expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juni 2016

Stay ( Part 1 )



Look at me in the eye, is anyone there at all? Is anyone there at all? I’m not dreaming. Look at me in the eye, is anyone there at all? Is anyone there at all? Cause I’m not leaving..”

            Suara Michael yang terdengar lembut menyempurnakan suasana syahdu konser 5 Seconds of Summer untuk mempromosikan album terbaru mereka yang bernama Sounds Good Feels Good. Itu merupakan album kedua mereka setelah mereka sukses dengan album pertama mereka. Sudah dua tahun 5 Seconds of Summer aktif di dunia musik dan mereka sering memenangkan penghargaan musik. Siapa sangka, sosok Luke Hemmings yang dulu penyendiri dan tidak mau bergaul dengan siapapun berhasil membentuk band yang tidak lain adalah 5 Seconds of Summer, tentunya bersama tiga sahabat idiot-nya bernama Michael, Calum dan Ashton. Luke memang benar-benar berubah semenjak kedatangan mereka.

            Setelah kematian Tristan yang membuat hatinya sakit dan sedih, Luke berjuang untuk bangkit lagi dan menerima apa adanya. Jika ia bahagia, pasti Tristan bahagia disana. Cukup lama Luke menyembuhkan kesedihannya. Luke ingat saat ia sekarat, Tristan datang menolongnya dan mendonorkan ginjal padanya. Sayangnya, Tristan kehabisan darah dan meninggal. Padahal Luke ingin sekali melihat saudara kembarnya itu dan rasanya lucu melihat sosok yang sama persis dengan kita.

            Suasana syahdu pun berubah menjadi histeris saat mereka membawa lagu hits mereka yang merupakan single dari album pertama mereka, yaitu She’s Kinda Hot. Lagu yang benar-benar bersuasana punk dan cocok bagi pecinta punk. Lihat, mereka tampak bahagia di atas panggung walau sejujurnya mereka lelah. Bagaimana tidak, mereka berpindah-pindah demi bertemu dengan fans mereka. Terkadang, mereka amat merindukan keluarga mereka, terutama Luke. Luke sangat merindukan Liza-ibunya-, Ashley-adik kandungnya, dan seorang gadis yang sangat dicintainya yaitu Novela.

            Tiga bulan pasca meninggalnya Tristan, Novela mulai membuka dirinya dan akhirnya Luke memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada Novela. Awalnya Novela bingung, namun tidak ada salahnya menerima cinta Luke. Luke mirip sekali dengan Tristan. Mungkin karena itu Novela mau menerima cinta Luke walau ia masih berada di bawah bayangan Tristan. Luke pun berpikir yang sama. Luke kira Novela hanya menganggapnya sebagai pelarian akan kesedihan Novela karena Tristan. Namun Luke percaya pada Novela kalau gadis itu bisa bangkit dan melupakan Tristan. Jika dihitung, sudah satu tahun lebih sembilan bulan mereka menjalin hubungan. Novela adalah gadis yang sangat baik dan banyak fans yang merestui hubungan mereka *bahasanya* namun tidak banyak fans yang membenci hubungan mereka dan membenci Novela. Tapi Novela menanggapi haters dengan senyuman.

            Setelah konser selesai, mereka sama-sama membungkuk dan mengucapkan terimakasih sambil berangkulan. Malam yang indah untuk fans mereka yang tinggal di London. Memang London adalah salah satu kota yang beruntung. Teriakan-teriakan dari para penonton menjadi besar karena konser telah berakhir padahal mereka masih ingin melihat aksi idola-nya itu. Ada juga yang sampai menangis.

            “Aku tak menyangka akan seperti itu. Tadi aku nervous sekali.” Ucap Calum.

            Ashton langsung memukul pelan bahu Calum. “Kau ini, setiap mau konser merasa nervous saja. Buktinya kau yang paling lincah di panggung.” Ucapnya.

            Menjadi penyanyi itu emang bukan pekerjaan yang mudah. Luke sudah merasakannya lebih dulu ketimbang teman-temannya itu. Terkadang ia harus bisa menjaga pola makannya agar tidak sakit. Kesehatan-lah yang paling penting. Luke sering takut akan ginjal kirinya walau Luke merasa ginjal itu sudah menyatu dalam tubuhnya. Oleh karena itu, Luke tidak mau meminum minuman yang tidak baik bagi kesehatannya walau ia ingin sekali. Ya mungkin saja jarang-jarang dan tidak keseringan.

            “Wajahmu cukup pucat.” Ucap Tami.

            Tami masih menjadi asisten manager karena Luke yang memintanya dan Tami tidak keberatan. Tapi Tami harus bisa menghadai tambahan sikap nakal terutama Michael yang sikapnya emang seperti anak-anak. Tami sering dikerjai sama Michael dan Michael hanya bisa tertawa ngakak melihat kemalangannya. Jika Tami membalas perbuatan nakal Michael, Tami tidak akan bisa berhasil, entahlah. Luke menatap Tami dan mencoba untuk tersenyum.

            “Aku baik-baik saja.” Ucap Luke.       

            “Ah, suara-mu kacau sekali. Kau makan apa sih?” Tanya Tami.

            Memang sih belakang-belakangan ini suara Luke agak terganggu dan Luke ngerasa takut juga. Luke sudah pernah merasakan ketakutan yaitu karena ginjal-nya dan dia tidak mau hal yang menakutkan lagi terjadi padanya. Masih banyak konser yang harus mereka lakukan dan jalan hidup mereka masih panjang.

            “Bisakah aku istirahat sekarang?” Tanya Luke.

            Sebenarnya mereka memiliki acara yang harus mereka datangi tapi berhubung kondisi Luke yang kurang baik, Tami mengizinkan Luke masuk ke kamarnya dan berharap besok Luke sudah baikan. Lusa nanti mereka akan melanjutkan konser di Liverpool. Luke pun masuk di kamarnya dan langsung browsing internet. Pertama Luke membuka twitter dan menulis ucapan terimakasih untuk malam ini kemudian membuka ig dan meng-upload fotonya pada konser malam ini. Luke melihat direct message penting di twitter-nya dan Novela yang mengirim pesan padanya. Novela mengatakan kalau ia harus bisa menjaga kesehatan dengan baik-baik dan jangan terlalu parah merindukannya. Luke tertawa membaca kalimat terakhir Novela. Tapi memang kenyataannya Luke amat parah merindukan Novela jika sudah terlalu lama ia tidak bertemu Novela.

            Kapan ia balik ke Sydney? Jika Luke memikirkan pertanyaan itu, jawabannya selalu tidak pasti. Luke sekarang tidak bisa seenaknya mengatur jadwal konser. Sony masih menjadi manager-nya dan Luke sudah tidak bisa membantah apapun yang diperintahkan Sony asalkan itu baik. Terkadang jika ada waktu, Novela sendiri yang menemuinya dan menonton konsernya. Luke tersenyum mengingat semua itu. Novela adalah gadis yang cerdas dan tidak murahan. Maksudnya Novela tidak mau disentuh oleh sembarang lelaki. Bahkan Luke hanya bisa mencium bibir Novela sebanyak tiga kali. Sekalipun ia menggoda Novela dengan pesona-nya yang mampu membuat cewek meleleh, tapi Novela adalah gadis yang kuat. Dia tahan dengan pesona Luke dan mampu menjaga dirinya. Tapi itulah yang membuat Luke semakin mencintai Novela karena baginya Novela adalah gadis yang langka. Sekarang ini, sulit menemukan gadis seperti Novela yang amat menjaga dirinya. Dalam hal berpakaian pun Novela masih tergolong sopan.

            Rasa kantuknya pun mulai menyerang. Luke menaruh Iphone-nya asal lalu beberapa detik kemudian dia terlelap di dalam mimpinya. Malam yang cukup melelahkan.

***

            “Hei cepat bangun! Dasar tukang tidur!”

            Luke mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa berat di buka. Calum! Sejak kapan cowok itu membangunkannya? Cepat-cepat Luke duduk sambil mengumpulkan nyawa-nyawanya yang hilang. Setelah nyawanya terkumpul semua, Luke menatap Calum yang di pagi hari itu amat ceria. Hmm.. Perasaannya sudah membaik dan Luke siap untuk konser besok.

            “Kita akan pergi ke Liverpool dan disana akan ada banyak kegiatan yang harus kita datangi. Jadi jangan malas seperti ini. Tidur-mu lama sekali.” Ucap Calum.

            Luke tersenyum mendengar ucapan Calum lalu dengan gerakan cepat Luke menyambar handuknya lalu masuk ke kamar mandi. Entahlah belakang-belakangan ini Luke agak sedikit malas dan saat di panggung semangat-nya berkurang. Apa Luke sudah bosan menyanyi? Tidak. Menyanyi adalah hidupnya dan tentu saja Luke tidak ingin pergi begitu saja dari dunia yang sangat dicintainya itu. Juga jika ia keluar, tentu ia pekerjaannya akan hilang dan Luke tidak tau harus bekerja menjadi apa.

            Mereka pun berkumpul di ruang tengah sambil sarapan. Luke memerhatikan tingkah teman-temannya yang tidak pernah berubah saat pertama kali ia bertemu dengan mereka. Mungkin diantara keempatnya, cuma Luke saja yang masih normal karena Luke emang tidak banyak tingkah dan cukup pendiam. Luke amat hemat bicara dan langsung to the point.

            “Gimana kondisimu? Sudah membaik?” Tanya Tami.

            Luke menelan sarapan terakhirnya kemudian hendak mengambil minuman yang berwarna merah. Namun tangan Tami keduluan menghadang tangan Luke sehingga Luke tidak bisa menyentuh minuman itu. Luke cemberut menatap Tami. Tami amat protektiv dengannya dan melarangnya meminum selain air putih. Bukankah itu membosankan? Padahal minuman berwarna merah itu hanya sirup biasa tanpa alkohol.

            “Ayolah, Luk. Kalau konser sudah berakhir, kau boleh minum apapun yang kau mau.” Ucap Tami.

            “Ya. Sekalian air baki tuh diminum.” Canda Michael.

            Luke hanya tersenyum menanggapi pembicaraan mereka. Pagi ini ia merasa cukup malas dan rasanya ingin kembali tidur di kasur. Entahlah. Luke merasa dirinya mulai berubah menjadi sosok pemalas. Apakah ini efek karena sudah lama tidak bertemu dengan Novela? Sabar Luk, sabar. Sebentar lagi ia akan pulang ke Sydney dan bertemu dengan Novela. Waktunya bersama Novela memang sangat sedikit karena kesibukannya. Sedih memang. Beda hal-nya dengan Michael, Calum dan Ashton yang masih jomblo dan tidak memikirkan cewek mereka seperti Luke.

            Setelah semuanya siap, mereka masuk ke dalam mobil dan menikmati perjalanan yang seru sambil menyanyikan lagu Long Way Home. Di belakang, Michael tak henti-hentinya memainkan gitarnya sehingga menimbulkan keributan. Sedangkan Luke, cowok itu memilh memojok sendirian sambil mendengarkan lagu lewat headset. Tiba-tiba saja Calum mendekatinya.

            “Kau kenapa sih akhir-akhir ini kelihatan aneh?” Tanya Calum.

            Sadar akan kehadiran Calum, Luke langsung mencopot headset-nya. “Aneh? Aku tidak aneh. Aku hanya kelelahan saja.” Jawabnya.

            “Apa selelah itu? Aku saja semangat.” Ucap Calum.

            Luke terdiam mendengar ucapan Calum. Segala pikiran negatif yang hadir di otaknya cepat-cepat ia buang. Terutama yang menyangkut masalah ginjalnya. Sejauh ini ginjalnya baik-baik saja dan Luke harap akan seperti itu. Luke takut membuat kecewa Tristan hanya karena ia tidak bisa merawat ginjal Tristan dengan baik. Tristan? Mengapa tiba-tiba Luke merindukan saudaranya itu? Bukankah ia sudah mengikhlaskan Tristan pergi? Tapi kok rasanya ada yang aneh ya?

            “Entahlah Cal. Aku merasa ada yang aneh.” Ucap Luke.

            Mata hitam Calum menatap Luke dengan heran. “Aku takut jika ucapanmu mengandung sebuah arti yang nantinya akan menjadi kenyataan. Ku harap kau tidak merasakan keanehan lagi. Nanti aku ikutan merasa aneh.” Ucapnya.

            “Yeah. Mungkin aku sangat merindukan Mom, Ashley dan Novela.” Ucap Luke.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar