expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 18 ) Crazier




            I'd never gone with the wind just let it flow

Let it take me where it wants to go til you open the door

There's so much more I'd never seen it before

I was trying to fly but I couldn't find wings

But you came along and you changed everything


You lift my feet off the ground you spin me around

You make me crazier, crazier

Feels like I'm falling and I am lost in your eyes

You make me crazier, crazier, crazier..”

***

            Apa? Pesta dansa? Hal bodoh macam apa inikah? Aku memang tidak pernah mengikuti pesta dansa karena kurasa tidak ada yang namanya pesta dansa di Indonesia. Baru saja guru kami memberitahu bahwa besok malam akan diadakan pesta dansa yang akan dihadiri oleh Pangeran Inggris yang sebentar lagi akan naik tahkta menjadi Raja. Oke. Pesta dansa tidaklah buruk, hanya saja…. Pasanganku adalah Luke dan nantinya kita akan menari bersama! Fuck! Mungkin bagi Marie dan lainnya, pesta dansa sudah tidak asing lagi ditelinga mereka. Mungkin saja mereka sudah pernah mengikuti pesta dansa dan menari bersama orang yang mereka sukai.

            Aku menelan ludahku. Pasrah. Itulah yang aku rasakan. Seandainya Michael yang menjadi pasanganku. Seandainya kita bebas memilih pasangan yang kita sukai. Sekolah ini memang gila. Aku tak sabaran untuk pulang ke rumah dan menjadi diriku yang normal. Entahlah semenjak aku menginjakkan kaki di London, aku merasa bukan menjadi diriku sendiri, melainkan menjadi sosok asing yang aku sendiri tidak tau. Bagaimana jika aku tidak menghadiri pesta sialan itu alasan karena sakit? Masuk akal juga. Kurasa Luke juga tidak akan sudi berdansa denganku. Mana aku tidak bisa berdansa sedikitpun.

            Aku membereskan bukuku. Cobaan kedua telah tiba. Yang pertama adalah drama Snow White, dan yang kedua adalah pesta dansa. Ku harap pesta dansa adalah cobaan yang terakhir. Ketika aku hendak keluar dari bangkuku, Luke seperti tidak mau mengizinkan aku pergi. Bisa saja aku kabur tapi takutnya dia malah menarik paksa tanganku. Jadi aku memilih untuk diam dan mencoba untuk tenang selama bicara dengannya.

            “Aku mau pulang. Aku ngantuk.” Ucapku dengan nada yang terdengar malas.

            Luke menatapku dengan mata birunya dan aku tidak lepas dari mata indah itu. Why Luk? Why? Kenapa harus dirimu? Aku lelah Luk, aku lelah. Hari-hariku dibuat kacau olehmu dan bisakah kau mau mengerti perasaanku atau setidaknya jangan menampilkan kemesraanmu bersama Ary dan jangan membuatku semakin mencintaimu dengan sikapmu yang lembut dan wajah polos-mu itu. Luke memegang tanganku dengan lembut. Detakan jantungku mulai berdebar-debar. Hanya karena putus cinta Luke menjadi gila seperti itu.

            “Pergilah ke pesta dansa bersamaku.” Ucap Luke.

            Aku berharap aku salah dengar tetapi suara Luke terdengar serius. Entah apa yang membuatku mengangguk, kemudian Luke tersenyum dan meninggalkanku. Jika sikap Luke akan terus seperti itu.. Jika Luke tidak berhubungan dengan sesosok cewek gila yang bernama Ary..

            “Farah! Let’s go home! Ah besok kau akan pergi bersama Luke. Artinya besok malam kau harus tampil dengan cantik.” Ucap Marie.

            Kami pun meninggalkan kelas. Selama diperjalanan, Marie dan Lily sibuk membicarakan tentang pesta dansa dan gaun apa yang akan mereka gunakan. Jujur saja, aku agak jijik mendengar percakapan mereka dan aku tidak mau menggunakan gaun dansa sekalipun gaunnya sopan. Dan menari bersama Luke.. Dalam hatiku, aku sangat ingin menari bersamanya namun di hatiku yang lain memaksaku untuk tidak usah mendatangi pesta dansa itu karena kau tidak cocok jika berdansa bersama Luke.

            Hai girls! Ready for ball tomorrow night?” Sapa Calum.

            Tampaknya Calum sangat bersemangat. Michael dan Ashton juga terlihat bersemangat. Semuanya terlihat bersemangat kecuali aku. Sepertinya Michael menangkap suatu ketidakberesan dimataku.

            What happen to you? Apa kau memikirkan pesta dansa itu? Maksudku Luke. Kau sudah tau kan akan pergi dengannya?” Tanya Michael.

            Sure. Dan Luke sudah bicara padaku dan dia ingin aku pergi ke pesta dansa bersamanya. Aku takut nantinya kalau aku akan mengecewakannya. Aku seperti.. ah sudahlah. Tapi rasanya aku enggan menghadiri pesta dansa itu.” Jawabku.

            Tiba-tiba saja Michael meraih tanganku. “Ayolah Farah. Pesta dansa itu sangat menyenangkan. Jangan pikirkan Luke. Menarilah bersamanya dan jangan takut. Jika Luke menyakitimu, saat itu juga aku akan menghajarnya.” Ucap Michael.

            Michael sudah berani menghajar sahabatnya sendiri hanya karena aku. Michael sangat tidak menginginkan aku tersakiti oleh siapapun. Entahlah. Yang jelas aku masih penasaran dengan Michael dan apa yang mendasari cowok itu amat baik dan perhatian padaku.

***

            Luke’s POV

            Kepalaku agak sedikit pusing. Sudah satu jam aku berada di cafee dan menghabiskan dua cangkir kopi. Kukira dengan meminum kopi perasaanku akan jauh lebih baik, tapi kenyataannya perasakanku bertambah semakin buruk. Aku memijit-mijit pelipisku dan bayangan masa lalu itu kembali hadir, tentunya bersama Aleisha. Aku menyesal karena pernah mencintainya dan kurasa aku tidak mau jatuh cinta dengan gadis manapun. Sudah hampir dua bulan aku berada di London tapi aku ingin terus berada disini dan tidak mau kembali ke rumah. Aku takut kalau-kalau aku bertemu Aleisha dan melihatnya bermesraan dengan pacar barunya yang katanya lebih sempurna dariku.

            BRAKK!!!

            Aku kaget mendengar suara itu. Aku angkat wajahku dan aku melihat Ary yang tampak tidak senang melihatku. Dia membanting tas-nya dengan kasar di atas meja cafee dan beberapa orang melihatnya. Ary duduk dan bisa aku tebak dia sangat marah padaku karena aku menolak panggilannya.

            “Kau lebih memilihnya dibanding aku! Kau jahat!” Ucap Ary setengah membentak.

            Bagiku, Ary adalah gadis yang sangat menarik dan membuatku puas. Beda halnya dengan Aleisha yang penampilannya tidak terlalu membuat para cowok mabuk melihatnya dan mampu menjaga dirinya. Tapi Aleisha jauh lebih cantik dibanding Ary. Aku mengenal Ary saat hari pertama aku tiba di London dan Ary langsung tertarik padaku. Selanjutnya hidupku berubah menjadi sesat semenjak bertemu dengan Ary. Bahkan sudah berkali-kali aku tidur dengannya dan Ary sangat menyukainya.

            Aku tau apa yang dibicarakan Ary. Siapa lagi kalau bukan Farah? Aku jadi teringat dengan pesta dansa itu dan aku sudah mengatakan pada Farah kalau aku ingin mengajaknya pergi ke pesta dansa itu dan dia menyanggupinya. Ary pernah melihatku berdekatan dengan Farah seperti layaknya sepasang kekasih. Mungkin Ary mengira aku selingkuh. Sakit kepalaku pun bertambah semakin parah.

            “Kau percaya aku lebih memilihnya dibanding dirimu?” Tanyaku.

            “Buktinya kau tidak mau mengangkat telponku.” Jawab Ary.

            “Aku capek. Aku sedang banyak pikiran. Kau harus mengerti keadaanku.” Ucapku.

            Tiba-tiba saja Ary mencium bibirku dengan gerakan yang tidak diduga, namun cepat-cepat aku melepas ciuman itu. Sudah sering aku berciuman dengan Ary tapi rasanya sangat berbeda saat aku berciuman dengan Farah. Jika aku berciuman dengan Ary karena nafsu, maka aku berciuman dengan Farah karena perasaan yang aku sendiri tidak tau, dan saat aku berciuman dengan Farah, Farah mau membalas ciumanku dan entahlah hatiku tiba-tiba menjadi bahagia. Aku sedikit menghindari Ary dan Ary semakin marah.

            “Lihat kan! Kau sudah tidak mencintaiku lagi!” Bentak Ary. Tampaknya gadis itu ingin menangis. Cepat-cepat aku menyeret Ary keluar cafee karena aku tidak mau membuat keributan di dalamnya. Ini baru pertama kali Ary marah padaku.

            “Ary sudahlah. Aku mencintaimu. Jadi percayalah padaku.” Ucapku berusaha menenangkannya. Namun Ary masih menangis. Aku langsung memeluknya. Cukup lama aku memeluknya dan Ary terlihat lebih baik. Gadis itu pun tersenyum sambil mengusap matanya.

            “Baiklah. Percuma aku marah-marah padamu. Aku juga tidak ingin kehilanganmu dan aku sangat beruntung memiliki dirimu. Semua teman-temanku iri padaku karena aku bisa mendapatkanmu dengan mudah. Ah! Kau memang sangat sempurna dan sangat-sangat tampan!” Ucap Ary sambil memegang pipiku.

            Aku tersenyum dan memiringkan kepalaku hingga jatuh di tangannya yang memegang pipiku dengan lembut. Semua orang mengatakan hal seperti itu. Aku, cowok yang sangat sempurna dan dapat membuat mabuk cewek yang melihatku. Aleisha juga pernah mengatakan hal itu padaku. Tidak. Aku tidak membutuhkan semua itu, aku tidak ingin menjadi sosok yang sempurna jika aku tidak bisa hidup dengan seseorang yang benar-benar aku cintai.

***

            Farah’s POV

            Dag.. Dig.. Dug..

            Selama di London aku tidak pernah tidak deg-degkan. Jantungku terus saja berdetak tak karuan. Siapa lagi kalau bukan karena Luke penyebabnya? Aku menatap pantulan bayanganku di cermin. Sama seperti saat aku menjadi Snow White. Aku menggunakan gaun pesta yang sederhana dan tidak norak seperti Corine atau Marie. Bagaimana jika Luke tidak menyukai penampilanku? Aku menghela nafas panjang. Terserah. Jika Luke tidak menyukai penampilanku, maka Luke tidak mau mengajakku berdansa dan itu lebih bagus.

            Tanpa sadar, aku sudah berada di luar asrama dan disini ramai sekali. Banyak gadis cantik yang menunggu pasangannya. Lily pun tak sabaran menunggu Damian walau aku tau Lily masih mencintai Taka. Baiknya, Damian juga sudah punya cewek jadi mereka bisa menjaga perasaan masing-masing. Aku merapikan rambutku dan tiba-tiba saja aku mendapati sebuah mobil yang sepertinya sudah tidak asing lagi. Ah, Luke! Mobil itu yang pernah dia gunakan saat mengajakku makan malam dan membawaku ke neraka.

            Luke sama saja. Cowok itu tetap tampan walau menurutku Luke sama sekali tidak mau memperhatikan penampilannya. Luke tampil apa adanya dan tidak peduli apa komentar orang. Tapi tampil apa adanya itu bagiku sangat luar biasa. Bagaimana jika Luke mau memperhatikan penampilannya? Pasti Luke akan bertambah semakin tampan. Sampai kapanpun detakan jantungku tidak akan normal saat bertatapan dengan Luke. Luke meraih tanganku dan mempersilahkanku masuk ke dalam mobilnya.

            Aku lupa memberitahu lokasi pesta dansa-nya. Letaknya lumayan jauh dari sekolahku. Sebuah tempat yang megah seperti istana dan aku penasaran bagaimana isinya. Banyak sekali hal-hal positif yang aku dapatkan saat aku tiba di London seperti mendapat pengetahuan yang banyak. Selama diperjalanan, kami sama-sama diam. Luke sengaja menyetel lagu ber-genre jazz dan aku sangat tidak menyukainya. Membosankan kurasa.

            Setibanya, kami berdua masuk dan Luke menggandeng tanganku. Kami tampak mesra dan kurasa banyak orang yang iri melihat kami. Hah! Selalu saja begitu! Aku tidak pernah bahagia, aku selalu disakiti Luke walau awalnya bahagia. Tentu aku bisa menebak bahwa akan ada peristiwa sedih yang nantinya terjadi. Barangkali Ary datang kemari dan mengusirku seperti dia mengusir hewan. Ewww…

            Acara yang membosankan. Luke kelihatan bosan juga. Sudah banyak pasangan yang asyik berdansa tapi Luke belum mengajakku bicara sejak tadi. Cowok itu tidak memainkan Iphone-nya, tumben. Apa Luke sedang marahan dengan Ary? Tiba-tiba saja aku diserang kantuk dan aku ingin cepat-cepat pulang. Namun rasa kantukku langsung menghilang saat Luke menarik tanganku dan dia mengajakku berdansa. Oh, saatnya! Kami berada diantara banyak pasangan yang berdansa.

            Seperti film Barbie yang pernah aku tonton. Aku tersenyum malu saat Luke membungkukkan badannya seakan-akan memintaku untuk berdansa dengannya. Aku menerima uluran tangannya dan kami pun berdansa mengikuti irama lagu. Berdansa bersama Luke sangatlah menyenangkan. Ku lihat Luke terus saja tersenyum dan tampaknya cowok itu amat menikmatinya. Hell! Baru kali ini aku sedekat dengan Luke dalam waktu yang lama. Mataku jatuh di matanya dan itu sangat membuatku bahagia. Aku bisa melihat mata birunya yang indah.

            You’re so beautiful.” Ucap Luke.

            Aku memejamkan mataku saat Luke mengucapkan pujian itu. It’s just a lie. Kurasa Luke sedang mabuk dan bicaranya tidak benar. Tapi tatapan Luke saat menatapku membuatku ragu. Andaikan aku bisa membaca pikiran Luke…

            “Aku akan mengakhiri hubunganku dengan Ary.” Ucap Luke.

            Apa? Sebisa mungkin aku tidak kaget tapi apakah yang Luke ucapkan adalah benar? Jadi Luke akan putus dengan Ary? Baguslah kalau begitu! Aku akan semakin mencintai Luke dan berusaha lebih kuat lagi untuk mendapatkan Luke. Kali ini kuharap itu sungguhan dan bukan bohongan.

            “Kau.. Kau mirip dengan Aleisha.” Ucap Luke.

            Nah siapa lagi Aleisha? Jangan-jangan… Apa Aleisha adalah pelaku dibalik anehnya sikap Luke itu? Apakah Aleisha dulunya adalah kekasih Luke lalu putus dengan Luke? Lalu kenapa Luke mengatakan aku mirip dengan Aleisha? Aku merasa seperti pelampiasan Luke saja. Aku berani bertaruh Luke masih mencintai Aleisha dan menggunakan seseorang untuk dijadikan sebagai pelampiasaannya. Jadi apakah Ary hanyalah pelampiasan Luke? Mulutku masih terasa kaku untuk berbicara. Lalu tiba-tiba aku tidak sengaja berpapasan dengan Michael dan dia menatapku dengan tatapan yang sulit aku tebak. Tapi tatapan itu tidak menandakan tatapan kebahagiaan. Apa yang terjadi dengan Michael?

            Aku kembali memejamkan mataku dan samar-samar aku mendengar lagu yang terdengar tidak asing lagi di telingaku. Ya, lagunya Taylor Swift yang pernah menjadi soundtrack film Hannah Montana. Aku menyukai lagu itu dan lagu itu kurasa cocok denganku. Luke, you make me crazier.. Aku tidak peduli seberapa sakitnya aku mencintai Luke, aku tidak peduli kesedihan yang aku dapatkan darinya, aku hanya bisa mencintai Luke dan selalu berharap bisa menjadi seseorang yang penting dalam hidupnya.

            Pesta dansa itu pun selesai dan Luke mencium bibirku dengan lembut. Kurasa tidak ada hal-hal yang mengerikan setelah ini. Aku sangat mengantuk dan pastinya Luke akan mengantarku pulang secepatnya.

            “Aku akan mengakhiri hubunganku dengan Ary.”

            Sungguh aku berjanji akan terus mengingat kalimat itu.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar