expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juni 2016

Can't Have You ( Prolog )



 

Sebentar lagi….

            Aku kuatkan hatiku untuk melakukannya. Ini memang keputusan yang sudah aku buat dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Tiga jam lagi pesawatku akan lepas landas dan membawaku pulang kembali ke rumah yang sempat membuatku hancur. Tak apa. Aku sudah tidak mempedulikan mereka lagi. Aku lebih bahagia tinggal disana daripada harus tinggal disini, bersama seseorang yang tidak pernah peka terhadapku walau orang itu sangat baik padaku atau pada siapapun.

            Mungkin kalian mengira aku itu egois. Aku lebih mementingkan perasaanku dibandingkan perasaannya. Tapi asal kalian tau, berada di dekatnya sangat menyakitkan meski itulah keinginanku untuk selalu berada dekat dengannya. Aku tertawa menertawai kemalanganku. Aku adalah gadis termalang di dunia ini. Semua hal buruk, menyakitkan selalu datang padaku. Aku hanya bisa memasang senyum palsu, terutama saat bertemu dengannya.

            Kulihat taksi sudah siap dan barang-barangku sudah dimasukkan di bagasi olehnya. Aku tersenyum pada pamanku yang bernama Edward yang selama ini memberiku tempat tinggal atau lebih tepatnya lagi memberiku sebuah tempat pelarian dari rumahku yang sebenarnya karena aku sudah tidak tahan lagi dengan rumahku. Ayolah, tetaplah tersenyum dan lupakan semuanya. Kau adalah gadis yang kuat. Ayo, kau harus bisa!

            Perlahan, aku membuka pintu taksi. Rasanya cukup susah membukanya jika ada sebagian hatimu yang tidak ikhlas untuk melakukan semua ini. Aku menarik nafas dalam-dalam. Sekali lagi, kukuatkan hatiku untuk melakukan keputusanku ini, meninggalkan Kota yang awalnya terasa indah namun berakhir dengan luka, kesakitan yang parah.

            “Aleisha!”

            Aku memejamkan mata tatkala mendengar suara itu. Suara yang terdengar indah di telingaku. Suara yang sudah seharusnya aku lupakan. Ah mungkin aku terlalu memikirkannya. Tidak mungkin dia ada disini.

            “Aleisha!”

            Lagi-lagi ku dengar suara itu. Aku sudah masuk di taksi dan merapatkan jaket yang aku gunakan. Ya, aku siap meninggalkan semua ini, aku siap meninggalkan semua kenangan-kenangan yang aku buat di tempat ini. Bukan hanya itu saja, aku juga harus melupakannya, menguburnya dalam-dalam.

            “Leish, tolong jangan pergi, ku mohon..”

            Suara itu nyata! Aku menoleh ke arah jendela taksi dan kaget dengan apa yang aku lihat. Sosok pemuda bermata biru yang selalu membuatku nyaman, tersenyum gila, bahagia, namun mampu membuat hatiku hancur dalam sekejap. Mengapa dia ada disini?

            “Jangan pergi..” Ucapnya lagi.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar