expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 07 Juni 2016

Can't Have You ( Part 12 )



Pukul 6:30. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Ketika semua nyawaku terkumpul, refleks aku bangun karena aku tau kalau aku sudah terlambat. Namun pagi ini terasa berbeda. Tubuhku terasa lemas dan aku malas berdiri. Sial. Tepatnya di hari ini aku mengalami waktu-waktu yang paling aku bencikan, yaitu mendapatkan tamu bulanan. Sebenarnya aku malas sekolah. Percuma sekolah toh disana nanti aku tidak akan bisa menerima pelajaran karena pastinya perutku akan sakit. Tapi jika saja tidak ada ulangan Biologi, tentu aku tidak akan sekolah.

            Dengan malas, aku bangun dari tidurku. Ahhh perutku mulai terasa sakit dan akan terus berlanjut sampai nanti. Memang sih hari pertama sangat menyakitkan. Seharusnya aku isetirahat total di rumah tanpa melakukan aktifitas apapun. Inilah hal yang paling aku bencikan saat kau menyadari kalau kau adalah seorang perempuan.

            Setelah mandi, memakain baju dan berdandan asal-asalan, mataku serasa ingin keluar tatkala melihat jam di ponselku. Pukul 07:05. Selama itukah aku mandi? Aku juga belum sarapan. Pasti Luke sudah menungguku di luar sana. Aku pun berlari menuju ruang makan dan mengambil sandwich lalu meneguk susu dengan cepat.

            “Luke sudah menunggumu di luar sana.” Ucap Harry.

            Hampir saja aku memuntahkan susu yang aku minum. Setelah mencium tangan paman, aku berlari dan tersenyum malu melihat Luke yang sedang menungguku di teras. Aku masih memegang sandwich karena tidak sempat memakannya.

            “Tumben kau terlambat.” Ucap Luke.

            “Maafkan aku Luk. Aku terlambat bangun.” Ucapku.

            Aku pun naik di motor Luke. Mau tidak mau, aku harus memperbaiki dudukku karena you know-lah. Di hari biasanya aku kalau duduk itu seperti laki-laki. Harry sering memarahiku karena aku tidak bisa menjadi gadis yang baik. Dia kira dulunya Mom ingin memiliki anak laki-laki tapi lahirlah aku.

            “Astaga kita sudah terlambat.” Ucap Luke.

            Cowok itu berlari menuju kelas setelah memarkirkan motornya tanpa mempedulikan aku. Hell! Gimana caranya aku lari dalam kondisi seperti ini? Biasanya aku bisa menyeimbangi lari Luke tapi tidak kali ini. Alhasil aku memutuskan untuk berjalan pelan sambil berusaha menahan sakit di perutku. Di tengah perjalanan, Luke menghentikan langkahnya lalu dia menyusulku.

            “Kau kenapa? Kau sakit ya?” Tanya Luke.

            Dia perhatian sekali. “Aku.. Aku sedang tidak enak badan.” Ucapku.

            “Oh, tak apa. Nanti kalau kau tidak tahan ke UKS saja.” Ucap Luke.

            Luke memutuskan untuk berjalan pelan dan tidak peduli jika dia terlambat. Luke memang baik. Dia istimewa disini. Tadi saja saat di parkiran Luke diizinkan masuk oleh satpam itu. Bahkan satpam saja tunduk dengan Luke. Ketika tiba di kelas, sudah ada guru disana. Aku menunduk dan berjalan di belakang Luke.

            “Tumben kalian terlambat. Habis ngapain?” Bisik Michael.

            Ahh aku benar-benar membenci hari ini! Aku ingin tidur di UKS. Aku tidak tahan dengan sakit di perutku yang memaksaku untuk muntah. Wajahku kelihatan pucat dan tanganku dingin. Luke sempat menatapku dan dia terlihat khawatir. Sabar Leish, sebentar lagi isetirahat. Akhirnya bel isetirahat pun berbunyi. Mau tidak mau aku harus pergi ke UKS, tapi perutku lapar.

            “Luk, antar aku ke UKS. Mau tidak?” Pintaku malu-malu.

            Luke memerhatikan wajahku. “Sepertinya kau beneran sakit. Ayo!” Ucap Luke.

            Kami berdua pergi ke UKS. Tadi Michael ingin ikut dengan kami. Tapi Luke menyuruh Michael membeli beberapa makanan untuk-ku. Luke.. Luke.. Dia sangat baik padaku. Aku tidak mengerti mengapa dia sebaik itu padaku. Terlintas dibenakku mengenai gadis yang pernah menjadi pacar Luke. Pasti gadis itu merasa menjadi gadis yang paling bahagia karena bisa mendapatkan cowok seperti Luke.

            “Kau tidak bilang padaku kalau kau sedang datang bulan.” Ucap Luke.

            Aku tersenyum malu mendengar ucapan Luke. Saat ini aku membaringkan tubuhku di ranjang UKS. Lumayan membaik. Aku hanya membutuhkan isetirahat yang banyak walau rasa sakit di perutku masih terasa, bahkan semakin parah. Luke memilih duduk di kursi yang sengaja di taruh di samping ranjang.

            “Nanti Michael datang, dia akan membawakanmu makanan.” Ucap Luke.

            Thanks.” Ucapku.

            Selanjutnya kami sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Diam-diam aku melirik Luke yang sedang menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya. Aw! Perutku semakin nakal. Sebisa mungkin aku tahan rasa sakit yang menyerangku. Biasanya aku tidak merasakan sakit seperti ini.

            “Kau tidak apa-apa?” Tanya Luke.

            “Ya… Kau taulah bagaimana sakitnya wanita saat mendapatkan tamu bulanan.” Jawabku.

            Luke tersenyum. “Aku tidak pernah merasakannya.” Ucapnya.

            Aku berusaha menahan tawaku. “Tapi beginilah takdir wanita. Saat mereka hamil dan melahirkan, tentu akan lebih menantang daripada ini. Makanya, kau jangan sekali-kali melawan Ibumu. Kasihan dia yang sudah merawatmu dengan baik saat kau berada di dalam kandungan dan bermain nyawa saat melahirkanmu.” Ucapku.

            I know. I love my mom. She’s most wonderful women in my life.” Ucap Luke.

            Michael datang sambil nyengir. Dia memerhatikan-ku dengan tatapan kasihan. Lalu Michael memberikan makanan dan minuman ke Luke. Luke menerimanya dengan baik.

            Thanks.” Ucap Luke.

            “Lesih sakit apa sih? Ku kira dia kebal dengan penyakit.” Tanya Michael.

            Aku dan Luke sama-sama tertawa. “Penyakit wanita.” Ucap Luke tapi Michael tidak bisa mengartikan ucapan Luke. Akhirnya Michael meninggalkan UKS.

            “Kau pasti lapar ya.” Ucap Luke. Dia mengambil kentang goreng lalu hendak menyuapiku. Demi Tuhan!

            “Eh, kau sangat romantis. Seperti di film-film.” Ucapku.

            Begitulah seterusnya. Luke menyuapiku dengan telaten. Ah dia benar-benar… Argh! Aku tidak bisa untuk tidak melihat wajahnya yang benar-benar… Argh! Mungkin kalian menilai aku itu berlebihan jika membicarakan tentang Luke. Tapi aku berani bertaruh jika kau berada di posisiku, kau akan gila dibuat oleh Luke.

            “Kalau makan ya seperti ini. Harus di kunyah dulu, oke?” Ucap Luke.

            Entah berapa lama aku makan tapi aku sangat menikmatinya. Saat bersama Luke, itulah saat-saat terbaikku. Aku selalu merasa nyaman berada di sisinya walau awalnya jantungku selalu berdetak di atas rata-rata dan perasaan gugup menyerangku.

            “Perutmu masih sakit?” Tanya Luke.

            “I.. Iya.” Jawabku. Kenapa mendadak aku gugup gini?

            Tiba-tiba, Luke menyentuh keningku. Dia mendekatkan wajahnya di wajahku. Aku memejamkan mataku. Inikah yang disebut sebagai sahabat? Aku mau mengakui sesuatu, kalau aku benar-benar jatuh cinta dengan Luke. Tapi aku tau cinta-ku tidak akan terbalas. Luke masih mencintai mantannya dan kehadiranku tidak akan pernah membuatnya untuk melupakan mantannya.

            “Sebaiknya kau tidur. Aku akan menjagamu disini.” Ucap Luke.

            Jika saja aku kehilangan kontrol, saat itu juga aku berteriak sekencang-kencangnya.

***

            Luke’s POV

            Kurasa dia sudah tidur. Aku tersenyum melihat wajahnya yang nampak polos namun sangat cantik. Aleisha adalah salah satu dari sekian gadis yang istimewa yang pernah aku temui. Dia berbeda dari gadis lainnya. Aku tidak habis pikir kenapa aku bisa akrab dengannya dan menganggapnya sebagai sahabatku seperti Michael, Calum dan Ashton. Baru pertama kali aku memiliki sahabat cewek.

            Aleisha adalah gadis periang. Seakan-akan hidupnya tidak dipenuhi oleh beban. Terkadang aku merasa iri dengannya. Dia selalu terlihat bahagia dan tak pernah menampakkan wajah sedihnya. She’s wonderful girl! Tuhan begitu baik mempertemukanku dengannya. Karena Aleisha, aku sedikit bisa melupakan seseorang yang memang harus aku lupakan. Ya, dia mantanku. Dia meninggalkanku karena kesalahanku sendiri. Aku sudah berjanji untuk mencarinya dan meminta maaf padanya. Tapi aku tidak tau dimana keberadaannya.

            Kira-kira sudah berapa lama ya aku bersahabat dengan Aleisha? Intinya aku amat membutuhkannya. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku sangat menyayanginya. Dia sudah aku anggap sebagai adikku sendiri walau aku tidak tau berapa usianya apakah lebih muda dariku atau tidak. Beberapa orang mungkin menganggap kami adalah sepasang kekasih. Tentu saja aku membantahnya. Aku trauma menjalin hubungan dengan seorang gadis karena aku takut kalau aku akan mengecewakan gadis itu.

            Dan Aleisha, aku tidak ingin mengecewakannya. Tapi aku takut kalau-kalau aku akan mengecewakannya dan dia membenciku. Menurutku, Aleisha adalah gadis yang kurang percaya diri. Dia selalu merendahkan dirinya dan mengatai dirinya bahwa dirinya tidak cantik. Tapi sungguh, Aleisha sangat cantik. Wajahnya manis dan kau tidak akan pernah bosan melihatnya.

            Terakhir, aku meraih rambutnya dan mengelusnya pelan. Cukup lama aku menatap wajahnya. Kemudian aku cium keningnya. Aku harap dia tidak tau kalau aku mencium keningnya. Setelah itu, aku tertidur tepat di samping wajahnya.

***

            Aleisha’s POV

            Kalau begitu caranya, lebih baik aku tidak masuk sekolah. Percuma sekolah kalau aku tidak mengikuti ulangan biologi karena ketiduran di UKS. Luke juga sama. Bukannya dia membangunkanku, tapi dia malah ketiduran. Aku bangun tepat jam dua belas siang dan kaget melihat Luke yang tertidur pulas dengan kepala yang berada tepat di samping wajahku. Bagaimana bisa Luke ketiduran? Aku jadi bersalah. Seharusnya Luke tak perlu menungguku di UKS.

            Kurasa kesialanku bertambah. Saat bel pulang, aku merasa ada yang tidak beres. Ternyata aku tembus cukup banyak. Aku jadi malu setengah mati. Karena itulah selama jam pelajaran terakhir aku diam saja dan sedikit panik karena aku tau hal ini akan terjadi.

            “Kalian berdua sangat manis. Aku sudah memoto kalian yang tengah tertidur.” Ucap Michael.

            Aku yang sedang membereskan buku-buku-ku langsung kaget. Luke pun sama. Dia merebut ponsel Michael. Dan benar saja! Diam-diam Michael memoto kami berdua yang sedang tidur. Tapi hasilnya tidak buruk-buruk amat. Yang aku malukan, hidung kami hampir bersentuhan karena wajah kami sangat dekat.

            “Ini akan menjadi foto terbaik yang pernah aku dapatkan.” Ucap Michael sambil tersenyum tidak jelas lalu dia meninggalkan kelas.

            “Yaa Michael memang begitu.” Ucap Luke.

            “Jadi Michael tau dong kalau kita tidur di UKS? Kalau begitu kenapa dia tidak membangunkan kita?” Ucapku kesal.

            Luke mengangkat bahunya. “Besok kita minta ulangan sama Mr. Pierre. Ayo kita pulang. Perutmu sudah tidak sakit lagi kan?” Ucap Luke.

            Mendadak pipi-ku memerah. Bagaimana caranya pulang? Kebetulan aku membawa tas ransel jadi tas itu tidak akan bisa menutup ‘lumpur’ di rok-ku. Sialnya lagi, rok-ku berwarna terang jadi ‘lumpur’-nya kelihatan dengan jelas. Aku menatap Luke. Dia juga menatapku dengan bingung. Di kelas hanya ada aku dan Luke.

            “Ada masalah?” Tanya Luke.

            Aduh gimana jelasinnya ya? Aku sangat malu dan gugup. “Itu.. Rok-ku..” Ucapku gagu sambil menoleh ke belakang rok-ku.

            Langsung saja Luke melihat ke bagian belakang rok-ku. Ku harap dia tidak tertawa. Sungguh aku sangat malu saat ini. Ingin rasanya aku menangis saking malu-nya. Hari ini aku benar-benar sial. Jika saja Luke itu perempuan, tentu saja aku akan meminta bantuannya. Sayangnya Luke bukan perempuan jadi aku bisa apa?

            “Itu… Darah?” Tanya Luke dengan polosnya.

            Aku menatapnya dengan bingung. “Kau tidak tau? Sekarang gimana? Di luar ada banyak orang pasti.” Ucapku.

            Lama-lama Luke paham dengan apa yang aku alami. Kemudian dia membuka jaket hitam yang dia pakai lalu Luke memasangkan jaket itu di pinggang-ku. Hatiku benar-benar tersentuh melihat apa yang Luke lakukan. Ah, jangan menangis Leish…

            “Lebih baik kan?” Tanya Luke.

            Aku menatap Luke. Tapi kalau dia tidak memakai jaket saat mengendarai motor, tentu itu akan menganggu kesehatannya. Cuaca siang ini lumayan dingin. Aku tidak memakai jaket, hanya saja aku memakai baju panjang tapi rasanya gila jika aku membuka baju panjangku karena aku tidak memakai kaus pendek di dalamnya. Sudah aku bilang, hari ini aku sial dan merepotkan Luke.

            “Tapi kau nanti kedinginan.” Ucapku.

            Luke malah tersenyum. “It’s ok. Ayo kita pulang.” Ucapnya lalu menggandeng tanganku. Ah Luke…

            Kami tiba di parkiran. Luke, dia selalu membuatku melayang-layang di udara dan menguatkan perasaan ini. Aku jatuh cinta padanya. Aku mencintai Luke. Puas kan? Aku naik di motornya lalu motor Luke melaju dengan kecepatan sedang. Aku sering menyandarkan tubuhku di punggung-nya dan melingkarkan tanganku di pinggangnya saat aku naik di motor Luke.

            Damn! Aku jatuh cinta dengan sahabatku sendiri.

            “Aku janji setelah ini mencuci jaketmu sampai harum.” Ucapku saat kami tiba di rumahku.

            “Oke.” Ucap Luke.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar