expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juni 2016

Can't Have You ( Part 7 )



Aku membuka mataku lalu tersenyum. Baru saja aku mendapatkan mimpi indah tentang aku dan Luke. Astaga aku baru sadar pada saat itu aku ketiduran di pundak Luke dan tiba-tiba saja aku sudah berada di kamarku. Untunglah aku tidak terlambat bangun. Pastinya paman akan mengintrograsi-ku kenapa aku bisa pulang dalam kondisi tertidur bersama Luke. Aku ragu kalau Luke yang membawaku ke kamarku.

            Setelah mandi dan berpakaian rapi, aku berjalan cepat ke ruang makan. Kulihat Harry yang tengah berusaha menahan tawa. Pasti ada yang tidak beres dengan kemarin malam. Aku pun duduk dan langsung menyerbu roti bakar yang sudah ada di piring tanpa mengolesinya dengan selai dulu. Dasar rakus!

            “Leish, dia benar-benar tampan.” Ucap Harry.

            Hampir saja aku memuntahkan susu yang aku minum. Aku menatap Harry yang sudah mulai mengeluarkan tawanya. Mendadak aku malu. Pasti kemarin malam Harry sudah bertemu Luke dan mengira Luke adalah pacarku. Aku takut kalau-kalau Harry sempat membuka aib-ku yang nantinya akan membuat Luke jijik saat bertemu denganku.

            “Siapa?” Tanyaku pura-pura tidak tau.

            “Pacar sendiri tidak tau. Tadi malam dia datang sambil menggendongmu. Tentu saja aku kaget. Untunglah paman sudah ngorok. Dia mengaku kalau dia adalah pacarmu. Namanya Luke. Ah aku tidak menyangka kau bisa secepat itu mendapatkan pacar, apalagi ganteng seperti Luke. Kau kasih pellet apa sih sampai-sampai Luke bisa suka sama kamu?” Ucap Harry.

            Aku mendengar cerita Harry dengan perasaan malu, senang dan kesal. Aduh pasti kemarin Luke merasa berat karena menggendong tubuhku yang berat. Tapi kenapa Luke berani mengaku kalau dia itu pacarku? Seandainya benar mungkin aku akan menjadi gadis yang paling bahagia di dunia ini.

            “Tuh, pacar ganteng-mu sudah menjemputmu.” Ucap Harry.

            Biasanya aku menunggu Luke tepat di pinggir jalan raya, tapi kali ini Luke sendiri yang datang ke rumahku. Pipi-ku memerah. Cepat-cepat aku mencium tangan paman lalu berlari keluar. Aku butuh penjelasan banyak dari Luke.

            Morning, Leish.” Ucap Luke.

            Astaga dia terlihat semakin tampan saja sedangkan aku terlihat semakin jelek. Aku menunduk lalu naik di motor Luke tanpa membalas ucapan selamat pagi dari Luke. Sepertinya Luke tidak ambil pusing denganku yang tidak mau membalas sapaannya. Motornya pun melaju meninggalkan rumahku.

            Setiba di sekolah, aku langsung berlari meninggalkan Luke. Dasar tidak sopan. Tapi sungguh aku sangat malu jika harus menatap Luke karena kejadian kemarin. Luke menggendongku? Astagaaa….

            “Leish!” Teriak Michael.

            Aku memberhentikan langkahku tepat di pintu kelas. Michael datang mendekatiku dan sepertinya dia ingin menggodaku. Jadi apakah Michael tau kemarin malam aku pergi bersama Luke lalu ketiduran di punggung Luke?

            “Kau pergi bersama Luke tidak bilang-bilang. Gawat!” Ucap Michael yang tiba-tiba saja merasa panik.

            Ada beberapa anak yang melihat ke arah kami dan aku merasa malu. “Mike, kau kenapa sih?” Tanyaku berusaha menyembuhkan sikap Michael yang terlihat aneh.

            Lalu Michael menatapku dengan serius. “Luke, aku kalah perang dengannya.” Ucapnya sambil menunjuk ke arahku. Hah?!

            Kemudian Luke datang. Cepat-cepat aku duduk di kursiku sambil membuka buku. Michael dan Luke duduk di kursinya. Ku dengar percakapan keduanya yang membicarakan tentangku.

            “Apa yang kau lakukan semalaman pada Lesih? Lihat! Pipi-nya saja sudah merah seperti tomat.” Ucap Michael. Sebisa mungkin aku tenang dan pura-pura tidak mendengar pembicaraan mereka.

            “Aku hanya mengajaknya pergi ke taman kota dan mentraktirnya makan. Tapi sayang saat perjalanan pulang dia tertidur di pundakku jadi aku bingung cara memulangkannya. Aku takut dimarahi sama orangtuanya. Untunglah kemarin malam aku hanya bertemu kakak Leish saja.” Jelas Luke.

            “Wah, ternyata Aleisha tukang tidur juga selain tukang makan. Tapi dia tampak senang tuh. Jangan-jangan kau mencium-nya lagi.” Ucap Michael.

            Akhirnya aku menoleh menatap Luke dan Michael karena tidak tahan akan kata-kata Michael. Michael cekikikan melihat wajahku yang sudah seperti kepiting rebus. Aku takut jika Michael tau kalau aku diam-diam menyukai Luke. Aku akan seperti kepiting rebus setiap harinya.

            “Bilang saja kau cemburu pada Luke.” Ucapku.

            “Hahahaha.. Aku tidak sebegitu jahat-nya merebut gadis temanku sendiri. Tenang saja. Aku Lukeisha shipper kok.” Ucap Michael.

            Lukeisha? Gabungan nama yang unik. Karena itu aku jadi senyum-senyum sendiri. Ku harap Luke tidak berpikiran yang macam-macam padaku. Aku yakin tadi Michael hanya bercanda. Toh aku juga sering bercanda. Jam pertama pun di mulai dan aku harus memerhatikan penjelasan guru dengan baik dan membuang sementara bayangan-bayangan Luke yang menari-nari di otakku.

***

            Jam isetirahat aku iseng pergi ke perpustakaan dan menolak dengan sedih ajakan Michael ke kantin. Aku ingin mencoba untuk tidak makan sehari saja. Akhirnya ku putuskan untuk pergi ke perpustakaan. Di sekolah lama sebenarnya aku lebih sering menghabiskan waktuku di perpustakaan dibandingkan di kantin. Biasanya aku ke kantin saat jam pelajaran kosong atau saat pulang sekolah. Tentu saja aku selalu pergi sendirian dan menolak jika aku diajak ke kantin oleh teman-temanku. Biarlah.

            Aku menemukan novel yang dari judulnya saja langsung membuatku tertarik. Aku mengambilnya dan membacanya. Aku membetulkan letak kacamataku yang mau copot. Sebenarnya tidak enak memakai kacamata. Aku pernah kepikiran menggunakan softlens tapi entahlah. Saat aku serius membaca novel, samar-samar aku mendengar pembicaraan sekumpulan anak cewek yang berada tidak jauh dariku. Apa? Mereka membicarakanku?

            “Tau tidak murid baru itu, dia sok sekali. Padahal tampangnya saja menjijikkan.”

            “Iya. Sok-sok dekat sama Luke. Seharusnya dia tau diri dong Luke itu siapa.”

            “Betul tuh. Mentang-mentang Luke tidak punya pacar. Kalau punya pacar, apa mungkin murid baru itu akan merusak hubungan Luke?”

            Aku tidak tahan akan pembicaraan mereka yang langsung membuat hatiku sakit. Apa sebegitu buruk-nya-kah aku sampai-sampai aku tidak pantas berteman dengan Luke? Hei! Aku tau diri! Aku tidak bermaksud menarik perhatian Luke. Aku hanya ingin menjadi teman Luke. Salah mereka yang suka men-judge orang.

            Akhirnya aku memutuskan meninggalkan perpustakaan. Sebelumnya, aku melirik ke arah mereka. Mereka menatapku dengan tatapan jijik dan tidak suka. Sialan! Jika saja aku tidak bisa menahan emosi, mungkin aku langsung menghajar mereka. Tapi aku tau diri. Aku tidak mau membuat onar di sekolah baruku. Juga, Dad bakal kecewa denganku.

            Bukannya ke kelas, tapi aku malah ke kantin. Aku memutuskan membeli kebab dan pepsi yang akan aku bawa ke kelas. Namun lagi-lagi aku mendapatkan kata pedas disini. Tepatnya gadis di sampingku. Dia sedikit menjauhiku dan menganggap aku adalah penyakit yang harus dijauhi. Sedih sih iya. Hampir semua anak-anak di sekolah ini membenciku hanya karena aku berteman dengan empat cowok terkenal di sekolah ini sedangkan aku hanyalah anak ingusan yang tidak cocok berteman dengan mereka.

            Setelah mengambil kebab dan membayarnya, ada satu cewek yang sepertinya sengaja menyenggolku lalu kebab yang aku bawa terjatuh. Sialan! Aku menatap marah ke arah gadis yang kini tertawa ngakak melihat kemalanganku. Siapa sih gadis itu? Kalau benci silahkan saja tapi jangan menjatuhkan makanan seperti ini!

            “Kau mau ambil punyaku?” Tanya seseorang.

            Aku menatap wajah seorang cowok asing tapi ganteng juga. Rambutnya hitam, kulitnya putih dan tubuhnya cukup tinggi. Cowok itu menyodorkanku kebab yang masih utuh. Aku ragu mengambilnya. Tapi karena tidak bisa menahan rasa lapar, akhirnya aku mengambil kebab itu dan mengucapkan terimakasih.

            Thanks. Akan selalu aku ingat kebaikanmu.” Ucapku lalu meninggalkan cowok itu.

            Dalam perjalanan menuju kelas, aku berjalan cepat sambil memakan kebab. Sialnya, ada guru yang melihat kelakukanku dan itu sukses membuat aku malu. Sebelum masuk ke kelas, aku menghabiskan sisa kebab dalam sekali gigitan. Namun aku langsung terbatuk karena ada tangan yang memukul pelan pundakku.

            “Katanya pergi ke perpustakaan, tapi kenapa mulutmu penuh dengan kebab?”

            Ternyata Michael. Cowok menyebalkan itu membuatku terbatuk-batuk hebat. Aku tidak tau kapan dia berada disini. Pepsi yang aku bawa langsung aku teguk dan isinya langsung habis. Michael melongo melihat perbuatanku yang menghabiskan pepsi dalam sekali teguk.

            “Kau gadis gila! Mimpi apa orangtuamu bisa mendapatkan anak sepertimu.” Ucap Michael sambil geleng-gelengkan kepala.

            Aku tidak mempedulikan ucapan Michael. Aku tersenyum lebar melihat Luke yang sudah duduk di kursinya. Luke nampak kalem dan aku iri dengannya. Walau aku pendiam dan pemalu, tapi aku tidak bisa menjaga image-ku menjadi seorang gadis yang benar. Makan saja tidak pernah di kunyah dan suka bersendawa tanpa memandang tempat.

            “Hei kau sudah datang? Kenapa mulutmu penuh banyak saos dan sayur?” Tanya Luke.

            Mendadak aku malu. Aku membuka ponsel-ku dan melihat dengan jelas diriku disana. Amat mengerikan. Aku hendak mengelap mulutku dengan tanganku tapi Luke langsung mengelapnya dengan tisu yang entah dimana dia dapat. Aku terdiam melihat apa yang dilakukannya. Luke, dengan tanpa beban membersihkan mulutku dengan tisu.

            “Wah, kalian memang pasangan yang sangat romantis.” Ucap Michael.

            Refleks Luke membuang tisu itu. Untunglah mulutku sudah bersih. Selalu saja Michael membuatku kesal dan menggodaku. Sudah tau aku tidak bisa digoda seperti ini.

***

            Author’s POV

            Dengan langkah lebar, Luke keluar kelas tanpa menghiraukan teriakan Michael dan Aleisha. Beberapa gadis menyapanya namun Luke sama sekali tidak mempedulikannya. Entah apa yang membuatnya berubah secepat itu. Hup! Michael berhasil mendapatkan tangan Luke, alhasil Luke tidak bisa kabur.

            “Kau kenapa sih?” Tanya Michael.

            Luke menatap Michael dengan tatapan yang sulit ditebak. “Mike, kau antar pulang Aleisha.” Ucapnya.

            “Kok begitu?” Tanya Aleisha refleks.

            Begitulah Aleisha. Sosok gadis yang bicaranya suka ceplas-ceplos dan suka membuat Luke tertawa karena tingkah lucunya. Luke juga heran kenapa dia bisa akrab dengan Aleisha, bahkan mengajak gadis itu datang ke rumahnya. Luke rasa, Aleisha adalah orang yang tepat yang ia butuhkan sekarang. Bukan bermaksud memanfaatkan Aleisha, Luke hanya merasa senang mendapatkan teman ceria yang mampu membuatnya tertawa dan melupakan kesedihannya.

            Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Begitu pun Luke. Dia tidak langsung pulang ke rumah. Tapi dia mampir untuk membeli beberapa bahan makanan. Luke berniat untuk membuat kue, entah kue apa.

            “Wah, ada Luke!”

            Luke kaget mendengar suara gadis itu. Gadis yang sudah tidak asing lagi baginya. Gadis itu tersenyum manis pada Luke dan mau tidak mau Luke harus membalas senyum gadis itu. Sudah lama ia tidak bertemu dengan gadis itu. Luke harap gadis itu tak lagi membencinya.

            “Rose apa kabar? Aku sangat merindukanmu.” Ucap Luke.

            Nama gadis itu adalah Rose. Gadis cantik berambut pirang yang sekarang ini profesinya menjadi seorang model. “Sudah pulang dari Amerika? Wajahmu tetap sama saja.” Ucap Rose.

            “Memangnya aku harus bagaimana? Aku bosan setahun berada di Amerika.” Ucap Luke.

            Akhirnya Rose mengajaknya ke cafee untuk melepas rindu. Luke merasa bersyukur karena Rose tidak menampakkan wajah kebenciannya seperti saat terakhir ia bertemu dengan Rose. Tapi Luke agak ragu juga sih. Siapa tau gadis itu tengah menyembunyikan kebenciannya.

            “Aku tak menyangka bisa bertemu lagi denganmu.” Ucap Rose sambil menyeruput kopinya.

            “Ya. Ku kira kau masih membenciku.” Ucap Luke tiba-tiba.

            Rose sedikit terbatuk-batuk mendengar ucapan Luke. Luke bisa melihat perubahan air muka Rose. Bagaimana mungkin gadis itu bisa melupakan perbuatannya dulu?

            “Ah, itu hanya masa lalu. Lagipula, aku tidak mau masuk ke dalam masalah kalian. Bagaimana? Apa kau sudah tau kabarnya?” Ucap Rose.

            Luke sedikit kaget mendengar pertanyaan Rose. Jadi selama ini Rose tidak pernah bertemu dengan orang yang dimaksudkan dipertanyaan itu? Rose kan sahabat baik orang itu. Tiba-tiba saja Luke memasang wajah sedihnya.

            “Aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Kurasa aku memang sudah tidak pantas bertemu dengannya.” Ucap Luke.

            “Hei jangan begitu! Aku tau dulu aku sangat membencimu hanya karena masalah itu. Tapi bukankah setiap orang pernah melakukan kesalahan? Aku yakin sekali dia berada tidak jauh dari tempat ini. Mungkin saja dia sedang menunggumu.” Ucap Rose.

            Tidak, batin Luke. Luke sudah berbuat salah dengan orang yang dimaksud Rose. Mustahil jika orang itu sedang menunggunya. Mustahil. Maka lebih baik ia melupakan orang itu dan menghapus semua kenang-kenangan tentangnya. Ya, itu lebih baik.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar