“I'd
never gone with the wind just let it flow
Let it take me where it wants to go
til you open the door
There's so much more I'd never seen
it before
I was trying to fly but I couldn't
find wings
But you came along and you changed
everything
You lift my feet off the ground you
spin me around
You make me crazier, crazier
Feels like I'm falling and I am lost
in your eyes
You make me crazier, crazier, crazier..”
***
Apa? Pesta dansa? Hal bodoh macam
apa inikah? Aku memang tidak pernah mengikuti pesta dansa karena kurasa tidak
ada yang namanya pesta dansa di Indonesia. Baru saja guru kami memberitahu
bahwa besok malam akan diadakan pesta dansa yang akan dihadiri oleh Pangeran
Inggris yang sebentar lagi akan naik tahkta menjadi Raja. Oke. Pesta dansa
tidaklah buruk, hanya saja…. Pasanganku adalah Luke dan nantinya kita akan
menari bersama! Fuck! Mungkin bagi
Marie dan lainnya, pesta dansa sudah tidak asing lagi ditelinga mereka. Mungkin
saja mereka sudah pernah mengikuti pesta dansa dan menari bersama orang yang
mereka sukai.
Aku menelan ludahku. Pasrah. Itulah
yang aku rasakan. Seandainya Michael yang menjadi pasanganku. Seandainya kita
bebas memilih pasangan yang kita sukai. Sekolah ini memang gila. Aku tak
sabaran untuk pulang ke rumah dan menjadi diriku yang normal. Entahlah semenjak
aku menginjakkan kaki di London, aku merasa bukan menjadi diriku sendiri,
melainkan menjadi sosok asing yang aku sendiri tidak tau. Bagaimana jika aku
tidak menghadiri pesta sialan itu alasan karena sakit? Masuk akal juga. Kurasa
Luke juga tidak akan sudi berdansa denganku. Mana aku tidak bisa berdansa
sedikitpun.
Aku membereskan bukuku. Cobaan kedua
telah tiba. Yang pertama adalah drama Snow White, dan yang kedua adalah pesta
dansa. Ku harap pesta dansa adalah cobaan yang terakhir. Ketika aku hendak
keluar dari bangkuku, Luke seperti tidak mau mengizinkan aku pergi. Bisa saja
aku kabur tapi takutnya dia malah menarik paksa tanganku. Jadi aku memilih
untuk diam dan mencoba untuk tenang selama bicara dengannya.
“Aku mau pulang. Aku ngantuk.”
Ucapku dengan nada yang terdengar malas.
Luke menatapku dengan mata birunya
dan aku tidak lepas dari mata indah itu. Why
Luk? Why? Kenapa harus dirimu?
Aku lelah Luk, aku lelah. Hari-hariku dibuat kacau olehmu dan bisakah kau mau
mengerti perasaanku atau setidaknya jangan menampilkan kemesraanmu bersama Ary
dan jangan membuatku semakin mencintaimu dengan sikapmu yang lembut dan wajah
polos-mu itu. Luke memegang tanganku dengan lembut. Detakan jantungku mulai
berdebar-debar. Hanya karena putus cinta Luke menjadi gila seperti itu.
“Pergilah ke pesta dansa bersamaku.”
Ucap Luke.
Aku berharap aku salah dengar tetapi
suara Luke terdengar serius. Entah apa yang membuatku mengangguk, kemudian Luke
tersenyum dan meninggalkanku. Jika sikap Luke akan terus seperti itu.. Jika
Luke tidak berhubungan dengan sesosok cewek gila yang bernama Ary..
“Farah! Let’s go home! Ah besok kau akan pergi bersama Luke. Artinya besok
malam kau harus tampil dengan cantik.” Ucap Marie.
Kami pun meninggalkan kelas. Selama
diperjalanan, Marie dan Lily sibuk membicarakan tentang pesta dansa dan gaun
apa yang akan mereka gunakan. Jujur saja, aku agak jijik mendengar percakapan
mereka dan aku tidak mau menggunakan gaun dansa sekalipun gaunnya sopan. Dan menari
bersama Luke.. Dalam hatiku, aku sangat ingin menari bersamanya namun di hatiku
yang lain memaksaku untuk tidak usah mendatangi pesta dansa itu karena kau
tidak cocok jika berdansa bersama Luke.
“Hai
girls! Ready for ball tomorrow night?” Sapa Calum.
Tampaknya Calum sangat bersemangat.
Michael dan Ashton juga terlihat bersemangat. Semuanya terlihat bersemangat
kecuali aku. Sepertinya Michael menangkap suatu ketidakberesan dimataku.
“What
happen to you? Apa kau memikirkan pesta dansa itu? Maksudku Luke. Kau sudah
tau kan akan pergi dengannya?” Tanya Michael.
“Sure.
Dan Luke sudah bicara padaku dan dia ingin aku pergi ke pesta dansa bersamanya.
Aku takut nantinya kalau aku akan mengecewakannya. Aku seperti.. ah sudahlah.
Tapi rasanya aku enggan menghadiri pesta dansa itu.” Jawabku.
Tiba-tiba saja Michael meraih
tanganku. “Ayolah Farah. Pesta dansa itu sangat menyenangkan. Jangan pikirkan
Luke. Menarilah bersamanya dan jangan takut. Jika Luke menyakitimu, saat itu
juga aku akan menghajarnya.” Ucap Michael.
Michael sudah berani menghajar
sahabatnya sendiri hanya karena aku. Michael sangat tidak menginginkan aku
tersakiti oleh siapapun. Entahlah. Yang jelas aku masih penasaran dengan
Michael dan apa yang mendasari cowok itu amat baik dan perhatian padaku.
***
Luke’s POV
Kepalaku agak sedikit pusing. Sudah
satu jam aku berada di cafee dan menghabiskan dua cangkir kopi. Kukira dengan
meminum kopi perasaanku akan jauh lebih baik, tapi kenyataannya perasakanku
bertambah semakin buruk. Aku memijit-mijit pelipisku dan bayangan masa lalu itu
kembali hadir, tentunya bersama Aleisha. Aku menyesal karena pernah
mencintainya dan kurasa aku tidak mau jatuh cinta dengan gadis manapun. Sudah
hampir dua bulan aku berada di London tapi aku ingin terus berada disini dan
tidak mau kembali ke rumah. Aku takut kalau-kalau aku bertemu Aleisha dan
melihatnya bermesraan dengan pacar barunya yang katanya lebih sempurna dariku.
BRAKK!!!
Aku kaget mendengar suara itu. Aku
angkat wajahku dan aku melihat Ary yang tampak tidak senang melihatku. Dia
membanting tas-nya dengan kasar di atas meja cafee dan beberapa orang
melihatnya. Ary duduk dan bisa aku tebak dia sangat marah padaku karena aku
menolak panggilannya.
“Kau lebih memilihnya dibanding aku!
Kau jahat!” Ucap Ary setengah membentak.
Bagiku, Ary adalah gadis yang sangat
menarik dan membuatku puas. Beda halnya dengan Aleisha yang penampilannya tidak
terlalu membuat para cowok mabuk melihatnya dan mampu menjaga dirinya. Tapi
Aleisha jauh lebih cantik dibanding Ary. Aku mengenal Ary saat hari pertama aku
tiba di London dan Ary langsung tertarik padaku. Selanjutnya hidupku berubah
menjadi sesat semenjak bertemu dengan Ary. Bahkan sudah berkali-kali aku tidur
dengannya dan Ary sangat menyukainya.
Aku tau apa yang dibicarakan Ary.
Siapa lagi kalau bukan Farah? Aku jadi teringat dengan pesta dansa itu dan aku
sudah mengatakan pada Farah kalau aku ingin mengajaknya pergi ke pesta dansa
itu dan dia menyanggupinya. Ary pernah melihatku berdekatan dengan Farah seperti
layaknya sepasang kekasih. Mungkin Ary mengira aku selingkuh. Sakit kepalaku
pun bertambah semakin parah.
“Kau percaya aku lebih memilihnya
dibanding dirimu?” Tanyaku.
“Buktinya kau tidak mau mengangkat
telponku.” Jawab Ary.
“Aku capek. Aku sedang banyak
pikiran. Kau harus mengerti keadaanku.” Ucapku.
Tiba-tiba saja Ary mencium bibirku
dengan gerakan yang tidak diduga, namun cepat-cepat aku melepas ciuman itu.
Sudah sering aku berciuman dengan Ary tapi rasanya sangat berbeda saat aku
berciuman dengan Farah. Jika aku berciuman dengan Ary karena nafsu, maka aku
berciuman dengan Farah karena perasaan yang aku sendiri tidak tau, dan saat aku
berciuman dengan Farah, Farah mau membalas ciumanku dan entahlah hatiku
tiba-tiba menjadi bahagia. Aku sedikit menghindari Ary dan Ary semakin marah.
“Lihat kan! Kau sudah tidak
mencintaiku lagi!” Bentak Ary. Tampaknya gadis itu ingin menangis. Cepat-cepat
aku menyeret Ary keluar cafee karena aku tidak mau membuat keributan di
dalamnya. Ini baru pertama kali Ary marah padaku.
“Ary sudahlah. Aku mencintaimu. Jadi
percayalah padaku.” Ucapku berusaha menenangkannya. Namun Ary masih menangis.
Aku langsung memeluknya. Cukup lama aku memeluknya dan Ary terlihat lebih baik.
Gadis itu pun tersenyum sambil mengusap matanya.
“Baiklah. Percuma aku marah-marah
padamu. Aku juga tidak ingin kehilanganmu dan aku sangat beruntung memiliki
dirimu. Semua teman-temanku iri padaku karena aku bisa mendapatkanmu dengan
mudah. Ah! Kau memang sangat sempurna dan sangat-sangat tampan!” Ucap Ary
sambil memegang pipiku.
Aku tersenyum dan memiringkan
kepalaku hingga jatuh di tangannya yang memegang pipiku dengan lembut. Semua
orang mengatakan hal seperti itu. Aku, cowok yang sangat sempurna dan dapat
membuat mabuk cewek yang melihatku. Aleisha juga pernah mengatakan hal itu
padaku. Tidak. Aku tidak membutuhkan semua itu, aku tidak ingin menjadi sosok
yang sempurna jika aku tidak bisa hidup dengan seseorang yang benar-benar aku
cintai.
***
Farah’s POV
Dag.. Dig.. Dug..
Selama di London aku tidak pernah
tidak deg-degkan. Jantungku terus saja berdetak tak karuan. Siapa lagi kalau
bukan karena Luke penyebabnya? Aku menatap pantulan bayanganku di cermin. Sama
seperti saat aku menjadi Snow White. Aku menggunakan gaun pesta yang sederhana
dan tidak norak seperti Corine atau Marie. Bagaimana jika Luke tidak menyukai
penampilanku? Aku menghela nafas panjang. Terserah. Jika Luke tidak menyukai
penampilanku, maka Luke tidak mau mengajakku berdansa dan itu lebih bagus.
Tanpa sadar, aku sudah berada di
luar asrama dan disini ramai sekali. Banyak gadis cantik yang menunggu
pasangannya. Lily pun tak sabaran menunggu Damian walau aku tau Lily masih
mencintai Taka. Baiknya, Damian juga sudah punya cewek jadi mereka bisa menjaga
perasaan masing-masing. Aku merapikan rambutku dan tiba-tiba saja aku mendapati
sebuah mobil yang sepertinya sudah tidak asing lagi. Ah, Luke! Mobil itu yang
pernah dia gunakan saat mengajakku makan malam dan membawaku ke neraka.
Luke sama saja. Cowok itu tetap
tampan walau menurutku Luke sama sekali tidak mau memperhatikan penampilannya.
Luke tampil apa adanya dan tidak peduli apa komentar orang. Tapi tampil apa
adanya itu bagiku sangat luar biasa. Bagaimana jika Luke mau memperhatikan
penampilannya? Pasti Luke akan bertambah semakin tampan. Sampai kapanpun
detakan jantungku tidak akan normal saat bertatapan dengan Luke. Luke meraih
tanganku dan mempersilahkanku masuk ke dalam mobilnya.
Aku lupa memberitahu lokasi pesta
dansa-nya. Letaknya lumayan jauh dari sekolahku. Sebuah tempat yang megah
seperti istana dan aku penasaran bagaimana isinya. Banyak sekali hal-hal
positif yang aku dapatkan saat aku tiba di London seperti mendapat pengetahuan
yang banyak. Selama diperjalanan, kami sama-sama diam. Luke sengaja menyetel
lagu ber-genre jazz dan aku sangat tidak menyukainya. Membosankan kurasa.
Setibanya, kami berdua masuk dan
Luke menggandeng tanganku. Kami tampak mesra dan kurasa banyak orang yang iri
melihat kami. Hah! Selalu saja begitu! Aku tidak pernah bahagia, aku selalu
disakiti Luke walau awalnya bahagia. Tentu aku bisa menebak bahwa akan ada
peristiwa sedih yang nantinya terjadi. Barangkali Ary datang kemari dan
mengusirku seperti dia mengusir hewan. Ewww…
Acara yang membosankan. Luke
kelihatan bosan juga. Sudah banyak pasangan yang asyik berdansa tapi Luke belum
mengajakku bicara sejak tadi. Cowok itu tidak memainkan Iphone-nya, tumben. Apa
Luke sedang marahan dengan Ary? Tiba-tiba saja aku diserang kantuk dan aku
ingin cepat-cepat pulang. Namun rasa kantukku langsung menghilang saat Luke
menarik tanganku dan dia mengajakku berdansa. Oh, saatnya! Kami berada diantara
banyak pasangan yang berdansa.
Seperti film Barbie yang pernah aku
tonton. Aku tersenyum malu saat Luke membungkukkan badannya seakan-akan memintaku
untuk berdansa dengannya. Aku menerima uluran tangannya dan kami pun berdansa
mengikuti irama lagu. Berdansa bersama Luke sangatlah menyenangkan. Ku lihat
Luke terus saja tersenyum dan tampaknya cowok itu amat menikmatinya. Hell! Baru kali ini aku sedekat dengan
Luke dalam waktu yang lama. Mataku jatuh di matanya dan itu sangat membuatku
bahagia. Aku bisa melihat mata birunya yang indah.
“You’re
so beautiful.” Ucap Luke.
Aku memejamkan mataku saat Luke
mengucapkan pujian itu. It’s just a lie.
Kurasa Luke sedang mabuk dan bicaranya tidak benar. Tapi tatapan Luke saat
menatapku membuatku ragu. Andaikan aku bisa membaca pikiran Luke…
“Aku akan mengakhiri hubunganku
dengan Ary.” Ucap Luke.
Apa? Sebisa mungkin aku tidak kaget
tapi apakah yang Luke ucapkan adalah benar? Jadi Luke akan putus dengan Ary?
Baguslah kalau begitu! Aku akan semakin mencintai Luke dan berusaha lebih kuat
lagi untuk mendapatkan Luke. Kali ini kuharap itu sungguhan dan bukan bohongan.
“Kau.. Kau mirip dengan Aleisha.”
Ucap Luke.
Nah siapa lagi Aleisha?
Jangan-jangan… Apa Aleisha adalah pelaku dibalik anehnya sikap Luke itu? Apakah
Aleisha dulunya adalah kekasih Luke lalu putus dengan Luke? Lalu kenapa Luke
mengatakan aku mirip dengan Aleisha? Aku merasa seperti pelampiasan Luke saja.
Aku berani bertaruh Luke masih mencintai Aleisha dan menggunakan seseorang
untuk dijadikan sebagai pelampiasaannya. Jadi apakah Ary hanyalah pelampiasan
Luke? Mulutku masih terasa kaku untuk berbicara. Lalu tiba-tiba aku tidak
sengaja berpapasan dengan Michael dan dia menatapku dengan tatapan yang sulit
aku tebak. Tapi tatapan itu tidak menandakan tatapan kebahagiaan. Apa yang
terjadi dengan Michael?
Aku kembali memejamkan mataku dan
samar-samar aku mendengar lagu yang terdengar tidak asing lagi di telingaku.
Ya, lagunya Taylor Swift yang pernah menjadi soundtrack film Hannah Montana. Aku menyukai lagu itu dan lagu itu
kurasa cocok denganku. Luke, you make me
crazier.. Aku tidak peduli seberapa sakitnya aku mencintai Luke, aku tidak
peduli kesedihan yang aku dapatkan darinya, aku hanya bisa mencintai Luke dan
selalu berharap bisa menjadi seseorang yang penting dalam hidupnya.
Pesta dansa itu pun selesai dan Luke
mencium bibirku dengan lembut. Kurasa tidak ada hal-hal yang mengerikan setelah
ini. Aku sangat mengantuk dan pastinya Luke akan mengantarku pulang secepatnya.
“Aku
akan mengakhiri hubunganku dengan Ary.”
Sungguh aku berjanji akan terus
mengingat kalimat itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar