“People say we shouldn’t be
together we're too young to know about forever
But I say they don’t know what
they're talk-talk-talking about
Cause this love is only getting
stronger so I don’t wanna wait any longer
I just wanna tell the world that
you're mine, girl oh
They don’t know about the things we
do they don’t know about the "I love you"’s
But I bet you if they only knew they
would just be jealous of us,
They don’t know about the up all
nights they don’t know I've waited all my life
Just to find a love that feels this
right
Baby they don’t know about, they
don’t know about us..”
***
Pagi-pagi sekali aku sudah dibangunkan oleh lagu itu. Salah satu lagu
favorit-ku yang menceritakan tentang sebuah hubungan yang sering dibicarakan
oleh banyak orang namun yang mereka bicarakan bukanlah hal positif melainkan
hal negatif. Sama seperti hubunganku dengan Alex yang sering menjadi
perbincangan mereka yang tidak menyukaiku. Jadi, aku mempunyai haters juga ya?
Setelah mandi dan berpakaian rapi, aku berlari menuju meja makan dan
langsung bergabung dengan Mom, Dad dan Rachel. Ku harap Rachel tidak merusak
suasanaku yang sedang baik ini. Aku takut jika sedikit saja Rachel menyebut
nama Alex dan membicarakannya, pagi yang ku rasa indah ini akan menjadi pagi
yang buruk.
Tapi untunglah Rachel sama sekali tidak membicarakan soal Alex. Mungkin
dia sadar dan merasa kasihan padaku. Oke. Pagi ini adalah pagi yang indah dan
aku harap tidak aka nada hal buruk yang bisa mengacaunya.
“Kau lupa ya?” Tanya Rachel.
Kami sudah masuk di mobil Dad dan aku memilih duduk di belakang sendiri.
Memang begitu setiap hari. Mom melarangku membawa motor ke sekolah padahal aku
sudah bisa membawa motor dengan baik dan terkadang aku merasa malu karena aku
masih diantar jemput oleh Dad. Parahnya lagi saat Dad lama menjemputku dan aku
tidak suka menunggu di sekolah sampai sekolah sepi. Aku tau Dad dan Mom sangat
sibuk. Dad adalah direktur perusahaan ternama yang ada di Jakarta sedangkan Mom
adalah seorang koki hebat yang bekerja di restoran yang bisa dikategorikan
sebagai restoran papan atas ( kayak nama artis saja ) karena itulah aku sangat
menyukai masakan Mom walau Mom mengatakan kalau tubuhku kurus sedangkan Rachel
cukup gemuk. Aku selalu menjaga pola makanku karena aku tidak mau gemuk seperti
Rachel.
“Memangnya ada apa?” Aku tanya ke Rachel.
Ku lihat Rachel memukul keningnya seakan-akan dia mengatakan kalau aku
itu bodoh. Memangnya aku sudah pikun ya? Jika hal yang dibicarakan Rachel
adalah hal yang penting, tentu aku tidak akan lupa.
“Hari ini kan hari ulang tahun sekolah.” Jawab Rachel.
Demi sejuta cowok cakep! Aku benar-benar lupa dan rasanya ingin kembali
ke rumah. Aku paling tidak suka dengan acara seperti itu. Paling-paling aku
dikacangin dan Gina pasti bersama pacarnya. Aku anehnya di kelas hanya dekat
dengan Gina karena aku merasa kalau aku itu anaknya cuek dan sulit untuk
bergaul. Tapi Gina benar-benar luar biasa dan dia adalah sahabatku. Sedikitpun
Gina tidak pernah mengecewakanku dan selalu ada untukku. Biasanya kan teman itu
ada maunya.
Kembali ke acara ulang tahun sekolah. Aku begitu bodoh karena tidak
membuka media sosial saat aku bangun. Jika saja aku membaca status-status
mereka tentang ulang tahun sekolah, sudah dipastikan aku tidak akan masuk
sekolah dan memilih untuk tidur sampai Mom memaksaku untuk bangun. Itulah bad habit-ku yaitu suka bangun siang dan
hobi terbesarku adalah tidur. Beda dengan Rachel yang senang sekali
berpetualang dan tidak suka tidur. Tapi apa enaknya berpetualang? Bikin capek
saja. Aku tau semua perasaan bosan ini akibat rasa galauku pada Alex. Titik.
“Kau sedang memikirkan Alex lagi? Don’t
worry. He’s slepping with another girl now.” Ucap Rachel.
Kalian tau, bisa saja aku yang kalem ini berubah menjadi malaikat maut
yang mengerikan apalagi jika ada orang yang mengejek Alex. Rachel sudah
keterlaluan padahal dulu adikku itu jarang mengejek Alex. Mengapa sih mereka
mengira hubunganku dengan Alex adalah hubungan yang garing dan tidak
benar-benar saling mencintai satu sama lain? Tau apa mereka tentang hubunganku
dengan Alex termasuk si Rachel yang sok tau itu?
Setiba di sekolah, aku melihat panggung disana kemudian aku meneguk
ludah. Salah satu hal yang aku bencikan adalah: dulu saat mengenal lagu, aku
suka dengan musik yang ber-genre pop dan santai. One Direction salah satunya.
Mereka adalah grup musik favoritku yang berasal dari Inggris. Aku sempat
berpikir apakah Alex pernah bertemu One Direction atau tidak. Tapi ku rasa Alex
bukan tipe orang yang sangat tergila-gila dengan musik. Tidak seperti diriku
yang tidak bisa hidup tanpa musik. Dan sekarang ini aliran musikku menjadi
lebih mengerikan dan keras yaitu: Pop-Punk atau Pop-Rock. Alternative juga suka
asalkan suara gitarnya kedengaran banget. Parah bukan? Apalagi saat Mom
mendengar musik yang keras di kamarku dan dia langsung marah padaku karena aku
tidak mengecilkan volumenya. Tapi hei! Musik Pop-Punk atau Pop-Rock itu enak
lho dan aku benar-benar ketagihan dengan musik bergenre seperti itu. Lagunya
tidak terlalu kedengaran Rock murni karena aku juga tidak menyukai lagu yang
genre-nya Rock murni. Saat ini band favoritku adalah All Time Low, Simple Plan
dan Mayda Parade tapi aku tetap mencintai One Direction.
“Asyik! Aku akan melihat band We Are The One tampil! Aku tidak sabaran
melihat kak Rey! Pasti disana dia sangat keren!” Ucap Rachel.
Sungguh aku ingin muntah mendengar suara Rachel yang terdengar alay. Tapi
boleh-boleh saja. Aku juga pernah seperti Rachel saat aku tergila-gila dengan
band-band favoritku. Dan kalian tau, vokalis dari All Time Low adalah Alexander
dan itu membuatku semakin menyukai lagu-lagu mereka. Kata Rachel, tidak benar
sekali mengidolakan penyanyi seperti mereka tapi aku tidak peduli.
“Farah!”
Itu Gina dan cewek itu membawa dua temannya yaitu Fraya dan Mia. Aku tersenyum
pada Gina, Fraya dan Mia. Tumben Gina tidak lari ke pacarnya atau mungkin Rey
sedang sibuk karena sebentar lagi akan tampil. Astaga mengapa aku menjadi
deg-degkan? Bisa dikatakan kalau aku itu maniak band walau aku sama sekali
tidak bisa bermain gitar. Menyedihkan memang tapi pada dasarnya tidak ada
niatanku untuk belajar bermain gitar ditambah lagi tidak ada yang mau
mengajariku jadi percuma saja.
“Aku tidak sabaran melihat penampilan Rey! Ah Farah kau benar-benar
menyesal deh karena sudah menolak cinta Rey.” Ucap Gina.
Ucapan terakhir Gina itu… Aku memang tidak bisa membohongi diriku sendiri
kalau aku sangat mengagumi sosok Rey. Dia begitu sempurna dan banyak gadis yang
tergila-gila padanya. Rey pernah menyimpan perasaan padaku tapi aku tolak walau
awalnya kaget karena aku sudah memiliki Alex. Kata Rey, aku sangat bodoh
berpacaran dengan Alex karena Alex tidak serasi denganku. Seharusnya aku
memiliki seorang cowok ganteng ya seperti Rey-lah tapi aku tidak akan termakan
oleh ucapannya. Bagiku, Alex adalah satu-satunya cowok yang aku cintai dan aku
tidak akan berhenti mencintainya.
Dan pada saat acara dimulai, band Rey tidak langsung muncul tetapi ada
acara-acara lain seperti pembuka dan lain sebagainya. Tentu acara-acara seperti
itu sangat membosankan. Jika saja aku bisa kabur dari sekolah ini, aku akan
kabur. Lalu pada saat We Are The One muncul.. Rasanya aku benar-benar ingin
kabur saat itu juga.
***
Jujur saja, terkadang aku tidak bisa mengertikan perasaanku sendiri. Aku
memang mencintai Alex tapi mengapa sekarang ini di pikiranku terlintas wajah
Rey dan pernyataan cinta dari Rey yang sempat aku tolak? Tentu saja waktu itu
Rey merasa sakit karena aku tolak dan tidak tau mengapa Rey bisa pacaran dengan
Gina yang jelas-jelas adalah sahabatku sendiri. Apa Rey hanya memanfaatkan
Gina? Ku harap Rey benar-benar mencintai Gina sehingga Gina yakin padaku kalau
Rey tidaklah mempelampiaskan kesedihannya pada Gina.
Untunglah pintu gerbang terbuka lebar dan aku berani bertaruh mobil Dad
tidak ada di luar karena Dad pasti sibuk. Aku juga heran mengapa Dad tidak
menyewa supir saja. Saat aku hendak melangkahkan kaki, rasanya ada yang menarik
tanganku. Otomatis aku membalikkan badan dan kaget dengan sosok yang aku lihat.
“Rey..” Ucapku kaku.
Rey sama sekali tidak tersenyum padaku, namun cengkraman tangannya amat
kuat dan aku tidak bisa melepaskan diri darinya. Mau apa dia? Aku sudah tidak
punya masalah lagi dengan Rey. Enam bulan yang lalu aku menolak Rey dan ku kira
selama enam bulan itu aku terbebas dari Rey.
“Aku tau kalau kau menyukaiku.” Ucap Rey.
Aku berharap bisa kabur dari tempat ini, bahkan dari sekolah ini dan aku
takut jika Rey akan membahas hubunganku dengan Alex. Apakah Rey tidak tau kalau
aku sangat mencintai Alex lebih dari apapun? Oke! Jika dibandingkan antara Alex
dengan Rey, tentu saja Rey yang lebih sempurna namun aku lebih memilih Alex
dibanding Rey karena Alex-lah cinta pertamaku.
“Kau kenapa sih? Aku sudah punya pacar dan jangan ganggu aku! Lagipula
kau juga sudah memiliki Gina.” Ucapku setengah membentak.
“Aku tidak mencintainya.” Ucap Rey.
Mendengar ucapan Rey, tanganku seperti sudah bekerja otomatis langsung
menampar pipi Rey dan Rey menjadi kaget. Salahku. Kenapa aku bisa menamparnya?
Aku memang tidak bisa menahan emosi terutama saat berhadapan dengan cowok macam
Rey. Sedangkan Rey melepaskan cengkramannya. Bodohnya Rey hanya mencengkram
satu tanganku dan itu tangan kiriku alhasil tangan kananku dengan mudahnya bisa
menampar pipi Rey.
“Untuk apa kau mencintai Alex? Tak sadarkah semua orang menertawakanmu
karena kau menjalin hubungan dengan Alex yang tidak selevel denganmu? Atau
jangan-jangan kau disantet olehnya?” Tanya Rey.
Aku menatapnya dengan tajam. Semua orang tidak akan bisa memahami
bagaimana besarnya rasa cintaku pada Alex, juga bagaimana besarnya rasa cinta
Alex padaku. Mereka tidak akan pernah memahami semua itu. Aku pernah menguping
pembicaraan teman-temanku yang mengatakan kalau aku bodoh sekali memilih Alex
sebagai pasanganku dan begitu setia dengan hubungan jarak jauh ini. Katanya
Alex jelek-lah, tidak keren-lah. God!
Aku muak dengan mereka!
“Hei Rey, I want to tell you
something. You’ll never know me and you don’t know about me and Alex. So
please, don’t talk about me and Alex. And why don’t you love your girlfriend?
Is it cause of me?” Ucapku dengan emosi.
Ku perhatikan Rey hanya mengangkat bahunya atau dia tidak mengerti apa
yang barusan aku bicarakan? Akhirnya aku memutuskan meninggalkannya dan
syukurlah mobil Dad sudah datang dan di dalam sana sudah ada Rachel yang sedang
memainkan Iphone-nya. Aku membuka pintu mobil lalu membantingnya dengan kasar
sehingga membuat Rachel dan Dad kaget.
“Ada apa denganmu?” Tanya Rachel.
“Rey. Aku ingin bebas darinya tapi rasanya Rey tidak akan menyerah untuk
mendapatkanku walau dia sudah punya pacar.” Jawabku.
“Makanya, nyari cowok jangan jauh-jauh. Coba kalau Alex ada disini, pasti
Rey tidak akan berani menganggumu karena pastinya Rey tau diri ngerebut pacar
orang.” Ucap Rachel.
Jika Alex ada disini.. Jika setiap hari, setiap saat aku bisa melihat
wajah Alex.. Jika saat ini Alex ada di sampingku… Sungguh hubungan yang sangat
sulit. Melakukan hubungan jarak jauh dan diejek oleh banyak orang. Oh Farah, you’re so stupid to choose Alex! Damn!
***
Malam harinya, aku merasa baikan karena Alex mengajakku mengobrol di
Whatssapp dan Alex banyak menceritakan kejadian-kejadian yang baginya lucu dan
tidak terlupakan. Aku sampai tertawa membaca tulisannya. Kami memang memutuskan
untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris karena Alex tidak ingin aku lupa
dengan bahasa ibu milik Dad. Emang benar kalau kita jarang bicara bahasa
Inggris walau kita merasa sudah jago kita akan lupa sendiri. Lagipula ada hari
khusus full Inggris di keluarga kami yaitu setiap hari Rabu dan aku tidak bisa
menahan tawa melihat Rachel yang kurang fasih berbahasa inggris. Rachel malah
masih berbahasa betawi dan bagiku itu sangat lucu. Rachel lebih dekat dengan
Mom sedangkan aku lebih dekat dengan Dad. Pernah Dad mengajakku sekolah di
Sydney tetapi aku menolak karena aku tidak ingin memperparah keadaan. Maksudnya
aku tidak ingin hubunganku dengan Alex semakin menyedihkan. Cukup Alex saja
yang meninggalkanku dan aku tidak ingin meninggalkannya.
Saat aku menceritakan pada Alex sosok Rey yang ternyata belum menyerah
untuk mendapatku dan mengejek hubungan kami, Alex sama sekali tidak marah. Aku
beritahu ke kalian kalau Alex tidak pernah marah. Bukannya Alex tidak tegas.
Dia sangat tegas dan cocok menjadi suamiku ( lho kok sudah mikir yang itu ).
Alex selalu mengingatkanku jika aku berbuat salah dan akupun mengingatkan Alex
jika dia yang berbuat kesalahan. Intinya, hubungan kami begitu indah dan mereka
tidak akan pernah mengetahuinya. Jika saja mereka tau bagaimana besar rasa
cinta Alex padaku, aku jamin mereka akan berlutut dan meminta maaf padaku.
Yap. They really don’t know about
me and Alex so they can’t say anything about us.
***
Entahlah. Aku merasa aneh di pagi ini. Di mulai dari Bu Tina yang
menyuruhku datang di kantornya setelah istirahat dan aku mulai merasakan hal yang
tidak enak. Bu Tina adalah kepala sekolah SMA-ku dan perasaan aku tidak pernah
berbuat kesalahan. Di sekolah aku adalah murid yang baik dan selalu mentaati
peraturan walau nyatanya tidak ada satupun murid yang tidak pernah melanggar
peraturan. Aku pernah melanggar peraturan seperti memakai sepatu warna-warni,
memakai kaus kaki pendek, tidak memakai dasi, tidak memakai sabuk..
“Untuk apa Bu Tina memanggilmu?” Tanya Gina.
Sepertinya sahabatku itu juga penasaran. Tapi aku harap dengan adanya
panggilan ini tidak ada hal-hal negatif mengenaiku. Aku ingin Bu Tina
memanggilku karena ada sesuatu yang penting dan tidak menyangkut hal yang
negatif semisal diberi tiket gratis ke Paris ( tapi harapanku ini mustahil deh
).
Setelah aku tiba di ruang kepala sekolah, aku duduk tepat di hadapan Bu
Tina dan jantungku berdebar-debar. Ku lihat wajah Bu Tina yang sudah tua namun
masih memancarkan kecantikan. Sama seperti Mom. Mom sudah berumur empat puluh
tetapi Mom masih terlihat muda. Kemudian Bu Tina membetulkan kacamatanya dan
menatapku dengan ramah. Syukurlah. Ku kira aku dipanggil kemari karena ada
masalah yang tidak beres dariku.
“Kau tau, kau adalah murid favorit Miss Titania dan bahasa Inggris-mu
yang paling fasih di sekolah ini. Mungkin setelah aku mengatakan hal ini
padamu, kau akan kaget dan merasa tidak percaya.” Ucap Bu Tina.
Alangkah bodohnya Mom dan Dad karena tidak mengatakan pada Bu Tina kalau
aku adalah blasteran Indo-Aussie dan Dad adalah asli warga Australia. Jika saja
Bu Tina tau, tentu dia tidak akan curiga padaku kenapa bahasa inggris-ku sangat
lancar. Semua teman-temanku juga tidak tau kalau aku ada darah dari negara
lain. Aku hanya mengatakan kalau sejak kecil aku sudah bisa berbahasa inggris
dan mereka percaya saja tuh. Juga mereka tidak banyak menanyakan mengapa aku
sedikit mirip dengan bule walau rambutku full berwarna hitam. Ya seperti Selena
Gomez-lah.
“Ada sekolah dari negara luar yang ingin mengajak kerja sama dengan
sistem pertukaran pelajar. Tetapi ini berbeda. Kau akan diberi kesempatan belajar
di luar negeri tapi bukan selama seminggu atau sebulan. Tapi selama musim panas
dimulai.” Ucap Bu Tina.
What the… Yang Bu Tina katakan cuma mimpi
kan? Bu Tina hanya bercanda kan mengatakannya? Kalau memang benar, tentu aku
tidak akan menolak kesempatan besar itu asalkan.. asalkan negara luar yang
ingin mengajak kerjasama adalah…. Inggris! Yap! I really wanna go to England!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar