expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 Juni 2016

Can't Have You ( Part 17 )



Author’s POV

            Konser yang paling ditunggu-tunggu oleh Aleisha dan teman-temannya pun berakhir. Tampaknya mereka sangat kelelahan, terutama Aleisha. Gadis itu yang paling semangat. Dia terus saja berteriak selama perjalanan pulang. Ohya, mereka sebenarnya pergi ke tempat konser menggunakan taksi karena biar perginya sama-sama. Motor masing-masing mereka parker di rumah Cassa karena rumah Cassa yang paling dekat dengan tempat konser.

            “Aku tak menyangka kenapa Luke bisa maju ke depan panggung.” Ucap Michael yang masih tidak percaya dengan apa yang tadi dilihatnya.

            Luke tertawa mendengar ucapan Michael. Jujur saja, tadi itu memang sangat tidak diduganya. Luke benar-benar tidak menyangka diajak maju ke depan panggung bersama Simple Plan padahal ia tidak mengharapkan yang seperti itu.

            “Aku ngantuk.” Ucap Aleisha.

            Sedaritadi gadis itu menguap terus dan berusaha menahan rasa kantuk. Jarak antara rumah Cassa dengan area konser lumayan jauh. Jadi Aleisha harus bisa menahan rasa kantuknya atau memilih tidur di dalam taksi. Kebetulan Aleisha duduk tepat di samping Luke jadi tiba-tiba saja gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu Luke.

            “Kau boleh tidur di bahuku.” Ucap Luke.

            Suara Luke terdengar manis. Siapapun pasti akan meleleh karenanya. Akhirnya Aleisha tidur di bahu Luke. Diam-diam Michael melihat Aleisha yang tidur di bahu Luke langsung menggoda Luke. Michael ingat betul lagu yang tadi Luke nyanyikan yang dapat ia simpulkan bahwa lagu itu Luke nyanyikan untuk Aleisha. Michael curiga kalau sebenarnya Luke menyukai Aleisha tapi hanya saja Luke tidak mau mengakuinya.

            “Kau menyukai Aleisha.” Ucap Michael.

            Luke hanya tersenyum menanggapi ucapan Michael. Kemudian, dia melihat Aleisha yang sudah terlelap. Cepat sekali gadis itu tidur. Perlahan, Luke mengusap lembut rambut Aleisha. Entahlah apa yang ia rasakan, hanya Luke yang tau. Tapi tampaknya cowok itu begitu nyaman dengan Aleisha yang tidur di bahunya bahkan ia ingin sekali memeluk gadis itu.

            “Luke memang menyukai Leish. Percayalah. Leish juga menyukai Luke.” Ucap Cassa.

            Untunglah Aleisha tidur kalau tidak gadis itu akan protes. Luke tetap menanggapi perkataan teman-temannya dengan senyuman tanpa harus mengatakan apapun.

            “Aku serius! Aleisha menyukaimu, Luk!” Ucap Cassa.

            “Hati-hati dengan ucapanmu, nanti Luke akan meleleh.” Ucap Calum.

            Semuanya tertawa kecuali Luke. Teman-temannya itu memang senang sekali menggodanya dengan Aleisha. Tapi Luke yakin sekali Aleisha hanya menganggapnya sebagai teman dan gadis itu sama sekali tidak menyimpan perasaan apapun. Ia pun begitu. Selama ini Luke tak pernah berpikir kalau ia menyimpan perasaan lebih pada Aleisha, namun Luke mengaku kalau ia tidak ingin Aleisha meninggalkannya. Entahlah apa bentuk perasaannya pada Aleisha yang jelas saat Luke berada di dekat gadis itu, ia selalu merasa bahagia.

            Tak terasa taksi itu berhenti tepat di depan rumah Cassa. Luke membangunkan Aleisha dan gadis itu pun bangun. Sudah sampai, batin Aleisha. Semuanya pun keluar dari taksi kemudian masuk ke dalam rumah Cassa.

            Cassa menatap satu per satu teman-temannya. “Bagaimana kalau kalian menginap di rumahku?” Usulnya.

            “Boleh. Tapi aku harus tidur berdua bersamamu.” Jawab Michael.

            Cassa langsung memukul bahu Michael. “Maaf, tawaranmu tidak berpengaruh bagiku.” Ucapnya.

            “Aku pulang saja. Aku juga harus mengantar Aleisha pulang.” Ucap Luke.

            “Ahahaha.. Cowok yang baik memang harus mengertikan pacarnya..” Ucap Ashton.
            Akhirnya mereka semua memutuskan untuk pulang. Besok mereka sekolah. Tapi tidak taulah apa mereka sekolah atau tidak. Waktu hampir memasuki tengah malam. Mau tidak mau mereka harus pulang secepatnya.

            Thanks Luk. Tadi itu sangat luar biasa.” Ucap Aleisha saat keduanya tiba di rumah Aleisha.

            “Apakah aku sudah seperti seorang malaikat?” Tanya Luke sambil tertawa.

            Luke pun menjalankan motornya menuju rumahnya. Sebenarnya ia malas pulang ke rumah. Luke takut sesuatu yang tidak diharapkannya terjadi. Tapi bagaimanapun juga ia harus menghadapinya. Setiba di rumahnya yang sepi, Luke masuk ke dalam rumahnya. Sepertinya Ibunya sudah tidur sedangkan Ayahnya tidak tau ada dimana. Sebelumnya, Luke harus mengunci baik pintu gerbang maupun pintu rumahnya agar tidak dimasuki maling.

            Setelah semuanya beres, entah apa yang membuatnya masuk ke dalam kamar Ibunya. Luke berjalan mendekati Ibunya. Tiba-tiba saja ia kaget melihat goresan luka di kening Ibunya. Luke terdiam sambil menatap wajah Ibunya yang tampak kasihan. Kemudian Luke mencium rambut Ibunya.

            I love you, Mom.” Ucap Luke pelan lalu meninggalkan kamar Ibunya.

            Setiba di kamar, Luke langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur. Ia benar-benar lelah. Tapi Luke amat senang karena ia berhasil menonton konser Simple Plan dan sempat maju ke stage dan menyanyi disana. Harusnya Aleisha yang berada di posisinya karena Luke tau kalau Aleisha jauh lebih mengidolakan Simple Plan ketimbang dirinya.

            Luke iseng membuka twitter di ponselnya. Beberapa akun twitter mengucapkan selamat padanya karena ia diberi kesempatan maju ke stage bersama Simple Plan. Lalu Luke menemukan beberapa foto-nya yang di stage tadi. Kemudian, Luke melihat ada direct message yang masuk di twitternya. Luke pun membukanya.

            @lovely-llxx: I saw you on the stage and that was amazing!

            Siapa si pemilik akun @lovely-llxx? Kenapa Luke menjadi penasaran? Luke pun membuka profil pemilik akun itu. Tidak ada foto ataupun informasi yang jelas mengenai pemilik akun itu. Tapi ada satu tweet yang menarik bagi Luke.

            “I’m so sorry to leave him. I wish we could back again.”

            Mengapa rasanya seperti… Luke langsung membalas pesan dari akun itu.

            @lukehemmings: Thankyou. Btw, who are you? Where did you find my acc?

            Dengan sabar Luke menunggu balasan dari akun itu. Tapi si pemilik akun itu belum juga membalas. Mungkin dia sudah tidur. Tapi saking penasarannya, Luke memutuskan untuk menunggu balasan si pemilik akun itu dan menahan rasa kantuknya. Kemudian Luke tersenyum lebar mendapat balasan dari akun itu.

            @lovely-llxx: You forgot me! We’ve been met yet.

            Sepertinya Luke tertarik dengan obrolan ini.

            @lukehemmings: Really? Who really are you?

            @lovely-llxx: Don’t worry. I’ll come to you and make you surprise.

            @lukehemmings: Ahh.. I hate surprise.

            @lovely-llxx: You’re still the same like you were. 

            Kemudian Luke melihat tweet yang baru saja dikirim oleh pemilik akun @lovely-llxx. Sebuah tweet yang terkesan aneh. Luke benar-benar penasaran dengan si pemilik akun itu. Luke teringat dengan mantannya yang sudah ia kecewakan, karena itulah mantannya itu memutuskan untuk meninggalkannya. Dia-kah? Batin Luke.

            “Actually, I still love him. I hope he still loves me too. But I can’t wait to see him.”

            Lalu Luke iseng membalas tweet @lovely-llxx.

            “@lovely-llxx Don’t worry. I still love you and I can’t wait to see you too.”

            Luke tersenyum puas setelah membalas tweet @lovely-llxx lalu ia mematikan wifi di ponselnya. Hanya karena sebuah akun mampu membuat Luke tak bisa berhenti tersenyum. Dia-kah? Batin Luke sekali lagi.

***

            Aleisha’s POV

            Jangan! Jangan tinggalkan aku! Jangan!

            Aku terbangun dengan nafas yang terengah-engah. Keringat dingin membahasi wajah dan tubuhku. Aku mengeratkan selimut yang aku gunakan setiap kali aku tidur. Air mataku mengalir membahasi pipiku. Sial. Aku baru saja mendapatkan mimpi buruk tentang Luke. Luke meninggalkanku dan kita tak akan bisa sama seperti dulu.

            Mimpi itu terasa nyata dan aku merasakan pelukan perpisahanku dengan Luke. Pelukan itu terasa hangat tapi sangat menyedihkan. Setelah itu aku tak akan lagi bertemu dengan Luke. Ah tapi itu tadi hanya mimpi, syukurlah. Aku memang selalu dibuat cengeng oleh Luke dan selalu merasa takut jika Luke meninggalkanku.

            Aku melihat jam di ponselku. Masih pagi. Aku memutuskan untuk sekolah. Entah apa yang membuatku iseng membuka twitter. Aku langsung mencari akun Simple Plan. Aku tersenyum. Terutama saat Pierre mengunggah fotonya bersama Luke di stage kemarin. Luke benar-benar beruntung. Tapi aku tak bisa berhenti mengingat saat Pierre mengira aku adalah pacar Luke lalu dia mengedipkan mata padaku.

            Saat aku mengembalikan ke beranda dan membaca isi tweet disana, aku menemukan tweet Luke, maksudnya balasan tweet Luke terhadap akun @lovely-llxx. Siapa dia? Luke membalas dengan tulisan “@lovely-llxx Don’t worry. I still love you and I can’t wait to see you too.” Siapa pemilik akun @lovely-llxx? Kenapa Luke menulis aku masih mencintaimu dan aku tidak sabar melihatmu? Jangan-jangan… Tidak mungkin! Tidak mungkin si pemilik akun itu adalah mantan Luke!

            Lalu aku membuka akun itu. Tapi sayangnya aku tidak bisa menebak itu akun siapa karena foto dan biodatanya tidak jelas. Aku melihat isi tweet-nya. Apa? Jadi dia juga menonton konser Simple Plan? Itu bukan-lah tweet yang membuatku kaget. Tapi ada tweet terbarunya yang menulis nama Luke. “I love you, Luke Robert Hemmings! You’re the best man I ever had. I wish I could have you again.”

             Air mataku semakin mengalir dengan jelas. Sudah jelas-jelas di tweet itu mengandung arti bahwa si pemilik akun itu sebelumnya pernah memiliki Luke. Dia juga menulis kalau dia menyesal karena telah meninggalkan Luke. Yang paling buruk, katanya sebentar lagi dia akan menemui Luke dan kurasa Luke amat bersemangat.

            Ternyata, mimpi burukku sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Karena itu aku jadi malas sekolah. Pastinya disana nanti aku akan bertemu dengan Luke dan jika aku tidak bisa menahan diri maka aku akan menangis. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini walau aku tidak begitu yakin yaitu aku harus menyatakan perasaanku pada Luke. Tapi aku tidak berani, sungguh. Aku rasa sebentar lagi aku akan kehilangan Luke seperti yang aku impikan tadi. Ya Tuhan…..

            Aku memutuskan untuk sekolah. Akhirnya aku bangkit dengan tubuhku yang lemas lalu masuk ke dalam kamar mandi. Aku masih memikirkan tweet dan akun itu. Padahal kemarin malam aku sangat bahagia tapi sekarang aku menjadi sedih. Kemudian aku sarapan di meja makan dengan malas.

            “Mengapa wajahmu pucat? Apa karena konser kemarin? Tapi kemarin kau sangat bahagia.” Tanya Harry.

            Mood-ku cukup buruk pagi ini. Rasanya aku ingin memarahi siapa saja, terutama Luke. Tapi apa hak-ku marah padanya? Itu kan hak Luke untuk menyukai gadis manapun. Setelah sarapan, seperti biasa aku mencium tangan paman lalu berjalan keluar teras. Aku mendengus kesal melihat Luke yang sudah siap dengan motornya. Luk, kalau kau lebih memilih mantanmu itu, kenapa kau masih mau mendekatiku? Bukan. Luke tidak mendekatiku. Kami adalah sahabat maka dari itu kami sangat dekat. Aku yang salah.

            Morning Leish! Hebat kau bisa sekolah padahal yang lainnya memilih untuk bolos sekolah.” Ucap Luke.

            Aku menatap Luke. Sebisa mungkin aku tahan air mataku agar tidak turun. Maafkan aku Luk. Aku tidak mau berangkat sekolah denganmu. Hatiku sangat sakit. Kau belum tau kalau aku itu memiliki hati dan perasaan yang sensitif. Suatu hal yang kecil bisa menjadi hal yang besar. Meski akun itu masih menjadi misteri, tapi aku rasa si pemilik akun itu adalah mantan Luke yang masih Luke cintai.

            “Maaf Luk. Aku rasa aku tidak ingin berangkat sekolah denganmu. Aku ingin naik bus saja.” Ucapku.

            Luke menatapku dengan heran. “Memangnya ada apa? Apa kau baik-baik saja? Kau habis menangis ya?” Tanya Luke.

            Sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak mendengar suaranya. Aku pun berjalan melewati Luke tanpa harus menatapnya. Namun sayangnya Luke langsung mengejarku dan menarik tanganku.

            “Kau marah padaku? Padahal kemarin malam kita baik-baik saja.” Tanya Luke.

            Langsung saja aku melepas tanganku dari tangan Luke dengan kasar lalu aku berlari meninggalkannya. Maafkan aku Luk. Kurasa aku butuh waktu sendirian. Ketika aku tiba di jalan raya, aku melihat motor Luke yang mendekatiku.

            “Kau kenapa Leish? Jangan membuatku khawatir. Aku benar-benar minta maaf padamu.” Ucap Luke.

            Untunglah ada pangeran yang menyelamatkanku. Dia adalah Shawn! Aku langsung memanggil Shawn dan dia menghentikan motornya tepat di depanku. Shawn membuka helm-nya sambil menatapku dengan bingung lalu dia beralih menatap Luke.

            “Aku boleh kan ikut ke sekolah denganmu?” Tanyaku.

            Shawn tampak bingung tapi aku langsung naik ke motornya. Sebelum Shawn menjalankan motornya, dia menatap Luke dengan bingung. Luke pun sama. Lalu kami berdua meninggalkan Luke yang belum beranjak dari tempat itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar