Sinar
matahari menyelinap di mataku. Membuat pandanganku silau. Perlahan aku membuka
mataku. Aku menoleh ke arah samping ternyata Luke sudah bangun. Astaga aku baru
ingat semalaman aku tidur dengannya. Aku tersenyum malu. Banyak sekali hal-hal memalukan
yang aku lakukan bersama Luke. Setelah semua nyawa-nyawaku terkumpul, aku
bangkit dan mendengar bunyi di perutku. Leish.. Leish.. Kau cepat sekali merasa
lapar. Aku pun keluar tenda dan melihat Luke disana.
“Morning
Leish!” Sapa Luke ceria.
“Apakah tidak ada makanan untuk
sarapan? Aku sangat lapar.” Tanyaku.
“Disana ada banyak makanan. Kau bisa
memilihnya sesukamu.” Ucap Luke sambil menunjuk ke tempat yang dimaksud.
Alangkah bodohnya jika aku yang
menyuruh Luke mengambil makanan. Lagipula kaki-ku sudah sembuh. Akhirnya aku
putuskan untuk pergi kesana dan mengambil beberapa makanan. Saat aku berjalan
dan hendak mengambil makanan, mereka memberikanku jalan dan terkesan menyingkir
dariku. Aku menarik nafas dalam-dalam. Aku memang penyakit yang harus
dihindari.
Cukup mengambil satu burger
berukuran jumbo dan air mineral, aku kembali menuju tempatku. Aku memakan
burger jumbo itu dengan semangat. Pastinya aku masih lapar tapi aku berusaha
untuk kenyang. Sangat tidak sopan mengambil makanan lagi karena jatahku hanya
ini. Selanjutnya, guru pembimbing kami mengadakan permainan. Aku masih duduk
disini dan melihat Luke yang bergabung dengan teman-temannya. Aku tersenyum.
Dia harus bisa bergaul dengan teman-temannya yang lain, tidak seperti aku.
Ternyata mereka akan bermain basket.
Entah sejak kapan di sekitar tempat ini ada ring basket dan tentu saja ada
lapangannya. Aku menatap Luke dari kejauhan yang sepertinya ingin ikut tanding
basket bersama teman-temannya. Pasti Luke jago bermain basket. Di rumahnya saja
sudah tersedia lapangan basket.
Kulihat Luke satu grup dengan Shawn
dan dia kelihatan sangat bahagia. Aku berdiri dan berjalan mendekati mereka
agar aku bisa melihat mereka bertanding dengan jelas. Banyak sekali yang
menonton permainan ini dan hampir semua meneriaki Luke. Luke memang istimewa
disini. Dewi Fortuna benar-benar ada dipihakku.
“Hei, namamu Aleisha kan?”
Aku sedikit kaget melihat kehadiran
gadis berambut biru muda dan sedang tersenyum lebar padaku. Siapa dia? Dilihat
dari penampilannya, gadis itu tampak tomboi. Tiba-tiba aku tersenyum melihat
tulisan di kaus-nya, yaitu Nirvana. Pasti dia penggila band rock.
“Iya. Kau siapa?” Jawab+Tanyaku.
“Aku Cassadee. Panggil saja Cassa.
Senang berkenalan denganmu.” Jawabnya.
Sepertinya aku memiliki teman baru.
Tapi selama di sekolah aku tidak pernah melihat Cassa. Rambutnya yang berwarna
biru mencolok mengingatkanku pada sosok Michael yang suka mewarnai rambutnya.
Kemudian, aku melihat ke arah permainan basket. Astaga disana Luke sangat
keren! Bintang lapangannya adalah Luke dan Shawn. Keduanya terlihat sempurna
disana dan bekerja sama dengan baik.
“Aku kira kau adalah pacar Luke.”
Ucap Cassa.
“No.
I’m just Luke’s friend.” Ucapku.
“Hmm.. Tapi aku heran loh. Aku kenal
baik dengan Luke tapi selama ini dia tidak pernah berteman dengan cewek.
Temannya kalau tidak Michael ya Ashton sama Calum. Aku curiga padanya.
Jangan-jangan Luke menyukaimu.” Ucap Cassa.
“Tidak. Kami hanya berteman. Aku
juga tidak tau kenapa bisa akrab dengan Luke. Sebelumnya aku tidak pernah
berteman dengan cowok. Bahkan punya pacar.” Ucapku.
“Ohya? Pasti rasanya aneh ya
memiliki teman seperti Luke.” Ucap Cassa.
Suara teriakan membuatku kaget. Aku
tidak melihat ke arah lapangan. Pasti karena aksi Luke. Di lapangan, aku
melihat teman se-tim Luke memeluk Luke. Tampaknya mereka berhasil memenangkan
permainan. Aku tidak bisa berhenti untuk tersenyum melihat wajah bahagia Luke.
Senyum Luke sangat berharga bagiku.
“Luke benar-benar keren dan
berbakat. Aku heran kenapa ada cowok seperti Luke. Bisa saja aku jatuh cinta
padanya kalau tidak ada…” Ucap Cassa lalu menggantung kalimatnya.
“Tidak ada apa?” Tanyaku penasaran.
Raut muka Cassa berubah menjadi
masam. “Siapa lagi kalau bukan si bitch
itu? Dia merusak image Luke.
Untunglah dia sudah pergi dari sekolah kami.” Ucap Cassa.
“Maksudmu nenek lampir itu?”
Tanyaku.
Cassa tertawa akan pertanyaanku. “Sure. Entah julukan apa lagi untuknya.
Tapi aku lebih suka memanggilnya menggunakan bitch.” Jawabnya.
Timbul niatku untuk menanyakan
perihal mantan Luke dan mengapa orang-orang pada tidak suka dengannya. Tapi
sepertinya Luke sangat mencintai pacarnya itu. Jadi selama mereka pacaran
banyak sekali yang membenci hubungan mereka. Pasti menyakitkan.
“Memangnya seburuk itukah dia?”
Tanyaku.
“Ya. Dia yang mengotori Luke.
Sebenarnya Luke itu anak yang baik dan mampu menjaga diri. Tapi sayang saat
kedatangan si bitch itu, Luke berubah
total. Dia menjadi sedikit nakal dan terobsesi dengan bitch itu. Tentu saja banyak yang membenci hubungan itu.
Sebelumnya, si bitch itu emang
perempuan tidak baik. Aku tidak menyangka si bitch itu bisa menarik perhatian Luke bahkan sampai bisa menjalin
hubungan dengan Luke.” Jelas Cassa.
“Lalu mengapa mereka bisa putus?
Mengapa si nenek sihir itu meninggalkan sekolah?” Tanyaku.
Rasanya aneh jika aku mengatakan
seseorang dengan sebutan bitch karena
itu tidak baik walau kelakukannya cocok dengan kata itu. Diam-diam, aku merasa
kasihan dengan Luke. Pasti hidupnya amat berat.
“Entah. Hubungan mereka hanya
mencapai empat bulan. Tiba-tiba saja aku menemukan foto si bitch itu mesraan dengan cowok lain. Tapi kurasa dia kecewa dengan
Luke makanya dia tega selingkuh ke cowok lain bahkan pindah sekolah.” Ucap
Cassa.
Aku mengangguk-angguk.
“Setelah kepergiannya, Luke amat
terpukul. Dia sempat menangis karena kehilangan gadis yang sangat dia cintai.
Luke mengaku itu semua karena salahnya. Jika saja Luke bertemu dengan bitch itu lagi, Luke bakal janji untuk
tidak ngecewain bitch itu. Tapi aku
harap bitch itu tidak kembali lagi.
Kurasa Luke sudah move on.” Ucap
Cassa.
Tiba-tiba Luke datang mendekati kami.
Aku terpesona melihat wajahnya yang dipenuhi keringat. Aku harap Luke tidak
mendengar percakapanku dengan Cassa. Tapi aku masih heran dengan mantan Luke
itu. Kok dia bisa dibilang bitch sih?
Memangnya dia jalang beneran apa? Pastinya Luke tau dong mana gadis yang baik
dan gadis yang tidak baik untuknya.
“Cassa! Kau ternyata sudah akrab ya
dengan Leish.” Ucap Luke.
“Tentu saja. Aku sudah menjadi teman
Leish.” Ucap Cassa.
Luke membiarkan kami berdua
melanjutkan percakapan kami tadi. Aku menatap Cassa. Masih penasaran dengan
kisah hubungan Luke dengan gadis itu. Jujur saja, aku penasaran dengan gadis
itu. Apakah dia cantik? Seksi? Pastinya!
“Leish, aku benar-benar
berterimakasih padamu kalau kau bisa menggantikan posisi cewek itu. Semenjak
kedatanganmu, aku sering melihat Luke tersenyum dan tertawa. Kau adalah gadis
yang baik. Kau cocok dengan Luke.” Ucap Cassa.
Aku tersenyum malu mendengar ucapan
Cassa. Aku teringat dengan tweet yang Luke kirim tentang mantannya. Hah! Luke
belum bisa melupakan mantannya itu jadi kehadiranku di hidupnya tidak pengaruh
sama sekali. Lagipula, mana cocok aku dengan Luke. Aku hanya sahabat Luke,
tidak lebih dan aku tidak ingin menghancurkan persahabatan kita hanya karena
perasaanku pada Luke.
“Kau pernah baca tweet Luke tentang
mantannya itu? Ku rasa Luke masih mencintai mantannya.” Ucapku.
Cassa menaikkan sebelah alisnya.
“Ohya? Aku tidak pernah membuka twitter. Ah sudahlah. Itu masa lalu Luke. Toh
gadis itu tidak akan kembali juga.” Ucapnya.
Ketika matahari bersinar terik, kami
bersiap-siap untuk pulang. Aku benar-benar lelah. Tubuhku pegal dan tentu saja
perutku lapar. Well, aku dan Cassa
sudah berteman baik. Aku sempat curhat padanya tentang anak-anak lain yang
membenciku karena aku dekat dengan Luke. Cassa tertawa mendengar curhatanku.
Sedangkan Luke, dia merasa senang melihatku yang mendapatkan teman baru. Dia
rasa Cassa adalah teman yang baik untukku dan sikapnya sama denganku. Cassa
sangat mengidolakan band dan oh yeah dia bakal nonton konser Simple Plan.
Aku jadi tidak sabaran menunggu
konser itu.
***
“Jadi kau tidur satu tenda dengan
Luke?” Tanya Michael.
Saat jam isetirahat kami asyik
membicarakan tentang acara kemarin. Calum menyesal karena tidak mengikutinya.
Aku sempat bercerita tentang aku dan Luke yang terpaksa tidur di dalam satu
tenda. Pasti sangat memalukan. Tapi aku tidak menceritakan tentang kebersamaanku
dengan Luke ketika dia memutuskan untuk mencari tempat yang sepi.
“Kau bahaya Luk! Tapi enak ya tidur
sama Leish. Kau bisa memeluknya sepanjang malam.” Ucap Ashton.
Langung saja Luke memukul bahu
Ashton. Aku tertawa melihatnya. Di malam itu aku hampir tidak mengingat apapun
karena aku sangat mengantuk. Aku hanya mengingat saat aku memeluk lengan Luke
dan menaruh kepalaku di atas bahunya. Malam terbaik. Tapi sungguh aku tidak
melakukan hal yang tidak-tidak dengan Luke.
“Kalau begitu nanti malam Leish
harus tidur bersamaku.” Ucap Calum.
Aku menatap Calum jijik. “Aku bukan
cewek murahan walau ucapanmu tadi cukup menggiurkan.” Ucapku.
Calum tertawa. Kemudian aku tidak
sengaja menatap Luke yang juga sedang menatapku. Kami memang sering mengalami hal
seperti tadi. Saat kami bertatapan, kami langsung menunduk. Tentu saja aku
merasa malu sedangkan Luke aku tidak tau.
“Aku balik dulu ya.” Ucap Ashton
lalu diikuti Michael dan Calum.
Kini hanya tinggal aku dan Luke di
kantin. Aku mengambil steak-ku dengan pelan lalu memakannya. Aku harus
banyak-banyak belajar cara menghadapi makanan yang baik. Makan itu harusnya
pelan walau kau sangat lapar, dan harus di kunyah kalau tidak lambungmu akan
kesulitan mengolah makanan.
“Ehm.. Aku masih
penasaran dengan mantanmu itu.” Ucapku. Sial.
“Kau penasaran sekali
ya.” Ucap Luke.
Aku memberanikan diri
menatap Luke tanpa mengalihkan pandang ke arah lain. “Aku memang penasaran.”
Aku teringat dengan cerita Cassa mengenai mantan Luke. Tapi aku tidak bilang ke
Luke karena takut nantinya akan merusak hubungan Luke dengan Cassa. “Mengapa
mereka mengatakan mantanmu adalah gadis yang tidak baik?” Tanyaku. Astaga aku
kenapa sih? Ku lihat wajah Luke yang berubah menjadi mmm seperti tidak suka
dengan pertanyaan yang tadi aku ucapkan. “Maaf.” Ucapku.
“It’s ok. Mereka memang suka
mengatakan hal seperti itu karena itulah mereka sangat membenci hubungan kami.”
Ucap Luke.
“Ng.. Kalau ada masalah, cerita aja padaku. Aku bisa menjadi pendengar
baik. Terutama dengan mantanmu itu. Kau masih mencintainya kan? Jadi sikapmu
yang terlihat diam dan tidak ceria adalah karena mantanmu?” Ucapku.
Luke menghela nafas panjang. “You’re
right. Karena aku kehilangannya aku jadi gila seperti ini. This is my fault. Salahku sehingga dia
meninggalkanku. Aku tidak mau mengingat tentang kesalahanku dulu sehingga dia
meninggalkanku.” Ucapnya.
“But
you still love her, right?” Tanyaku memastikan.
Luke mengangguk. Aku menahan
nafasku. Dugaan Cassa ternyata salah. Cassa mengira Luke sudah bisa melupakan
mantannya itu tapi kenyataannya Luke masih mencintai mantannya itu. Entah
mengapa hatiku sakit akan kenyataan ini. Aku takut jika gadis itu kembali.
Pastinya Luke akan senang dan pastinya Luke lebih memilih pacar ketimbang
sahabat.
“Jika dia kembali, aku ingin meminta
maaf padanya. Aku akan melakukan cara apapun agar dia mau memaafkanku.” Ucap
Luke.
Aku menatap Luke miris. “Mereka
salah Luk. Mantanmu adalah gadis yang baik. Aku yakin itu.” Ucapku.
“Kau belum bertemu dengannya tapi
kau sudah mengatakan dia adalah gadis yang baik. Actually, I think they’re right. Dia adalah seorang model, sama
seperti Rose. Tapi aku tidak tau bagaimana hidupnya selama dia tidak bersamaku.
Ada yang bilang dia adalah gadis yang nakal yang suka bermain-main bersama
pria. Tapi tentu saja aku tidak percaya walau mungkin.. yah.. Dilihat dari
penampilannya sudah sangat jelas kalau dia bukan gadis yang baik.” Jelas Luke.
“Ow, pasti dia sangat cantik dan
seksi.” Ucapku sambil tertawa.
Luke ikutan tertawa. “I don’t know why I can fall in love with
her. It just happens. Love is blind.” Ucapnya.
“Kau benar. Kita tidak bisa
memprediksi kapan dan dengan siapa kita bisa jatuh cinta dengan seseorang.”
Ucapku.
“Hei
you two!” Teriak seorang gadis yang tidak lain adalah Cassa.
Dengan gerakan cepat Cassa mencium
pipi Luke lalu duduk di sampingku. Aku tersenyum geli melihatnya sementara Luke
terlihat kesal. Apa Cassa sering melakukan hal itu pada Luke? Aku saja pernah
melakukannya walau hanya satu kali, itupun secara tidak aku duga.
“Kenapa kalian tidak pacaran sih?”
Tanya Cassa marah-marah.
Lho kok dia langsung marah sih?
Kenapa tidak Cassa saja yang pacaran dengan Luke? Kurasa Cassa cocok dengan
Luke. Tubuhnya kurus, tinggi dan tentu saja cantik. Tapi ingat, Luke masih
mencintai mantannya. Artinya, tidak mudah bagi Luke untuk memulai sebuah
hubungan yang baru.
“Kau tidak mengerti sih Luke masih
mencintai mantannya.” Ucapku. Ah aku kenapa sih tidak bisa menjaga kalimat yang
aku ucapkan?
Mendengar ucapanku, Cassa menatap
Luke dengan tatapan entahlah. “Kau masih mencintainya?” Tanyanya. Luke
mengangguk pelan. Langsung saja Cassa memukul meja kantin. “Sudah aku bilang,
lupakan saja dia! Dia itu tidak cocok untukmu. Lebih baik kau pacaran sama
Aleisha saja. Dia gadis yang sangat baik dan lembut.” Ucap Cassa.
Aku langsung bertindak. “Cassa please, hormatin perasaan Luke. Dia
tentu tau mana gadis yang baik dan mana gadis yang tidak baik.” Ucapku.
Cassa tersenyum sinis. “Dan dia
memilih gadis yang tidak baik. Bahkan sangat tidak baik. Aku akan membunuh bitch itu jika dia kembali.” Ucapnya.
Aku menggeleng-gelengkan kepala
karena ucapan Cassa yang menyakitkan hati Luke. Ku harap Luke baik-baik saja.
Maafkan aku, Luk..
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar