expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 4 ) I'm Only Me When I'm With You






            Friday night beneath the stars, in a field behind your yard

You and I are painting pictures in the sky

And sometimes we don't say a thing  just listen to the crickets sing

Everything I need is right here by my side

And I know everything about you I don't wanna live without you


I'm only up when you're not down don't wanna fly if you're still on the ground

It's like no matter what I do well you drive me crazy half the time

The other half I'm only trying to let you know that what I feel is true

And I'm only me when I'm with you..”

***

Aku terbangun dari mimpi indahku dan tentunya disana ada Alex. Kami menghabiskan sepanjang hari untuk menikmati musim panas. Dan di dalam mimpiku itu aku sempat berciuman dengan Alex dan aku menjadi malu. Dalam dunia nyata, aku tidak pernah berciuman dengan Alex tapi aku ingin sekali merasakan bagaimana seorang cowok mencium kita.

Setelah bangun, aku bersiap-siap untuk mandi. Ternyata musim panas di Inggris tidak sepanas yang aku bayangkan. Ku kira aku akan lebih banyak mengeluarkan keringat tetapi tidak. Beda halnya dengan musim panas di negara Eropa yang lainnya yang suhu temperaturnya sangat panas. Sama halnya dengan musim dingin di Inggris yang hanya terjadi beberapa minggu dan tidak sedingin seperti musim dingin yang ada di negara lain.

Ternyata aku terlambat mandi karena teman-temanku sudah cantik dengan pakaiannya yang emmm… aku jadi malu sendiri. Aku hanya memakai blouse senderhana dan rok di bawah lutut. Terlihat kuno memang dan aku merasa tidak cocok bergabung dengan mereka. Apalagi saat aku lihat rok Corine yang amat pendek dan ketat, dan celana Chloe yang juga pendek. Baju yang mereka gunakan juga berbeda dan terkesan mahal.

“Apakah tidak ada pakaian lain selain yang kau pakai?” Tanya Marie.

Baru saja aku memikirkan masalah itu dan Marie langsung membicarakannya. Ucapan Marie terkesan seperti menyindir. Namun ku lihat Lily menyenggol lengan Marie pertanda bahwa Lily tidak menyukai ucapan yang Marie katakan.

“Maaf. Tapi menurutku tubuhmu cukup bagus dan cocok menggunakan pakaian Corine.” Ucap Marie.

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.” Ucapku.

Memang selama ini pakaianku hanya ini saja dan aku terkesan tomboi. Di lemariku aku banyak menyimpan kaos dan celana jeans yang bahkan sudah robek ( atau sengaja aku robek? ). Mom pernah mengkritik masalah pakaianku dan aku hanya tersenyum sambil mengatakan kalau aku hanya ingin menjadi diriku sendiri dan tidak ingin melihat orang lain. Dan Alex lebih suka dengan penampilan kesukaanku yaitu hanya menggunakan kaos polos dan celana jeans panjang. Selama hidupku aku jarang menggunakan rok tapi Mom menyuruhku untuk tetap menggunakan rok selama di London karena Mom tidak suka jika aku memakai celana.

“Baguslah. Kau tampak alim dan polos tetapi bukan berarti kau tidak akan bisa terpengaruh oleh kegantengan cowok-cowok yang ada disini.” Ucap Corine.

Bisa ku simpulkan bahwa Corine tergila-gila pada cowok. Tapi aku tidak peduli dengan ucapan Corine. Meski ada banyak cowok-cowok ganteng disini, aku tidak akan terpengaruh karena hatiku hanyalah untuk Alex. Dan aku sudah yakin pada Alex bahwa hatinya hanyalah untukku dan Alex tidak akan terpengaruh oleh gadis-gadis inggris yang cantik.

“Setelah ini kita akan berkumpul di sekolah baru kita.” Ucap Chloe.

“Yap! Bougenvil College!” Ucap Lily dengan semangat.

Ya sekiranya itulah nama sekolah yang nantinya akan menjadi tempat aku belajar. Yap. Bougenvil College. Alex tau dimana letak sekolah itu dan katanya apartemennya tidak jauh dari sekolah itu. Kapan ya aku bertemu dengan Alex? Tadi pagi Alex menyapaku dan mengucapkan selamat pagi padaku. Aku tersenyum. Timezone kita sama dan kami tidak perlu memikirkan kapan harus mengucapkan selamat pagi, selamat siang ataupun selamat malam.

Bougenvil College amatlah besar. Gedungnya bertingkat dan aku begitu kagum dengan bangunannya. Aku sempat melihat beberapa murid yang akan sekolah disana. Tapi aku belum melihat murid laki-lakinya. Apa muridnya hanya cewek saja? Tapi tidak mungkin-lah. Lho kenapa aku jadi penasaran dengan murid cowoknya?

Kami pun berkumpul dan duduk di kursi yang telah disediakan dan aku baru menemukan murid-murid cowok. Biasa saja. Ada yang ganteng, ada yang tidak. Tapi tidak ada yang seperti Alex kurasa. Ada sih yang menggunakan kaca mata tetapi tidak seperti Alex. Hmm.. Aku sempat kepikiran jika Inggris memilih negara yang bahasa ibunya adalah bahasa inggris. Tentu mereka tidak memilih murid seperti yang dilakukan di Indonesia yang memang harus bisa berbahasa inggris yang fasih. Percuma jago matematika, kimia, fisika jika tidak bisa berbahasa inggris. Tapi apakah gadis seperti Corine memiliki otak yang cerdas?

Seorang wanita cantik berdiri di depan dan menyapa sekian dari banyak murid-murid baru. Sepertinya wanita itu adalah kepala sekolah Bougenvil College dan wanita itu tampak ramah, mirip seperti Bu Tina.

“Selamat datang di Bougenvil College dan selamat bagi kalian yang sudah terpilih untuk mengikuti kesempatan belajar di Bougenvil College selama musim panas. Namaku Eleanor Clark dan aku sangat senang melihat wajah-wajah baru dan bahagia seperti kalian..”

Entah mengapa aku malah mengantuk mendengar pidato dari Miss Eleanor yang bagiku tidak penting. Lalu kulihat teman-temanku yang sibuk bicara sendiri, ada juga yang sibuk memainkan Iphone mereka termasuk Chloe. Aku tersadar bahwa handphone-ku lah yang paling kuno dan aku tidak memiliki iphone. Tapi aku tidak akan terpengaruh oleh teman-temanku.

Setelah pidato selesai, Miss Eleanor memberikan izin bagi kami untuk bebas dan mengelilingi kota London dan aku begitu senang mendengarnya. Langsung saja aku mengirim pesan ke Alex dan mau tidak mau aku dan dia harus bertemu.

“Hei Farah setelah ini kau mau kemana? Mau ikut kami pergi shopping?” Tanya Marie.

Aku menggeleng pelan pertanda tidak setuju. Aku adalah tipe cewek yang tidak terlalu suka berbelanja dan jika aku pergi ke mall, aku hanya membeli barang-barang seperlunya saja sehingga uang tabunganku menjadi banyak. Mom memberikanku uang yang cukup banyak selama satu bulan tetapi aku hanya menggunakan sebagian uang saja karena aku rasa uang yang Mom berikan berlebihan.

Ponselku berbunyi. Pesan dari Alex yang mengatakan siap untuk menemaniku seharian ini dan tentu saja aku merasa senang. Sepertinya teman-temanku merasa aneh dengan sikapku. Apakah perlu aku menceritakan sosok Alex pada mereka?

“Sebenarnya, aku mempunyai seorang pacar yang kuliah disini.” Ucapku.

Diantara keempatnya, Corine yang paling kaget. “Benarkah? Siapa dia? Kau hebat sekali bisa memacari cowok inggris.” Ucapnya.

Ingin sekali aku tertawa karena Corine sok tau. Corine tidak tau jika pacarku adalah warga asli Indonesia yang kini sedang menempuh pendidikan di Inggris. Jika saja aku menjalin hubungan dengan cowok inggris, maka hubungan jarak jauh akan lebih menyakitkan dan tentunya Mom dan Dad tidak akan menyetujui hubunganku. Mom lebih suka jika aku berpacaran dengan cowok Indonesia sedangkan Dad malah menyuruhku mencari cowok Australia agar kisah cintaku sama seperti kisah cinta Mom dan Dad. Dad memang lucu dan dia pernah mengenalkanku kepada cowok cakep dari Australia tetapi aku menolak karena tentunya aku sudah memiliki Alex.

“Jadi pacarmu hebat sekali. Tunggu! Artinya kalian melakukan hubungan jarak jauh kan?” Tanya Chloe.

“Iya dan kami jarang bertemu. Aku tidak menyangka empat bulan kedepannya akan terus melihat Alex. Rasanya seperti mimpi.” Ucapku.

Aku pun menunggu di tempat yang ditujukan Alex dengan sabar sambil melihat-lihat suasana di sekitar sekolahku. Ada lapangan hijau yang luas dan aku melihat beberapa anak cowok yang juga melihatku. Entah apa yang ada dipikiran mereka, aku tidak peduli. Yang jelas aku sangat tidak sabaran bertemu dengan sosok yang sangat aku rindukan.

Selanjutnya aku menemukan sosok bertubuh tinggi dengan kaus hitam dan aku bisa menebak dengan mudah kalau sosok itu adalah Alex. Langsung saja aku berlari menuju Alex dan Alex langsung memelukku dengan erat. Aku sangat sangat merindukannya dan pelukan ini menjalar ke seluruh bagian tubuhku, serta parfum Alex yang tercium hangat di hidungku. Alex selalu memakai parfum yang sama dan aromanya tidak pernah berubah.

Setelah puas berpelukan dan melepas rindu, Alex melepaskan pelukannya dan menatapku dengan senyumannya yang manis. Damn I miss his smile! Senyum Alex adalah hal terindah yang ada di dunia ini. Aku memperhatikan wajah Alex yang sama persis dengan saat terakhir aku melihatnya, yaitu enam bulan yang lalu. Tidak ada perubahan di wajahnya.

“Kau hebat Farah bisa dipilih sekolah di Bougenvil College dan menikmati musim panas di London seperti yang selama ini kau impikan.” Ucap Alex.

Tentu saja Alex menggunakan bahasa inggris karena mungkin dia sudah terbiasa menggunakan bahasa inggris dan aku menjadi ragu kalau bahasa Indonesia Alex sudah hancur. Memang tidak ada cowok yang lebih spesial dari Alex dan saat aku bersama Alex, aku merasa menjadi diriku sendiri, diriku apa adanya tanpa harus melihat orang lain. Ada begitu banyak gadis cantik di luar sana dengan pakaian yang amat mahal sedangkan aku hanyalah seorang gadis biasa yang sederhana. Sama halnya dengan Alex. Cowok itu cukup sederhana dan rambutnya tidak bermodel sama sekali.

Alex pun menggandeng tanganku dan mengajakku berjalan mengelilingi kota London. Musim panas begitu terasa hangat dan nyaman. Udaranya terasa berbeda dan aku benar-benar menikmatinya. Satu detik bagiku sangat berharga karena aku tidak ingin menyia-nyiakan hari indah ini. Alex. Dia telah menunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya padaku dan aku sangat mencintainya. Aku beruntung memiliki seorang kekasih seperti Alex dan berharap hubungan ini akan terus baik-baik saja. Walau terkadang ada kendala yang membuat hubungan kami kurang baik.

Dan pertama kalinya dalam hidupku aku melihat dengan jelas menara big ben dengan mataku sendiri. Jam raksasa itu sangat besar dan aku ingin terus melihatnya. Kemudian Alex yang ternyata sudah siap dengan kameranya akan mengambil gambar-gambar yang nantinya akan ia simpan di dalam buku kenangannya. Aku sangat senang jika aku di foto oleh Alex karena hal itu membuatku semakin percaya diri. Kata Alex, aku sangat cantik bahkan Alex tidak mengedit hasil fotoku.

Kemudian Alex mengajakku melihat sungai Thames yang luas dan aku merasa senang melihatnya dari atas. Alex mengambil gambarku dan aku sudah siap dengan senyumanku. Hasil yang sempurna. Aku tidak perlu malu melihat beberapa orang yang menatapku bersama Alex. Entahlah apa yang ada dipikiran mereka atau mereka heran dengan kami.

Berjam-jam lamanya kami menelusuri Inggris dan aku rasa kami harus beristirahat. Alex menemukan tempat yang nyaman lalu dia membeli es krim dan kami memakannya dengan gembira. Ternyata rasa es krimnya berbeda dengan es krim yang ada di rumahku. Rasanya sedikit unik tetapi enak sekali. Aku melihat Alex yang sedang melihat-lihat isi kameranya dan sesekali dia tersenyum. Itulah gaya yang paling aku suka dari Alex. Cowok itu tersenyum sambil melihat-lihat isi kamera seakan-akan foto yang ada di kamera itu terlihat lucu baginya.

“Kau tau, hari ini aku sangat bahagia.” Ucapku.

Alex menatapku dan hal itu membuat jantungku berdebar-debar. “Aku juga.” Ucapnya lalu mendekatiku dan tangannya yang lembut menyingkirkan rambutku yang jatuh di keningku. Jarak kami begitu dekat dan aku terpusat pada bibirnya. God! Singkirkan pikiran jahat itu dari otakku! Aku memang mencintainya tapi aku tidak ingin Alex menciumku.

“Kau sangat cantik Farah. Selama ini aku kira kau hanyalah imajinasiku saja. Tetapi kau nyata.” Ucap Alex.

Alex yang membuatku jatuh cinta padanya. Tapi aku pernah berpikir jika aku tidak cantik apakah Alex tetap menyukaiku? Tapi aku yakin sekali Alex sama sepertiku, yaitu tidak hanya melihat soal penampilan melainkan sikap dan kebaikan serta ketulusannya. Itulah poin terpenting dan Alex sudah memenuhinya.

Sampai malam tiba aku masih bersama Alex dan tidak mempedulikan bagaimana nasib teman-temanku atau bahkan seisi sekolah yang bingung karena aku menghilang tanpa memberitahu dulu. Alex mengajakku makan malam di tempat yang sederhana namun makanannya sangat lezat walau terasa aneh di lidahku. Alex mengatakan saat pertama kali kau mencoba makanan khas Inggris, mulutmu akan terasa aneh saat pertama kali mencicipnya, tapi lama-kelamaan kau akan menikmati kelezatan dari setiap makanan itu.

Setelah makan, Alex mengajakku untuk melakukan salah satu kegiatan kesukaannya yaitu tiduran di tempat terbuka dan hanya ditemani oleh angin malam yang lembut dan nuansa langit yang gelap sehingga kita bisa langsung menatap langit dan bintang-bintang. Pasti akan terasa indah jika kita melakukannya bersama orang yang sangat kita cintai. Aku dan Alex melakukannya dan rasanya damai sekali. Aku tepat berbaring di samping Alex dan menaruh kepalaku di pundaknya dan Alex sempat mencium rambutku. Ku rasa ini adalah momen terbaikku bersama Alex.

Dari bawah sini, aku dan Alex menatap langit sambil membuat permohonan. Tentu saja permohonanku: aku ingin terus bahagia bersama Alex dan tetap menjadi diriku sendiri. Aku tidak ingin kehilangan Alex dan aku berjanji untuk terus mencintainya sampai kapanpun.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar