expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 3 ) Summer Paradise





My heart is sinking as I'm lifting up

Above the clouds away from you and I can't believe I'm leaving

Oh I don't kno-kno-know what I'm gonna do

But someday I will find my way back

To where your name is written in the sand


Cause I remember every sunset I remember every word you said

We were never gonna say goodbye singing la-da-da-da-da

Tell me how to get back to back to summer paradise with you

And I'll be there in a heartbeat oh-oh

I'll be there in a heartbeat..”

***

Surga adalah musim panas dan mimpiku benar-benar terwujud! Setelah aku mendapatkan surat dari sekolah tentang pertukaran pelajar selama musim panas, aku benar-benar going crazy! Dan hell! Negara yang mengadakan pertukaran pelajar itu adalah Inggris dan aku akan berada disana selama musim panas! Astaga! Lusa sudah bulan Juni dan di Inggris musim panas di mulai tepat di bulan Juni! Aku benar-benar bersemangat dan mau tidak mau Mom dan Dad harus setuju dengan kesempatan besar ini.

Dan Alex, ku rasa selama musim panas di London aku akan terus bersamanya dan pastinya aku akan bahagia. Tuhan memang baik padaku. Masalahnya adalah aku takut jika Mom dan Dad melarangku pergi ke Inggris walau ada Alex disana. Inggris tidak sedekat Australia dan aku harus bisa menahan kebosananku saat duduk di pesawat selama belasan jam lamanya.

Akhirnya aku menemukan Mom dan Dad yang sedang duduk di sofa dan aku harus berani mengatakan pada mereka. Aku sudah membawa suratnya dan aku berharap Mom dan Dad merestui kepergianku ke Inggris selama musim panas. Perlahan aku mendekati Mom dan Dad dan menatap mereka dengan ragu.

“Ada apa sayang?” Tanya Mom.

Aku tidak menjawab pertanyaan Mom melainkan memberinya surat itu dan Mom membacanya dengan serius. Dad juga ikut membacanya dan aku tidak berani melihat ekspresi mereka. Akankah mereka mengizinkanku pergi ke Inggris?

“Jadi kau akan diberi kesempatan belajar di London selama musim panas?” Tanya Dad.

Aku mengangguk sambil menelan ludah. Aku tentu tidak bisa menebak reaksi yang ada di otak Mom dan Dad setelah membaca surat itu. Tapi hei itu adalah kesempatan besar sekaligus salah satu dari sekian mimpi besarku! Menghabiskan musim panas di Inggris bersama Alex walau itu bukan tujuan Bu Tina karena Bu Tina ingin aku lebih pintar dan paham dengan pendidikan yang ada di Inggris. Dan bukan hanya dari Indonesia saja yang dipilih tetapi dari seluruh negara. Kata Bu Tina, ada dua temanku lagi yang akan ikut terbang ke Inggris yaitu Shelva dan Stella yang bahasa Inggris-nya memang oke walau keduanya tidak ada blasteran apapun dari negara lain.

            “Kalau menurut Mama, Mama setuju-setuju saja. London adalah kota impianmu apalagi kau akan berada disana selama musim panas. Bukankah itu amat sempurna? Lagipula disana ada Alex yang nantinya akan menjagamu.” Ucap Mom.

            Yes! Mom mengizinkanku pergi ke Inggris dan tinggal Dad yang terlihat masih bingung. Tapi aku harap Dad mau menyetujuinya, jika tidak, aku akan menangis dan terus berdiam diri di kamar tanpa menyentuh makanan. Ayolah Dad.. Ayo…

            “Ayah akan mengizinkanku pergi ke Inggris asalkan kau mau menjaga diri disana dan jangan jauh-jauh dari Alex.” Ucap Dad.

***

            SEKARANG! Aku benar-benar terlihat seperti orang gila karena tidak sabaran mendarat di Negara impianku, yaitu Inggris. Sementara Rachel, adikku itu dari kemarin cemberut saja karena dia ingin ikut. Rachel juga ingin sekali pergi ke Inggris dan menikmati musim panas disana. Rachel benar-benar cemburu padaku. Tapi ayolah, jika ada tiket nganggur aku siap mengajaknya walau selama ini aku dan Rachel tidak pernah baikan.

            Tentu saja aku sudah memberitahu berita bahagia ini pada Alex dan awalnya Alex tidak percaya padaku tapi akhirnya dia percaya dan tidak sabaran bertemu denganku. Walau aku tidak tinggal di apartemen Alex melainkan aku sudah diberi tempat tinggal yang khusus, Alex berjanji untuk terus mengunjungiku dan mengajakku mengelilingi London. Aku benar-benar tidak sabaran dan berharap semua ini bukanlah mimpi.

            “Awas cowok-cowok Inggris ganteng-ganteng.” Goda Rachel.

            Aku tau Rachel masih merasa cemburu padaku dan meminta Dad untuk berlibur ke Inggris saat liburan semester. Terkadang kita memang tidak mencintai negara kita sendiri dan lebih mencintai negara orang lain. Seperti aku ini. Aku rasa Inggris tidak jauh beda dari Australia tapi aku merasa lebih bangga jika aku ada blasteran Inggris dibandingkan Australia.

            “Aku akan setia pada Alex.” Ucapku.

            “Tidak. Kau akan melihatnya berciuman dengan cewek lain disana.” Ucap Rachel.

            And finally, aku memeluk Mom dan Dad karena empat bulan ke depannya aku tidak bisa melihat mereka. Ya. Selama empat bulan aku ada di Inggris dan aku akan pulang sebelum musim dingin datang. Ya kira-kira pertengahan September aku pulang dan pastinya aku akan menangis karena berpisah dengan Inggris dan segala kenangan-kenangannya.

            Take care. Jaga dirimu baik-baik disana.” Ucap Mom.

            Di bandara, aku bertemu dengan Shelva dan Stella. Ku lihat mereka sangat bersemangat. Jujur aja sih aku tidak terlalu kenal mereka tetapi aku perhatikan Shelva dan Stella amat mengenal satu sama lain. Terserah apa mereka mau atau tidak mengajakku bicara karena aku juga malas bicara dengan mereka. Aku lebih suka membayangkan London nanti dan bagaimana musim panas disana. Dan Alex, aku tak sabar bertemu dengannya.

            Pertama-tama, kami akan terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju bandara Changi Airport dan transit disana. Tidak mungkin jika kami langsung terbang ke Inggris. Dari Jakarta ke Singapur bagiku cukup lama, tapi ku rasa aku sudah terbiasa melakukan penerbangan jarak jauh karena aku pernah beberapa kali melakukan penerbangan dari Jakarta ke Australia yang membutuhkan waktu beberapa jam lamanya.

            London, musim panas, Alex.. Tiga hal yang sejak tadi aku pikirkan tanpa henti. Tapi aku merasa takut saat melakukan penerbangan pertamaku ke London dan pastinya aku akan merasakan kebosanan. Kata Alex, memang banyak sekali hal-hal yang terjadi saat kau berada di dalam pesawat. Alex juga pernah merasakan ketakutan tetapi Alex selalu berpikiran positif. Semuanya akan baik-baik saja jika kau berpikir bahwa semuanya baik-baik saja. Ya. Aku akan baik-baik saja dan tiba di London dengan semangat.

            Sebelum pesawat take off, aku mengirim email ke Alex dan meminta doa padanya supaya perjalanan panjangku baik-baik saja. Selain Alex, ada Gina dan temanku yang lain yang mengirim email padaku. Gina yang paling berlebihan. Katanya dia bakal merindukanku selama empat bulan. Aku tersenyum lalu mematikan ponselku dan berusaha menikmati perjalanan panjang ini.

***

            London…

            Namun sayangnya aku tiba di London pada malam hari dan aku hanya bisa melihat cahaya-cahaya kecil diantara kegelapan malam. Aku bersyukur karena pesawat yang aku tumpangi baik-baik saja walau beberapa kali sempat mengalami hal yang tidak menyenangkan. Maksudku semisal pesawatnya bergoyang ataupun berbelok sehingga membuat kepalaku pusing. Sekarang ini saja perutku terasa mual tetapi aku berusaha untuk menahannya karena jika aku muntah, aku akan ditertawakan oleh banyak orang.

            Dan ya! Aku sudah tiba di London dan rasanya seperti mimpi. Bau-bau musim panas sudah mulai tercium di hidungku walau seumur hidup aku belum pernah merasakan bau-bau musim panas. Kepalaku masih terasa sakit dan aku ingin cepat-cepat tidur dan berharap mendapat kamar yang bagus dan yang paling penting aku ingin tidur sendiri walau kedengarannya egois. Kata Bu Tina, dalam satu kamar yang besar akan di huni beberapa anak dan mungkin harapanku untuk tidur sendiri telah musnah. Tapi Bu Tina meyakiniku bahwa aku akan mendapatkan satu kasur yang hanya bisa aku kuasai sendiri. Tidak apa-apa yang penting aku memiliki kasur sendiri walau satu kamar terdiri dari banyak orang.

            Aku berpikir esok dan esoknya akan melihat wajah-wajah baru dari berbagai negara dan hal ini membuat semangatku bertambah. Meski aku merasa malu atau tidak cocok bergaul dengan mereka terutama dengan penampilanku yang sangat-sangat sopan sedangkan Shelva dan Stella cukup seksi, aku berjanji akan mencari teman yang baik dan tidak akan merusak pergaulanku. Mom sudah memperingatkanku bahwa aku harus menjaga diriku dan harus mencari teman yang baik, setidaknya yang bersikap alim seperti diriku.

            Untunglah setelah tiba di bandara, kami langsung di bawa menuju penginapan khusus dan besok akan menjadi hari terbesar bagi kami. Aku hampir lupa mengirim email ke Alex kalau aku sudah tiba di London. Langsung saja aku kirim email ke Alex dan aku berani bertaruh Alex merasa senang dan besok kami akan bertemu. Sungguh aku sangat merindukan pelukan hangat Alex dan suara Alex. Satu lagi, aku berharap teman-teman baruku tidak menertawakanku karena aku memiliki seorang pacar seperti Alex. Semoga.

            Selama di perjalanan, aku satu mobil dengan Shelva dan Stella tetapi dua gadis itu masih tidak mau menyapaku. Tidak apa-apa. Kami memang tidak saling kenal mengenal dan di sekolah aku di kenal sebagai anak yang cukup pendiam. Di luar kaca jendela, aku bisa menikmati pemandangan Kota London di malam hari dan bangunan-bangunan yang lebih banyak bercorak kerajaan. Beda sekali dengan Jakarta yang hanya memiliki gedung bertingkat, dan panas. Ku harap London tidak sepanas Jakarta walau aku sangat menyukai musim panas.

            Lantunan lagu yang berjudul Summer Paradise terus saja mengalun dengan lembut di telingaku dan itulah lagu yang sering aku putar semenjak aku tau kalau aku akan di kirim ke London selama musim panas. Musim panas memang indah dan bagiku musim panas adalah surga. Aku berharap aku dan anak-anak lainnya akan diberi kesempatan barang sehari untuk mengelilingi Kota London sebelum memulai pelajaran yang uhhh.. Barangkali aku adalah murid terbodoh di sekolah baruku.

            Setiba di tempat yang akan ku tinggali empat bulan ke depan, aku turun dan melihat tempat yang sangat besar seperti gedung dan hatiku menjadi ragu. Apa benar aku yang dipilih untuk hadir di tempat ini? Atau jangan-jangan Bu Tina salah memilih orang? Aku tidak tau. Yang penting ini bukan salahku. Aku sudah tiba di London dan aku harus berusaha melakukan yang terbaik dan tidak akan mengecewakan Mom dan Dad.

            Benar saja. Satu kamar berisi enam anak dan kamarnya sangat luas dan kau akan merasa bebas disana. Di kamar itu sudah disediakan berbagai fasilitas. Ya, seperti asrama, aku baru mengingatnya. Aku mendapatkan kamar nomor tiga dan aku harap aku betah tinggal disana. Jika saja aku tidak betah, aku akan kabur ke apartemen Alex dan menghabiskan waktu disana. Oke. Ucapanku barusan adalah mustahil. Mau tidak mau aku harus betah dan bisa beradaptasi dengan lingkungan baruku disana.

            Aku tidak sekamar dengan Shelva ataupun Stella. Perlahan, aku buka kenop pintu kamar itu dan kulihat disana sudah ada lima anak perempuan yang kurasa lebih cantik dariku. Dua dari anak perempuan itu berambut pirang, dan yang lain berwarna cokelat dan hitam. Aku tersenyum karena si anak perempuan berambut hitam itu wajahnya menandakan bahwa dia adalah orang Asia.

            “Hei pendatang baru.” Ucap seorang gadis berambut pirang yang tingginya hampir mencapai 180 sentimeter. Gadis itu berjalan mendekatiku dan dia menjulurkan tangannya padaku. Ku perhatikan bajunya yang cukup seksi karena gadis itu sedang berada di kamar. Astaga kenapa pikiranku mulai sampai kesana? Tidak tau kenapa kata ‘seksi’ bagiku terdengar lucu. “Namaku Corine. Aku dari USA.” Sambungnya.

            Aku membalas uluran tangannya. Sepertinya Corine adalah tipe gadis yang ramah. Ku harap begitu. “Namaku Farah Sarasvati Waston. Aku dari Indonesia.” Ucapku.

            “Indonesia? Mengapa wajahmu tidak memperlihatkan kalau kau adalah warga Asia?” Tanya gadis berambut hitam tadi. Dia mendekatiku.

            “Aku Lily. Aku dari Jepang. Nice to meet you.” Ucap gadis berambut hitam tadi.

            “Aku Chloe. Aku dari USA juga.” Ucap gadis lain.

            “Aku Marie. Aku dari Jerman.” Ucap gadis berambut cokelat.

            Ku rasa aku bisa beradaptasi dengan mereka dan menjadi teman yang baik bagi mereka. Ku harap begitu. Aku takut jika aku dikatakan sebagai anak yang sombong dan tidak mau bergaul dengan anak yang lain, padahal maksudku tidak begitu. Aku hanya berhati-hati dalam memilih teman dan tidak mau memiliki teman yang hanya datang di saat-saat tertentu saja dan jika aku membutuhkan mereka, mereka tidak datang padaku.

            “Tadi kau belum menjawab pertanyaanku.” Ucap Lily.

            “Ohya, sebenarnya aku lebih mirip Ayah yang adalah warga asli Australia. Tetapi Ayah memutuskan untuk pindah kewarganegaraan dan tinggal di Indonesia bersama Ibuku yang adalah warga asli Indonesia.” Jelasku.

            Kulihat mereka mengangguk-angguk. Kemudian Chloe menarik tanganku bermaksud menujukkan dimana kasurku. Ternyata kasurku terlihat rapi dan nyaman. Aku berterimakasih pada Chloe dan meletakkan barang-barangku disana.

            Welcome To London! Summer is the best season ever and I love summer!” Ucap Marie.

            Aku tersenyum. Tampaknya mereka juga menyukai musim panas, sama seperti aku. Musim panas adalah musim terbaik apalagi jika kita menghabiskan di London. Dan aku teringat Alex. Alex sudah membalas emailku dan dia tidak sabaran bertemu denganku. Sekali lagi, aku berharap diberi hari free walau aku baru tiba disini karena aku ingin menghabiskan waktuku bersama Alex, bersama musim panas yang indah.

***














Tidak ada komentar:

Posting Komentar