Author’s POV
Konser yang paling ditunggu-tunggu
oleh Aleisha dan teman-temannya pun berakhir. Tampaknya mereka sangat
kelelahan, terutama Aleisha. Gadis itu yang paling semangat. Dia terus saja
berteriak selama perjalanan pulang. Ohya, mereka sebenarnya pergi ke tempat
konser menggunakan taksi karena biar perginya sama-sama. Motor masing-masing
mereka parker di rumah Cassa karena rumah Cassa yang paling dekat dengan tempat
konser.
“Aku tak menyangka kenapa Luke bisa
maju ke depan panggung.” Ucap Michael yang masih tidak percaya dengan apa yang
tadi dilihatnya.
Luke tertawa mendengar ucapan
Michael. Jujur saja, tadi itu memang sangat tidak diduganya. Luke benar-benar
tidak menyangka diajak maju ke depan panggung bersama Simple Plan padahal ia
tidak mengharapkan yang seperti itu.
“Aku ngantuk.” Ucap Aleisha.
Sedaritadi gadis itu menguap terus
dan berusaha menahan rasa kantuk. Jarak antara rumah Cassa dengan area konser
lumayan jauh. Jadi Aleisha harus bisa menahan rasa kantuknya atau memilih tidur
di dalam taksi. Kebetulan Aleisha duduk tepat di samping Luke jadi tiba-tiba
saja gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu Luke.
“Kau boleh tidur di bahuku.” Ucap
Luke.
Suara Luke terdengar manis. Siapapun
pasti akan meleleh karenanya. Akhirnya Aleisha tidur di bahu Luke. Diam-diam
Michael melihat Aleisha yang tidur di bahu Luke langsung menggoda Luke. Michael
ingat betul lagu yang tadi Luke nyanyikan yang dapat ia simpulkan bahwa lagu
itu Luke nyanyikan untuk Aleisha. Michael curiga kalau sebenarnya Luke menyukai
Aleisha tapi hanya saja Luke tidak mau mengakuinya.
“Kau menyukai Aleisha.” Ucap
Michael.
Luke hanya tersenyum menanggapi
ucapan Michael. Kemudian, dia melihat Aleisha yang sudah terlelap. Cepat sekali
gadis itu tidur. Perlahan, Luke mengusap lembut rambut Aleisha. Entahlah apa
yang ia rasakan, hanya Luke yang tau. Tapi tampaknya cowok itu begitu nyaman
dengan Aleisha yang tidur di bahunya bahkan ia ingin sekali memeluk gadis itu.
“Luke memang menyukai Leish.
Percayalah. Leish juga menyukai Luke.” Ucap Cassa.
Untunglah Aleisha tidur kalau tidak
gadis itu akan protes. Luke tetap menanggapi perkataan teman-temannya dengan
senyuman tanpa harus mengatakan apapun.
“Aku serius! Aleisha menyukaimu,
Luk!” Ucap Cassa.
“Hati-hati dengan ucapanmu, nanti
Luke akan meleleh.” Ucap Calum.
Semuanya tertawa kecuali Luke.
Teman-temannya itu memang senang sekali menggodanya dengan Aleisha. Tapi Luke
yakin sekali Aleisha hanya menganggapnya sebagai teman dan gadis itu sama
sekali tidak menyimpan perasaan apapun. Ia pun begitu. Selama ini Luke tak
pernah berpikir kalau ia menyimpan perasaan lebih pada Aleisha, namun Luke
mengaku kalau ia tidak ingin Aleisha meninggalkannya. Entahlah apa bentuk
perasaannya pada Aleisha yang jelas saat Luke berada di dekat gadis itu, ia
selalu merasa bahagia.
Tak terasa taksi itu berhenti tepat
di depan rumah Cassa. Luke membangunkan Aleisha dan gadis itu pun bangun. Sudah
sampai, batin Aleisha. Semuanya pun keluar dari taksi kemudian masuk ke dalam
rumah Cassa.
Cassa menatap satu per satu
teman-temannya. “Bagaimana kalau kalian menginap di rumahku?” Usulnya.
“Boleh. Tapi aku harus tidur berdua
bersamamu.” Jawab Michael.
Cassa langsung memukul bahu Michael.
“Maaf, tawaranmu tidak berpengaruh bagiku.” Ucapnya.
“Aku pulang saja. Aku juga harus
mengantar Aleisha pulang.” Ucap Luke.
“Ahahaha.. Cowok yang baik memang
harus mengertikan pacarnya..” Ucap Ashton.
Akhirnya mereka semua memutuskan
untuk pulang. Besok mereka sekolah. Tapi tidak taulah apa mereka sekolah atau
tidak. Waktu hampir memasuki tengah malam. Mau tidak mau mereka harus pulang
secepatnya.
“Thanks
Luk. Tadi itu sangat luar biasa.” Ucap Aleisha saat keduanya tiba di rumah
Aleisha.
“Apakah aku sudah seperti seorang
malaikat?” Tanya Luke sambil tertawa.
Luke pun menjalankan motornya menuju
rumahnya. Sebenarnya ia malas pulang ke rumah. Luke takut sesuatu yang tidak
diharapkannya terjadi. Tapi bagaimanapun juga ia harus menghadapinya. Setiba di
rumahnya yang sepi, Luke masuk ke dalam rumahnya. Sepertinya Ibunya sudah tidur
sedangkan Ayahnya tidak tau ada dimana. Sebelumnya, Luke harus mengunci baik
pintu gerbang maupun pintu rumahnya agar tidak dimasuki maling.
Setelah semuanya beres, entah apa
yang membuatnya masuk ke dalam kamar Ibunya. Luke berjalan mendekati Ibunya.
Tiba-tiba saja ia kaget melihat goresan luka di kening Ibunya. Luke terdiam
sambil menatap wajah Ibunya yang tampak kasihan. Kemudian Luke mencium rambut
Ibunya.
“I
love you, Mom.” Ucap Luke pelan lalu meninggalkan kamar Ibunya.
Setiba di kamar, Luke langsung
menjatuhkan tubuhnya di kasur. Ia benar-benar lelah. Tapi Luke amat senang
karena ia berhasil menonton konser Simple Plan dan sempat maju ke stage dan menyanyi disana. Harusnya
Aleisha yang berada di posisinya karena Luke tau kalau Aleisha jauh lebih
mengidolakan Simple Plan ketimbang dirinya.
Luke iseng membuka twitter di
ponselnya. Beberapa akun twitter mengucapkan selamat padanya karena ia diberi
kesempatan maju ke stage bersama
Simple Plan. Lalu Luke menemukan beberapa foto-nya yang di stage tadi. Kemudian, Luke melihat ada direct message yang masuk di twitternya. Luke pun membukanya.
@lovely-llxx:
I saw you on the stage and that was amazing!
Siapa si pemilik akun @lovely-llxx?
Kenapa Luke menjadi penasaran? Luke pun membuka profil pemilik akun itu. Tidak
ada foto ataupun informasi yang jelas mengenai pemilik akun itu. Tapi ada satu
tweet yang menarik bagi Luke.
“I’m
so sorry to leave him. I wish we could back again.”
Mengapa rasanya seperti… Luke
langsung membalas pesan dari akun itu.
@lukehemmings:
Thankyou. Btw, who are you? Where did you find my acc?
Dengan sabar Luke menunggu balasan
dari akun itu. Tapi si pemilik akun itu belum juga membalas. Mungkin dia sudah
tidur. Tapi saking penasarannya, Luke memutuskan untuk menunggu balasan si
pemilik akun itu dan menahan rasa kantuknya. Kemudian Luke tersenyum lebar
mendapat balasan dari akun itu.
@lovely-llxx:
You forgot me! We’ve been met yet.
Sepertinya Luke tertarik dengan
obrolan ini.
@lukehemmings:
Really? Who really are you?
@lovely-llxx:
Don’t worry. I’ll come to you and make you surprise.
@lukehemmings:
Ahh.. I hate surprise.
@lovely-llxx:
You’re still the same like you were.
Kemudian Luke melihat tweet yang
baru saja dikirim oleh pemilik akun @lovely-llxx. Sebuah tweet yang terkesan
aneh. Luke benar-benar penasaran dengan si pemilik akun itu. Luke teringat
dengan mantannya yang sudah ia kecewakan, karena itulah mantannya itu
memutuskan untuk meninggalkannya. Dia-kah? Batin Luke.
“Actually,
I still love him. I hope he still loves me too. But I can’t wait to see him.”
Lalu Luke iseng membalas tweet
@lovely-llxx.
“@lovely-llxx
Don’t worry. I still love you and I can’t wait to see you too.”
Luke tersenyum puas setelah membalas
tweet @lovely-llxx lalu ia mematikan wifi di ponselnya. Hanya karena sebuah
akun mampu membuat Luke tak bisa berhenti tersenyum. Dia-kah? Batin Luke sekali
lagi.
***
Aleisha’s POV
Jangan!
Jangan tinggalkan aku! Jangan!
Aku terbangun dengan nafas yang terengah-engah.
Keringat dingin membahasi wajah dan tubuhku. Aku mengeratkan selimut yang aku
gunakan setiap kali aku tidur. Air mataku mengalir membahasi pipiku. Sial. Aku
baru saja mendapatkan mimpi buruk tentang Luke. Luke meninggalkanku dan kita
tak akan bisa sama seperti dulu.
Mimpi itu terasa nyata dan aku
merasakan pelukan perpisahanku dengan Luke. Pelukan itu terasa hangat tapi
sangat menyedihkan. Setelah itu aku tak akan lagi bertemu dengan Luke. Ah tapi
itu tadi hanya mimpi, syukurlah. Aku memang selalu dibuat cengeng oleh Luke dan
selalu merasa takut jika Luke meninggalkanku.
Aku melihat jam di ponselku. Masih
pagi. Aku memutuskan untuk sekolah. Entah apa yang membuatku iseng membuka
twitter. Aku langsung mencari akun Simple Plan. Aku tersenyum. Terutama saat
Pierre mengunggah fotonya bersama Luke di stage
kemarin. Luke benar-benar beruntung. Tapi aku tak bisa berhenti mengingat
saat Pierre mengira aku adalah pacar Luke lalu dia mengedipkan mata padaku.
Saat aku mengembalikan ke beranda
dan membaca isi tweet disana, aku menemukan tweet Luke, maksudnya balasan tweet
Luke terhadap akun @lovely-llxx. Siapa dia? Luke membalas dengan tulisan “@lovely-llxx Don’t worry. I still love you
and I can’t wait to see you too.” Siapa pemilik akun @lovely-llxx? Kenapa
Luke menulis aku masih mencintaimu dan aku tidak sabar melihatmu?
Jangan-jangan… Tidak mungkin! Tidak mungkin si pemilik akun itu adalah mantan
Luke!
Lalu aku membuka akun itu. Tapi
sayangnya aku tidak bisa menebak itu akun siapa karena foto dan biodatanya
tidak jelas. Aku melihat isi tweet-nya. Apa? Jadi dia juga menonton konser
Simple Plan? Itu bukan-lah tweet yang membuatku kaget. Tapi ada tweet
terbarunya yang menulis nama Luke. “I
love you, Luke Robert Hemmings! You’re the best man I ever had. I wish I could
have you again.”
Air mataku semakin mengalir dengan jelas.
Sudah jelas-jelas di tweet itu mengandung arti bahwa si pemilik akun itu
sebelumnya pernah memiliki Luke. Dia juga menulis kalau dia menyesal karena
telah meninggalkan Luke. Yang paling buruk, katanya sebentar lagi dia akan
menemui Luke dan kurasa Luke amat bersemangat.
Ternyata, mimpi burukku sebentar
lagi akan menjadi kenyataan. Karena itu aku jadi malas sekolah. Pastinya disana
nanti aku akan bertemu dengan Luke dan jika aku tidak bisa menahan diri maka
aku akan menangis. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini walau aku tidak
begitu yakin yaitu aku harus menyatakan perasaanku pada Luke. Tapi aku tidak
berani, sungguh. Aku rasa sebentar lagi aku akan kehilangan Luke seperti yang
aku impikan tadi. Ya Tuhan…..
Aku memutuskan untuk sekolah.
Akhirnya aku bangkit dengan tubuhku yang lemas lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Aku masih memikirkan tweet dan akun itu. Padahal kemarin malam aku sangat
bahagia tapi sekarang aku menjadi sedih. Kemudian aku sarapan di meja makan
dengan malas.
“Mengapa wajahmu pucat? Apa karena
konser kemarin? Tapi kemarin kau sangat bahagia.” Tanya Harry.
Mood-ku
cukup buruk pagi ini. Rasanya aku ingin memarahi siapa saja, terutama Luke.
Tapi apa hak-ku marah padanya? Itu kan hak Luke untuk menyukai gadis manapun. Setelah
sarapan, seperti biasa aku mencium tangan paman lalu berjalan keluar teras. Aku
mendengus kesal melihat Luke yang sudah siap dengan motornya. Luk, kalau kau
lebih memilih mantanmu itu, kenapa kau masih mau mendekatiku? Bukan. Luke tidak
mendekatiku. Kami adalah sahabat maka dari itu kami sangat dekat. Aku yang
salah.
“Morning
Leish! Hebat kau bisa sekolah padahal yang lainnya memilih untuk bolos
sekolah.” Ucap Luke.
Aku menatap Luke. Sebisa mungkin aku
tahan air mataku agar tidak turun. Maafkan aku Luk. Aku tidak mau berangkat
sekolah denganmu. Hatiku sangat sakit. Kau belum tau kalau aku itu memiliki
hati dan perasaan yang sensitif. Suatu hal yang kecil bisa menjadi hal yang
besar. Meski akun itu masih menjadi misteri, tapi aku rasa si pemilik akun itu
adalah mantan Luke yang masih Luke cintai.
“Maaf Luk. Aku rasa aku tidak ingin
berangkat sekolah denganmu. Aku ingin naik bus saja.” Ucapku.
Luke menatapku dengan heran.
“Memangnya ada apa? Apa kau baik-baik saja? Kau habis menangis ya?” Tanya Luke.
Sebisa mungkin aku berusaha untuk
tidak mendengar suaranya. Aku pun berjalan melewati Luke tanpa harus
menatapnya. Namun sayangnya Luke langsung mengejarku dan menarik tanganku.
“Kau marah padaku? Padahal kemarin
malam kita baik-baik saja.” Tanya Luke.
Langsung saja aku melepas tanganku
dari tangan Luke dengan kasar lalu aku berlari meninggalkannya. Maafkan aku
Luk. Kurasa aku butuh waktu sendirian. Ketika aku tiba di jalan raya, aku
melihat motor Luke yang mendekatiku.
“Kau kenapa Leish? Jangan membuatku
khawatir. Aku benar-benar minta maaf padamu.” Ucap Luke.
Untunglah ada pangeran yang
menyelamatkanku. Dia adalah Shawn! Aku langsung memanggil Shawn dan dia
menghentikan motornya tepat di depanku. Shawn membuka helm-nya sambil menatapku
dengan bingung lalu dia beralih menatap Luke.
“Aku boleh kan ikut ke sekolah
denganmu?” Tanyaku.
Shawn tampak bingung tapi aku
langsung naik ke motornya. Sebelum Shawn menjalankan motornya, dia menatap Luke
dengan bingung. Luke pun sama. Lalu kami berdua meninggalkan Luke yang belum
beranjak dari tempat itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar