expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juni 2016

Stay ( Part 20 )



Cukup lama mereka berdiam dan akhirnya Tami buka suara. Tadi pagi mereka tiba di Sydney. Tentu saja Luke sangat tidak menduganya. Untunglah Luke sudah mulai merapikan penampilannya sehingga tidak menimbulkan kecurigaan diantara mereka. Tapi Luke senang mereka datang karena Luke sangat merindukan mereka. Namun Luke belum siap untuk kembali bersama mereka.

            “Bagaimana kabarmu Luk?” Tanya Tami.

            “Baik.” Jawab Luke.

            “Aku sangat merindukanmu.” Ucap Calum.

            “Aku juga sangat merindukanmu.” Ucap Luke.

            Suasana menjadi sepi. “Ku rasa kau sedang tidak baik. Banyak berita negatif mengenaimu.” Ucap Ashton.

            Luke menatap Ashton tidak suka. “Si pembuat berita itu yang terlalu melebih-lebihkan membuat cerita. Aku hanya pergi ke bar setiap malam.” Ucapnya.

            “Nah itu, itu berita buruknya juga. Ternyata inilah sisi lain dari seorang Luke Hemmings yang belum pernah aku ketahui.” Ucap Michael.

            “Kita juga sering pergi ke bar, tapi tidak sampai mabuk.” Ucap Tami mengaku.

            Luke tersenyum sedikit mendengar ucapan Tami. Ia memang sudah hancur. Bahkan ia sudah banyak bermain bersama perempuan-perempuan selama di bar ataupun di tempat lain. Tapi Luke melakukan semua itu hanya untuk pelampiasan kekesalannya. Luke akui kalau dirinya sangat bodoh tapi inilah dirinya. Luke akan berusaha menjadi lebih baik dan meminta maaf kepada semua orang.

            “Bagaimana kabar Novela?” Tanya Tami ragu.

            “Dia baik.” Jawab Luke.

            “Cody?” Tanya Michael.

            Sial. Luke sudah melupakan nama itu dan Michael malah mengingatnya. “Aku tidak peduli.” Ucap Luke.

            Iphone-nya bergetar. Luke melihat sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak di kenalnya. Selama ini Luke tidak pernah menyebar nomor ponselnya ataupun media social pribadinya. Saat Luke membuka dan membaca pesan itu, isinya cukup misterius dan ada kalimat yang membuatnya kaget serta tidak percaya.

            Datanglah di tempat bermain yang dulu sering kita datangi bersama, sore ini.

            Luke terdiam sambil masih melihat layar Iphone-nya. Melihat keanehan Luke, Calum bergerak duluan. “Kau kenapa Luk? Siapa yang mengirim-mu pesan?” Tanyanya.

            Luke tidak menjawab. Kemudian Michael langsung mengambil Iphone Luke dan membaca sebuah kalimat yang sedikit membuatnya heran. Siapa yang mengirim pesan itu? Calum, Ashton dan Tami juga membacanya dengan heran.

            “Ku rasa, Tristan yang mengirim-ku pesan.” Ucap Luke.

***

            Mungkin inilah waktu dimana ia akan menemukan jawabannya. Entah mengapa Luke menduga Tristan yang mengirimnya pesan walau Tristan sudah tidak ada. Teman-temannya mengira dia sudah gila tapi Luke tidak peduli. Luke hafal betul tempat dimana dulu sering ia datangi bersama Tristan, yaitu sebuah taman bermain yang sudah berubah menjadi taman umum yang ramai dikunjungi orang.

            Luke ingat. Dulu Tristan senang sekali bermain ayunan sedangkan ia tidak. Ia lebih suka duduk menyendiri tanpa memikirkan apapun. Sebenarnya Luke tidak tau kemana arah tujuannya di taman itu, tapi Luke terus saja berjalan mengikuti kata hatinya. Luke berjalan dan terus berjalan sampai ia menghentikan langkahnya di tempat yang jauh dari keramaian. Anehnya, Luke merasa tidak sendirian. Seperti ada orang lain yang bersamanya dalam wujud yang berbeda.

            Deg. Luke merasa ada tangan yang menyentuh pundaknya. Sesaat, Luke merasa ragu. Akankah ia membalikkan badan dan melihat siapa sosok yang menyentuh pundaknya? Akhirnya Luke memutuskan untuk membalikkan badan. Luke terdiam melihat sosok yang tengah tersenyum padanya.

            “Hai Luk!” Sapa orang itu ceria.

            Rasanya bagaikan mimpi. Semua memori masa kecilnya kembali hadir di pikirannya dan membuatnya terlempar jauh ke masa itu. Orang itu masih tetap tersenyum. Tiba-tiba saja Luke meneteskan air mata. Perlahan, ia menyentuh pundak orang itu. Terasa nyata. Luke harap ia sedang tidak bermimpi karena baginya ini terlalu indah.

            “Tristan.” Ucap Luke.

            “Iya. Ini aku. Aku Tristan. Aku saudara kembarmu.” Ucap Tristan.

            Tristan langsung memeluk Luke. Luke merasa pelukan itu sangat nyata. Tristan benar-benar memeluknya dan itu sangat nyata. Setelah melepaskan pelukan, Luke menatap Tristan tidak percaya. Tristan sangat tampan dan tentu saja mirip dengan dirinya.

            “Aku sangat merindukanmu.” Ucap Tristan.

            “Ba.. Bagaimana kau bisa kembali?” Tanya Luke.

            Tristan tersenyum misterius. Sepertinya Tristan tidak mau menjawabnya dan hal itu membuat Luke menjadi tidak suka. Sungguh ia sangat tidak menyukai pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Tapi pastinya Tristan mempunyai jawabannya hanya saja Tristan tidak mau memberitahukan padanya.

            Drtdrt…

            Iphone-nya bergetar. Luke membuka iphone-nya kemudian membaca pesan dari Tami. Ketika ia selesai membaca, rasanya dunia seakan-akan runtuh. Rasanya seperti kehilangan Ashley untuk yang kedua kalinya.

***

            “Novela terpeleset di kamar mandi dan itu membuatnya kehilangan nyawa. Kami sudah berusaha menyelamatkan Novela tetapi Tuhan berkehendak lain.” Ucap dokter itu.

            Semuanya menahan nafas. Luke sudah datang bersama Tristan. Anehnya diantara mereka tidak ada yang kaget akan kehadiran Tristan. Barulah Michael sadar melihat ada yang tidak beres dengan kedatangan Luke.

            “Luk.. Kau..” Ucap Michael ketakutan.

            Banyak pasang mata melihat mereka. Luke harus cepat-cepat bertindak. Ia mengkode teman-temannya untuk lari secepat mungkin meninggalkan rumah sakit sebelum wartawan datang. Syukurlah mereka semua sudah masuk di dalam mobil. Tami yang menyetir tapi karena melihat ada sosok lain di mobil itu, gadis itu jadi bingung bagaimana caranya menyetir. Tangannya terasa kaku.

            “Si.. Siapa kau?” Tanya Calum ketakutan.

            “Tami ayolah! Jalankan mobilnya!” Ucap Ashton.

            Luke melihat ekspresi teman-temannya yang ketakutan. Cowok itu masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ya, ia memang selalu mendapatkan hal yang tidak masuk akal. Novela sudah meninggal dan Luke hanya bisa menertawakan kemalangannya. Semua orang yang disayanginya telah pergi meninggalkannya dan Luke tidak bisa membuat mereka untuk tetap tinggal disini. Luke tak sengaja bertatapan dengan mata biru Tristan.

            “Luk! Jangan bilang dia.. Tristan!” Ucap Michael ketakutan.

            Akhirnya mobil melaju dengan kecepatan sedang. Baik Luke maupun Tristan sama-sama diam. Luke kira ia sedang bermimpi tentang hal yang lucu. Bagaimana bisa Tristan ada di sampingnya dan bagaimana bisa secepat ini Novela meninggalkannya?

            “Aku benar-benar minta maaf.” Ucap Tristan dengan suara parau.

***

            Dengan sabar, mereka menunggu penjelasan Tristan. Mereka sudah tiba di rumah Luke. Liza juga ada dan wanita itu sangat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lelaki itu adalah Tristan! Lelaki itu adalah anaknya! Bagaimana bisa Tristan kembali sedangkan Tristan sudah meninggal? Namun wajah Tristan terlihat pucat.

            “Coba jelaskan, sebenarnya siapa kamu.” Pinta Liza.

            Sebelum menjawab, Tristan menatap satu per satu orang yang ada di tempat ini. Dan pandangannya berhenti saat bertatapan dengan Luke. Tristan tersenyum tipis.

            “Sebelumnya aku minta maaf kepada kalian semua, terutama kau Luk. Aku benar-benar minta maaf padamu.” Ucap Tristan.

            Mata Tristan terlihat berkaca-kaca. “Sebenarnya.. Aku adalah Cody.” Ucap Tristan.

            Semuanya kaget mendengar pengakuan Tristan kecuali Liza yang pada dasarnya memang tidak tau apa-apa tentang Cody. Cody? Tapi mengapa Cody bisa berubah bentuk menjadi Tristan? Sungguh sebuah kebohongan yang sangat lucu.

            “Aku tidak percaya.” Ucap Michael.

            “Benar. Kejadian ini sangat tidak masuk akal dan hanya ada di dalam dunia dongeng. Maksudku, aku memang Tristan Hemmings. Hanya saja aku meminta bantuan Cody untuk bekerjasama.” Ucap Tristan.

            “Aku yakin aku sedang bermimpi. Dan aku yakin sekali Novela masih hidup.” Ucap Luke tiba-tiba.

            Mendengar Luke menyebut nama Novela, Tristan menjadi sedih. Semua itu salahnya. Salahnya karena terlalu egois dan membiarkan Novela meninggalkan semuanya, terutama meninggalkan Luke. Semua itu salahnya.

            “Luk, dengar. Aku memang salah. Aku sangat egois. Aku sudah mati, tapi aku ingin sekali bertemu denganmu. Dan aku ingin sekali menyampaikan perasaan yang sudah lama aku pendam.. pada Novela.” Ucap Tristan.

            Luke menatap Tristan penuh selidik. Jadi Tristan menyukai Novela? Semua itu membuat kepalanya menjadi pusing. Tapi bukankah seharusnya Tristan meikhlaskan semuanya jika jalan yang itu adalah jalan yang dipilihnya? Kalau tidak, mengapa waktu itu Tristan mau menyelamatkannya?

            “Aku sangat mencintai Novela. Semua keinginan itu berkumpul menjadi satu dan membuatku ingin mendatangi kalian. Suatu hari, aku menemukan Cody yang sekarat di rumah sakit lalu aku membuat kesepakatan dengannya. Aku meminjam tubuhnya untuk beberapa bulan hanya untuk memperingatkanmu. Aku tau kau sangat membenci Cody, tapi dia tidak salah. Aku yang salah. Sekali lagi, aku terlalu egois.” Ucap Tristan.

            “Itu sangat.. Tidak masuk akal!” Ucap Tami bingung.

            “Bagiku, semua hal yang tidak masuk akal bisa menjadi masuk akal. Tentang Novela, aku tidak bisa menahan diri untuk memilikinya. Aku sangat bodoh di malam itu. Diam-diam aku mendatangi rumahnya dan di malam itu aku menyakitinya. Aku yang menulis peringatan pada Novela dan menempelnya di kulkas. Maafkan aku karena aku jahat merebut Novela darimu. Aku memang egois. Maafkan aku.” Ucap Tristan.

            Semuanya terdiam. Tidak tau apakah harus sedih, marah atau senang. “Katakan saja kalau sebenarnya kau tidak ingin mati waktu itu.” Ucap Luke.

            “Tentu saja tidak. Aku tidak ingin mati. Aku bisa saja hidup jika aku tidak kehilangan banyak darah. Sayangnya Tuhan menyuruhku kembali dan aku tidak bisa berbuat apapun.” Ucap Tristan.

            “Kalau begitu, kenapa kau mau mendonorkan ginjal-mu untuk Luke jika kau tidak ingin kalau-kalau kau mati?” Tanya Michael yang bingung bagaimana menyusun kalimat dengan baik.

            “Karena.. Karena aku sangat menyayangi Luke. Aku ingin dia meraih semua impiannya. Aku sudah berjanji sejak dulu kalau aku akan selalu menjaganya. Aku rela melakukan apapun untuknya. Tapi saat aku melakukan kesalahan besar, aku rasa dia tidak mau memaafkanku.” Ucap Tristan.

            “Aku mau memaafkanmu.” Ucap Luke yang membuat semuanya menatap ke arahnya. “Asalkan kau tetap tinggal disini.” Sambungnya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar