Sudah
seminggu lebih Luke tidak bertemu Novela. Gadis itu juga tidak mengangkat
telponnya. Awalnya Luke mengira Novela pasti sibuk. Tapi sudah berkali-kali
Novela tidak mengangkat panggilannya. Luke menjadi khawatir jika sesuatu yang
buruk terjadi pada Novela. Mau ke rumah Novela tapi Luke agak ragu.
Setelah membicarakan masalah tentang Cody, Luke dan lainnya memutuskan
untuk bicara baik-baik dengan Cody dan jika Cody tidak mau diajak bicara atau
menjawab dengan bohong, mereka akan memaksa Cody, bahkan mereka berani berbuat
hal kasar pada Cody jika Cody tidak mau menjelaskannya. Tapi masalahnya, sulit
sekali untuk menemukan Cody. Sepertinya Cody muncul sesuai keinginannya. Aneh
bukan bisa muncul secara tiba-tiba dan tidak diketahui darimana asalnya?
“Luke!”
Jantung Luke serasa mau copot mendengar teriakan yang tidak biasa dari
Michael. Cowok itu berlari sambil membawa laptop. Air muka Michael yang sangat
berbeda dari biasanya membuat Luke penasaran. Ada sesuatu yang terjadi.
“Coba baca. Aku sudah men-search di internet dan inilah hasilnya.”
Ucap Michael.
Meski tidak mengerti apa yang sedang
dihebohkan Michael, Luke nurut saja. Ia membaca sebuah tulisan di layar laptop
dengan hati-hati. Mengenai Cody! Entahlah darimana Michael bisa tau nama
lengkap Cody. Dan saat Luke menemukan sebuah tulisan yang tidak dapat
dipercayanya.. Seketika itu juga tubuhnya bergemetar hebat. Sepertinya Michael
sudah bisa menebak reaksi Luke. Memang sangat aneh.
“Novela merahasiakan semua itu dari
kita. Tadi aku iseng menanyakan nama lengkap Cody ke Novela dan itulah
hasilnya. Pertanyaan
nya, apakah
kau percaya dengan tulisan diinternet itu?” Ucap Michael.
Luke menatap Michael. Jadi Michael
bisa menghubungi Novela sedangkan ia tidak. Bagus. Sepertinya Novela sedang
marah dengannya walau Luke tidak tau dimana letak kesalahannya. Kembali Luke
menatap layar laptop. Semua yang terjadi bagaikan mimpi dan itu semua tidaklah
nyata. Adakah hal lain yang harus ia ketahui tapi yang lebih masuk akal
daripada ini? Luke melihat gambar yang menampilkan wajah Cody. Sangat berbeda
dengan Cody yang ia lihat. Namun ada beberapa kesamaan khusunya di mata biru itu.
“Jadi selama ini kita bertemu dengan
hantu!” Ucap Michael ketakutan.
Sejujurnya, Luke sangat tidak
percaya dengan apa yang dibacanya. Tidak mungkin orang yang sudah mati bangkit
lagi. Diinternet menjelaskan bahwa Cody William Ramirez telah meninggal akibat
kecelakaan maut. Tapi saat orang menemukan Cody, pemuda itu masih bernafas dan
sekarat di rumah sakit lalu meninggal dua hari setelahnya. Bulu kuduknya
merinding membaca semua itu. Tidak mungkin!
“Apa kau yakin itu Cody yang kita
bicarakan? Darimana Novela tau kalau nama lengkap Cody adalah Cody William
Ramirez?” Tanya Luke.
“Luk, aku percaya dengan Novela. Dia
tidak pernah berbohong. Tapi kenapa Novela menyembunyikan semua itu dari kita?”
Tanya Michael.
Tiba-tiba saja wajah Luke berubah
menjadi sedih. “Novela tidak mau mengangkat telponku. Tapi dia mau membalas
pesanmu. Aku yakin sekali dia sedang marah padaku.” Ucapnya dengan suara lemas.
Michael tidak tau kalau hubungan
Luke dan Novela sedang tidak baik. “Sebaiknya kau ke rumahnya saja.” Usul Michael.
“Tidak. Aku tidak berani.” Ucap
Luke.
“Kenapa? Ayolah! Aku juga ikut!
Sekalian membahas masalah Cody. Siapa tau Novela menyimpan rahasia besar
tentang Cody. Aku sangat penasaran siapa sebenarnya Cody, apa maunya, dan apa
hubungannya dengan Tristan.” Ucap Michael.
Namun Luke tidak merespon ucapan
Michael.
***
Makan malam yang terasa mengerikan.
Liza yang tidak tau apa-apa ketika dijelaskan secara detail oleh Luke menjadi
meriding. Namun wanita itu tidak terlalu mempercayai hal-hal gaib seperti itu.
Malam itu, ada dirinya, Luke, Ashton, Calum, Michael, Ashley, dan Tami. Tami
belum kembali ke Amerika karena sudah berjanji tidak akan meninggalkan Sydney
tanpa memecahkan masalah tentang Cody. Gimana mau pulang jika ia masih didera
rasa penasaran?
Setelah makan malam, mereka
membicarakan tentang Cody di teras rumah Luke. Itulah bahan pembicaraan mereka
sehari-hari yang membuat kepala mereka pusing tujuh keliling. Akhirnya Liza
meninggalkan tempat itu karena tidak mau ikut campur dengan urusan mereka. Tiba-tiba
saja lampu teras mati. Tami berteriak dengan kencang. Mungkin gadis itu phobia
kegelapan. Ternyata itu perbuatan jahil Calum. Katanya, Calum ingin
menceritakan hal-hal mengerikan hanya dengan ditemani cahaya lilin.
“Kau gila Cal. Aku hampir saja mati.”
Ucap Tami.
“Ayo-ayo siapa yang mau menyumbang
cerita seram!” Ucap Michael dengan semangat.
Langsung saja Ashton mengangkat
tangan. Semuanya pun menatap Ashton dengan serius. “Saat aku liburan di
Thailand, aku tidak sengaja menemukan dompet yang jatuh di pinggir jalan.
Ternyata si pemiliki dompet itu adalah nenek tua. Anehnya, nenek tua itu
menyuruhku membeli makanan di warung sebelah. Aku nurut saja. Dan saat aku
kembali, nenek itu sudah tidak ada dan aku langsung berlari ketakutan.” Cerita
Ashton.
Calum tersenyum sinis mendengar
cerita Ashton. “Alah gitu saja takut. Pasti nenek itu hanya ingin mengerjaimu
saja.” Ucapnya.
Semuanya tertawa kecuali Luke. Sepertinya
Luke tidak ada minat mendengar cerita menyeramkan dari teman-temannya.
Dipikirannya ada dua nama: Novela dan Cody. Tadi Luke sempat menelpon Novela
tapi Novela tidak mengangkat juga. Tiba-tiba saja Luke menemukan sebuah ide.
“Cal pinjam Iphone-mu.” Ucap Luke.
Calum memberikan iphone-nya ke Luke
tanpa harus menanyakan alasannya. Luke membuka iphone Calum yang tanpa
perlindungan apapun(?) dan merasa jijik melihat wallpaper Calum. Disana Calum
sedang mencium mesra pipi Ashley sambil memegang pinggang Ashley dengan erat.
Gaya-nya juga sangat alay. Ashley pun sama seperti Calum. Langsung saja Luke
mengetik nomor yang tidak lain adalah nomor Novela. Siapa tau dengan cara ini
Novela mau mengangkat telponnya.
Sambungan tersambung. Jantung Luke
mulai berdebar-debar. Terlebih saat ia mendengar sebuah suara yang sangat
dirindunya itu.
“Ada apa Cal?” Tanya Novela.
Suara Novela terdengar serak dan
hati Luke menjadi perih. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Novela? “Kau kenapa
Vela? Kenapa kau tidak mau mengangkat telponku? Apa yang terjadi padamu?” Tanya
Luke.
Di sebrang sana, langsung saja
Novela memutuskan panggilan dan itu sukses membuat Luke frustrasi. Luke mencoba
me-miscall Novela tapi nomor Novela tidak aktif. Pasti ada sesuatu yang buruk
terjadi pada gadis itu. Apa karena… Cody? Apa Cody telah menyakiti Novela? Apa
Cody membicarakannya dan memfitnahnya sehingga Novela membencinya? Kalau itu
benar, alangkah sialannya Cody!
“Aku tau semua itu ada hubungannya
dengan Cody! Lelaki itu harus mati!” Ucap Luke berapi-api.
“Kau kenapa Luk? Apa yang terjadi
dengan Novela?” Tanya Tami.
“Novela tidak mau bicara denganku,
dia marah padaku. Pasti semua itu ada hubungannya dengan Cody!” Jawab Luke.
“Tapi tadi Novela mau membalas
pesanku.” Ucap Michael.
“Iya karena Novela tidak marah
padamu! Tadi aku memiscall Novela pakai iphone Calum dan Novela mau menjawab.
Setelah Novela tau kalau aku yang menelponnya, dia langsung memutus panggilan
dan mematikan ponselnya.” Ucap Luke.
“Tapi untuk apa kak Vela membenci
kakak?” Kali ini Ashley yang bicara.
Luke menatap Ashley nanar. “Cody,
cowok sialan itu sudah berhasil merusak hubunganku dengan Novela.” Ucapnya.
“Tapi jangan menuduh Cody sebelum
ada bukti.” Ucap Tami.
Luke menatap tajam ke Tami. “Aku
akan mencari buktinya.” Ucapnya lalu meninggalkan tempat itu.
Setelah Luke pergi, suasana berubah
menjadi canggung. Kemudian Tami membuka suara. “Luke memiliki sifat keras
kepala dan mau membunuh siapa saja yang merusak kebahagiaannya.” Ucapnya.
“Bunuh saja Cody, toh dia sudah
mati.” Ucap Michael.
“Aku tidak percaya.” Balas Tami.
“Ya sudah kalau tidak percaya
ceritaku.” Ucap Michael lalu meninggalkan tempat itu.
“Terus, apa yang harus kita
lakukan?” Tanya Calum.
Semuanya terdiam. “Aku pusing.”
Tiba-tiba saja Ashley bangkit dan meninggalkan tempat itu lalu disusul Calum.
Kini hanya tinggal Tami dan Ashton
yang saling bertatapan. “Apa kau ingin mendengarkan cerita menyeramkan dariku?”
Tanya Ashton.
“Tidak terimakasih.” Ucap Tami
kemudian berdiri lalu meninggalkan Ashton.
***
Cukup lama Luke memandangi rumah
itu. Rumah yang tampak sepi. Pintu depan tertutup rapat dan jendelanya juga
tertutup rapat. Is anyone there at all?
Luke menyimpulkan kalau Novela dan keluarganya sedang pergi. Akhirnya Luke
memutuskan untuk menekan bel rumah. Luke menunggu dengan sabar dan pintu luar
terbuka. Luke tersenyum melihat Theo yang menatapnya dengan tatapan.. tidak
suka? Memangnya salahku apa? Batin Luke.
“Kak Vela sedang tidak ingin
diganggu.” Ucap Theo dingin.
“Tapi aku ingin bertemu dengannya,
ku mohon. Aku tidak tau kenapa Novela bisa menjauhiku.” Ucap Luke.
Dari jauh, Theo tersenyum sinis
padanya. “Tanyakan saja pada dirimu! Jangan sok menjadi orang bodoh!” Ucapnya
lalu siap-siap membalikkan badan.
“Tunggu!” Teriak Luke yang membuat
Theo membalikkan badan. “Apa salahku? Aku tidak mempunyai salah apapun pada
Vela. Jika iya, aku akan meminta maaf padanya. Ku mohon izinkan aku
menemuinya.” Sambungnya.
“Sebenarnya aku boleh saja
mengizinkanmu masuk. Tapi kak Vela yang tidak mau bertemu denganmu, apalagi Mom dan Dad. Mereka sudah muak denganmu.” Ucap Theo.
Luke semakin tidak mengerti arah
pembicaraan Theo. “Aku sungguh-sungguh tidak tau apa yang sedang terjadi.
Beritahu aku apa salahku pada Novela.” Ucap Luke.
“Kau tau. Hanya saja kau yang tidak
mau mengaku. Maaf aku sedang banyak kerjaan. Terimakasih karena sudah menyakiti
kakakku.” Ucap Theo lalu menutup pintu rumah dengan sedikit kasar.
Tidak. Ini semua tidak boleh
dibiarkan. Dunia semakin gila dan Luke sudah muak dengan semua masalah,
keanehan yang ia dapatkan. Demi Tuhan ia tidak pernah melakukan sebuah
kesalahan sehingga membuat Novela menjauhinya. Luke sama sekali tidak pernah
menyakiti Novela. Apa semua ini karena Cody? Apa Cody ini semua rencana licik
Cody? Apakah Cody sedang menjebaknya?
Dengan hati yang berat, Luke
meninggalkan Novela. Hancur sudah dunianya. Novela sudah pergi dan tidak ada
satu orang pun yang dapat membuatnya tersenyum kembali. Tuhan memang jahat!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar