luke yang seperti tak ingin Ary meninggalkannya. Sepertinya Luke sedang mabuk dengan pesona kekasihnya. Kemudian Luke menarik pinggang Ary lalu mencium bibirnya dengan cepat. Sialan! Tuhan begitu jahat memberikan perasaan ini padaku. Sakit sekali. Coba deh jika kalian berada di posisiku pasti akan merasakan kesakitan yang luar biasa. Ini Inggris, bukan Indonesia. Di Indonesia ku rasa masih aman-aman saja. Remaja disana berpacaran tidak terlalu berlebihan dan tentu saja tidak akan berciuman di tempat umum seperti ini.

            “Ayo ah kita pergi! Untuk apa kita melihat orang yang sedang mabuk disana?” Ucap Lily jengkel lalu berjalan cepat menuju kelas.

            Aku mengangguk dan mengekor di belakang Lily sambil berusaha melupakan kejadian itu. Luke dan Ary. Adakah hal yang lebih buruk dari ini? Bagaimana jika hubungan mereka sudah sangat parah dan tiba-tiba Ary hamil? Shit! Pikiranku bertambah buruk dan aku sudah bisa menebak bahwa hubungan mereka memang sudah cukup buruk dan berdasarkan nafsu. Tidak bisa kubayangkan jika Luke tidur bersama Ary sambil berpelukan dan.. Stop! Perutku mulai terasa mual dan jika aku masih saja memikirkan hal-hal gila seperti itu, aku akan muntah dan jika terlanjur parah aku akan dilarikan ke rumah sakit.

            Aku duduk dengan tenang sambil membuka buku-ku. Ku harap aku bisa tenang saat Luke datang dan duduk di sampingku. Saking seriusnya membaca, aku tidak menyadari kehadiran seseorang yang kini duduk di sampingku. Luke?

            “Kau Farah Watson?”

            Suara yang asing namun terkesan lembut. Tiba-tiba saja dadaku berdesir mendengar suara itu. Yang jelas si pemilik suara itu bukan Luke. Aku menoleh ke samping kiri dan mendapati sosok asing berambut merah yang sedang tersenyum padaku. Ditelinganya ada tindik dan di tangannya ada beberapa tattoo. Tapi biarpun begitu cowok itu tampak kelihatan manis. Tiba-tiba aku teringat Luke. Luke memang memakai tindik di bibirnya tapi dia sama sekali tidak menggunakan tattoo.

            “Siapa kau?” Tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya.

            Cowok berambut merah itu masih saja tersenyum dan aku menjadi kesal. Tapi sungguh dia sangat tampan walau tidak setampan Luke. Hah Luke lagi! Jadi apa cowok itu juga murid disini? Ku rasa usianya sama denganku. Jangan-jangan cowok itu fans-ku lagi gara-gara insiden kemarin saat aku beraksi menjadi Snow White.

            “Namaku Michael Clifford. Just call me Mike.” Jawabnya.

            Hmmm.. Ku rasa cowok yang bernama Michael adalah cowok yang lembut, ramah dan penyayang walau dia memakai tattoo dan tindik. It’s okay. Aku tidak mempedulikan itu. Dan karena Michael aku jadi melupakan Luke dan anehnya rasa sakit yang mampu membuatku ingin menangis tiba-tiba saja hilang hanya karena kedatangan cowok asing bernama Michael.

            “Aku melihatmu dalam acara kemarin dan aku sangat senang. Disana kau terlihat cantik sekali. Sebenarnya, aku sudah melihatmu saat pertama kali kau datang di sekolah ini tetapi aku ragu menyapamu.” Ucap Michael.

            Serius? Apa yang dikatakan Michael adalah benar? Dia mengatakan kalau aku cantik? Oke itu bukan pertanyaan yang penting. Jadi Michael sudah pernah melihatku sebelumnya? Sungguh aku sangat tidak menyangka. Ku kira di sekolah ini aku hanya mengenal satu cowok yaitu Luke. Cowok yang membuatku senang sekaligus membuat hatiku hancur. Nah dimana dia sekarang? Kenapa aku jadi mengingat cowok sialan itu?

            Damn! Dua cowok tampan itu saling menatap satu sama lain dengan tatapan tidak ramah. Aku menelan ludahku. Aku tidak menduga Luke sudah ada disini dan tampaknya Luke tidak suka dengan kedatangan Michael. Aku tau ini tempat duduk Luke tetapi mengapa cowok itu harus kesal? Mana jiwa malaikat Luke?

            “Mengapa kau duduk disini? Ini bukan kelasmu!” Bentak Luke.

            Waw! Pertama kalinya aku melihat wajah Luke yang marah dan tetap terlihat tampan. Sedangkan Michael terlihat tenang-tenang saja kemudian bangkit dan menatap Luke dengan senyuman. Jujur saja aku suka gaya Michael. Dia tidak terpancing dengan emosi Luke.

            I just want to meet Farah. She’s so amazing. Jadi ceritamu benar. Kau dipasangkan dengan Farah.” Ucap Michael.

            Apa? Jadi mereka sudah saling kenal mengenal? Dan kata Michael Luke pernah bercerita kalau dia dipasangkan denganku? Pipiku jadi merah. Mengapa hanya dengan kalimat itu aku merasa senang? Farah, kau terlalu berlebihan memuja Luke.

            Ku lihat Luke menatap Michael dengan tajam. “Jangan dekati dia!” Bentaknya lalu buru-buru duduk di tempatnya sementara Michael pergi.

            Nah apa maksudnya kalimat yang diucapkan Luke? Mengapa Luke melarang Michael mendekatiku? Hello! Aku bukan siapa-siapa Luke! Kenapa Luke tidak melarang ceweknya saja agar tidak selingkuh ke cowok lain? Aku memang mudah kesal dengan sikap dan ucapan Luke. Tapi hanya karena pesona Luke yang luar biasa itu yang mengacaukan segalanya. Jadi, apakah kau tetap berjuang untuk mendapatkan Luke?

            Pelajaran pun dimulai dan antara aku dengan Luke sama sekali tidak berbicara dan kurasa ini yang terbaik.

***

            “Farah! Hei!”

            Langsung saja Marie menyenggol lenganku dan tersenyum tidak jelas melihat cowok berambut merah yang tidak lain adalah Michael. Mungkin Marie heran denganku mengapa Michael bisa mengenaliku. Michael mendekati kami dan aku perhatikan di sorot matanya Michael lebih tertarik dengan Lily.

            Kon’nichiwa ogenkidesuka? Watashinonamaedha Maikerudesu. Yoroshiku ne.” Ucap Michael sambil nyengir.

            Kulihat Lily tertawa mendengar ucapan Michael. Akupun ikutan tertawa karena tingkahnya yang lucu. Ternyata Michael bisa menggunakan Bahasa Jepang walau aku tidak tau bahasanya benar atau salah. Aku sempat berpikir antara Michael dengan Luke berbeda seratus delapan puluh derajat. Sungguh. Michael anaknya menyenangkan dan aku harap aku bisa berteman baik dengannya.

            “Namaku Lily. Ah ya nice to meet you. Apakah kau penggila Jepang?” Tanya Lily.

            “Tentu saja. Aku pernah kesana sekali dan aku penggemar berat ONE OK ROCK. Aku sangat mengidolakan Taka!” Jawab Michael semangat.

            Jadi ceritanya Michael jadi senang gitu karena ketemu gadis Jepang disini. Entahlah apa yang mereka bicarakan dan sebagian menggunakan Bahasa Jepang. Lily tampak senang disana. Ya. Tidak salahnya menjadi teman Michael walau aku baru saja bertemu dengannya dia sudah menarik hatiku, maksudnya sudah membuatku senang. Aku masih belum bisa melupakan Luke dan masih belum bisa membuang rasa sakit itu.

            “Hei aku datang kesini untuk mencarimu. Aku ingin mengajakmu makan siang tidak jauh dari tempat ini. Bagaimana?” Tanya Michael.

            Mata kami bertemu dalam sesaat. Mata hijau yang indah, namun tidak seindah mata biru Luke. Sial. Masih saja aku ingat dengan Luke. Sebenarnya bagaimana sih bentuk cintaku pada Luke? Apa aku menyukai Luke hanya karena tampangnya saja? Kalau iya berarti aku salah karena aku tidak suka menilai orang dari wajahnya. Luke memang aneh dan kurasa diriku juga aneh saat bertemu dengan Luke. Lily dan Marie tersenyum jahil padaku dan diam-diam menggodaku. Aku tersenyum malu. Tidak ada salahnya kan menerima ajakan Michael?

            Michael mengajakku pergi ke sebuah cafee sederhana yang tidak terlalu ramai. Lalu dia mengajakku duduk di tempat yang nyaman. Kuharap setelah ini bayangan Luke tidak hadir dipikiranku. Tapi aku penasaran apakah Michael memiliki hubungan dengan Luke atau tidak.

            “Kau mau pesan apa?” Tanya Michael.

            “Mmm.. Aku memesan apa yang kau pesan.” Jawabku.

            Benar, Michael sangat berbeda dari Luke. Michael seperti enggg.. Alex? Tiba-tiba saja aku menjadi sedih teringat Alex dan segala kebohongan Alex. Selama ini Alex selingkuh dan tidak mau memberitahuku. Tapi syukurlah ada Luke yang menyelamatkanku, yang membuatku merasa baik-baik saja saat putus dengan Alex. Namun semua itu bertambah semakin parah. Putus dengan Alex tidak merasakan apa-apa tapi ketika Luke bersama Ary…

            “Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Michael memecah suasana.

            Aku sedikit kaget lalu menggeleng dengan cepat. “Aku tidak memikirkan apapun.” Jawabku.

            Mata hijaunya menatapku dengan dalam. Ada apa dengan Michael? “Apa selama ini Luke menyakitimu?” Tanyanya.

            Damn! Mengapa kita harus membicarakan soal Luke? Sebisa mungkin aku tenang dan mencoba untuk tidak menampilkan wajah sedihku dihadapan Michael hanya karena Luke.

            “Tidak. Kami seperti tak saling kenal mengenal.” Jawabku entah jujur atau tidak.

            Michael terdiam sesaat. “Tapi saat kulihat di pentas kemarin kalian seperti.. Sudah lama aku kenal Luke dan aku bisa menebak pikiran cowok itu hanya dari tatapannya. Disana Luke amat perhatian padamu dan saat kau meninggal akibat memakan buah apel beracun, Luke tampak sedih dan saat Luke menciummu.. Kurasa Luke menyukaimu.” Ucapnya.

            Aku tidak salah dengar kan? Aku hampir tersenyum girang kalau tidak ingat bahwa semua itu hanyalah sebuah drama, bukan kenyataan. Tentu saja disana Luke amat perhatian padaku kalau tidak artinya Luke tidak bisa menjalankan perannya dengan baik. Hei! Jadi Michael dan Luke sudah saling kenal dong.

            “Mike, last night was a drama. Kami berusaha memainkan peran kami dengan benar. Dan bukankah Luke sudah memiliki pacar?” Ucapku.

            Michael sedikit kaget mendengar ucapanku. “Oh jadi kau sudah tau kalau Luke sudah punya pacar?” Tanyanya.

            Aku menggangguk sedih. Sialnya Michael menangkap wajah sedihku dan dia merasa kasihan padaku. Aku menduga Michael bisa menebak pikiranku dan tau kalau ternyata aku menyukai Luke. Gadis yang malang. Aku menatap Michael dan susah sekali menebak pikirannya. Jadi Mike, apakah aku harus tetap berjuang untuk mengobati hatiku dan mendapatkan Luke? Apakah aku bisa merubah pikirannya?

***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar