Sebentar
lagi….
Aku kuatkan hatiku untuk
melakukannya. Ini memang keputusan yang sudah aku buat dan tidak bisa diganggu
gugat lagi. Tiga jam lagi pesawatku akan lepas landas dan membawaku pulang
kembali ke rumah yang sempat membuatku hancur. Tak apa. Aku sudah tidak
mempedulikan mereka lagi. Aku lebih bahagia tinggal disana daripada harus
tinggal disini, bersama seseorang yang tidak pernah peka terhadapku walau orang
itu sangat baik padaku atau pada siapapun.
Mungkin kalian mengira aku itu
egois. Aku lebih mementingkan perasaanku dibandingkan perasaannya. Tapi asal
kalian tau, berada di dekatnya sangat menyakitkan meski itulah keinginanku
untuk selalu berada dekat dengannya. Aku tertawa menertawai kemalanganku. Aku
adalah gadis termalang di dunia ini. Semua hal buruk, menyakitkan selalu datang
padaku. Aku hanya bisa memasang senyum palsu, terutama saat bertemu dengannya.
Kulihat taksi sudah siap dan
barang-barangku sudah dimasukkan di bagasi olehnya. Aku tersenyum pada pamanku
yang bernama Edward yang selama ini memberiku tempat tinggal atau lebih
tepatnya lagi memberiku sebuah tempat pelarian dari rumahku yang sebenarnya
karena aku sudah tidak tahan lagi dengan rumahku. Ayolah, tetaplah tersenyum
dan lupakan semuanya. Kau adalah gadis yang kuat. Ayo, kau harus bisa!
Perlahan, aku membuka pintu taksi.
Rasanya cukup susah membukanya jika ada sebagian hatimu yang tidak ikhlas untuk
melakukan semua ini. Aku menarik nafas dalam-dalam. Sekali lagi, kukuatkan
hatiku untuk melakukan keputusanku ini, meninggalkan Kota yang awalnya terasa
indah namun berakhir dengan luka, kesakitan yang parah.
“Aleisha!”
Aku memejamkan mata tatkala
mendengar suara itu. Suara yang terdengar indah di telingaku. Suara yang sudah
seharusnya aku lupakan. Ah mungkin aku terlalu memikirkannya. Tidak mungkin dia
ada disini.
“Aleisha!”
Lagi-lagi ku dengar suara itu. Aku sudah
masuk di taksi dan merapatkan jaket yang aku gunakan. Ya, aku siap meninggalkan
semua ini, aku siap meninggalkan semua kenangan-kenangan yang aku buat di
tempat ini. Bukan hanya itu saja, aku juga harus melupakannya, menguburnya
dalam-dalam.
“Leish, tolong jangan pergi, ku
mohon..”
Suara itu nyata! Aku menoleh ke arah
jendela taksi dan kaget dengan apa yang aku lihat. Sosok pemuda bermata biru
yang selalu membuatku nyaman, tersenyum gila, bahagia, namun mampu membuat
hatiku hancur dalam sekejap. Mengapa dia ada disini?
“Jangan pergi..” Ucapnya lagi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar