expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 Juni 2016

Can't Have You ( Part 25 )



Pagi ini aku sarapan bersama Dad. Tak kusangka ternyata Dad bisa memasak walau masakannya tidak seenak masakan Mom. Sampai detik ini Dad belum membahas tentang penceraiannya dengan Mom. Mungkin Dad memutuskan untuk tidak membahas agar tidak membuatku sakit. Tapi aku penasaran dimana keberadaan Mom dan aku ingin sekali bertemu dengannya.

            “Kau tidak mau jalan-jalan ke pantai atau kemana?” Tanya Dad.

            Ide yang bagus. Aku sangat merindukan Perth dan aku ingin merasakan kembali saat-saat dimana ketika dulu aku berada di Perth. Jalan-jalan ke taman, bermain sepatu roda, ataupun ke pantai. Aku memutuskan untuk keluar sendirian karena Dad tak bisa mengajakku jalan-jalan. Dia ada banyak urusan dan aku bisa memahaminya.

            Aku menggunakan pakaian santaiku lalu berjalan keluar rumah. Tidak tau akan kemana aku pergi tapi aku melangkah terus tanpa tujuan. Biarlah asalkan aku tidak tersesat. Beberapa temanku menyapaku. Aku tersenyum sambil menyapa balik mereka. Aku tak begitu kenal dengan mereka tapi mereka malah menyapaku. Apa sebegitu tertutupkah aku? Coba saja aku mau terbuka dengan mereka pastinya aku akan mendapatkan teman yang banyak.

            Ada sebuah cafee yang dulu adalah langgananku. Aku langsung masuk ke dalam. Cafee ini tidak berubah, bahkan bertambah semakin cantik. Kemudian, aku terpaku melihat sebuah pemandangan yang ingin membuatku kabur dari tempat ini. Cukup lama aku melihat pemandangan itu, lalu aku tersadar. Hah! Mengapa mereka ada disini? Untuk apa mereka kesini? Aku kira tadi itu hanya ilusi-ku saja tetapi apa yang aku lihat adalah sebuah kebenaran.

            “Leish!”

            Sebisa mungkin aku tersenyum dan menguatkan hatiku. Lea, gadis itu dengan cerianya memanggil namaku. Dan cowok yang duduk dihadapannya… Pandangan kami bertemu. Cukup lama dan itu cukup membuatku ingin menangis. Luke, aku sangat merindukannya dan ingin sekali merasakan kebersamaan kita seperti dulu. Aku pun berjalan mendekati mereka.

            “Aku tak percaya kau ada disini! Bagaimana bisa kau kesini? Kau sedang liburan kan? Kalau begitu kenapa tidak ikut kami saja?” Cerocos Lea.

            Rasanya sangat sulit membuka suara terutama saat aku berdiri di dekat Luke. Aku melihat Luke yang tampak diam dan menganggap aku tidak ada. Baiklah kalau itu maumu. Aku tidak apa-apa. Kau sudah bisa melupakanku sedangkan aku tidak. Tapi tak apa. Aku memang bodoh karena jatuh cinta dengan cowok seperti Luke.

            “Ng.. Aku.. Aku keisini untuk menemui Ayahku.” Jawabku.

            “Ayah? Jadi tempat tinggalmu bukan di Sydney?” Tanya Lea.

            “Ya. Aku dari Perth. Tapi aku memutuskan tinggal di Sydney bersama paman.” Jawabku.

            Lea tampak bersemangat bicara denganku sementara aku tidak. Aku ingin kabur dari tempat ini tapi ada sesuatu yang menghadangku sehingga aku tidak bisa berlari dari tempat ini.

            “Duduk disini aja. Tidak apa-apa kok.” Ucap Lea.

            Terpaksa aku duduk dan berusaha menormalkan detakan jantungku yang berdetak tak karuan. Lalu aku tak sengaja melihat jari-jari Luke yang ingin sekali aku sentuh. Aku menggigit bagian bawah bibirku. Bisakah aku menangis saat ini juga? Bisakah aku teriak dan mengatakan kalau aku mencintai Luke dan tersiksa akan hubungan Luke dengan Lea?

            “Btw, aku kesini tentunya bersama Luke, Calum, Ashton dan Michael untuk liburan. Aku punya villa di dekat pantai. Bagaimana kalau kau datang ke villa itu sekalian menginap disana? Aku ingin mendengar lebih banyak tentangmu.” Ucap Lea.

            Syukurlah Michael, Calum dan Ashton ikut mereka. Kalau tidak aku bakal jadi apa nanti. Tapi kata Lea tadi aku disuruh datang ke villa-nya dan menginap disana. Aku jadi curiga kalau-kalau Lea dan Luke tidur bersama di villa itu dalam satu kamar.

            “Kau mau kan pergi ke villa-ku? Sehari saja.” Ucap Lea.

            Tiba-tiba saja Luke bicara. Jantungku berdetak semakin tak karuan. “Biarkan Leish bersama Ayahnya. Sudah lama dia tidak bertemu Ayahnya.” Ucap Luke dengan nada yang datar.

            Rasanya seperti Luke yang tidak suka akan kehadiranku walau dia mengatakan kalimat yang benar. Sudah lama aku tidak bertemu Ayah dan itu memang benar. Tapi anehnya aku ingin mendatangi villa Lea.

            “Ah tidak apa-apa. Aku mau kok pergi ke villa Lea. Sehari saja kan?” Ucapku.

            Lea tersenyum girang. “Oke! Letaknya tidak jauh dari tempat ini. Disana sudah ada Calum, Michael, dan Ashton. Hmm.. Aku rasa kalian berdua sudah kangen kan karena tidak pernah bertemu? Kalau begitu aku pergi dulu ya.” Ucap Lea lalu berdiri. Itu Lea? Batinku. Kenapa Lea mau membiarkanku berdua dengan Luke? “Luk, aku pergi dulu ya. Ada urusan sama teman. Tapi jangan macam-macam ya sama Leish. Ohya, setelah ini ajak Leish ke villa-ku ya.” Ucap Lea lalu mencium pipi Luke dan meninggalkan tempat itu.

            Kini hanya ada aku dan Luke. Aku melihat Luke yang sedang menunduk. Lama aku menatapnya dan rasanya membosankan. Ayolah Leish! Kau kan gadis yang kelebihan semangat(?) karena itu kau harus membuat orang di sekitarmu menjadi semangat dan tidak garing seperti ini. Ayo Leish kau pasti bisa!

            “Hei apa kabar Luk? Sudah lama kita tidak bertemu. Ups. Baru sebentar saja. Kita kan sering bertemu di kelas.” Ucapku dengan nada yang dibuat ceria.

            Luke mengangkat wajahnya. Astaga aku.. Rasanya.. Argh! “Aku baik-baik saja. Kau? Pastinya selalu tampak ceria.” Jawab Luke.

            Aku tersenyum. “Tentu. Hmmm.. Rasanya aneh bicara denganmu karena sudah lama kita tidak saling bicara.” Ucapku.

            “Ya. Kau duluan yang menjauhiku makanya aku ikutan menjauhimu.” Ucap Luke.

            Oke-oke. Itu memang salahku dan aku harus bertanggung jawab akan kesalahanku. “Lalu? Apa kau sedih karena aku menjauhimu?” Tanyaku.

            Luke sedikit membentuk senyuman di wajahnya. “Sangat sedih. Aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang sudah kita lalui bersama. Hei apa kau masih suka makan? Di villa Lea ada banyak makanan lho.” Ucap Luke.

            Jadi begitu ya Luk? Jadi kau juga tersiksa karena aku yang menjauhimu? “Tentu saja. Hmm.. Jadi ini salahku. Oke. Maafkan aku. Aku janji setelah ini menjadi sahabatmu yang baik. Bahkan lebih baik dari sebelumnya.” Ucapku.

            Baru Luke tersenyum lebar dan shit! Aku bisa melihat lesung pipit-nya dengan jelas disana. “Tapi ada syaratnya.” Ucap Luke.

            “Apa itu?” Tanyaku.

            Luke tampak berpikir. “Sebelumnya, kau serius kan mau pergi ke villa Lea dan menginap disana?” Tanyanya.

            “Ya.” Jawabku.

            “Oke. Itu sudah membuatku senang jadi aku tak membutuhkan syarat apapun.” Ucap Luke.

            “Tapi kenapa tadi kau mengatakan kalau sebaiknya aku tidak boleh pergi karena aku masih merindukan Dad?” Tanyaku.

            Luke tidak menjawab. Tiba-tiba dia mencubit pipi-ku. Tentu saja aku marah. Aku langsung mencubit pipi-nya dan yeah! Aku berhasil menyentuh lesung pipit-nya itu dan ingin menekannya sehingga bulatan di pipi kanan Luke semakin dalam. *halah*

            “Tau tidak? Aku sangat menyukai lubang di pipimu itu. Kalau kau tersenyum bahkan bicara saja, kau terlihat semakin manis dan membuat orang yang melihatmu menjadi geregetan.” Ucapku.

            “Benarkah? Aku bahkan tidak tau kalau aku punya lesung pipit.” Ucap Luke.

            Kemudian kami berdua tertawa. Mungkin pengunjung di cafee ini heran. Tadi Luke datang bersama gadis cantik bertubuh seksi kemudian dia pulang bersama gadis aneh sepertiku yang tidak menarik sama sekali. Akhirnya kami berdua meninggalkan cafee dan tentu saja pergi ke villa Lea. Luke membawa mobil. Untuk pertama kalinya aku satu mobil dengan aku yang duduk di depan bersama Luke.

            “Sejak kapan kau bisa menyetir mobil? Nanti kalau ada polisi gimana?” Tanyaku.

            “Sudah lama. Tenang saja. Aku tidak takut dengan polisi.” Jawab Luke.

            “Jangan bilang Ayahmu adalah seorang polisi.” Ucapku.

            Ups! Aku salah bicara. Bukankah orangtua Luke sudah cerai dan Luke sudah berpisah dengan Ayahnya? Aku harap Luke tidak marah atau sedih karena ucapanku. Aku benar-benar lupa kalau orangtua Luke sudah pisah.

            “Kenapa? Aku sudah lama tidak bertemu Ayah.” Ucap Luke.

            “Eh, aku benar-benar minta maaf. Sungguh aku lupa kalau orangtuamu sudah pisah.” Ucapku.

            “Santai saja. Aku sudah tidak sedih lagi karena mereka. Kau juga kan?” Ucap Luke.

            Aku tersenyum. “Tentu saja.” Ucapku.

            Villa Lea sangat besar dan mewah. Lea benar-benar kaya. Luke memarkirkan mobilnya di garasi. Aku keluar dari mobil itu disusul Luke. Kami berdua masuk ke dalam villa yang sangat indah dan nyaman, lalu Luke mengajakku ke ruang tengah. Aku menahan tawa melihat tingkah Calum, Michael, dan Ashton yang terlihat seperti anak-anak. Mereka memperebutkan makanan. Sepertinya mereka kaget melihat kedatanganku.

            “Leish? Kau-kah itu? Bagaimana bisa kau kemari bersama Luke lagi? Lalu dimana Lea?” Tanya Ashton.

            “Apa Lea sudah berubah menjadi Leish?” Tanya Calum.

            Aku dan Luke tertawa mendengar pertanyaan Calum. “Leish datang kemari untuk menemui Ayah-nya. Kebetulan tadi aku dan Lea bertemu dengan Leish. Terus Lea mengizinkanku ngobrol dengan Leish dan dia pergi. Tapi Leish akan menginap disini sampai besok.” Jelas Luke.

            “Tabah sekali pacarmu itu. Dia rela melihatmu berdua bersama cewek lain.” Ucap Michael.

            “Aku teman Luke dan Lea sudah mengenaliku baik-baik!” Ucapku karena aku tidak mau menjadi penganggu hubungan orang.

            “Eh memangnya Ayahmu tinggal di Perth?” Tanya Ashton.

            “Ya. Aku dari Perth tapi aku iseng aja tinggal di Sydney sama pamanku.” Jawabku.

            Kemudian Michael mendekatiku sambil menyodorkan pizza yang masih hangat. Aku tersenyum senang. “Ini pizza spesial buat sahabat kita yang sempat menghilang tapi dia kembali lagi.” Ucap Michael.

            Kami semua tertawa mendengar ucapan Michael. Aku menerima pizza itu dan memakannya dengan lahap. Rasanya enak sekali dan beda dari pizza lainnya. Semoga Michael tidak ngiler melihatku memakan pizza dengan rakus.

            “Kalau boleh tau, kenapa kau mengindar dari kami khusunya Luke?” Tanya Calum.

            Aku sedikit tersedak mendengar pertanyaan Calum lalu Ashton memberikanku air putih. “Memangnya kenapa? Aku merasa aku tidak menjauhi kalian.” Ucapku.

            “Semenjak Lea datang kau berubah. Apa kau cemburu melihat Luke bahagia sama Lea?” Tanya Ashton.

            Sebelum menjawab, aku tak sengaja melihat Luke. Dia tampak diam lalu aku menoleh ke Ashton. “Ya, aku cemburu.” Jawabku asal.

            “Wahahaha Alesh cemburu! Alesh cemburu!” Ucap Michael sambil menggodaku.

            Aku tersenyum geli melihat tingkah Michael. Aku kembali melirik Luke. Tidak, Luk. Tadi itu hanya bercanda. Mana mungkin aku cemburu sama Lea walau kenyataannya seperti itu. Tapi aku tau Luke pasti menganggap kalau aku sedang bercanda karena aku orangnya emang suka bercanda.

            Sudah aku bilang, sampai kapanpun Luke tak akan pernah tau perasaan yang aku rasakan padanya dan sampai kapanpun juga aku tak bisa memiliki-nya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar