Sepi. Tami merasa semuanya sepi. Bahkan Michael berubah menjadi sosok
penyendiri karena tidak tahan dengan ulah sahabat-sahabatnya itu. Saat tidak
ada kegiatan yang berhubungan dengan tour atau interview, Michael menghabiskan waktu bermain game di dalam kamarnya dan tidak suka jika ada orang yang
menganggunya. Cowok itu emang sangat kesal dengan tiga sahabatnya itu. Diantara
Luke, Calum dan Ashton, Michael paling dekat dengan Calum. Tapi saat ia
menanyakan hal apa yang membuat Calum berubah, Calum diam saja.
Tok.. Tok.. Tok
Hampir saja Michael memenangkan
pertandingan sepak bola, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang dengan keras.
Tentu saja Michael merasa sebal. Kemudian sebuah suara memanggil namanya.
Calum! Jadi sahabatnya itu sudah sadar kalau ia adalah orang yang selalu ada
untuk Calum dan mau membantu Calum untuk keluar dari masalah yang dialaminya.
Michael langsung membuka pintu dan kaget dengan air muka Calum yang tampak
sedih.
“Mike, aku takut memberitahu hal ini
ke Luke.” Ucap Calum.
Astaga bahkan Calum ingin menangis.
Michael merasa ada hal buruk yang menimpa band mereka tapi Michael tidak
menginginkan hal itu terjadi. Calum memang nampak aneh belakang-belakangan ini.
“Ada apa Cal?” Tanya Michael.
“Ini semua tentang Ashley!” Ucap
Calum.
“Memangnya ada apa dengan Ashley?”
Tanya Michael heran.
Jadi masalah yang dialami Calum ada
hubungannya dengan Ashley, gadis yang dicintai Calum. Pantas saja Calum sok
bersikap galau karena mikirin Ashley saja sama halnya dengan Luke yang terus
memikirkan Novela sampai tidak mau makan.
“Mike, aku berharap semua ini
hanyalah mimpi. Tapi sayang, semuanya nyata! Tadi aku di kasih kabar sama Vee
tentang kondisi Ashley.” Ucap Calum.
“Memangnya Ashley kenapa? Apakah
Ashley sakit?” Tanya Michael.
Calum tidak menjawab pertanyaan
Michael. Cowok itu menunduk dan berusaha menahan rasa sakit dan sedih yang ia
rasakan. Melihat keadaan Calum, Michael dengan penuh rasa simpati duduk di
samping Calum dan merangkul sahabatnya itu.
“Cerita saja, Cal.” Ucap Michael.
“Ashley.. Dia..” Ucap Calum.
***
Pukul 8:00 p.m. dan Ashley masih
mengurung diri di kamar. Gadis itu nampak kelelahan karena habis menangis.
Sepertinya air matanya sudah habis karena tadi sangat banyak ia keluarkan.
Dadanya terasa sesak dan rasanya sulit untuk bernafas. Cobaan apa lagi ini?
Ashley merasa hidupnya sudah cukup dan tidak mau meminta yang lebih banyak.
Tapi mengapa Tuhan mengirimkan cobaan berat ini padanya?
Ashley tau hal ini dari Liza karena
Ashley tau Mama-nya itu adalah wanita yang jujur dan tidak mau menyimpan
rahasia. Setelah mengetahui kenyataannya, Ashley merasa hidupnya sudah tidak
berarti lagi. Kandas-lah cita-citanya menjadi dokter karena Ashley merasa sudah
tidak bisa hidup seperti dulu lagi. Semuanya telah berubah dan hanya ada air
mata saja.
“Kak Tristan..” Lirih Ashley sambil
menitikkan air mata.
Dulu, keluarganya adalah keluarga
yang bahagia walau hidupnya susah. Tapi Ashley senang memiliki Mama dan Kak
Tristan yang menyayanginya. Ashley menemukan fotonya bersama Tristan dan disana
mereka tampak manis. Ashley tersenyum miris. Jika ia bersedih, Ashley selalu
menangis di pelukan Tristan. Tapi sekarang? Oke. Ashley masih memiliki Luke
tetapi Luke bukanlah Tristan. Luke adalah sosok penyanyi terkenal yang keberadaannya
tidak tetap. Luke jarang pulang ke rumah dan entahlah Ashley menjadi muak
karenanya. Ashley lebih menginginkan hidupnya yang dulu saat ia masih bersama
Tristan. Dan karena Luke, Ashley jadi kehilangan Tristan.
Tapi bagaimanapun juga, semua itu tidak
ada hubungannya dengan penyakit yang dideritanya. Ya. Ashley di vonis terkena
penyakit kanker otak dan itu terjadi enam bulan yang lalu. Tapi Ashley tidak
merasakan apapun. Dan saat inilah ia merasakannya. Ashley tau kanker adalah
salah satu penyakit berbahaya dan susah disembuhkan. Ashley takut nasib-nya
akan sama seperti Tristan.
Lalu bagaimana dengan Calum? Ashley
merasa berdosa karena selalu menolak panggilan Calum. Hah untuk apa Calum
menelponnya? Ashley curiga kalau Calum menyukainya tapi Ashley berharap Calum
tidak menyukainya walau ia tidak bisa membohongi dirinya kalau ia menyukai
Calum dan ingin menjadi sosok yang spesial di hati Calum. Ashley berharap ia
sedang bermimpi buruk dan ingin cepat-cepat bangun.
“Ashley? Ayo keluar. Kamu harus
makan.”
Suara Liza menyadarkannya dari
kesedihan. Ashley mengusap matanya dan berjalan sempoyongan menuju pintu
kamarnya lalu membukanya. Langsung saja Liza memeluknya dan Ashley kembali
menangis. Sungguh Ashley sangat mencintai Ibunya dan tidak ingin meninggalkan
Ibunya. Ibunya sudah kehilangan Tristan dan ia tidak ingin seperti Tristan. Dan
Luke. Walau Ashley entah sejak kapan sedikit tidak menyukai Luke karena Tristan
yang merelakan nyawanya demi Luke, Ashley tidak ingin meninggalkan Luke. Itu
bukan salah Luke tetapi keinginan Tristan sendiri. Ashley harus menerima semua
itu. Juga pikiran yang tadi sempat mampir yang mengatakan kalau Ashley tidak
suka dengan pekerjaan Luke, sesungguhnya Luke bekerja keras demi ia dan Ibunya
dan menjadi penyanyi itu tidaklah mudah.
Beberapa menit kemudian, Liza
melepaskan pelukannya dan mencoba untuk tersenyum. “Mama sudah membuatkanmu
makanan yang lezat. Ayo!” Ucapnya berusaha untuk ceria.
Ashley memasang senyum palsu dan
berjalan di belakang Liza. Tapi melihat menu makan yang memang tampak lezat
tidak membuat perutnya kelaparan. Alhasil Ashley memakan makanan buatan Liza
dengan terpaksa.
“Apa Kak Luke sudah tau?” Tanya
Ashley tiba-tiba.
Liza menatap Ashley nanar. “Mama
tidak mau memberitahu ke Luke karena Mama takut membuat Luke sedih dan tidak
fokus dengan konser-nya. Tapi Mama sudah memberitahu ke Calum.” Ucapnya.
Apa?! Langsung saja Ashley tersedak
dan Liza tampak kaget. Kenapa? Kenapa Liza malah memberitahu tentang
penyakitnya pada Calum? Pantasan saja Calum tak henti-hentinya menelpon dan
mengirim pesan padanya. Setelah Calum mengetahui penyakit yang dideritanya,
apakah Calum masih sama dengan Calum yang belum mengetahui penyakit yang
dialaminya itu?
“Kenapa Mama memberitahu ke Calum?
Kenapa?” Tangis Ashley.
Tentu Liza heran dengan Ashley tapi
wanita itu tampak berdosa. “Mama salah memberitahu Calum?” Tanyanya.
Ashley benar-benar frustrasi dan
langsung berlari ke kamar lalu masuk dan menguncinya. Ashley tak mempedulikan
teriakan Liza. Persetan dengan semuanya. Hidupnya sudah hancur dan Ashley
berharap saat ini juga Tuhan mencabut nyawanya karena Ashley tidak yakin apakah
bisa menjalani hidup bersama kanker. Tiba-tiba ponsel-nya berdering. Panggilan
dari Calum dan Ashley masih belum berani mengangkat telpon dari Calum.
***
“Ayolah Ash.. Angkat..”
Sudah berkali-kali Calum menelpon
Ashley dan gadis itu tak mau mengangkat panggilannya. Calum menjadi frustrasi.
Bahkan Calum lebih parah dari Luke yang keadaannya mulai membaik. Luke belum
mengetahui keadaan Ashley dan Calum tidak ingin Luke mengetahuinya. Luke sangat
menyayangi Ashley dan pastinya Luke tidak ingin ditinggal oleh orang yang dia
sayangi untuk yang kedua kalinya.
Tampaknya pekerjaannya sia-sia.
Calum yang sudah frustrasi akhirnya mematikan Iphone-nya dan menjatuhkan tubuhnya di kasur sambil membayangkan
wajah Ashley, wajah gadis yang dicintainya. Terakhir ia bertemu Ashley dua
bulan yang lalu. Ashley tampak ceria dan suka membuatnya tersenyum dan senyuman
Ashley adalah senyuman terbaik yang pernah ia lihat.
“Calum..”
Suara Tami menyadarkannya. Tentu
Tami belum mengetahui keadaan Ashley makanya Tami terlihat kesal dengan
sikapnya. Dengan malas, Calum bangkit dan mendekati Tami. Calum menatap Tami
dengan tatapan sayu.
“We
need to talk.” Ucap Tami dengan suara serius.
***
“Hei mau aku temani?”
Malam itu Novela sedang duduk
sendirian di Starbucks dan menikmati indahnya malam. Kebanyakan yang datang di
Starbucks bersama pasangannya sedangkan ia sendirian. Tapi Aaron tiba-tiba saja
datang dan ingin menemaninya. Anehnya Novela membiarkan Aaron duduk di
depannya.
“Biar aku tebak. Kau pasti sedang
merindukan Luke?” Ucap Aaron.
Entahlah rasanya malas membicarakan
Luke bersama Aaron karena Novela memang tidak suka ada orang yang membicarakan
hubungannya dengan Luke bahkan teman dekatnya sendiri. Sedih sih iya, tapi mau
gimana lagi? Luke melakukan semua itu demi menghidupi keluarga, bukan untuk
bersenang-senang.
“Can
we talk about another topic?” Ucap Novela.
Aaron mendapatkan kesimpulan bahwa
Novela tidak suka membahas tentang Luke atau apa karena Novela sedang kesal
dengan kekasihnya itu? Tapi Aaron tidak peduli. Biarpun Novela tidak mau
melihatnya, setidaknya ia bisa berada di dekat Novela dan berharap tidak ada
paparazzi disini. Aaron tidak ingin bermasalah dengan Luke. Bisa-bisa ia
dibunuh oleh fans-nya Luke.
“Hmm.. Jadi bagaimana kuliahmu?”
Tanya Aaron.
Ia dan Aaron memang seangkatan dan
tahun depan akan lulus. Tapi Novela memutuskan melanjutkan s2-nya dan
Ayah-Ibunya juga menyetujuinya. Tapi aneh rasanya melihat sang kekasih hanya
mendapat ijasah SMA sedangkan dirinya hampir lulus s1. Tapi Novela tau
sebenarnya Luke itu pintar dan menjadi salah satu murid berprestasi di sekolah.
Entahlah apa yang menjadikan Luke berubah menjadi penyanyi terkenal dan merilis
album. Tapi apapun yang dilakukan Luke, Novela akan selalu merasa bangga
asalkan baik.
“Baik. Hanya saja aku dipusingkan
oleh tugas yang lebih berat dari sebelumnya.” Jawab Novela.
Aaron tersenyum. “Sama. Aku juga. Tapi
nikmati saja.” Ucapnya.
Keduanya pun terdiam. Novela sibuk
dengan pikirannya sedangkan Aaron bingung mau bicara apa. Seandainya Novela mau
memutuskan hubungannya dengan Luke.. Terdengar egois memang tapi itu juga
merupakan kebahagiaan Novela. Novela jauh lebih senang jika orang yang
dicintainya berada dekat dengannya walau tidak setiap waktu.
“Ini sudah malam. Kenapa kau masih
disini?” Tanya Aaron.
Belum saja Novela menjawab,
ponsel-nya berdering. Dari Liza. Ada apa calon mertua-nya itu *cieee* menelponnya?
Novela mengangkat telpon Liza dan sepertinya wanita itu sangat membutuhkan
kehadirannya. Namun perasaan Novela menjadi tidak baik dan Novela takut jika
ada hubungannya dengan Luke.
***
Semuanya tampak diam. Tami, gadis
itu habis marah-marah karena kesal dengan sikap Luke, Calum, Ashton bahkan
Michael yang ikut-ikutan bersikap aneh dengan game-nya. Keempatnya menunduk. Entahlah apakah mereka merasa
bersalah atau tidak. Tapi tiba-tiba saja Ashton bangkit.
“Aku hanya kecewa saja dengan Calum makanya
aku menjauhinya.” Ucapnya lalu duduk lagi.
Semua mata menatap Ashton dan Calum
yang paling tidak percaya dengan ucapan Ashton. Kecewa? Memangnya apa salahnya
pada Ashton? Calum tidak ingin menambah masalah lagi karena hatinya sudah
sangat sakit akibat Ashley.
“Coba jelaskan lebih detail.” Ucap
Tami.
“Tanya saja ke Calum.” Ucap Ashton
lalu pergi begitu saja tanpa mempedulikan teriakan Tami.
Kemudian Tami menatap Calum. “Kau
kenapa Cal? Akhir-akhir ini wajahmu pucat, sedih, masalah apa yang kau alami?
Apakah ada hubungannya dengan Ashton?” Tanyanya.
Calum menghela nafas panjang sebelum
menjawab. “Aku memang punya masalah yang serius. Tapi aku tidak bisa
menceritakan padamu saat ini.” Jawabnya lalu tidak sengaja menatap Luke yang
sedang menunduk. Kemudian Calum kembali menatap Tami. “Mengenai Ashton, aku
tidak tau apa-apa dan heran kenapa dia bisa mengatakan hal itu padaku padahal
aku tak punya salah apapun padanya.” Sambungnya.
Jika saja tidak ada Luke disini,
Calum berani menceritakan kondisi Ashley pada Tami dan Tami pasti bisa
mengerti. Tapi mengenai Ashton, Calum sama sekali tidak mengetahui apa
masalahnya pada Ashton. Terakhir kali Ashton berubah saat ia mengatakan kalau
ia menyukai Ashley. Apa.. Apa Ashton tidak suka kalau ia menyukai Ashley? Apa..
Apa Ashton juga menyukai Ashely? Astaga….
“Aku harap kalian bisa bersikap
profesional.” Ucap Tami lalu meninggalkan tempat itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar