expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juni 2016

Stay ( Part 19 )



“Aku.” Jawab Cody santai.

            Luke tertawa dalam hati. Cody selalu memberinya kejutan yang tidak terduga. Jadi Cody yang menghamili Novela? Luke harap cowok itu berkata jujur agar ia bisa langsung membunuh orang di depannya itu.

            “Katakan sekali lagi.” Ucap Luke.

            “Aku yang menghamili Novela.” Ucap Cody.

            Suara Cody yang cukup tegas membuat Luke percaya dengan Cody. Sebenarnya apa maunya sih cowok itu? Jadi selama ini sosok yang menghancurkan hidupnya adalah Cody? Mengapa Cody tega melakukan hal itu padanya? Jangan bilang Cody yang waktu itu menabrak Ashley sehingga Ashley meninggal.

            “Bodoh!” Ucap Luke dengan suara yang cukup keras. Emosinya sudah mencapai ubun-ubun. Anehnya Cody tenang-tenang saja. “Apakah dengan cara licik itu Novela akan menyukaimu? Mengapa kau tega berbuat itu padanya?” Bentak Luke.

            “Karena aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku.” Ucap Cody.

            Luke tersenyum sinis. “Novela tidak akan mencintaimu. Bahkan dia sangat membencimu jika dia tau kalau kau orang yang membuatnya seperti itu.” Ucapnya.

            “Lantas kau mau apa?” Tanya Cody.

            Luke terdiam sesaat. “Aku.. Aku akan membunuhmu!” Ucapnya.

            Cody tertawa mendengar ucapan Luke. “Bunuh saja aku. Toh aku sudah mati.” Ucapnya.

            Setiap ucapan Cody memang mengandung arti yang sulit ia tebak. Luke benar-benar mati kutu dengan Cody. Tapi jika ia membunuh Cody, masalah jauh akan lebih besar. Bisa saja ia dijebloskan di penjara dan itu sama saja merusak nama baiknya.

            “Hei.” Ucap Cody sambil menatap Luke. “Kau pasti sangat berharap Tristan dan Ashley tetap berada di sisimu kan?” Ucapnya.

***

            Maafkan aku jika aku melakukan hal buruk dan membuatmu membenciku

            Tapi jika setelah ini kau tau siapa aku, akankah kau tetap membenciku?

            Aku sama sepertimu

            Kita sama-sama membenci hidup dan takdir Tuhan yang tidak pernah adil terhadap kita

            Maafkan aku
***

            Pagi yang buruk. Semalaman Luke diserang insomnia. Alhasil ia tidak enak badan pagi ini. Pikirannya terus tertuju pada Cody yang tak pernah habis membuatnya penasaran. Jika ia menanyakan beberapa pertanyaan tentang siapa Cody, Cody tutup mulut. Luke hampir melupakan berita yang ia temukan diinternet bahwa Cody sudah meninggal dunia. Jadi apa Cody bangkit lagi? Tidak mungkin! Orang yang sudah mati tidak bisa bangkit lagi. Tapi Luke sangat berharap kemustahilan itu menjadi nyata. Luke ingin Tristan dan Ashley kembali di sisinya.

            Luke membuka ponselnya. Matanya melebar melihat satu pesan masuk dari Novela. Novela mengirimnya pesan berisi tentang keinginannya untuk bertemu dengannya jam sepuluh pagi di Starbucks. Cepat-cepat Luke mandi karena ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang Novela beri padanya.

            “Kau mau kemana?” Tanya Liza.

            Sayangnya Luke sama sekali tidak mempedulikan Liza dan hal itu membuat Liza sedih. Baginya, Luke sangat berbeda dari Tristan ataupun Ashley. Sama ketika mereka masih kecil. Luke tampak berbeda dari anak-anak lainnya. Tapi Liza tak pernah membeda-bedakan antara Tristan, Luke dan Ashley. Liza sama-sama menyayangi ketiganya tanpa pilih kasih.

            Setiba di tempat tujuan, Luke bisa menemukan Novela yang sedang menunduk. Dengan jantung yang berdebar-debar, Luke duduk tepat dihadapan Novela sehingga membuat gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap Luke.

            “Luk, aku..” Ucap Novela.

            “Aku tau. Kau sudah menikah.” Ucap Luke.

            Tentu saja Novela merasa kaget dengan ucapan Luke. Darimana Luke tau? Bukankah ia mengadakan pernikahan secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang banyak? “Darimana kau tau?” Tanya Novela.

            “Cody.” Jawab Luke.

            “Cody? Bagaimana kabar lelaki itu? Kapan kau bertemu dengan Cody?” Tanya Novela.

            “Dia.. Dia sudah sangat keterlaluan. Aku ingin membunuhnya tapi dia sudah mati.” Ucap Luke.

            Novela tidak mengerti arah pembicaraan Luke. Dilihat dari penampilanya, Luke sangat berantakan dan Novela merasa kasihan. Jujur saja, ia masih mencintai Luke tetapi ia sudah dimiliki orang lain, bahkan ia sudah menikah. Artinya ia tak akan bisa lagi menjalin hubungan bersama Luke.

            “Maafkan aku Luk. Aku menikah diam-diam tanpa memberitahumu. Tapi mengapa Cody bisa tau kalau aku menikah?” Ucap Novela.

            “Vela, lelaki itu sangat brengsek. Kau tidak tau kalau sebenarnya Cody-lah yang menghamili-mu.” Ucap Luke.

            Untunglah Novela bisa mengontrol diri dan menahan teriakannya. Cody? Tidak mungkin! Bahkan ia tidak ingat kapan ia berbuat yang tidak-tidak dengan Cody. Tapi Novela sempat mencurigai lelaki itu yang ia rasa bukan manusia biasa.

            “Kau ingat saat aku pingsan? Mungkin karena kejadian itu aku hamil. Malam harinya, aku pingsan dan seperti di bawa terbang oleh seseorang.” Ucap Novela.

            Luke merinding mendengar ucapan Novela. “Sebaiknya kau gugurkan kandunganmu! Aku rela melihatmu dengan lelaki lain, tapi aku tidak ingin kau pergi karena kandunganmu itu!” Ucap Luke.

            Ucapan yang mampu menyayat hati Novela. Gadis itu berusaha untuk menahan sesak di dadanya. “Sebenarnya aku juga takut Luk. Aku hamil tapi rasanya aneh. Aku tidak merasa mual. Aku merasa seperti terkena penyakit aneh.” Ucap Novela.

            Tiba-tiba saja Luke memukul meja sehingga membuat Novela kaget. “Jawabannya ada di Cody! Tapi lelaki itu tidak mau membuka suara mengenai apa yang telah terjadi pada kita. Cody seperti ingin membuat kita menderita. Sebenarnya apa maunya? Jika dia butuh bantuanku, aku mau membantunya asalkan dia tak lagi mengangguku!” Ucap Luke.

            “Tadi kau bilang Cody sudah mati?” Tanya Novela.

            Luke tersenyum sinis. “Bukankah dia memang sudah mati dua bulan yang lalu saat kau membaca diinternet?” Tanyanya.

            “Jadi maksudmu Cody bangkit lagi? Lalu untuk apa dia bangkit lagi?” Tanya Novela.

            Pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Luke sudah sangat lelah dihadapi oleh masalah-masalah ini. Seandainya Cody mau mengaku dan memberi tahu apa tujuannya menghancurkan hidupnya.

            “Luk, masuk akal tidak kalau Cody adalah Tristan?” Tanya Novela.

***

            Satu bulan berlalu. Jawaban itu belum juga datang dan hal itu membuat Luke frustrasi. Hal itu malah membuat Luke hilang kontrol dan berbuat macam-macam. Luke suka pulang malam dan jarang berada di rumah. Bagaimanapun juga, ia masih memiliki uang yang banyak namun sayangnya uang itu ia habiskan demi kesenangannya. Setiap malam Luke selalu mendatangi bar dan membuang uang demi mendapatkan kepuasan. Tentu saja disana banyak wanita-wanita tidak baik yang mau melayaninya.

Kini Luke dikabarkan dekat dengan seorang gadis bernama Kylie, seorang model seksi yang banyak diburu oleh pria. Namun Luke adalah orang yang beruntung karena bisa mendapatkan Kylie. Untungnya, Luke tetap berada di negaranya sehingga tidak berbuat onar di negara orang lain. Mungkin Luke masih tau diri dan tidak tega meninggalkan Ibunya yang tinggal sendirian di rumah. Menghadapi sikap buruk Luke, Liza tidak bisa berbuat apapun. Bahkan Liza rela jika sewaktu-waktu Tuhan memisahkannya dengan Luke.

Sementara itu, di belahan bumi yang lain, Michael, Calum dan Ashton merasa khawatir dengan Luke yang benar-benar berubah. Luke sudah menjadi gila dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Banyak orang menyimpulkan bahwa Luke sudah keluar dari 5 Seconds of Summer walau itu masih diragukan.

“Luke membutuhkan kita.” Ucap Michael.

“Benar. Kita harus menemuinya.” Ucap Calum.

“Aku heran mengapa Luke bisa sampai seperti itu. Aku sering menjumpai foto-fotonya bersama gadis-gadis tidak baik. Pasti karena Novela.” Ucap Ashton.

Secepat mungkin mereka harus menemui Luke dan mengembalikan Luke yang dulu. Lagi-lagi mereka harus mengorbankan karier mereka demi Luke karena mereka rasa, ketidakhadiran Luke membuat band mereka terasa sedih walau mereka berusaha kuat untuk tetap tersenyum dan mengatakan baik-baik saja.

“Minggu depan kalian boleh pulang.” Ucap Tami yang sepertinya juga tau masalah yang dialami Luke.

***

Dua bulan usia janinnya dan Novela merasa baik-baik saja. Bahkan rasanya tidak seperti hamil walau perutnya agak membesar. Kata dokter, ia harus bersikap tenang dan menghindari stress agar bayi yang dikandungnya selalu sehat. Albert selalu ada untuknya walau terkadang Novela mengabaikan Albert. Setelah menikah, Novela hilang kontak dengan teman-temannya, termasuk Phoebe, bahkan Aaron. Tapi Novela tidak peduli. Biarlah mereka mencarinya.

Mengenai Luke, Novela tentu tau apa yang sedang dialami mantannya itu walau Novela tidak pernah mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Luke. Novela hanya lari meninggalkan Luke walau sebenarnya ia sangat tidak ingin melakukannya. Novela tau, saat ini Luke sangat terpuruk dan membutuhkan sosok yang dapat mengembalikannya menjadi dirinya yang dulu. Ia kira, hanya ia yang bisa menyelamatkan Luke. Tapi kenyataannya salah. Ia bahkan yang membuat semuanya bertambah buruk.

“Hei.”

            Albert datang dan duduk disampingnya. Tapi rasanya Novela malas bicara dengan Albert. Di hari-hari sebelumnya pun ia malas bicara. Kerjaannya hanya diam di kamar, ataupun duduk di teras. Novela juga tidak merasakan takut sama sekali jika kerjaannya yang terlihat seperti orang yang stress dapat membahayakan bayi yang dikandungnya juga dirinya sendiri.

            “Kau.. Kau masih memikirkan Luke?” Tanya Albert.

            Sepertinya Albert paham mengenai perasaannya pada Luke. Awalnya, Albert kaget mendengar cerita Novela yang sangat tidak diduganya namun pada akhirnya Albert mau membantu Novela walau orangtuanya tidak setuju. Tapi Albert tetap memaksakan diri demi Novela. Sebenarnya Albert bisa saja mencintai Novela tapi sepertinya Novela tidak bisa mencintainya. Tapi Albert berjanji untuk menjaga Novela dengan baik.

            “Aku tak mau memikirkan Luke ataupun semuanya.” Ucap Novela.

            Entahlah yang jelas gadis itu sering memikirkan tentang kematian dan keinginannya menyusul Tristan dan Ashley. Bisa saja ia bunuh diri dengan cara meminum racun atau sejenisnya. Tapi Novela harus berani melakukannya dan mau meninggalkan orang-orang yang dicintainya, termasuk Luke.

            “Aku harap kau baik-baik saja. Aku berjanji untuk selalu menjagamu.” Ucap Albert.

***
            Malam ini Luke tampak kelelahan. Ia terlalu banyak meninum alkohol sehingga membuatnya pulang dalam keadaan yang paling buruk seperti ini. Untunglah Liza sudah tidur jadi ia tidak akan menimbulkan masalah untuk malam ini. Luke berjalan sempoyongan masuk ke dalam kamar. Ia buka jaket hitam yang ia gunakan lalu ia lempar secara asal. Kemudian, Luke tak sengaja menemukan bayangannya di cermin.

            Cukup lama Luke memerhatikan wajahnya di cermin, Luke sadar kalau dirinya sangat tidak baik-baik saja. Wajahnya tampak berbeda dan rambutnya gondrong. Mungkin teman-temannya pada kaget saat melihat dirinya yang sekarang. Entahlah apakah publik tau. Tapi Luke berharap mereka tidak akan tau karena Luke tidak ingin menyakiti hati fans-nya.

            Sekali lagi Luke menatap wajahnya di cermin. Seakan-akan ia melihat Tristan disana. Wajahnya emang mirip dengan Tristan dan Luke sangat membenci hal itu. Selalu saja ia teringat Tristan jika ia menatap dirinya di depan cermin. Jadi, begini rasanya selama menjadi Tristan yang enggan bercermin hanya karena takut mengingat akan sosok bernama Luke Hemmings. Tristan memang sangat menyayanginya dan selalu menjaganya.

            Luke menghela nafas berat. Ia menjatuhkan tubuhnya di kasur dan beberapa menit kemudian ia langsung tertidur lelap.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar