expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 18 Maret 2016

Summer 2015: ( 2 ) They Don't Know About Us





People say we shouldn’t be together we're too young to know about forever

But I say they don’t know what they're talk-talk-talking about

Cause this love is only getting stronger so I don’t wanna wait any longer

I just wanna tell the world that you're mine, girl oh


They don’t know about the things we do they don’t know about the "I love you"’s

But I bet you if they only knew they would just be jealous of us,

They don’t know about the up all nights they don’t know I've waited all my life

Just to find a love that feels this right

Baby they don’t know about, they don’t know about us..”

***

Pagi-pagi sekali aku sudah dibangunkan oleh lagu itu. Salah satu lagu favorit-ku yang menceritakan tentang sebuah hubungan yang sering dibicarakan oleh banyak orang namun yang mereka bicarakan bukanlah hal positif melainkan hal negatif. Sama seperti hubunganku dengan Alex yang sering menjadi perbincangan mereka yang tidak menyukaiku. Jadi, aku mempunyai haters juga ya?

Setelah mandi dan berpakaian rapi, aku berlari menuju meja makan dan langsung bergabung dengan Mom, Dad dan Rachel. Ku harap Rachel tidak merusak suasanaku yang sedang baik ini. Aku takut jika sedikit saja Rachel menyebut nama Alex dan membicarakannya, pagi yang ku rasa indah ini akan menjadi pagi yang buruk.

Tapi untunglah Rachel sama sekali tidak membicarakan soal Alex. Mungkin dia sadar dan merasa kasihan padaku. Oke. Pagi ini adalah pagi yang indah dan aku harap tidak aka nada hal buruk yang bisa mengacaunya.

“Kau lupa ya?” Tanya Rachel.

Kami sudah masuk di mobil Dad dan aku memilih duduk di belakang sendiri. Memang begitu setiap hari. Mom melarangku membawa motor ke sekolah padahal aku sudah bisa membawa motor dengan baik dan terkadang aku merasa malu karena aku masih diantar jemput oleh Dad. Parahnya lagi saat Dad lama menjemputku dan aku tidak suka menunggu di sekolah sampai sekolah sepi. Aku tau Dad dan Mom sangat sibuk. Dad adalah direktur perusahaan ternama yang ada di Jakarta sedangkan Mom adalah seorang koki hebat yang bekerja di restoran yang bisa dikategorikan sebagai restoran papan atas ( kayak nama artis saja ) karena itulah aku sangat menyukai masakan Mom walau Mom mengatakan kalau tubuhku kurus sedangkan Rachel cukup gemuk. Aku selalu menjaga pola makanku karena aku tidak mau gemuk seperti Rachel.

“Memangnya ada apa?” Aku tanya ke Rachel.

Ku lihat Rachel memukul keningnya seakan-akan dia mengatakan kalau aku itu bodoh. Memangnya aku sudah pikun ya? Jika hal yang dibicarakan Rachel adalah hal yang penting, tentu aku tidak akan lupa.

“Hari ini kan hari ulang tahun sekolah.” Jawab Rachel.

Demi sejuta cowok cakep! Aku benar-benar lupa dan rasanya ingin kembali ke rumah. Aku paling tidak suka dengan acara seperti itu. Paling-paling aku dikacangin dan Gina pasti bersama pacarnya. Aku anehnya di kelas hanya dekat dengan Gina karena aku merasa kalau aku itu anaknya cuek dan sulit untuk bergaul. Tapi Gina benar-benar luar biasa dan dia adalah sahabatku. Sedikitpun Gina tidak pernah mengecewakanku dan selalu ada untukku. Biasanya kan teman itu ada maunya.

Kembali ke acara ulang tahun sekolah. Aku begitu bodoh karena tidak membuka media sosial saat aku bangun. Jika saja aku membaca status-status mereka tentang ulang tahun sekolah, sudah dipastikan aku tidak akan masuk sekolah dan memilih untuk tidur sampai Mom memaksaku untuk bangun. Itulah bad habit-ku yaitu suka bangun siang dan hobi terbesarku adalah tidur. Beda dengan Rachel yang senang sekali berpetualang dan tidak suka tidur. Tapi apa enaknya berpetualang? Bikin capek saja. Aku tau semua perasaan bosan ini akibat rasa galauku pada Alex. Titik.

“Kau sedang memikirkan Alex lagi? Don’t worry. He’s slepping with another girl now.” Ucap Rachel.

Kalian tau, bisa saja aku yang kalem ini berubah menjadi malaikat maut yang mengerikan apalagi jika ada orang yang mengejek Alex. Rachel sudah keterlaluan padahal dulu adikku itu jarang mengejek Alex. Mengapa sih mereka mengira hubunganku dengan Alex adalah hubungan yang garing dan tidak benar-benar saling mencintai satu sama lain? Tau apa mereka tentang hubunganku dengan Alex termasuk si Rachel yang sok tau itu?

Setiba di sekolah, aku melihat panggung disana kemudian aku meneguk ludah. Salah satu hal yang aku bencikan adalah: dulu saat mengenal lagu, aku suka dengan musik yang ber-genre pop dan santai. One Direction salah satunya. Mereka adalah grup musik favoritku yang berasal dari Inggris. Aku sempat berpikir apakah Alex pernah bertemu One Direction atau tidak. Tapi ku rasa Alex bukan tipe orang yang sangat tergila-gila dengan musik. Tidak seperti diriku yang tidak bisa hidup tanpa musik. Dan sekarang ini aliran musikku menjadi lebih mengerikan dan keras yaitu: Pop-Punk atau Pop-Rock. Alternative juga suka asalkan suara gitarnya kedengaran banget. Parah bukan? Apalagi saat Mom mendengar musik yang keras di kamarku dan dia langsung marah padaku karena aku tidak mengecilkan volumenya. Tapi hei! Musik Pop-Punk atau Pop-Rock itu enak lho dan aku benar-benar ketagihan dengan musik bergenre seperti itu. Lagunya tidak terlalu kedengaran Rock murni karena aku juga tidak menyukai lagu yang genre-nya Rock murni. Saat ini band favoritku adalah All Time Low, Simple Plan dan Mayda Parade tapi aku tetap mencintai One Direction.

“Asyik! Aku akan melihat band We Are The One tampil! Aku tidak sabaran melihat kak Rey! Pasti disana dia sangat keren!” Ucap Rachel.

Sungguh aku ingin muntah mendengar suara Rachel yang terdengar alay. Tapi boleh-boleh saja. Aku juga pernah seperti Rachel saat aku tergila-gila dengan band-band favoritku. Dan kalian tau, vokalis dari All Time Low adalah Alexander dan itu membuatku semakin menyukai lagu-lagu mereka. Kata Rachel, tidak benar sekali mengidolakan penyanyi seperti mereka tapi aku tidak peduli.

“Farah!”

Itu Gina dan cewek itu membawa dua temannya yaitu Fraya dan Mia. Aku tersenyum pada Gina, Fraya dan Mia. Tumben Gina tidak lari ke pacarnya atau mungkin Rey sedang sibuk karena sebentar lagi akan tampil. Astaga mengapa aku menjadi deg-degkan? Bisa dikatakan kalau aku itu maniak band walau aku sama sekali tidak bisa bermain gitar. Menyedihkan memang tapi pada dasarnya tidak ada niatanku untuk belajar bermain gitar ditambah lagi tidak ada yang mau mengajariku jadi percuma saja.

“Aku tidak sabaran melihat penampilan Rey! Ah Farah kau benar-benar menyesal deh karena sudah menolak cinta Rey.” Ucap Gina.

Ucapan terakhir Gina itu… Aku memang tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku sangat mengagumi sosok Rey. Dia begitu sempurna dan banyak gadis yang tergila-gila padanya. Rey pernah menyimpan perasaan padaku tapi aku tolak walau awalnya kaget karena aku sudah memiliki Alex. Kata Rey, aku sangat bodoh berpacaran dengan Alex karena Alex tidak serasi denganku. Seharusnya aku memiliki seorang cowok ganteng ya seperti Rey-lah tapi aku tidak akan termakan oleh ucapannya. Bagiku, Alex adalah satu-satunya cowok yang aku cintai dan aku tidak akan berhenti mencintainya.

Dan pada saat acara dimulai, band Rey tidak langsung muncul tetapi ada acara-acara lain seperti pembuka dan lain sebagainya. Tentu acara-acara seperti itu sangat membosankan. Jika saja aku bisa kabur dari sekolah ini, aku akan kabur. Lalu pada saat We Are The One muncul.. Rasanya aku benar-benar ingin kabur saat itu juga.

***

Jujur saja, terkadang aku tidak bisa mengertikan perasaanku sendiri. Aku memang mencintai Alex tapi mengapa sekarang ini di pikiranku terlintas wajah Rey dan pernyataan cinta dari Rey yang sempat aku tolak? Tentu saja waktu itu Rey merasa sakit karena aku tolak dan tidak tau mengapa Rey bisa pacaran dengan Gina yang jelas-jelas adalah sahabatku sendiri. Apa Rey hanya memanfaatkan Gina? Ku harap Rey benar-benar mencintai Gina sehingga Gina yakin padaku kalau Rey tidaklah mempelampiaskan kesedihannya pada Gina.

Untunglah pintu gerbang terbuka lebar dan aku berani bertaruh mobil Dad tidak ada di luar karena Dad pasti sibuk. Aku juga heran mengapa Dad tidak menyewa supir saja. Saat aku hendak melangkahkan kaki, rasanya ada yang menarik tanganku. Otomatis aku membalikkan badan dan kaget dengan sosok yang aku lihat.

“Rey..” Ucapku kaku.

Rey sama sekali tidak tersenyum padaku, namun cengkraman tangannya amat kuat dan aku tidak bisa melepaskan diri darinya. Mau apa dia? Aku sudah tidak punya masalah lagi dengan Rey. Enam bulan yang lalu aku menolak Rey dan ku kira selama enam bulan itu aku terbebas dari Rey.

“Aku tau kalau kau menyukaiku.” Ucap Rey.

Aku berharap bisa kabur dari tempat ini, bahkan dari sekolah ini dan aku takut jika Rey akan membahas hubunganku dengan Alex. Apakah Rey tidak tau kalau aku sangat mencintai Alex lebih dari apapun? Oke! Jika dibandingkan antara Alex dengan Rey, tentu saja Rey yang lebih sempurna namun aku lebih memilih Alex dibanding Rey karena Alex-lah cinta pertamaku.

“Kau kenapa sih? Aku sudah punya pacar dan jangan ganggu aku! Lagipula kau juga sudah memiliki Gina.” Ucapku setengah membentak.

“Aku tidak mencintainya.” Ucap Rey.

Mendengar ucapan Rey, tanganku seperti sudah bekerja otomatis langsung menampar pipi Rey dan Rey menjadi kaget. Salahku. Kenapa aku bisa menamparnya? Aku memang tidak bisa menahan emosi terutama saat berhadapan dengan cowok macam Rey. Sedangkan Rey melepaskan cengkramannya. Bodohnya Rey hanya mencengkram satu tanganku dan itu tangan kiriku alhasil tangan kananku dengan mudahnya bisa menampar pipi Rey.

“Untuk apa kau mencintai Alex? Tak sadarkah semua orang menertawakanmu karena kau menjalin hubungan dengan Alex yang tidak selevel denganmu? Atau jangan-jangan kau disantet olehnya?” Tanya Rey.

Aku menatapnya dengan tajam. Semua orang tidak akan bisa memahami bagaimana besarnya rasa cintaku pada Alex, juga bagaimana besarnya rasa cinta Alex padaku. Mereka tidak akan pernah memahami semua itu. Aku pernah menguping pembicaraan teman-temanku yang mengatakan kalau aku bodoh sekali memilih Alex sebagai pasanganku dan begitu setia dengan hubungan jarak jauh ini. Katanya Alex jelek-lah, tidak keren-lah. God! Aku muak dengan mereka!

“Hei Rey, I want to tell you something. You’ll never know me and you don’t know about me and Alex. So please, don’t talk about me and Alex. And why don’t you love your girlfriend? Is it cause of me?” Ucapku dengan emosi.

Ku perhatikan Rey hanya mengangkat bahunya atau dia tidak mengerti apa yang barusan aku bicarakan? Akhirnya aku memutuskan meninggalkannya dan syukurlah mobil Dad sudah datang dan di dalam sana sudah ada Rachel yang sedang memainkan Iphone-nya. Aku membuka pintu mobil lalu membantingnya dengan kasar sehingga membuat Rachel dan Dad kaget.

“Ada apa denganmu?” Tanya Rachel.

“Rey. Aku ingin bebas darinya tapi rasanya Rey tidak akan menyerah untuk mendapatkanku walau dia sudah punya pacar.” Jawabku.

“Makanya, nyari cowok jangan jauh-jauh. Coba kalau Alex ada disini, pasti Rey tidak akan berani menganggumu karena pastinya Rey tau diri ngerebut pacar orang.” Ucap Rachel.

Jika Alex ada disini.. Jika setiap hari, setiap saat aku bisa melihat wajah Alex.. Jika saat ini Alex ada di sampingku… Sungguh hubungan yang sangat sulit. Melakukan hubungan jarak jauh dan diejek oleh banyak orang. Oh Farah, you’re so stupid to choose Alex! Damn!

***

Malam harinya, aku merasa baikan karena Alex mengajakku mengobrol di Whatssapp dan Alex banyak menceritakan kejadian-kejadian yang baginya lucu dan tidak terlupakan. Aku sampai tertawa membaca tulisannya. Kami memang memutuskan untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris karena Alex tidak ingin aku lupa dengan bahasa ibu milik Dad. Emang benar kalau kita jarang bicara bahasa Inggris walau kita merasa sudah jago kita akan lupa sendiri. Lagipula ada hari khusus full Inggris di keluarga kami yaitu setiap hari Rabu dan aku tidak bisa menahan tawa melihat Rachel yang kurang fasih berbahasa inggris. Rachel malah masih berbahasa betawi dan bagiku itu sangat lucu. Rachel lebih dekat dengan Mom sedangkan aku lebih dekat dengan Dad. Pernah Dad mengajakku sekolah di Sydney tetapi aku menolak karena aku tidak ingin memperparah keadaan. Maksudnya aku tidak ingin hubunganku dengan Alex semakin menyedihkan. Cukup Alex saja yang meninggalkanku dan aku tidak ingin meninggalkannya.

Saat aku menceritakan pada Alex sosok Rey yang ternyata belum menyerah untuk mendapatku dan mengejek hubungan kami, Alex sama sekali tidak marah. Aku beritahu ke kalian kalau Alex tidak pernah marah. Bukannya Alex tidak tegas. Dia sangat tegas dan cocok menjadi suamiku ( lho kok sudah mikir yang itu ). Alex selalu mengingatkanku jika aku berbuat salah dan akupun mengingatkan Alex jika dia yang berbuat kesalahan. Intinya, hubungan kami begitu indah dan mereka tidak akan pernah mengetahuinya. Jika saja mereka tau bagaimana besar rasa cinta Alex padaku, aku jamin mereka akan berlutut dan meminta maaf padaku.

Yap. They really don’t know about me and Alex so they can’t say anything about us.

***

Entahlah. Aku merasa aneh di pagi ini. Di mulai dari Bu Tina yang menyuruhku datang di kantornya setelah istirahat dan aku mulai merasakan hal yang tidak enak. Bu Tina adalah kepala sekolah SMA-ku dan perasaan aku tidak pernah berbuat kesalahan. Di sekolah aku adalah murid yang baik dan selalu mentaati peraturan walau nyatanya tidak ada satupun murid yang tidak pernah melanggar peraturan. Aku pernah melanggar peraturan seperti memakai sepatu warna-warni, memakai kaus kaki pendek, tidak memakai dasi, tidak memakai sabuk..

“Untuk apa Bu Tina memanggilmu?” Tanya Gina.

Sepertinya sahabatku itu juga penasaran. Tapi aku harap dengan adanya panggilan ini tidak ada hal-hal negatif mengenaiku. Aku ingin Bu Tina memanggilku karena ada sesuatu yang penting dan tidak menyangkut hal yang negatif semisal diberi tiket gratis ke Paris ( tapi harapanku ini mustahil deh ).

Setelah aku tiba di ruang kepala sekolah, aku duduk tepat di hadapan Bu Tina dan jantungku berdebar-debar. Ku lihat wajah Bu Tina yang sudah tua namun masih memancarkan kecantikan. Sama seperti Mom. Mom sudah berumur empat puluh tetapi Mom masih terlihat muda. Kemudian Bu Tina membetulkan kacamatanya dan menatapku dengan ramah. Syukurlah. Ku kira aku dipanggil kemari karena ada masalah yang tidak beres dariku.

“Kau tau, kau adalah murid favorit Miss Titania dan bahasa Inggris-mu yang paling fasih di sekolah ini. Mungkin setelah aku mengatakan hal ini padamu, kau akan kaget dan merasa tidak percaya.” Ucap Bu Tina.

Alangkah bodohnya Mom dan Dad karena tidak mengatakan pada Bu Tina kalau aku adalah blasteran Indo-Aussie dan Dad adalah asli warga Australia. Jika saja Bu Tina tau, tentu dia tidak akan curiga padaku kenapa bahasa inggris-ku sangat lancar. Semua teman-temanku juga tidak tau kalau aku ada darah dari negara lain. Aku hanya mengatakan kalau sejak kecil aku sudah bisa berbahasa inggris dan mereka percaya saja tuh. Juga mereka tidak banyak menanyakan mengapa aku sedikit mirip dengan bule walau rambutku full berwarna hitam. Ya seperti Selena Gomez-lah.

“Ada sekolah dari negara luar yang ingin mengajak kerja sama dengan sistem pertukaran pelajar. Tetapi ini berbeda. Kau akan diberi kesempatan belajar di luar negeri tapi bukan selama seminggu atau sebulan. Tapi selama musim panas dimulai.” Ucap Bu Tina.

What the… Yang Bu Tina katakan cuma mimpi kan? Bu Tina hanya bercanda kan mengatakannya? Kalau memang benar, tentu aku tidak akan menolak kesempatan besar itu asalkan.. asalkan negara luar yang ingin mengajak kerjasama adalah…. Inggris! Yap! I really wanna go to England!

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar