expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juni 2016

Stay ( Part 9 )



“Maafkan aku karena aku tidak sempat menjengukmu.” Ucap Aaron.

            Siang itu, Aaron mengajak Novela makan siang di kantin kampus yang sudah sepi. Novela takut dilihat banyak orang dan akan menimbulkan gosip yang tidak-tidak. Awalnya Novela ingin mengajak Phoebe tapi Phoebe tidak mau karena takut dikacangin. Sepertinya Phoebe lebih menyukainya bersama Aaron dibanding Luke.

            “Tidak apa-apa. Aku sudah sembuh.” Ucap Novela.

            Aaron menatap Novela ragu. “Luke sudah pulang ya?” Tanyanya.

            “Iya. Kenapa?” Tanya Novela.

            Untunglah Aaron tidak tau menahu tentang masalah keluarga Luke dan penyebab Luke pulang ke Sydney dan meninggalkan konser. “Pasti kau sangat bahagia.” Ucap Aaron.

            Aaron yang menyedihkan. Novela tidak ingin terlalu banyak menyakiti hati Aaron. Tapi kenapa Aaron tetap keras kepala? Bisakah Aaron mencari cinta-nya yang lain? Novela sudah dipusingkan oleh masalah-masalahnya terutama Cody dan tulisan misterius itu. Entahlah tapi Novela merasa Cody ada hubungannya dengan tulisan misterius itu. Novela berharap hari ini ia bisa bertemu dengan Cody.

            “Sebaiknya kau hapus saja rasa cintamu itu. Aku mencintai Luke begitupun sebaliknya.” Ucap Novela.

            “Ya.. Ya aku mengerti. Tapi aku akan tetap menunggumu putus dengan Luke.” Ucap Aaron.

            Dasar keras kepala! Batin Novela. Sifat yang mirip dengan Luke. Aaron dan Luke sama-sama keras kepala. “Kalaupun aku putus dengan Luke, belum tentu aku mau menjadi pacarmu.” Dan bayangan Cody pun muncul menghiasi wajahnya. Jika saja ia tidak pacaran dengan Luke, kemungkinan besar ia jatuh cinta dengan Cody.

***

            Entahlah apa yang membuat Michael berteriak seperti orang gila. Kebetulan Tami melewati kamar Michael. Langsung saja gadis itu masuk ke dalam kamar Michael. Seperti biasa. Michael bermain Play Station tapi rasanya kasihan kalau bermain sendirian. Tapi bukan karena game itu yang membuat Michael berteriak.

            “Akhirnya Luke membalas Direct Message-ku!” Seru Michael.

            Tami menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku Michael. Namun Tami senang sekali karena jarang lho ia menemukan cowok seperti Michael yang dengan mudahnya dapat membuat orang disekitarnya bahagia hanya karena melihat wajahnya saja.

            “Memangnya selama ini kalian tidak pernah berkomunikasi?” Tanya Tami.

            Michael menoleh ke arah Tami. “Ya. Luke selalu mengabaikanku. Nomor HP-nya sudah dia ganti dan Luke jarang bermain di media sosial.” Jawabnya.

            “Luke membalas apa?” Tanya Tami.

            “Dia sangat merindukanku, juga Ashton dan Calum. Kau juga. Katanya Luke sangat merindukan ocehan-mu.” Jawab Michael.

            Tami tertawa mendengar jawaban Michael. Sudah lama ia tidak melihat Luke dan Tami sangat merindukan cowok itu. Baginya, Luke yang paling bandel diantara keempatnya walau kenyataannya Luke yang paling banyak diam dan jarang bertingkah aneh.

            “Aku ingin membicarakan soal Ashton dan Calum.” Ucap Michael tiba-tiba. Wajahnya berubah menjadi serius.

            “Bukankah kau pernah bilang kalau mereka sama-sama naksir Ashley?” Tanya Tami.

            “Iya. Itu masalahnya! Ashton mengancam kalau Calum sampai pacaran dengan Ashley, dia akan keluar dari band.” Ucap Michael.

            Tentu saja Tami kaget mendengar ucapan Michael. Kemudian Michael menjelaskan sedetail-detail-nya tentang masalah diantara Calum dan Ashton yang ada hubungannya dengan Ashley serta janji itu. Pantas saja Ashton merasa marah pada Calum padahal Ashton-lah yang pertama kali menyukai Ashley tapi karena janji itu, Luke tidak suka jika Ashton menyukai Ashley dan Ashton pun mundur. Namun setelah itu, Calum mencoba mendekati Ashley dan membuat gadis itu menyukainya tanpa memikirkan janji yang sudah mereka buat.

            “Mike, Ashley sedang sakit. Sebaiknya kau kasih tau saja ke Ashton agar dia mengerti. Kalau seandainya Ashley menyukai Calum, berilah pengertian ke Ashton. Ini semua demi Ashley dan kesembuhannya.” Ucap Tami.

            “Aku juga berpikir seperti itu. Tapi aku tidak berani memberitahu Ashton. Aku takut Ashton bakal kabur.” Ucap Michael.

            “Aku tidak mengatakan kalau kau harus memberitahunya sekarang. Nanti setelah konser selesai kau harus memberitahu Ashton.” Ucap Tami.

            “Tapi aku tidak berani. Biarlah Ashton sendiri yang mencari tau.” Ucap Michael.

            “Dan aku sudah tau sekarang.” Ucap sebuah suara yang tidak lain adalah Ashton.

***

            Kondisi Ashley mulai membaik. Berkat Luke, Ashley jadi semakin semangat demi menyembuhkan penyakitnya walau terkadang Ashley merasa frustrasi. Banyak sekali macam obat herbal yang ia minum. Walau rasanya tidak enak, tapi Ashley tetap berjuang memakannya. Ashley ingin membuat Ibu dan Kakak-nya tersenyum melihat perjuangannya. Kata Luke, sebentar lagi 5 Seconds of Summer akan pulang dan ia akan bertemu Calum. Ashley tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia menyukai Calum. Luke pun tidak keberatan jika ia menjalin hubungan dengan teman satu band kakaknya.

            Malam itu, Ashley belajar dengan serius walau rasanya susah menerima pelajaran karena kondisinya yang seperti itu. Ashley mudah lelah dan malas. Apalagi kepalanya yang suka sekali sakit dan membuatnya ingin pingsan saja. Kata gurunya, nilai-nilai Ashley banyak yang turun dan mereka heran. Liza hanya memberitahu perihal penyakitnya kepada kepala sekolah saja dan tidak kepada guru-guru lain. Kalau begini caranya, bagaimana bisa ia menjadi seorang dokter? Tiba-tiba saja Ashley meneteskan air mata.

            ‘Aku tidak ingin mati.’ Batin Ashley. Tapi jika ia harus mati dalam waktu yang sedekat ini, maka Ashley tidak bisa berbuat apapun. Tuhan-lah yang mengatur hidup ini dan Ashley tidak bisa menolak takdir Tuhan sekalipun itu menyakitkan. Salah satunya adalah Tristan. Ashley tidak bisa mengembalikan Tristan disisinya. Tapi andai saja jika saat itu ia yang mendonorkan ginjal-nya ke Luke dan bukan Tristan, dan jika ginjal-nya cocok untuk Luke, pasti sampai saat ini Tristan masih hidup bahkan Tristan masih bisa kuliah dan meraih cita-citanya menjadi seorang dokter.

            “Apa kabar kak Tris? Apa yang sedang kak Tris lakukan disana? Apa kak Tris tau kalau Ashley terkena kanker?” Tanya Ashley sambil melihat foto Tristan.

            Akibat penyakit yang dideritanya, Ashley jadi sangat merindukan sosok Tristan walau sudah ada Luke disini. Tapi bagaimanapun juga Tristan tidak bisa tergantikan oleh sosok manapun sekalipun itu Luke, walau Luke dan Tristan sangat mirip. Terakhir, Ashley mencium foto Tristan dan berharap ia akan bertemu Tristan di mimpinya nanti.

***

            We meet again.”

            Jantung Novela berdebar kencang mendengar suara itu. Cody! Cowok itu tetap sama seperti pertama kali ia lihat. Bahkan sekarang Cody semakin tampan. Akhirnya orang yang ditunggu-tunggu-nya pun datang juga. Tapi Novela merasa bodoh karena ia bingung mau bicara apa ke Cody. Otaknya blank dan ia tidak bisa menemukan pertanyaan-pertanyaan yang akan ia tanyakan ke Cody.

            “Kau.. aku penasaran denganmu.” Ucap Novela.

            Cody tersenyum lalu duduk di samping Novela. “Sekarang aku memberimu tiga pertanyaan dan aku akan menjawabnya dengan jujur.” Ucapnya.

            Novela menatap Cody. Benarkah apa yang dikatakan cowok itu? Tapi sungguh Novela bingung mau menanyakan hal apa karena otaknya benar-benar kosong. Sedangkan saat ia tidak bersama Cody, pertanyaan-pertanyaan itu datang memenuhi otaknya. Novela menjadi kesal dengan dirinya sendiri.

            “Nama aslimu siapa?” Tanya Novela. Bodoh!

            “Cody William Ramirez.” Jawab Cody.

            Novela menarik nafas dalam-dalam. Baginya itu merupakan pertanyaan bodoh. Tapi sungguh Novela bingung mau menanyakan apa ke Cody. Setidaknya ia sudah bertanya dan berharap dipertemuan selanjutnya Cody akan memberinya kesempatan untuk bertanya. Sekarang tinggal dua pertanyaan yang masih tersisa.

            “Apa kau.. apa kau mengenal Luke Hemmings?” Tanya Novela.

            “Tentu saja. Dia adalah salah satu penyanyi favoritku dan aku sangat mengidolakan 5 Seconds of Summer baru-baru ini. Lagu mereka bagus-bagus.” Jawab Cody.

            Tinggal satu pertanyaan lagi. Tapi karena Novela sudah tau siapa nama asli Cody, ia bisa search di google. Barangkali ia menemukan sesuatu disana. Ya. Jadi sangat berguna sekali ia menanyakan nama asli Cody.

            “Untuk apa kau menemuiku?” Tanya Novela.

            Cody terdiam sesaat. Apa pertanyaan itu sangat susah untuk dijawab? Tapi wajah Cody tampak tenang saja. Novela menunggu jawaban Cody dengan sabar bersamaan dengan jantungnya yang masih berdebar-debar.

            “Karena aku mencintaimu.” Jawab Cody.

***

            Malam ini adalah konser terakhir 5 Seconds of Summer sebelum mereka break. Malam ini mereka memberikan penampilan yang terbaik bagi para penonton. Di atas panggung sana, tampaknya Ashton dan Calum bisa menguasai keadaan. Mereka berpura-pura ramah dan tertawa bersama-sama sambil berangkulan. Tapi Michael sejak awal konser merasa tidak enak. Tidak. Bukan sejak awal konser. Melainkan sejak Ashton tau tentang penyakit Ashley karena Ashton mendengar percakapannya dengan Tami.

            Awalnya, Ashton tidak percaya namun akhirnya cowok itu percaya juga dan hatinya sangat sedih. Ashton sama sedihnya seperti Calum. Michael dan Tami sama-sama merasa bersalah tapi syukurlah Ashton tidak seperti Luke. Cowok itu tidak ingin meninggalkan konser dan menunggu dengan tenang sampai konser di seluruh Eropa berakhir.

            Setelah semuanya berakhir, baik Ashton, Calum dan Michael, ketiganya sibuk membereskan koper masing-masing dan malam itu mereka siap terbang ke Australia. Awalnya Sony tidak setuju tapi mau bagaimana lagi? Bahkan Tami juga ingin pergi ke Australia malam ini juga. Selain merindukan Luke, tapi juga penasaran bagaimana keadaan Ashley. Tadi Tami sudah mengirim pesan di twitter Luke kalau ia secepatnya akan tiba di Sydney tapi Luke tidak membalas sama sekali.

            Di bandara, banyak fans yang mencoba mengambil foto mereka dan meminta foto bareng. Tapi Michael saja yang mau peduli dengan fans sedangkan Calum dan Ashton cuek saja. Bahkan Michael sempat ngobrol dengan fans-nya dan mengatakan kalau ia baik-baik saja. Tapi ya yang namanya fans pasti selalu merasa khawatir dengan idola-nya walau mereka terlihat baik-baik saja.

            “Aku tidak sabaran tiba di Sydney. Aku sangat merindukan grandma.” Ucap Michael.

            Tami tersenyum. “Tentu saja. Disana keluargamu sedang merindukanmu. Pasti Ayah dan Ibumu merasa bangga ya memiliki anak yang berbakat seperti dirimu.” Ucapnya.

            Michael tersenyum sedih. Jika orangtuanya masih ada disini, pasti ia akan semakin bahagia. Nasibnya memang tidak jauh beda dengan Calum. Orangtua mereka sudah tidak ada dan mereka tidak memilki saudara kandung. Kalau Ashton masih memiliki orangtua dan dua adik kandung. Michael dan Calum tinggal satu rumah bersama grandma Michael dan adik dari Ibu Michael. Sedangkan saudara Calum lainnya, Calum rasa mereka hanya datang saat ia kaya saja. Dulu, mana ada yang mau memperhatikannya? Karena itulah Calum lebih suka tinggal bersama Michael dan menggunakan nama belakang Michael sebagai nama belakangnya karena Calum ingin menjadi bagian dari keluarga Michael.

            Pesawat pun lepas landas dan terbang dengan tenang. Tami duduk bersama Michael sedangkan Calum dan Ashton entahlah kemana. Baru sebentar saja Michael sudah tertidur lelap dan Tami tertawa melihat Michael yang sedang tidur dan wajahnya polos sekali. Seorang pramugari menawarinya makanan dan minuman tapi Tami menolaknya. Kantuknya sudah cukup parah dan Tami memutuskan untuk tidur.

***
           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar