Pertemuan kedua dengan Cody membuat Novela semakin bingung, terutama saat
Cody mengatakan kalau dia mencintai Novela. Apa maksudnya itu? Tapi bukankah
Cody menjawab pertanyaannya dengan jujur? Tapi tidak mungkin Cody mencintianya,
ia saja tidak mengenal Cody dan menganggap Cody adalah cowok misterius. Novela
sudah menanyakan tiga pertanyaan pada Cody dan Novela ingin Cody memberinya
kesempatan untuk bertanya lagi. Katanya, Cody menemuinya karena Cody
mencintainya, dasar aneh!
Di cafee yang cukup sepi, Novela
membuka laptopnya dan memanfaatkan wifi gratis yang ada di cafee itu. Sambungan
wifi telah tersambung. Novela membuka internet dan mengetik nama Cody William
Ramirez. Dengan sabar Novela menunggu, kemudian di layar menampilkan sosok
lelaki yang wajahnya… astaga! Memang sih sosok lelaki yang ia temukan di layar
laptop-nya tidak mirip dengan Cody, tapi kalau dilihat dengan teliti, lelaki
itu mirip dengan Cody. Matanya saja berwarna biru dan rambutnya pirang. Jika
wajah cowok itu ditampankan *apadah*, bisa dipastikan cowok itu adalah Cody.
Kemudian Novela menemukan beberapa
berita tentang Cody. Ternyata Cody adalah salah satu mahasiswa di University of
Perth yang mengambil jurusan Ekonomi Bisnis. Perth.. Sangat jauh dari Sydney.
Novela heran bagaimana Cody bisa tiba di Sydney, khususnya bagaimana bisa Cody
mengenalnya. Ada berita-berita tak penting lainnya dan Novela abaikan. Lalu
saat ia menemukan sebuah berita terbaru dari Cody…
Tidak mungkin! Jerit Novela dalam
hati. Langsung saja gadis itu menutup laptopnya dan kaget dengan apa yang
dilihatnya. Luke! Bagaimana bisa Luke menemukannya? Novela memaksakan diri
untuk tersenyum dan bersikap tenang. Tapi sepertinya Luke tau kalau ia sedang
mengalami masalah yang serius.
“Aku harap tidak ada rahasia diantara
kita.” Ucap Luke.
Novela menatap Luke ragu. “Ini semua
tentang Cody!” Ucapnya.
Luke pun duduk dihadapan Novela.
“Cody lagi? Sebenarnya siapa sih dia? Apakah aku mengenalnya?” Tanyanya.
Perasaan Luke menjadi tidak enak.
Novela menggigit bibir bawahnya.
“Aku juga bingung Luk. Sudah dua kali aku bertemu dengannya dan dia sangat
misterius. Saat aku bertanya padanya kenapa dia menemuiku, katanya dia
mencintaiku. Tapi demi Tuhan aku sama sekali tidak mengenal Cody.” Ucap Novela.
Luke nampak berpikir sesaat. “Kalau
begitu abaikan saja dia. Mungkin dia hanya cowok iseng yang ingin menganggumu.
Kau kan cantik.” Ucapnya.
Pipi Novela memerah mendengar
kalimat terakhir yang diucapkan Luke. Selanjutnya suasana berubah menjadi
hangat. Luke banyak bertanya mengenai kuliah Novela dan saat lulus nanti apa
yang akan Novela lakukan. Tentu saja Novela ingin kuliah lagi dan Luke merasa
seperti orang bodoh jika bersama Novela. Luke hanya lulusan SMA sedangkan
sebentar lagi Novela lulus S1 lalu melanjutkan S2-nya.
“Calum, Ashton dan Michael akan datang.
Mungkin sore ini.” Ucap Luke
“Ohya? Aku sangat merindukan
mereka.” Ucap Novela.
Tanpa keduanya sadari, sepasang mata
biru menatap keduanya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun. Dalam hatinya
yang paling dalam, sosok bermata biru itu amat sakit melihat gadis yang
dicintainya bahagia bersama orang lain. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah
takdirnya menjadi seperti ini. Dan Luke, tentu pemuda bermata biru itu tidak
akan pernah bisa melupakan Luke. Selagi ada kesempatan, pemuda itu ingin
mendapatkan apa yang inginkan, bahkan jika harus menyakiti seseorang yang
sangat ia sayangi demi mendapatkan Novela.
***
Sydney!
Michael bersorak gembira tatkala
menginjakkan kaki di tanah kelahirannya itu. Banyak fans yang mendatanginya,
bahkan ingin memeluknya. Sore menjelang malam ini, Michael tampak bersemangat
walau kenyataannya lelah. Dengan senang hati Michael berfotoan dengan para
fans-nya dan mencium pipi fans-nya. Tentu saja beberapa fans-nya yang beruntung
berteriak seperti orang gila. Tapi sayang, Calum dan Ashton tampak cuek dan
mereka langsung masuk ke dalam mobil khusus yang mengantar mereka pulang.
Sepertinya Michael ingin
berlama-lama dengan fans-nya dan Tami nurut saja dengan Michael. Lucunya, ada
juga fans yang meminta foto bareng dengan Tami dan Tami menerimanya.
Sebenarnya, Australia bukanlah negara-nya. Tami lahir di Amerika dan dibesarkan
disana. Tapi karena penasaran dengan kondisi Ashley akhirnya Tami memutuskan
ikut pergi ke Sydney.
“Mike, apa kau tau apa yang sedang
terjadi dengan Calum, Ashton dan Luke?” Tanya seorang fans yang menurut Michael
sangat menggemaskan.
Michael bingung mau jawab apa. “Ini
privasi, oke? Tapi jangan khawatir. Kami baik-baik saja.” Ucapnya.
Lalu seorang gadis berambut merah
berbicara padanya. “Apa masalah Luke karena Novela? Kalau begitu, aku ingin
mereka putus.” Ucapnya.
Michael menatap gadis itu dengan
tatapan tidak suka. Bahkan fans-nya yang lain menatap gadis itu tidak suka.
Tapi gadis itu tampak tenang saja tanpa merasa bersalah sedikitpun. Namun tidak
ada salahnya menjawab pertanyaan gadis itu.
“Tidak. Kau salah. Novela tidak ada
hubungannya dengan masalah kami.” Jawab Michael.
“Tapi kenapa Luke tega meninggalkan
konser? Apakah Luke sedang marah dengan kalian?” Tanya gadis berambut pirang.
Belum sempat Michael menjawab, Tami
memaksanya untuk cepat-cepat meninggalkan bandara karena harus istirahat.
Akhirnya Michael mengalah. Cowok itu meninggalkan bandara sambil melakukan kiss bye dengan para fans-nya. Tami dan
Michael pun masuk ke dalam mobil.
“Kau menginap di rumahku?” Tanya
Michael.
“Tentu saja. Aku tidak berani tidur
sendiri di hotel.” Jawab Tami.
Michael tersenyum menggoda. “Jangan
bilang kau tidak berani tidur sendiri di kamar yang sudah aku sediakan di
rumah. Tapi kalau kau tidak berani tidak apa-apa. Kau bisa tidur bersamaku.”
Ucapnya.
Tami memukul pelan bahu Michael.
“Sialan!” Ucapnya.
***
Tentu saja Ashley merasa senang
mendengar berita bahwa Calum, Ashton dan Michael sudah kembali. Tapi Ashley
tidak berani bertemu Calum. Ashley tidak ingin terlihat lemah dihadapan Calum
dan Ashley tidak ingin membuat Calum khawatir padanya. Di ruang tamu, Ashley
tak sengaja melihat Luke yang seenaknya tiduran di sofa sambil bermain Iphone.
Ashley memutuskan mendekati Luke.
“Kak, mereka sudah pulang. Apa kak
Luke tidak mau bertemu mereka?” Tanya Ashley.
Luke sedikit kaget akan keberadaan
Ashley. “Ya aku tau. Tapi aku malas bertemu mereka.” Ucapnya.
“Kenapa? Apa karena Ashley? Ayolah
kak. Kak Luke harus minta maaf ke mereka, ini demi Ashley juga.” Ucap Ashley.
Akhirnya Luke bangkit dari tidurnya
dan duduk di samping Ashley. Gadis itu sama seperti hari-hari biasa yang ia
lihat. Pucat, sedih tanpa senyuman. Tapi sepertinya saat mengetahui Calum sudah
pulang Ashley sedikit tersenyum. Luke tau adiknya itu menyukai Calum dan Luke
tidak bisa berbuat apapun kalau-kalau mereka pacaran, toh itu demi kebahagiaan
Ashley juga.
“Aku tau aku salah. Tapi aku belum
siap bertemu mereka, atau mereka saja yang menemuiku sekalian melihat
keadaanmu. Pasti Calum sangat khawatir padamu.” Ucap Luke.
Ashley terdiam sesaat. Sejujurnya,
saat ini juga ia ingin berlari menemui Calum tapi masalahnya hatinya yang
menolak. Ashley takut kalau Calum tiba-tiba memarahinya dan menjauhinya. Tentu
hidupnya akan bertambah sedih. Ashley rasa, hanya Calum yang bisa mengembalikan
semangat hidupnya yang sudah tak berarti lagi.
“Kalau begitu Ashley tidur dulu.”
Ucap Ashley meninggalkan Luke.
***
Tanpa melewati makan malam, Michael
sudah berada di alam mimpi dan satupun tidak ada yang berani membangunkannya.
Michael sangat merindukan rumahnya dan saat tiba di rumah, Michael langsung
memeluk grandma. Tapi karena tak bisa
menahan kantuknya, Michael langsung tidur walau grandma sudah memasakan menu istimewa untuknya.
Malam itu, Tami juga sangat
mengantuk. Michael sudah tidur dan mungkin saja Calum dan Ashton juga sudah
tidur. Tapi Tami kaget saat menemukan seseorang yang sedang duduk di teras.
Ternyata orang itu adalah Calum. Tami bisa menebak apa yang dipikirkan Calum.
“Kenapa kau tidak menelpon Ashley
saja?” Tanya Tami.
Calum kaget dengan kehadiran Tami.
Calum kira Tami sudah tidur. “Percuma. Ashley tidak akan mengangkat telponku.”
Jawabnya.
Tami tersenyum. “Kau benar-benar
jatuh cinta padanya. Kalau begitu, besok saja kau temui Ashley dan nyatakan
perasaanmu pada Ashley.” Ucapnya.
Bukannya bahagia mendengar ucapan
Tami, Calum malah sedih mendengarnya. Ashton, Calum tidak bisa melupakan
masalahnya dengan Ashton, masalah hati. “Aku tidak enak dengan Ashton.” Ucap
Calum.
“Memangnya ada apa dengan Ashton?”
Tanya Tami. Sebenarnya Tami sudah tau apa masalah Calum dan Ashton karena
Michael yang memberitahunya.
Calum menarik nafas dalam-dalam.
“Ashton juga menyukai Ashley. Kita sama-sama menyukai gadis yang sama. Kalau
begitu jadinya, untuk apa aku menembak Ashley jika sahabatku tersakiti padahal
Ashton-lah yang duluan menyukai Ashley. Sayangnya hanya karena janji yang kami
buat, Ashton memilih untuk mundur.” Ucapnya.
Tami sedikit tau tentang perjanjian
kalau mereka tidak boleh suka sama Ashley dan Luke yang menegaskannya.
“Masalahnya rumit ya.” Ucap Tami sambil menggaruk-garukkan kepalanya.
“Terus apa yang harus aku lakukan?
Aku tidak bisa menahan perasaan ini. Tapi di sisi lain, aku tidak ingin
menyakiti Ashton.” Ucap Calum.
“Bicara baik-baik pada Ashton.
Mungkin Ashton mau merelakan Ashley untukmu.” Ucap Tami.
Calum tersenyum kecut. “Dan dia akan
keluar dari band hanya karena aku.” Ucapnya.
Tami tidak kaget dengan apa yang
dikatakan Calum. Ashton memang berniat keluar dari band jika Calum pacaran
dengan Ashley. Tapi mudah saja bagi Ashton untuk menemukan pekerjaan baru
karena nama Ashton sudah terkenal di dunia musik dan itu semua karena Luke.
Namun menurut Tami, sifat Ashton seperti anak-anak. Ashton meninggalkan band
hanya karena masalah yang bagi Tami tidak terlalu besar walau menyangkut hati.
Tapi bukankah masalah hati adalah masalah yang besar?
“Tenang saja Cal, aku yakin semua
masalah akan terselesaikan.” Ucap Tami.
***
Pertama kalinya Luke jalan-jalan
tanpa penyamaran. Tentu saja banyak fans yang meneriakinya dan meminta foto
bareng dengannya. Ada beberapa fans yang menanyakan tentang mengapa ia tega
meninggalkan konser tapi Luke tidak menjawab. Ternyata mereka tidak tau tentang
penyakit yang diderita Ashley, tapi Luke berharap mereka tak akan pernah tau.
Luke berjalan sendirian tanpa
mengajak Novela karena tidak mau membuat masalah di media. Bukannya tidak suka
karena fotonya bersama Novela akan disebarkan di internet, tapi Luke emang
tidak mau hubungannya banyak dibicarakan dan Novela mendapat kata-kata yang
tidak baik dari fans-nya. Seumur hidupnya, hanya tiga kali Luke jalan berdua
dengan Novela, itupun secara diam-diam tapi masih saja fotonya dengan Novela
tersebar diinternet. Paparazi memang hebat.
Tiba-tiba saja Luke tak sengaja
melihat sosok pemuda berambut pirang yang sedang duduk santai tak jauh dari
tempatnya berdiri. Cowok itu mendengarkan lagu melalui headset sesekali menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama lagu yang
ia dengar. Luke mengerutkan keningnya. Rasanya seperti melihat seseorang yang
ia kenal tapi ia tidak pernah bertemu dengan orang itu. Akhirnya Luke
memutuskan mendatangi cowok berambut pirang itu.
“Ah kau pasti Luke ya!” Seru cowok
itu yang membuat Luke kaget. Tapi Luke sadar kalau ia emang terkenal dan
mungkin saja cowok itu adalah salah satu dari fans-nya.
Cowok berambut pirang itu melepas headset di telinganya. “Aku tidak
menyangka kau menemuiku disini. Aku senang sekali.” Ucapnya.
Mata biru itu sangatlah indah. Luke
terdiam sambil menatap mata cowok itu. Mata biru yang sudah tidak asing lagi.
Tiba-tiba saja Luke teringat dengan Tristan. Mengapa.. Mengapa rasanya seperti…
“Hei! Namaku Cody. Aku salah satu
dari fans-mu.” Ucap cowok yang tidak lain adalah Cody.
Luke terhenyak tatkala mengetahui
nama cowok itu. Cody? “Kau.. Kau kenal Novela?” Tanya Luke ragu.
Cody tersenyum. “Tentu saja. Dia kan
pacarmu.” Ucapnya.
Tapi bukankah Novela pernah bilang
kalau Cody menemuinya karena Cody mencintainya? Luke jadi bingung. Tatapan
pertama saat ia menatap Cody membuatnya teringat pada Tristan. Tidak. Cody
tidak mirip dengan Tristan, Cody tidak mirip dengannya. Tapi Luke mengaku bahwa
Cody jauh lebih tampan dibandingkan dirinya.
“Jangan dekati Novela!” Ucap Luke.
Entahlah mengapa kalimat itu yang
keluar dari mulutnya. Luke sendiri juga kaget mengapa ia bisa mengeluarkan
kalimat seperti itu. Namun Cody terlihat tenang-tenang saja, tapi mata birunya
seakan-akan ingin membunuhnya dan Luke merasa takut melihat mata biru itu. Cody
berjalan mendekatinya lalu memegang pundaknya dan Luke merasa kecil jika
dibandingkan dengan Cody.
“Kita lihat siapa yang berhak
mendapatkan Novela, kau atau aku.” Ucap Cody.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar