“My heart is sinking as I'm lifting
up
Above the clouds away from you and I
can't believe I'm leaving
Oh I don't kno-kno-know what I'm
gonna do
But someday I will find my way back
To where your name is written in the
sand
Cause I remember every sunset I
remember every word you said
We were never gonna say goodbye
singing la-da-da-da-da
Tell me how to get back to back to
summer paradise with you
And I'll be there in a heartbeat oh-oh
I'll be there in a heartbeat..”
***
Surga adalah musim panas dan mimpiku benar-benar terwujud! Setelah aku
mendapatkan surat dari sekolah tentang pertukaran pelajar selama musim panas,
aku benar-benar going crazy! Dan hell! Negara yang mengadakan pertukaran
pelajar itu adalah Inggris dan aku akan berada disana selama musim panas!
Astaga! Lusa sudah bulan Juni dan di Inggris musim panas di mulai tepat di
bulan Juni! Aku benar-benar bersemangat dan mau tidak mau Mom dan Dad harus
setuju dengan kesempatan besar ini.
Dan Alex, ku rasa selama musim panas di London aku akan terus bersamanya
dan pastinya aku akan bahagia. Tuhan memang baik padaku. Masalahnya adalah aku
takut jika Mom dan Dad melarangku pergi ke Inggris walau ada Alex disana.
Inggris tidak sedekat Australia dan aku harus bisa menahan kebosananku saat duduk
di pesawat selama belasan jam lamanya.
Akhirnya aku menemukan Mom dan Dad yang sedang duduk di sofa dan aku
harus berani mengatakan pada mereka. Aku sudah membawa suratnya dan aku
berharap Mom dan Dad merestui kepergianku ke Inggris selama musim panas. Perlahan
aku mendekati Mom dan Dad dan menatap mereka dengan ragu.
“Ada apa sayang?” Tanya Mom.
Aku tidak menjawab pertanyaan Mom melainkan memberinya surat itu dan Mom
membacanya dengan serius. Dad juga ikut membacanya dan aku tidak berani melihat
ekspresi mereka. Akankah mereka mengizinkanku pergi ke Inggris?
“Jadi kau akan diberi kesempatan belajar di London selama musim panas?”
Tanya Dad.
Aku mengangguk sambil menelan ludah. Aku tentu tidak bisa menebak reaksi
yang ada di otak Mom dan Dad setelah membaca surat itu. Tapi hei itu adalah
kesempatan besar sekaligus salah satu dari sekian mimpi besarku! Menghabiskan
musim panas di Inggris bersama Alex walau itu bukan tujuan Bu Tina karena Bu
Tina ingin aku lebih pintar dan paham dengan pendidikan yang ada di Inggris.
Dan bukan hanya dari Indonesia saja yang dipilih tetapi dari seluruh negara.
Kata Bu Tina, ada dua temanku lagi yang akan ikut terbang ke Inggris yaitu
Shelva dan Stella yang bahasa Inggris-nya memang oke walau keduanya tidak ada
blasteran apapun dari negara lain.
“Kalau menurut Mama, Mama
setuju-setuju saja. London adalah kota impianmu apalagi kau akan berada disana
selama musim panas. Bukankah itu amat sempurna? Lagipula disana ada Alex yang
nantinya akan menjagamu.” Ucap Mom.
Yes! Mom mengizinkanku pergi ke
Inggris dan tinggal Dad yang terlihat masih bingung. Tapi aku harap Dad mau
menyetujuinya, jika tidak, aku akan menangis dan terus berdiam diri di kamar
tanpa menyentuh makanan. Ayolah Dad.. Ayo…
“Ayah akan mengizinkanku pergi ke Inggris
asalkan kau mau menjaga diri disana dan jangan jauh-jauh dari Alex.” Ucap Dad.
***
SEKARANG! Aku benar-benar terlihat
seperti orang gila karena tidak sabaran mendarat di Negara impianku, yaitu
Inggris. Sementara Rachel, adikku itu dari kemarin cemberut saja karena dia
ingin ikut. Rachel juga ingin sekali pergi ke Inggris dan menikmati musim panas
disana. Rachel benar-benar cemburu padaku. Tapi ayolah, jika ada tiket nganggur
aku siap mengajaknya walau selama ini aku dan Rachel tidak pernah baikan.
Tentu saja aku sudah memberitahu
berita bahagia ini pada Alex dan awalnya Alex tidak percaya padaku tapi
akhirnya dia percaya dan tidak sabaran bertemu denganku. Walau aku tidak
tinggal di apartemen Alex melainkan aku sudah diberi tempat tinggal yang khusus,
Alex berjanji untuk terus mengunjungiku dan mengajakku mengelilingi London. Aku
benar-benar tidak sabaran dan berharap semua ini bukanlah mimpi.
“Awas cowok-cowok Inggris
ganteng-ganteng.” Goda Rachel.
Aku tau Rachel masih merasa cemburu
padaku dan meminta Dad untuk berlibur ke Inggris saat liburan semester.
Terkadang kita memang tidak mencintai negara kita sendiri dan lebih mencintai
negara orang lain. Seperti aku ini. Aku rasa Inggris tidak jauh beda dari
Australia tapi aku merasa lebih bangga jika aku ada blasteran Inggris
dibandingkan Australia.
“Aku akan setia pada Alex.” Ucapku.
“Tidak. Kau akan melihatnya
berciuman dengan cewek lain disana.” Ucap Rachel.
And
finally, aku memeluk Mom dan Dad karena empat bulan ke depannya aku tidak
bisa melihat mereka. Ya. Selama empat bulan aku ada di Inggris dan aku akan
pulang sebelum musim dingin datang. Ya kira-kira pertengahan September aku
pulang dan pastinya aku akan menangis karena berpisah dengan Inggris dan segala
kenangan-kenangannya.
“Take
care. Jaga dirimu baik-baik disana.” Ucap Mom.
Di bandara, aku bertemu dengan
Shelva dan Stella. Ku lihat mereka sangat bersemangat. Jujur aja sih aku tidak
terlalu kenal mereka tetapi aku perhatikan Shelva dan Stella amat mengenal satu
sama lain. Terserah apa mereka mau atau tidak mengajakku bicara karena aku juga
malas bicara dengan mereka. Aku lebih suka membayangkan London nanti dan
bagaimana musim panas disana. Dan Alex, aku tak sabar bertemu dengannya.
Pertama-tama, kami akan terbang dari
Bandara Soekarno-Hatta menuju bandara Changi Airport dan transit disana. Tidak
mungkin jika kami langsung terbang ke Inggris. Dari Jakarta ke Singapur bagiku
cukup lama, tapi ku rasa aku sudah terbiasa melakukan penerbangan jarak jauh
karena aku pernah beberapa kali melakukan penerbangan dari Jakarta ke Australia
yang membutuhkan waktu beberapa jam lamanya.
London, musim panas, Alex.. Tiga hal
yang sejak tadi aku pikirkan tanpa henti. Tapi aku merasa takut saat melakukan
penerbangan pertamaku ke London dan pastinya aku akan merasakan kebosanan. Kata
Alex, memang banyak sekali hal-hal yang terjadi saat kau berada di dalam
pesawat. Alex juga pernah merasakan ketakutan tetapi Alex selalu berpikiran
positif. Semuanya akan baik-baik saja jika kau berpikir bahwa semuanya
baik-baik saja. Ya. Aku akan baik-baik saja dan tiba di London dengan semangat.
Sebelum pesawat take off, aku
mengirim email ke Alex dan meminta doa padanya supaya perjalanan panjangku
baik-baik saja. Selain Alex, ada Gina dan temanku yang lain yang mengirim email
padaku. Gina yang paling berlebihan. Katanya dia bakal merindukanku selama
empat bulan. Aku tersenyum lalu mematikan ponselku dan berusaha menikmati
perjalanan panjang ini.
***
London…
Namun sayangnya aku tiba di London
pada malam hari dan aku hanya bisa melihat cahaya-cahaya kecil diantara
kegelapan malam. Aku bersyukur karena pesawat yang aku tumpangi baik-baik saja
walau beberapa kali sempat mengalami hal yang tidak menyenangkan. Maksudku semisal
pesawatnya bergoyang ataupun berbelok sehingga membuat kepalaku pusing.
Sekarang ini saja perutku terasa mual tetapi aku berusaha untuk menahannya
karena jika aku muntah, aku akan ditertawakan oleh banyak orang.
Dan ya! Aku sudah tiba di London dan
rasanya seperti mimpi. Bau-bau musim panas sudah mulai tercium di hidungku
walau seumur hidup aku belum pernah merasakan bau-bau musim panas. Kepalaku
masih terasa sakit dan aku ingin cepat-cepat tidur dan berharap mendapat kamar
yang bagus dan yang paling penting aku ingin tidur sendiri walau kedengarannya
egois. Kata Bu Tina, dalam satu kamar yang besar akan di huni beberapa anak dan
mungkin harapanku untuk tidur sendiri telah musnah. Tapi Bu Tina meyakiniku
bahwa aku akan mendapatkan satu kasur yang hanya bisa aku kuasai sendiri. Tidak
apa-apa yang penting aku memiliki kasur sendiri walau satu kamar terdiri dari
banyak orang.
Aku berpikir esok dan esoknya akan
melihat wajah-wajah baru dari berbagai negara dan hal ini membuat semangatku
bertambah. Meski aku merasa malu atau tidak cocok bergaul dengan mereka
terutama dengan penampilanku yang sangat-sangat sopan sedangkan Shelva dan
Stella cukup seksi, aku berjanji akan mencari teman yang baik dan tidak akan
merusak pergaulanku. Mom sudah memperingatkanku bahwa aku harus menjaga diriku
dan harus mencari teman yang baik, setidaknya yang bersikap alim seperti
diriku.
Untunglah setelah tiba di bandara,
kami langsung di bawa menuju penginapan khusus dan besok akan menjadi hari
terbesar bagi kami. Aku hampir lupa mengirim email ke Alex kalau aku sudah tiba
di London. Langsung saja aku kirim email ke Alex dan aku berani bertaruh Alex merasa
senang dan besok kami akan bertemu. Sungguh aku sangat merindukan pelukan
hangat Alex dan suara Alex. Satu lagi, aku berharap teman-teman baruku tidak
menertawakanku karena aku memiliki seorang pacar seperti Alex. Semoga.
Selama di perjalanan, aku satu mobil
dengan Shelva dan Stella tetapi dua gadis itu masih tidak mau menyapaku. Tidak
apa-apa. Kami memang tidak saling kenal mengenal dan di sekolah aku di kenal
sebagai anak yang cukup pendiam. Di luar kaca jendela, aku bisa menikmati
pemandangan Kota London di malam hari dan bangunan-bangunan yang lebih banyak
bercorak kerajaan. Beda sekali dengan Jakarta yang hanya memiliki gedung
bertingkat, dan panas. Ku harap London tidak sepanas Jakarta walau aku sangat
menyukai musim panas.
Lantunan lagu yang berjudul Summer
Paradise terus saja mengalun dengan lembut di telingaku dan itulah lagu yang
sering aku putar semenjak aku tau kalau aku akan di kirim ke London selama
musim panas. Musim panas memang indah dan bagiku musim panas adalah surga. Aku
berharap aku dan anak-anak lainnya akan diberi kesempatan barang sehari untuk
mengelilingi Kota London sebelum memulai pelajaran yang uhhh.. Barangkali aku
adalah murid terbodoh di sekolah baruku.
Setiba di tempat yang akan ku
tinggali empat bulan ke depan, aku turun dan melihat tempat yang sangat besar
seperti gedung dan hatiku menjadi ragu. Apa benar aku yang dipilih untuk hadir
di tempat ini? Atau jangan-jangan Bu Tina salah memilih orang? Aku tidak tau.
Yang penting ini bukan salahku. Aku sudah tiba di London dan aku harus berusaha
melakukan yang terbaik dan tidak akan mengecewakan Mom dan Dad.
Benar saja. Satu kamar berisi enam
anak dan kamarnya sangat luas dan kau akan merasa bebas disana. Di kamar itu
sudah disediakan berbagai fasilitas. Ya, seperti asrama, aku baru mengingatnya.
Aku mendapatkan kamar nomor tiga dan aku harap aku betah tinggal disana. Jika
saja aku tidak betah, aku akan kabur ke apartemen Alex dan menghabiskan waktu
disana. Oke. Ucapanku barusan adalah mustahil. Mau tidak mau aku harus betah
dan bisa beradaptasi dengan lingkungan baruku disana.
Aku tidak sekamar dengan Shelva
ataupun Stella. Perlahan, aku buka kenop pintu kamar itu dan kulihat disana
sudah ada lima anak perempuan yang kurasa lebih cantik dariku. Dua dari anak
perempuan itu berambut pirang, dan yang lain berwarna cokelat dan hitam. Aku
tersenyum karena si anak perempuan berambut hitam itu wajahnya menandakan bahwa
dia adalah orang Asia.
“Hei pendatang baru.” Ucap seorang
gadis berambut pirang yang tingginya hampir mencapai 180 sentimeter. Gadis itu
berjalan mendekatiku dan dia menjulurkan tangannya padaku. Ku perhatikan
bajunya yang cukup seksi karena gadis itu sedang berada di kamar. Astaga kenapa
pikiranku mulai sampai kesana? Tidak tau kenapa kata ‘seksi’ bagiku terdengar
lucu. “Namaku Corine. Aku dari USA.” Sambungnya.
Aku membalas uluran tangannya.
Sepertinya Corine adalah tipe gadis yang ramah. Ku harap begitu. “Namaku Farah
Sarasvati Waston. Aku dari Indonesia.” Ucapku.
“Indonesia? Mengapa wajahmu tidak
memperlihatkan kalau kau adalah warga Asia?” Tanya gadis berambut hitam tadi.
Dia mendekatiku.
“Aku Lily. Aku dari Jepang. Nice to meet you.” Ucap gadis berambut
hitam tadi.
“Aku Chloe. Aku dari USA juga.” Ucap
gadis lain.
“Aku Marie. Aku dari Jerman.” Ucap gadis
berambut cokelat.
Ku rasa aku bisa beradaptasi dengan
mereka dan menjadi teman yang baik bagi mereka. Ku harap begitu. Aku takut jika
aku dikatakan sebagai anak yang sombong dan tidak mau bergaul dengan anak yang
lain, padahal maksudku tidak begitu. Aku hanya berhati-hati dalam memilih teman
dan tidak mau memiliki teman yang hanya datang di saat-saat tertentu saja dan
jika aku membutuhkan mereka, mereka tidak datang padaku.
“Tadi kau belum menjawab
pertanyaanku.” Ucap Lily.
“Ohya, sebenarnya aku lebih mirip
Ayah yang adalah warga asli Australia. Tetapi Ayah memutuskan untuk pindah
kewarganegaraan dan tinggal di Indonesia bersama Ibuku yang adalah warga asli
Indonesia.” Jelasku.
Kulihat mereka mengangguk-angguk.
Kemudian Chloe menarik tanganku bermaksud menujukkan dimana kasurku. Ternyata
kasurku terlihat rapi dan nyaman. Aku berterimakasih pada Chloe dan meletakkan
barang-barangku disana.
“Welcome
To London! Summer is the best season
ever and I love summer!” Ucap Marie.
Aku tersenyum. Tampaknya mereka juga
menyukai musim panas, sama seperti aku. Musim panas adalah musim terbaik
apalagi jika kita menghabiskan di London. Dan aku teringat Alex. Alex sudah
membalas emailku dan dia tidak sabaran bertemu denganku. Sekali lagi, aku
berharap diberi hari free walau aku
baru tiba disini karena aku ingin menghabiskan waktuku bersama Alex, bersama
musim panas yang indah.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar