Luke sakit.
Suhu tubuh cowok itu amat tinggi sejak pagi tadi, tapi Luke menyembunyikannya
dan berlagak baik-baik saja dihadapan Ibunya, Ashley dan teman-temannya.
Setelah sarapan, Ibunya meminta izin untuk pergi karena ada acara. Mungkin malam
nanti ia akan kembali. Liza menyuruh Luke menjaga Ashley dengan hati-hati. Luke
menurut saja walau nyatanya kondisi tubuhnya sedang tidak baik-baik saja.
Tami dan lainnya juga pergi entah
kemana. Mungkin keluar kota untuk mengisi acara penting. Mereka tidak mengajak
Luke karena mereka tau kalau Luke harus menjaga Ashley. Sebenarnya Calum tidak
ingin ikut pergi karena ingin menjaga Ashley. Tapi karena sudah ada Luke
akhirnya Calum ikutan pergi. Namun bagaimana bisa Luke menjaga Ashley sedangkan
dirinya sudah merasa seperti orang yang sekarat?
Obat-lah yang ia butuhkan tapi Luke
mengumpat karena tidak ada persediaan obat. Nafsu makannya juga tidak ada. Mau
minta bantuan Ashley tapi Luke tidak enak dengan Ashley. Sepertinya Luke harus
menunggu Ibunya pulang. Hari ini memang aneh. Rumah sepi dan tidak ada satupun
pembantu yang ada disini. Perlahan, Luke mengatur nafasnya dan berusaha menahan
panas di tubuhnya. Tapi semakin lama Luke semakin tidak tahan. Rasanya seperti ingin
pingsan saja. Bahkan menopang tubuhnya saja Luke merasa tidak kuat.
“Kak Luke?”
Samar-samar Luke mendengar suara
seorang gadis yang ternyata adalah Ashley. Ashley menatap Luke dengan perasaan
khawatir. Gadis itu menyentuh kening Luke yang cukup panas. Sudah bisa ia
simpulkan kalau kakaknya sedang terkena demam. Ashley sudah mengetahui hubungan
Luke dengan Novela yang sedang tidak baik, bahkan sangat tidak baik. Anehnya
Luke sama sekali tidak tau penyebab Novela tega menjauhi Luke. Jadi apakah
hubungan mereka sudah berakhir? Pasti Luke akan merasa sakit.
“Aku tidak apa-apa.” Ucap Luke.
Ashley menggeleng-gelengkan kepala.
“Kak Luke sedang tidak baik. Ashley akan pergi ke apotik untuk membeli obat.”
Ucapnya lalu bersiap-siap meninggalkan Luke.
Namun Luke langsung menarik tangan
Ashley. “Jangan! Kau juga sedang tidak baik. Aku akan menunggu Mom pulang.”
Ucapnya.
“Tidak kak. Kak Luke harus minum
obat secepatnya. Ashley bisa keluar sendiri!” Ucap Ashley.
Kakak-adik yang sama-sama keras
kepala. Entahlah dari siapa mereka mewarisi sifat itu. Akhirnya Luke menyerah.
Luke tidak bisa lagi melawan Ashley. Ia membiarkan Ashley pergi membeli obat
walau sejujurnya Luke tidak tega membiarkan Ashley keluar sendiri. Ia yang
harus menjaga Ashley tapi mengapa rasanya Ashley yang menjaganya?
***
“Kau tidak apa-apa Cal?” Tanya
Ashton.
Mereka kini sedang istirahat makan
siang di salah satu restoran terkenal di Sydney. Banyak sekali fans yang mengejar
mereka tapi mereka seakan-akan ingin menyendiri dan mengabaikan para fans.
Mereka tau hal itu salah karena tentunya akan menyakiti hati para fans namun
sekali lagi mereka ingin menyendiri.
Calum sedikit kaget mendengar suara
Ashton. “Eh, aku tidak apa-apa.” Jawab Calum.
“Tapi wajahmu terlihat pucat.” Ucap
Ashton.
Pesanan datang. Mereka langsung
memakan pesanan mereka dengan lahap kecuali Calum. Entah mengapa pikirannya
tertuju pada Ashley dan rasa khawatirnya pada Ashley menjadi besar. Calum tau ia
terlalu berlebihan padahal disana Ashley baik-baik saja. Lagipula ada Luke yang
selalu menjaga Ashley agar tidak ada hal buruk yang terjadi dengan Ashley.
“Biar ku tebak. Pasti kau sedang
memikirkan Ashley.” Ucap Michael dengan mulut yang dipenuhi makanan.
Calum tersenyum lemah. “You’re right. I can’t stop thinking of her.”
Ucapnya.
“Sabar Cal. Sebentar lagi kita
pulang.” Ucap Tami.
“Kau ini, jauh dari Ashley beberapa
jam saja sudah galau apalagi saat konser nanti. Ayolah, kau sangat beruntung
bisa mendapatkan Ashley dan aku sudah mengikhlaskan demi sahabatku yang paling
manis ini. Ashley akan baik-baik saja.” Ucap Ashton.
Entahlah apakah Ashton sudah
benar-benar rela melepaskan Ashley atau tidak. Calum masih ragu. Tapi Calum
percaya pada Ashton kalau Ashton justru bahagia melihat hubungannya dengan
Ashley. Apa yang diucapkan Ashton tadi memang benar. Baru saja beberapa jam
jauh dari Ashley dan ia sudah gila seperti ini dan perasaan khawatirnya sangat
berlebihan. Bagaimana jika konser nanti walau Calum tidak tau kapan 5 Seconds
of Summer kembali lagi?
“Aku masih penasaran dengan Luke.
Maksudku hubungannya dengan Novela. Kasihan Luke.” Ucap Michael.
“Hidupnya memang dipenuhi misteri
dan teka-teki. Tapi percayalah dia akan baik-baik saja pada ujungnya.” Ucap
Tami.
Tiba-tiba ponsel Tami berdering.
Tami melihat nama Luke di layar ponselnya. Rasanya cukup aneh. Luke hanya
menelponnya jika ada sesuatu yang buruk terjadi. Tami langsung mengangkatnya
dan saat itu juga ponsel yang ia pegang jatuh di lantai sehingga menimbulkan
pertanyaan bagi Calum, Michael dan Ashton.
***
“Ashley
meninggal.”
Dua kata yang cukup jelas yang Luke
sampaikan ke Tami. Saat ini ia berada di rumah sakit dan berdiri disana seperti
orang gila. Banyak wartawan yang mendatanginya namun Luke membentak semua orang
yang mendatanginya. Kejadian itu sangatlah cepat dan Luke yakin sekali bahwa ia
sedang bermimpi. Luke tidak bisa mengeluarkan air mata karena ia yakin sekali
ia sedang bermimpi dan di dalam mimpi ia tidak akan bisa menangis karena hanya
sebuah mimpi.
“Luk..”
Dokter yang selama ini merawat
Ashley menemuinya dan menepuk-nepuk bahunya. Luke menatap nanar dokter itu.
Salahnya. Semua ini salahnya. Ia yang menyebabkan Ashley meninggal karena
kebodohannya. Ashley meninggal bukan karena kanker, tapi karena kecelakaan.
Entahlah bagaimana bisa gadis itu mengalami kecelakaan parah hanya karena ingin
membeli obat untuknya. Salahnya. Luke menyandarkan punggungnya di tembok rumah
sakit dan masih tidak percaya dengan semua kejadian yang menimpanya.
“Hidup dan mati seseorang ada di
tangan Tuhan. Ashley meninggal karena Tuhan sangat sayang padanya dan ingin
kembali di sisi-Nya. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.” Ucap dokter itu.
Luke menatap dokter itu dengan
tatapan tidak suka. “Aku akan membuktikan kalau Ashley masih hidup.” Ucapnya
lalu berjalan cepat meninggalkan tempat itu.
Luke berjalan dan rasanya seperti
tidak menginjak tanah. Rasa sakit di tubuhnya menghilang dan digantikan oleh
rasa sakit akibat semua yang telah terjadi padanya sejak awal. Mengapa? Mengapa
ia selalu membuat orang-orang yang disayanginya meninggalkannya? Luke teringat
dengan Tristan. Tristan rela menukar nyawa demi orang seperti dirinya dan kini
giliran Ashley.
Sesampai di ruang rawat yang
terlihat menyedihkan itu, seorang suster mengantarnya masuk ke dalam dan Luke
bisa melihat wajah pucat Ashley dan darah masih banyak mengalir hampir di
seluruh bagian tubuhnya. Perlahan, Luke menyentuh kening Ashley yang diperban.
Gadis cantik itu tidak merespon apapun. Kemudian Luke mencari urat nadi Ashley.
Tidak ada. Sebisa mungkin Luke menahan bom yang ada di tubunya dan menjaganya
agar tidak meledak. Bisa saja ia menjadi orang gila disini.
“Ash, kau meninggalkanku tanpa mengucapkan salam perpisahan. Sama seperti
Tristan. Tapi aku masih bisa melihatmu walau dalam kondisi seperti ini.” Ucap
Luke.
Beberapa perawat mencoba menahan tangis mereka. Entahlah bagaimana
kejadian kecelakaan itu. Polisi menemukan motor Ashley yang terpelanting di
jalan raya. Mungkin Ashley menabrak truk atau bus. Tapi saksi mata menemukan
Ashley yang sudah tidak bernyawa di tempat kejadian.
Luke mengusap lembut rambut Ashley dan berharap sekali ini saja Ashley
membuka mata. Kini, semuanya pergi dan Luke kembali sendiri. Tristan pergi dan
Ashley pergi dan itu semua karenanya. Luke yang menyebabkan orang-orang yang
disayanginya meninggalkannya padahal Luke sangat tidak menginginkannya. Apakah
setelah ini ia yang akan menyusul mereka?
“Luke..”
***
Saat ini Tami dan lainnya sedang
dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat Ashley dirawat. Berita meninggalnya
Ashley sudah tersebar dan tentu saja mereka sangat tidak percaya. Terutama
Calum. Calum tidak mudah percaya dengan berita itu walau tadi Luke sudah
memberitahunya secara jelas. Calum akan percaya jika ia yang melihatnya
sendiri.
“Ini semua mimpi! Aku yakin ini
semua mimpi!” Ucap Ashton layaknya orang yang sedang panik.
Hanya Calum saja yang terlihat
tenang dan itu membuat Ashton heran. Apa saking shock-nya sehingga Calum memilih untuk diam. Tapi yang jelas, Calum
pastilah begitu sakit dan pikirannya sama dengan yang ia pikirkan, yaitu ini
semua hanyalah mimpi. Ashton merasa sangat kehilangan walau ia tidak memiliki
Ashley. Dan kenapa Ashley bisa meninggal begitu saja? Ashton sempat membaca
internet bahwa Ashley meninggal karena kecelakaan. Memangnya Ashley kemana saja
sampai bisa kecelakaan? Lalu dimana Luke?
“Aku heran. Mengapa Luke sampai
tidak tau kejadian kecelakaan itu? Apakah Ashley diam-diam kabur dari rumah?”
Ucap Tami.
Percuma memiscall Luke. Nomor Luke
tidak aktif. Tentu Tami bisa menebak perasaan apa yang sedang dirasakan Luke.
Luke sangat terpuruk dan Tami berharap Luke baik-baik saja. Untuk yang kedua
kalinya Luke ditinggalkan oleh orang yang sangat dia cintai. Ingin rasanya Tami
menangis dan berharap ia bisa menggantikan posisi Luke agar Luke tidak
merasakan kesedihan dan kesakitan lagi.
“Cal kenapa kau terlihat tenang
saja?” Tanya Michael. Sejak tadi cowok itu heran dengan sikap Calum.
Namun Calum tidak mempedulikan
ucapan Michael. Tatapannya kosong dan Michael mulai merasa khawatir dengan
sahabatnya itu.
***
“Luke..”
Dada Luke berdesir tatkala mendengar
suara lembut itu. Selanjutnya Luke merasa ada tangan yang menyentuh
punggungnya. Luke membalikkan badan dan melihat senyuman yang sangat ia rindukan.
Novela? Jadi dia sudah tau kalau Ashley sudah meninggal? Luke tidak mengerti
apa mau Novela. Gadis itu datang padanya padahal sebelumnya gadis itu
menjauhinya. Tapi Luke bisa menyimpulkan kalau Novela amat perhatian padanya.
Mungkin Luke bisa menyelesaikan masalahnya dengan Novela.
“Luk, aku.. aku..” Ucap Novela.
“Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.”
Ucap Luke.
Gadis itu menangis. Luke melihat air
mata Novela dan hatinya menjadi perih. Langsung saja Luke memeluk Novela dan
gadis itu terisak dengan cukup keras. Sebisa mungkin Luke menenangkan Novela.
Luke tersadar. Ia sudah kehilangan Tristan dan Ashley, dan Luke tidak ingin
kehilangan Novela. Setelah membaik, Luke melepaskan pelukannya dan menatap
Novela dengan dalam.
“Maafkan aku jika aku ada salah
denganmu. Aku tidak tau apa masalah kita tapi aku benar-benar minta maaf
padamu.” Ucap Luke.
“Aku tidak mau memikirkan itu dulu,
okay? Aku hanya tidak menyangka mengapa bisa Ashley menjadi seperti itu? Dia
sudah aku anggap sebagai adikku sendiri.” Ucap Novela.
Luke menunduk sambil berusaha
menarik nafasnya yang berat. Lalu ia mengangkat wajahnya. “Itu salahku. Aku
yang membiarkan Ashley pergi tanpa penjagaanku.” Ucapnya.
“Ohya? Memangnya Ashley pergi
kemana?” Tanya Novela.
“Sebenarnya aku sedang sakit. Ashley
keras kepala dan dia nekat membeli obat untukku. Setelah itu semuanya menjadi
seperti ini.” Jawab Luke.
Mendengar penjelasan Luke, Novela
langsung menutup mulutnya. Ashley meninggal karena ingin membeli obat untuk
Luke. Betapa baiknya Ashley, sama seperti Tristan. Keduanya sangat menyayangi
Luke melebihi apapun dan melakukan apa saja demi Luke. Pengorbanan mereka
sangatlah besar.
“Seandainya aku tidak sakit, Ashley
tidak akan seperti ini.” Ucap Luke.
“Sebaiknya kau istirahat. Wajahmu
sangat pucat.” Ucap Novela.
Kemudian, Liza datang. Langsung saja
Luke memeluk Ibunya itu. Ibunya menangis dan sangat tidak percaya dengan apa
yang terjadi pada Ashley. Hati Novela semakin terasa sedih dan teriris-iris
melihat apa yang ada di depannya itu sampai ia melupakan masalah serius yang ia
hadapi.
“Maafkan Luke, Luke tidak bisa
menjaga Ashley dengan baik.” Ucap Luke.
“Ini semua takdir. Tuhan memang
menginginkan Ashley kembali di sisi-Nya, juga Tristan. Tapi Mama harap, kamu
jangan pernah meninggalkan Mama karena kamu satu-satunya anak Mama..” Ucap
Liza.
Selanjutnya, Ashley dipindahkan ke
ruangan khusus dan banyak sekali teman-teman Ashley menangis melihat Ashley
yang terbaring tanpa nyawa di ranjang. Terutama Vee. Vee sangat tidak menyangka
ia kehilangan sahabat sejatinya. Baginya, Ashley tak akan tergantikan dan tidak
ada seorangpun yang bisa menggantikan Ashley.
Luke dan Novela sudah pulang ke
rumah. Karena itulah mereka tidak sempat bertemu dengan Tami, Calum, Michael
dan Ashton. Novela rasa ia harus merawat Luke karena kondisi Luke sangat tidak
baik. Novela takut jika ia kehilangan Luke karena baginya Luke adalah hal
terindah yang pernah ia miliki.
Di kamar, dengan sabar Novela
menyuapi Luke berupa bubur hangat walau nyatanya Luke tidak mau makan. Perutnya
mual dan ucapan Luke mulai ngawur. Katanya, Luke ingin menyusul Ashley karena
sudah tidak sanggup lagi dengan hidpnya ini.
“Kalau kau mati, aku juga ikut
mati.” Ucap Novela.
Entahlah sejak kapan gadis itu
berbaring di samping Luke dan ini pertama kalinya ia melakukan hal itu dengan
Luke. Jarak wajah mereka sangatlah dekat. Pikiran Luke saat ini tidak jernih
dan bisa saja Luke melakukan hal-hal di luar kesadarannya. Dengan berani, Luke
melingkarkan tangannya di leher Novela dan wajah mereka tanpa jarak sedikitpun.
Hidung mereka saling bersentuhan. Anehnya Novela sama sekali tidak takut.
Bahkan gadis itu siap jika Luke melakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
“Kau tau, aku sampai lupa kalau aku
punya masalah yang serius. Aku sama hancurnya denganmu.” Ucap Novela.
“Memangnya kau kenapa?” Tanya Luke.
“Aku.. Aku..”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar