Cukup lama
mereka berdiam dan akhirnya Tami buka suara. Tadi pagi mereka tiba di Sydney.
Tentu saja Luke sangat tidak menduganya. Untunglah Luke sudah mulai merapikan
penampilannya sehingga tidak menimbulkan kecurigaan diantara mereka. Tapi Luke
senang mereka datang karena Luke sangat merindukan mereka. Namun Luke belum
siap untuk kembali bersama mereka.
“Bagaimana kabarmu Luk?” Tanya Tami.
“Baik.” Jawab Luke.
“Aku sangat merindukanmu.” Ucap
Calum.
“Aku juga sangat merindukanmu.” Ucap
Luke.
Suasana menjadi sepi. “Ku rasa kau
sedang tidak baik. Banyak berita negatif mengenaimu.” Ucap Ashton.
Luke menatap Ashton tidak suka. “Si
pembuat berita itu yang terlalu melebih-lebihkan membuat cerita. Aku hanya
pergi ke bar setiap malam.” Ucapnya.
“Nah itu, itu berita buruknya juga.
Ternyata inilah sisi lain dari seorang Luke Hemmings yang belum pernah aku
ketahui.” Ucap Michael.
“Kita juga sering pergi ke bar, tapi
tidak sampai mabuk.” Ucap Tami mengaku.
Luke tersenyum sedikit mendengar
ucapan Tami. Ia memang sudah hancur. Bahkan ia sudah banyak bermain bersama
perempuan-perempuan selama di bar ataupun di tempat lain. Tapi Luke melakukan
semua itu hanya untuk pelampiasan kekesalannya. Luke akui kalau dirinya sangat
bodoh tapi inilah dirinya. Luke akan berusaha menjadi lebih baik dan meminta
maaf kepada semua orang.
“Bagaimana kabar Novela?” Tanya Tami
ragu.
“Dia baik.” Jawab Luke.
“Cody?” Tanya Michael.
Sial. Luke sudah melupakan nama itu
dan Michael malah mengingatnya. “Aku tidak peduli.” Ucap Luke.
Iphone-nya bergetar. Luke melihat
sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak di kenalnya. Selama ini Luke tidak
pernah menyebar nomor ponselnya ataupun media social pribadinya. Saat Luke
membuka dan membaca pesan itu, isinya cukup misterius dan ada kalimat yang
membuatnya kaget serta tidak percaya.
Datanglah
di tempat bermain yang dulu sering kita datangi bersama, sore ini.
Luke terdiam sambil masih melihat
layar Iphone-nya. Melihat keanehan Luke, Calum bergerak duluan. “Kau kenapa
Luk? Siapa yang mengirim-mu pesan?” Tanyanya.
Luke tidak menjawab. Kemudian
Michael langsung mengambil Iphone Luke dan membaca sebuah kalimat yang sedikit
membuatnya heran. Siapa yang mengirim pesan itu? Calum, Ashton dan Tami juga
membacanya dengan heran.
“Ku rasa, Tristan yang mengirim-ku
pesan.” Ucap Luke.
***
Mungkin inilah waktu dimana ia akan
menemukan jawabannya. Entah mengapa Luke menduga Tristan yang mengirimnya pesan
walau Tristan sudah tidak ada. Teman-temannya mengira dia sudah gila tapi Luke
tidak peduli. Luke hafal betul tempat dimana dulu sering ia datangi bersama
Tristan, yaitu sebuah taman bermain yang sudah berubah menjadi taman umum yang
ramai dikunjungi orang.
Luke ingat. Dulu Tristan senang
sekali bermain ayunan sedangkan ia tidak. Ia lebih suka duduk menyendiri tanpa
memikirkan apapun. Sebenarnya Luke tidak tau kemana arah tujuannya di taman
itu, tapi Luke terus saja berjalan mengikuti kata hatinya. Luke berjalan dan
terus berjalan sampai ia menghentikan langkahnya di tempat yang jauh dari
keramaian. Anehnya, Luke merasa tidak sendirian. Seperti ada orang lain yang
bersamanya dalam wujud yang berbeda.
Deg. Luke merasa ada tangan yang
menyentuh pundaknya. Sesaat, Luke merasa ragu. Akankah ia membalikkan badan dan
melihat siapa sosok yang menyentuh pundaknya? Akhirnya Luke memutuskan untuk
membalikkan badan. Luke terdiam melihat sosok yang tengah tersenyum padanya.
“Hai Luk!” Sapa orang itu ceria.
Rasanya bagaikan mimpi. Semua memori
masa kecilnya kembali hadir di pikirannya dan membuatnya terlempar jauh ke masa
itu. Orang itu masih tetap tersenyum. Tiba-tiba saja Luke meneteskan air mata.
Perlahan, ia menyentuh pundak orang itu. Terasa nyata. Luke harap ia sedang
tidak bermimpi karena baginya ini terlalu indah.
“Tristan.” Ucap Luke.
“Iya. Ini aku. Aku Tristan. Aku
saudara kembarmu.” Ucap Tristan.
Tristan langsung memeluk Luke. Luke
merasa pelukan itu sangat nyata. Tristan benar-benar memeluknya dan itu sangat
nyata. Setelah melepaskan pelukan, Luke menatap Tristan tidak percaya. Tristan
sangat tampan dan tentu saja mirip dengan dirinya.
“Aku sangat merindukanmu.” Ucap
Tristan.
“Ba.. Bagaimana kau bisa kembali?”
Tanya Luke.
Tristan tersenyum misterius.
Sepertinya Tristan tidak mau menjawabnya dan hal itu membuat Luke menjadi tidak
suka. Sungguh ia sangat tidak menyukai pertanyaan yang tidak ada jawabannya.
Tapi pastinya Tristan mempunyai jawabannya hanya saja Tristan tidak mau
memberitahukan padanya.
Drtdrt…
Iphone-nya bergetar. Luke membuka
iphone-nya kemudian membaca pesan dari Tami. Ketika ia selesai membaca, rasanya
dunia seakan-akan runtuh. Rasanya seperti kehilangan Ashley untuk yang kedua
kalinya.
***
“Novela terpeleset di kamar mandi
dan itu membuatnya kehilangan nyawa. Kami sudah berusaha menyelamatkan Novela
tetapi Tuhan berkehendak lain.” Ucap dokter itu.
Semuanya menahan nafas. Luke sudah
datang bersama Tristan. Anehnya diantara mereka tidak ada yang kaget akan
kehadiran Tristan. Barulah Michael sadar melihat ada yang tidak beres dengan
kedatangan Luke.
“Luk.. Kau..” Ucap Michael
ketakutan.
Banyak pasang mata melihat mereka.
Luke harus cepat-cepat bertindak. Ia mengkode teman-temannya untuk lari secepat
mungkin meninggalkan rumah sakit sebelum wartawan datang. Syukurlah mereka
semua sudah masuk di dalam mobil. Tami yang menyetir tapi karena melihat ada
sosok lain di mobil itu, gadis itu jadi bingung bagaimana caranya menyetir.
Tangannya terasa kaku.
“Si.. Siapa kau?” Tanya Calum
ketakutan.
“Tami ayolah! Jalankan mobilnya!”
Ucap Ashton.
Luke melihat ekspresi teman-temannya
yang ketakutan. Cowok itu masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ya, ia
memang selalu mendapatkan hal yang tidak masuk akal. Novela sudah meninggal dan
Luke hanya bisa menertawakan kemalangannya. Semua orang yang disayanginya telah
pergi meninggalkannya dan Luke tidak bisa membuat mereka untuk tetap tinggal
disini. Luke tak sengaja bertatapan dengan mata biru Tristan.
“Luk! Jangan bilang dia.. Tristan!”
Ucap Michael ketakutan.
Akhirnya mobil melaju dengan
kecepatan sedang. Baik Luke maupun Tristan sama-sama diam. Luke kira ia sedang
bermimpi tentang hal yang lucu. Bagaimana bisa Tristan ada di sampingnya dan
bagaimana bisa secepat ini Novela meninggalkannya?
“Aku benar-benar minta maaf.” Ucap
Tristan dengan suara parau.
***
Dengan sabar, mereka menunggu
penjelasan Tristan. Mereka sudah tiba di rumah Luke. Liza juga ada dan wanita
itu sangat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lelaki itu adalah Tristan!
Lelaki itu adalah anaknya! Bagaimana bisa Tristan kembali sedangkan Tristan
sudah meninggal? Namun wajah Tristan terlihat pucat.
“Coba jelaskan, sebenarnya siapa
kamu.” Pinta Liza.
Sebelum menjawab, Tristan menatap
satu per satu orang yang ada di tempat ini. Dan pandangannya berhenti saat
bertatapan dengan Luke. Tristan tersenyum tipis.
“Sebelumnya aku minta maaf kepada
kalian semua, terutama kau Luk. Aku benar-benar minta maaf padamu.” Ucap
Tristan.
Mata Tristan terlihat berkaca-kaca.
“Sebenarnya.. Aku adalah Cody.” Ucap Tristan.
Semuanya kaget mendengar pengakuan
Tristan kecuali Liza yang pada dasarnya memang tidak tau apa-apa tentang Cody.
Cody? Tapi mengapa Cody bisa berubah bentuk menjadi Tristan? Sungguh sebuah
kebohongan yang sangat lucu.
“Aku tidak percaya.” Ucap Michael.
“Benar. Kejadian ini sangat tidak
masuk akal dan hanya ada di dalam dunia dongeng. Maksudku, aku memang Tristan
Hemmings. Hanya saja aku meminta bantuan Cody untuk bekerjasama.” Ucap Tristan.
“Aku yakin aku sedang bermimpi. Dan
aku yakin sekali Novela masih hidup.” Ucap Luke tiba-tiba.
Mendengar Luke menyebut nama Novela,
Tristan menjadi sedih. Semua itu salahnya. Salahnya karena terlalu egois dan
membiarkan Novela meninggalkan semuanya, terutama meninggalkan Luke. Semua itu
salahnya.
“Luk, dengar. Aku memang salah. Aku
sangat egois. Aku sudah mati, tapi aku ingin sekali bertemu denganmu. Dan aku
ingin sekali menyampaikan perasaan yang sudah lama aku pendam.. pada Novela.”
Ucap Tristan.
Luke menatap Tristan penuh selidik.
Jadi Tristan menyukai Novela? Semua itu membuat kepalanya menjadi pusing. Tapi
bukankah seharusnya Tristan meikhlaskan semuanya jika jalan yang itu adalah
jalan yang dipilihnya? Kalau tidak, mengapa waktu itu Tristan mau
menyelamatkannya?
“Aku sangat mencintai Novela. Semua
keinginan itu berkumpul menjadi satu dan membuatku ingin mendatangi kalian.
Suatu hari, aku menemukan Cody yang sekarat di rumah sakit lalu aku membuat
kesepakatan dengannya. Aku meminjam tubuhnya untuk beberapa bulan hanya untuk
memperingatkanmu. Aku tau kau sangat membenci Cody, tapi dia tidak salah. Aku
yang salah. Sekali lagi, aku terlalu egois.” Ucap Tristan.
“Itu sangat.. Tidak masuk akal!”
Ucap Tami bingung.
“Bagiku, semua hal yang tidak masuk
akal bisa menjadi masuk akal. Tentang Novela, aku tidak bisa menahan diri untuk
memilikinya. Aku sangat bodoh di malam itu. Diam-diam aku mendatangi rumahnya
dan di malam itu aku menyakitinya. Aku yang menulis peringatan pada Novela dan
menempelnya di kulkas. Maafkan aku karena aku jahat merebut Novela darimu. Aku
memang egois. Maafkan aku.” Ucap Tristan.
Semuanya terdiam. Tidak tau apakah
harus sedih, marah atau senang. “Katakan saja kalau sebenarnya kau tidak ingin
mati waktu itu.” Ucap Luke.
“Tentu saja tidak. Aku tidak ingin
mati. Aku bisa saja hidup jika aku tidak kehilangan banyak darah. Sayangnya
Tuhan menyuruhku kembali dan aku tidak bisa berbuat apapun.” Ucap Tristan.
“Kalau begitu, kenapa kau mau
mendonorkan ginjal-mu untuk Luke jika kau tidak ingin kalau-kalau kau mati?”
Tanya Michael yang bingung bagaimana menyusun kalimat dengan baik.
“Karena.. Karena aku sangat
menyayangi Luke. Aku ingin dia meraih semua impiannya. Aku sudah berjanji sejak
dulu kalau aku akan selalu menjaganya. Aku rela melakukan apapun untuknya. Tapi
saat aku melakukan kesalahan besar, aku rasa dia tidak mau memaafkanku.” Ucap
Tristan.
“Aku mau memaafkanmu.” Ucap Luke
yang membuat semuanya menatap ke arahnya. “Asalkan kau tetap tinggal disini.”
Sambungnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar