“Oh
say, can you see? This is not who I'm supposed to be
Without you I'm nobody, killing time
I try to deceive, try to win you
desperately
Now I'm lost in the swirling sea of
your sorry eyes
All my life, I've been waiting for
moments to come
When I catch fire, and wash over you
like the sun
I will fight, to fix up and get
things right
I can't change the world, but maybe
I'll change your mind..”
***
Tak kusangka drama yang kami bawa mendapatkan banyak tepuk tangan dari
para penonton. Aku sangat bahagia. Dan mengenai ciuman itu, aku tak
henti-hentinya tersenyum memikirkannya. Aku lihat Luke amat bahagia dan dia tak
henti-hentinya tersenyum. Inilah momen yang sangat aku sukai dan aku rindukan.
Malam ini Luke bagaikan seorang malaikat yang berhati lembut, ya. Di akhir
drama, Luke meraih tanganku dan dia mencium telapak tanganku. Bukankah itu
adalah hal yang sangat indah? Luke, aku janji mulai detik ini aku akan
memperjuangkan diriku untuk mendapatkanmu meskipun terasa sakit. Pikiran Luke
memang selalu berubah-ubah tetapi aku yakin suatu hari nanti aku bisa merubah
pikirannya. Dia akan melihatku dan mengatakan kalau dia juga mencintaiku.
Namun, kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Dasar jalang! Aku
tersenyum pahit dan merasa bodoh karena tidak menyadari bahwa si kekasih yang
sangat dicintai oleh Luke menyaksikan acara ini. Ary terlihat tidak senang
namun wajahnya tetap cantik. Ku lihat Luke mendatangi Ary dan langsung
menciumnya. Sial! Luke kembali menjadi dirinya yang jahat dan malaikat itu
hilang untuk sementara.
“Sebenarnya sejak pertama kali kita tampil aku sudah menyadari keberadaan
Ary, tapi aku tidak mau memberitahumu.” Ucap Marie pelan sambil menepuk bahuku.
Aku terdiam dan tetap menyaksikan sepasang kekasih itu. Aku benar-benar
membenci Ary. Sangat membencinya! Dia bukan gadis yang baik tapi mengapa Luke
amat mencintainya? Seandainya cewek Luke adalah gadis yang baik, mungkin rasa
sakit ini tidak separah ini. Diam-diam aku merasa takut kalau-kalau aku akan
bermasalah dengan Ary. Mata gadis itu sangat mengerikan dan sepertinya ingin
menerkamku. Tiba-tiba air mataku mengalir membasahi pipiku. Baru saja aku
bahagia dan seketika itu juga hatiku langsung sakit hanya karena melihat Luke
bersama kekasihnya.
“Farah, kau mencintai Luke kan?” Tanya Marie.
Aku mengangguk pelan. Masih saja aku menatap Luke dan Ary. Mereka tampak
bahagia dan aku tidak bisa menghancurkan hubungan mereka walau rasanya ingin.
Aku berpikir bukan hanya aku saja yang ingin mendapatkan Luke, ada banyak gadis
yang ingin mendapatkan Luke dan berusaha menghancurkan hubungan Luke dengan
Ary. Jadi bagaimana caranya berjuang mendapatkan orang yang kita cintai namun
orang yang kita cintai sudah mempunyai pacar? ( Sheryl – Ku Tunggu Kau Putus,
bahahaha :v )
***
“Farah! Wake up! We almost late!”
Sayup-sayup ku dengar suara Lily dan goncangan dahsyat entah dari tangan
siapa. Perlahan ku buka mataku dan aku bisa dengan jelas melihat pemandangan di
sekitarku. Aneh. Rasanya seperti habis terbangun dari koma yang panjang.
Tiba-tiba hatiku menjadi perih. Aku teringat dengan mimpi yang aku alami. Mimpi
yang berawal indah dan berujung kesakitan. Siapa lagi kalau bukan karena Luke
dan ceweknya itu? Aku tidak melupakan pertunjukkan kemarin yang memang
sangatlah membuatku bahagia. Disana Luke benar-benar menjadi seorang malaikat
penyelamat dan semua penonton terpesona dengannya. Mungkin mereka mengira
alangkah beruntungnya aku bisa adu peran dengan Luke dan dicium oleh Luke. Tapi
perkiraan mereka salah. Justru hatiku begitu sakit mengingat Luke sudah
memiliki pacar.
“Habis bermimpi buruk?” Tanya Chloe.
Aku mengangguk sambil menelan ludahku. Ku rasa hari ini aku tidak enak
badan sekaligus tidak sanggup bertemu dengan Luke. Tapi aku tetap memaksakan
diri untuk bangun dan mau tidak mau harus sekolah. Ingat, aku tidak boleh
membuang-buang waktu. Aku sudah satu bulan lebih berada di London dan sisanya
tinggal tiga bulan kurang atau bisa dipercepat kalau-kalau musim panas akan
berakhir dengan cepat dan aku tidak akan bisa lagi melihat Luke. Selamanya.
Pagi ini memang terasa berbeda. Baru
saja aku tiba di sekolah, banyak sekali yang menyapaku dan mengucapkan selamat
padaku. Wah karena pertunjukkan semalam aku jadi banyak di kenal oleh orang.
Aku tersenyum membalas ucapan selamat dari mereka dan untuk sementara melupakan
Luke. Namun tidak sebentar. Bahkan ini jauh lebih sakit dari dugaanku.
“Dasar cewek sialan! Astaga look at her sexy dress! OMG aku tidak
ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia!” Ucap Corine lebay.
Sebisa mungkin aku menahan air
mataku agar tidak turun. Bagaimana bisa Ary datang menemui Luke di tempat ini?
Dan dengan pakaian yang seksi itu? Aku cewek dan aku membodohi diriku sendiri
karena rrrr aku tidak tau gimana jelasinnya yang jelas gadis sialan itu dengan
mudahnya bisa menarik perhatian bagi siapa saja yang melihatnya. Tapi sungguh
Ary adalah gadis yang sangat sempurna. Pantas saja Luke sayang sama cewek itu
dan merasa beruntung memiliki Ary.
Terakhir, kulihat Ary mencium pipi
Luke dengan gerakan cepat dan akan meninggalkan Luke. Aku menelan ludahku
melihat Luke yang seperti tak ingin Ary meninggalkannya. Sepertinya Luke sedang
mabuk dengan pesona kekasihnya. Kemudian Luke menarik pinggang Ary lalu mencium
bibirnya dengan cepat. Sialan! Tuhan begitu jahat memberikan perasaan ini
padaku. Sakit sekali. Coba deh jika kalian berada di posisiku pasti akan
merasakan kesakitan yang luar biasa. Ini Inggris, bukan Indonesia. Di Indonesia
ku rasa masih aman-aman saja. Remaja disana berpacaran tidak terlalu berlebihan
dan tentu saja tidak akan berciuman di tempat umum seperti ini.
“Ayo ah kita pergi! Untuk apa kita
melihat orang yang sedang mabuk disana?” Ucap Lily jengkel lalu berjalan cepat
menuju kelas.
Aku mengangguk dan mengekor di
belakang Lily sambil berusaha melupakan kejadian itu. Luke dan Ary. Adakah hal
yang lebih buruk dari ini? Bagaimana jika hubungan mereka sudah sangat parah
dan tiba-tiba Ary hamil? Shit!
Pikiranku bertambah buruk dan aku sudah bisa menebak bahwa hubungan mereka
memang sudah cukup buruk dan berdasarkan nafsu. Tidak bisa kubayangkan jika
Luke tidur bersama Ary sambil berpelukan dan.. Stop! Perutku mulai terasa mual
dan jika aku masih saja memikirkan hal-hal gila seperti itu, aku akan muntah
dan jika terlanjur parah aku akan dilarikan ke rumah sakit.
Aku duduk dengan tenang sambil
membuka buku-ku. Ku harap aku bisa tenang saat Luke datang dan duduk di
sampingku. Saking seriusnya membaca, aku tidak menyadari kehadiran seseorang yang
kini duduk di sampingku. Luke?
“Kau Farah Watson?”
Suara yang asing namun terkesan
lembut. Tiba-tiba saja dadaku berdesir mendengar suara itu. Yang jelas si
pemilik suara itu bukan Luke. Aku menoleh ke samping kiri dan mendapati sosok
asing berambut merah yang sedang tersenyum padaku. Ditelinganya ada tindik dan
di tangannya ada beberapa tattoo. Tapi biarpun begitu cowok itu tampak
kelihatan manis. Tiba-tiba aku teringat Luke. Luke memang memakai tindik di
bibirnya tapi dia sama sekali tidak menggunakan tattoo.
“Siapa kau?” Tanyaku tanpa menjawab
pertanyaannya.
Cowok berambut merah itu masih saja
tersenyum dan aku menjadi kesal. Tapi sungguh dia sangat tampan walau tidak
setampan Luke. Hah Luke lagi! Jadi apa cowok itu juga murid disini? Ku rasa
usianya sama denganku. Jangan-jangan cowok itu fans-ku lagi gara-gara insiden
kemarin saat aku beraksi menjadi Snow White.
“Namaku Michael Clifford. Just call me Mike.” Jawabnya.
Hmmm.. Ku rasa cowok yang bernama
Michael adalah cowok yang lembut, ramah dan penyayang walau dia memakai tattoo
dan tindik. It’s okay. Aku tidak
mempedulikan itu. Dan karena Michael aku jadi melupakan Luke dan anehnya rasa
sakit yang mampu membuatku ingin menangis tiba-tiba saja hilang hanya karena
kedatangan cowok asing bernama Michael.
“Aku melihatmu dalam acara kemarin
dan aku sangat senang. Disana kau terlihat cantik sekali. Sebenarnya, aku sudah
melihatmu saat pertama kali kau datang di sekolah ini tetapi aku ragu
menyapamu.” Ucap Michael.
Serius? Apa yang dikatakan Michael
adalah benar? Dia mengatakan kalau aku cantik? Oke itu bukan pertanyaan yang
penting. Jadi Michael sudah pernah melihatku sebelumnya? Sungguh aku sangat
tidak menyangka. Ku kira di sekolah ini aku hanya mengenal satu cowok yaitu
Luke. Cowok yang membuatku senang sekaligus membuat hatiku hancur. Nah dimana
dia sekarang? Kenapa aku jadi mengingat cowok sialan itu?
Damn!
Dua cowok tampan itu saling menatap satu sama lain dengan tatapan tidak ramah.
Aku menelan ludahku. Aku tidak menduga Luke sudah ada disini dan tampaknya Luke
tidak suka dengan kedatangan Michael. Aku tau ini tempat duduk Luke tetapi
mengapa cowok itu harus kesal? Mana jiwa malaikat Luke?
“Mengapa kau duduk disini? Ini bukan
kelasmu!” Bentak Luke.
Waw! Pertama kalinya aku melihat wajah
Luke yang marah dan tetap terlihat tampan. Sedangkan Michael terlihat
tenang-tenang saja kemudian bangkit dan menatap Luke dengan senyuman. Jujur
saja aku suka gaya Michael. Dia tidak terpancing dengan emosi Luke.
“I
just want to meet Farah. She’s so amazing. Jadi ceritamu benar. Kau
dipasangkan dengan Farah.” Ucap Michael.
Apa? Jadi mereka sudah saling kenal
mengenal? Dan kata Michael Luke pernah bercerita kalau dia dipasangkan
denganku? Pipiku jadi merah. Mengapa hanya dengan kalimat itu aku merasa
senang? Farah, kau terlalu berlebihan memuja Luke.
Ku lihat Luke menatap Michael dengan
tajam. “Jangan dekati dia!” Bentaknya lalu buru-buru duduk di tempatnya
sementara Michael pergi.
Nah apa maksudnya kalimat yang
diucapkan Luke? Mengapa Luke melarang Michael mendekatiku? Hello! Aku bukan
siapa-siapa Luke! Kenapa Luke tidak melarang ceweknya saja agar tidak selingkuh
ke cowok lain? Aku memang mudah kesal dengan sikap dan ucapan Luke. Tapi hanya
karena pesona Luke yang luar biasa itu yang mengacaukan segalanya. Jadi, apakah
kau tetap berjuang untuk mendapatkan Luke?
Pelajaran pun dimulai dan antara aku
dengan Luke sama sekali tidak berbicara dan kurasa ini yang terbaik.
***
“Farah! Hei!”
Langsung saja Marie menyenggol
lenganku dan tersenyum tidak jelas melihat cowok berambut merah yang tidak lain
adalah Michael. Mungkin Marie heran denganku mengapa Michael bisa mengenaliku.
Michael mendekati kami dan aku perhatikan di sorot matanya Michael lebih
tertarik dengan Lily.
“Kon’nichiwa
ogenkidesuka? Watashinonamaedha Maikerudesu. Yoroshiku ne.” Ucap Michael
sambil nyengir.
Kulihat Lily tertawa mendengar
ucapan Michael. Akupun ikutan tertawa karena tingkahnya yang lucu. Ternyata
Michael bisa menggunakan Bahasa Jepang walau aku tidak tau bahasanya benar atau
salah. Aku sempat berpikir antara Michael dengan Luke berbeda seratus delapan
puluh derajat. Sungguh. Michael anaknya menyenangkan dan aku harap aku bisa
berteman baik dengannya.
“Namaku Lily. Ah ya nice to meet you. Apakah kau penggila
Jepang?” Tanya Lily.
“Tentu saja. Aku pernah kesana
sekali dan aku penggemar berat ONE OK ROCK. Aku sangat mengidolakan Taka!”
Jawab Michael semangat.
Jadi ceritanya Michael jadi senang
gitu karena ketemu gadis Jepang disini. Entahlah apa yang mereka bicarakan dan
sebagian menggunakan Bahasa Jepang. Lily tampak senang disana. Ya. Tidak
salahnya menjadi teman Michael walau aku baru saja bertemu dengannya dia sudah
menarik hatiku, maksudnya sudah membuatku senang. Aku masih belum bisa
melupakan Luke dan masih belum bisa membuang rasa sakit itu.
“Hei aku datang kesini untuk
mencarimu. Aku ingin mengajakmu makan siang tidak jauh dari tempat ini.
Bagaimana?” Tanya Michael.
Mata kami bertemu dalam sesaat. Mata
hijau yang indah, namun tidak seindah mata biru Luke. Sial. Masih saja aku
ingat dengan Luke. Sebenarnya bagaimana sih bentuk cintaku pada Luke? Apa aku
menyukai Luke hanya karena tampangnya saja? Kalau iya berarti aku salah karena
aku tidak suka menilai orang dari wajahnya. Luke memang aneh dan kurasa diriku
juga aneh saat bertemu dengan Luke. Lily dan Marie tersenyum jahil padaku dan
diam-diam menggodaku. Aku tersenyum malu. Tidak ada salahnya kan menerima
ajakan Michael?
Michael mengajakku pergi ke sebuah
cafee sederhana yang tidak terlalu ramai. Lalu dia mengajakku duduk di tempat
yang nyaman. Kuharap setelah ini bayangan Luke tidak hadir dipikiranku. Tapi
aku penasaran apakah Michael memiliki hubungan dengan Luke atau tidak.
“Kau mau pesan apa?” Tanya Michael.
“Mmm.. Aku memesan apa yang kau
pesan.” Jawabku.
Benar, Michael sangat berbeda dari
Luke. Michael seperti enggg.. Alex? Tiba-tiba saja aku menjadi sedih teringat
Alex dan segala kebohongan Alex. Selama ini Alex selingkuh dan tidak mau
memberitahuku. Tapi syukurlah ada Luke yang menyelamatkanku, yang membuatku
merasa baik-baik saja saat putus dengan Alex. Namun semua itu bertambah semakin
parah. Putus dengan Alex tidak merasakan apa-apa tapi ketika Luke bersama Ary…
“Apa yang sedang kau pikirkan?”
Tanya Michael memecah suasana.
Aku sedikit kaget lalu menggeleng
dengan cepat. “Aku tidak memikirkan apapun.” Jawabku.
Mata hijaunya menatapku dengan
dalam. Ada apa dengan Michael? “Apa selama ini Luke menyakitimu?” Tanyanya.
Damn!
Mengapa kita harus membicarakan soal Luke? Sebisa mungkin aku tenang dan
mencoba untuk tidak menampilkan wajah sedihku dihadapan Michael hanya karena
Luke.
“Tidak. Kami seperti tak saling
kenal mengenal.” Jawabku entah jujur atau tidak.
Michael terdiam sesaat. “Tapi saat
kulihat di pentas kemarin kalian seperti.. Sudah lama aku kenal Luke dan aku
bisa menebak pikiran cowok itu hanya dari tatapannya. Disana Luke amat
perhatian padamu dan saat kau meninggal akibat memakan buah apel beracun, Luke
tampak sedih dan saat Luke menciummu.. Kurasa Luke menyukaimu.” Ucapnya.
Aku tidak salah dengar kan? Aku
hampir tersenyum girang kalau tidak ingat bahwa semua itu hanyalah sebuah
drama, bukan kenyataan. Tentu saja disana Luke amat perhatian padaku kalau
tidak artinya Luke tidak bisa menjalankan perannya dengan baik. Hei! Jadi
Michael dan Luke sudah saling kenal dong.
“Mike, last night was a drama. Kami berusaha memainkan peran kami dengan
benar. Dan bukankah Luke sudah memiliki pacar?” Ucapku.
Michael sedikit kaget mendengar
ucapanku. “Oh jadi kau sudah tau kalau Luke sudah punya pacar?” Tanyanya.
Aku menggangguk sedih. Sialnya
Michael menangkap wajah sedihku dan dia merasa kasihan padaku. Aku menduga
Michael bisa menebak pikiranku dan tau kalau ternyata aku menyukai Luke. Gadis
yang malang. Aku menatap Michael dan susah sekali menebak pikirannya. Jadi
Mike, apakah aku harus tetap berjuang untuk mengobati hatiku dan mendapatkan
Luke? Apakah aku bisa merubah pikirannya?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar