expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juni 2016

Stay ( Part 4 )



Sepi. Tami merasa semuanya sepi. Bahkan Michael berubah menjadi sosok penyendiri karena tidak tahan dengan ulah sahabat-sahabatnya itu. Saat tidak ada kegiatan yang berhubungan dengan tour atau interview, Michael menghabiskan waktu bermain game di dalam kamarnya dan tidak suka jika ada orang yang menganggunya. Cowok itu emang sangat kesal dengan tiga sahabatnya itu. Diantara Luke, Calum dan Ashton, Michael paling dekat dengan Calum. Tapi saat ia menanyakan hal apa yang membuat Calum berubah, Calum diam saja.

            Tok.. Tok.. Tok

            Hampir saja Michael memenangkan pertandingan sepak bola, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang dengan keras. Tentu saja Michael merasa sebal. Kemudian sebuah suara memanggil namanya. Calum! Jadi sahabatnya itu sudah sadar kalau ia adalah orang yang selalu ada untuk Calum dan mau membantu Calum untuk keluar dari masalah yang dialaminya. Michael langsung membuka pintu dan kaget dengan air muka Calum yang tampak sedih.

            “Mike, aku takut memberitahu hal ini ke Luke.” Ucap Calum.

            Astaga bahkan Calum ingin menangis. Michael merasa ada hal buruk yang menimpa band mereka tapi Michael tidak menginginkan hal itu terjadi. Calum memang nampak aneh belakang-belakangan ini.

            “Ada apa Cal?” Tanya Michael.

            “Ini semua tentang Ashley!” Ucap Calum.

            “Memangnya ada apa dengan Ashley?” Tanya Michael heran.

            Jadi masalah yang dialami Calum ada hubungannya dengan Ashley, gadis yang dicintai Calum. Pantas saja Calum sok bersikap galau karena mikirin Ashley saja sama halnya dengan Luke yang terus memikirkan Novela sampai tidak mau makan.

            “Mike, aku berharap semua ini hanyalah mimpi. Tapi sayang, semuanya nyata! Tadi aku di kasih kabar sama Vee tentang kondisi Ashley.” Ucap Calum.

            “Memangnya Ashley kenapa? Apakah Ashley sakit?” Tanya Michael.

            Calum tidak menjawab pertanyaan Michael. Cowok itu menunduk dan berusaha menahan rasa sakit dan sedih yang ia rasakan. Melihat keadaan Calum, Michael dengan penuh rasa simpati duduk di samping Calum dan merangkul sahabatnya itu.

            “Cerita saja, Cal.” Ucap Michael.

            “Ashley.. Dia..” Ucap Calum.

***

            Pukul 8:00 p.m. dan Ashley masih mengurung diri di kamar. Gadis itu nampak kelelahan karena habis menangis. Sepertinya air matanya sudah habis karena tadi sangat banyak ia keluarkan. Dadanya terasa sesak dan rasanya sulit untuk bernafas. Cobaan apa lagi ini? Ashley merasa hidupnya sudah cukup dan tidak mau meminta yang lebih banyak. Tapi mengapa Tuhan mengirimkan cobaan berat ini padanya?

            Ashley tau hal ini dari Liza karena Ashley tau Mama-nya itu adalah wanita yang jujur dan tidak mau menyimpan rahasia. Setelah mengetahui kenyataannya, Ashley merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi. Kandas-lah cita-citanya menjadi dokter karena Ashley merasa sudah tidak bisa hidup seperti dulu lagi. Semuanya telah berubah dan hanya ada air mata saja.

            “Kak Tristan..” Lirih Ashley sambil menitikkan air mata.

            Dulu, keluarganya adalah keluarga yang bahagia walau hidupnya susah. Tapi Ashley senang memiliki Mama dan Kak Tristan yang menyayanginya. Ashley menemukan fotonya bersama Tristan dan disana mereka tampak manis. Ashley tersenyum miris. Jika ia bersedih, Ashley selalu menangis di pelukan Tristan. Tapi sekarang? Oke. Ashley masih memiliki Luke tetapi Luke bukanlah Tristan. Luke adalah sosok penyanyi terkenal yang keberadaannya tidak tetap. Luke jarang pulang ke rumah dan entahlah Ashley menjadi muak karenanya. Ashley lebih menginginkan hidupnya yang dulu saat ia masih bersama Tristan. Dan karena Luke, Ashley jadi kehilangan Tristan.

            Tapi bagaimanapun juga, semua itu tidak ada hubungannya dengan penyakit yang dideritanya. Ya. Ashley di vonis terkena penyakit kanker otak dan itu terjadi enam bulan yang lalu. Tapi Ashley tidak merasakan apapun. Dan saat inilah ia merasakannya. Ashley tau kanker adalah salah satu penyakit berbahaya dan susah disembuhkan. Ashley takut nasib-nya akan sama seperti Tristan.

            Lalu bagaimana dengan Calum? Ashley merasa berdosa karena selalu menolak panggilan Calum. Hah untuk apa Calum menelponnya? Ashley curiga kalau Calum menyukainya tapi Ashley berharap Calum tidak menyukainya walau ia tidak bisa membohongi dirinya kalau ia menyukai Calum dan ingin menjadi sosok yang spesial di hati Calum. Ashley berharap ia sedang bermimpi buruk dan ingin cepat-cepat bangun.

            “Ashley? Ayo keluar. Kamu harus makan.”

            Suara Liza menyadarkannya dari kesedihan. Ashley mengusap matanya dan berjalan sempoyongan menuju pintu kamarnya lalu membukanya. Langsung saja Liza memeluknya dan Ashley kembali menangis. Sungguh Ashley sangat mencintai Ibunya dan tidak ingin meninggalkan Ibunya. Ibunya sudah kehilangan Tristan dan ia tidak ingin seperti Tristan. Dan Luke. Walau Ashley entah sejak kapan sedikit tidak menyukai Luke karena Tristan yang merelakan nyawanya demi Luke, Ashley tidak ingin meninggalkan Luke. Itu bukan salah Luke tetapi keinginan Tristan sendiri. Ashley harus menerima semua itu. Juga pikiran yang tadi sempat mampir yang mengatakan kalau Ashley tidak suka dengan pekerjaan Luke, sesungguhnya Luke bekerja keras demi ia dan Ibunya dan menjadi penyanyi itu tidaklah mudah.

            Beberapa menit kemudian, Liza melepaskan pelukannya dan mencoba untuk tersenyum. “Mama sudah membuatkanmu makanan yang lezat. Ayo!” Ucapnya berusaha untuk ceria.

            Ashley memasang senyum palsu dan berjalan di belakang Liza. Tapi melihat menu makan yang memang tampak lezat tidak membuat perutnya kelaparan. Alhasil Ashley memakan makanan buatan Liza dengan terpaksa.

            “Apa Kak Luke sudah tau?” Tanya Ashley tiba-tiba.

            Liza menatap Ashley nanar. “Mama tidak mau memberitahu ke Luke karena Mama takut membuat Luke sedih dan tidak fokus dengan konser-nya. Tapi Mama sudah memberitahu ke Calum.” Ucapnya.

            Apa?! Langsung saja Ashley tersedak dan Liza tampak kaget. Kenapa? Kenapa Liza malah memberitahu tentang penyakitnya pada Calum? Pantasan saja Calum tak henti-hentinya menelpon dan mengirim pesan padanya. Setelah Calum mengetahui penyakit yang dideritanya, apakah Calum masih sama dengan Calum yang belum mengetahui penyakit yang dialaminya itu?

            “Kenapa Mama memberitahu ke Calum? Kenapa?” Tangis Ashley.

            Tentu Liza heran dengan Ashley tapi wanita itu tampak berdosa. “Mama salah memberitahu Calum?” Tanyanya.

            Ashley benar-benar frustrasi dan langsung berlari ke kamar lalu masuk dan menguncinya. Ashley tak mempedulikan teriakan Liza. Persetan dengan semuanya. Hidupnya sudah hancur dan Ashley berharap saat ini juga Tuhan mencabut nyawanya karena Ashley tidak yakin apakah bisa menjalani hidup bersama kanker. Tiba-tiba ponsel-nya berdering. Panggilan dari Calum dan Ashley masih belum berani mengangkat telpon dari Calum.

***

            “Ayolah Ash.. Angkat..”

            Sudah berkali-kali Calum menelpon Ashley dan gadis itu tak mau mengangkat panggilannya. Calum menjadi frustrasi. Bahkan Calum lebih parah dari Luke yang keadaannya mulai membaik. Luke belum mengetahui keadaan Ashley dan Calum tidak ingin Luke mengetahuinya. Luke sangat menyayangi Ashley dan pastinya Luke tidak ingin ditinggal oleh orang yang dia sayangi untuk yang kedua kalinya.

            Tampaknya pekerjaannya sia-sia. Calum yang sudah frustrasi akhirnya mematikan Iphone-nya dan menjatuhkan tubuhnya di kasur sambil membayangkan wajah Ashley, wajah gadis yang dicintainya. Terakhir ia bertemu Ashley dua bulan yang lalu. Ashley tampak ceria dan suka membuatnya tersenyum dan senyuman Ashley adalah senyuman terbaik yang pernah ia lihat.

            “Calum..”

            Suara Tami menyadarkannya. Tentu Tami belum mengetahui keadaan Ashley makanya Tami terlihat kesal dengan sikapnya. Dengan malas, Calum bangkit dan mendekati Tami. Calum menatap Tami dengan tatapan sayu.

            We need to talk.” Ucap Tami dengan suara serius.

***

            “Hei mau aku temani?”

            Malam itu Novela sedang duduk sendirian di Starbucks dan menikmati indahnya malam. Kebanyakan yang datang di Starbucks bersama pasangannya sedangkan ia sendirian. Tapi Aaron tiba-tiba saja datang dan ingin menemaninya. Anehnya Novela membiarkan Aaron duduk di depannya.

            “Biar aku tebak. Kau pasti sedang merindukan Luke?” Ucap Aaron.

            Entahlah rasanya malas membicarakan Luke bersama Aaron karena Novela memang tidak suka ada orang yang membicarakan hubungannya dengan Luke bahkan teman dekatnya sendiri. Sedih sih iya, tapi mau gimana lagi? Luke melakukan semua itu demi menghidupi keluarga, bukan untuk bersenang-senang.

            Can we talk about another topic?” Ucap Novela.

            Aaron mendapatkan kesimpulan bahwa Novela tidak suka membahas tentang Luke atau apa karena Novela sedang kesal dengan kekasihnya itu? Tapi Aaron tidak peduli. Biarpun Novela tidak mau melihatnya, setidaknya ia bisa berada di dekat Novela dan berharap tidak ada paparazzi disini. Aaron tidak ingin bermasalah dengan Luke. Bisa-bisa ia dibunuh oleh fans-nya Luke.

            “Hmm.. Jadi bagaimana kuliahmu?” Tanya Aaron.

            Ia dan Aaron memang seangkatan dan tahun depan akan lulus. Tapi Novela memutuskan melanjutkan s2-nya dan Ayah-Ibunya juga menyetujuinya. Tapi aneh rasanya melihat sang kekasih hanya mendapat ijasah SMA sedangkan dirinya hampir lulus s1. Tapi Novela tau sebenarnya Luke itu pintar dan menjadi salah satu murid berprestasi di sekolah. Entahlah apa yang menjadikan Luke berubah menjadi penyanyi terkenal dan merilis album. Tapi apapun yang dilakukan Luke, Novela akan selalu merasa bangga asalkan baik.

            “Baik. Hanya saja aku dipusingkan oleh tugas yang lebih berat dari sebelumnya.” Jawab Novela.

            Aaron tersenyum. “Sama. Aku juga. Tapi nikmati saja.” Ucapnya.

            Keduanya pun terdiam. Novela sibuk dengan pikirannya sedangkan Aaron bingung mau bicara apa. Seandainya Novela mau memutuskan hubungannya dengan Luke.. Terdengar egois memang tapi itu juga merupakan kebahagiaan Novela. Novela jauh lebih senang jika orang yang dicintainya berada dekat dengannya walau tidak setiap waktu.

            “Ini sudah malam. Kenapa kau masih disini?” Tanya Aaron.

            Belum saja Novela menjawab, ponsel-nya berdering. Dari Liza. Ada apa calon mertua-nya itu *cieee* menelponnya? Novela mengangkat telpon Liza dan sepertinya wanita itu sangat membutuhkan kehadirannya. Namun perasaan Novela menjadi tidak baik dan Novela takut jika ada hubungannya dengan Luke.

***

            Semuanya tampak diam. Tami, gadis itu habis marah-marah karena kesal dengan sikap Luke, Calum, Ashton bahkan Michael yang ikut-ikutan bersikap aneh dengan game-nya. Keempatnya menunduk. Entahlah apakah mereka merasa bersalah atau tidak. Tapi tiba-tiba saja Ashton bangkit.

            “Aku hanya kecewa saja dengan Calum makanya aku menjauhinya.” Ucapnya lalu duduk lagi.

            Semua mata menatap Ashton dan Calum yang paling tidak percaya dengan ucapan Ashton. Kecewa? Memangnya apa salahnya pada Ashton? Calum tidak ingin menambah masalah lagi karena hatinya sudah sangat sakit akibat Ashley.

            “Coba jelaskan lebih detail.” Ucap Tami.

            “Tanya saja ke Calum.” Ucap Ashton lalu pergi begitu saja tanpa mempedulikan teriakan Tami.

            Kemudian Tami menatap Calum. “Kau kenapa Cal? Akhir-akhir ini wajahmu pucat, sedih, masalah apa yang kau alami? Apakah ada hubungannya dengan Ashton?” Tanyanya.

            Calum menghela nafas panjang sebelum menjawab. “Aku memang punya masalah yang serius. Tapi aku tidak bisa menceritakan padamu saat ini.” Jawabnya lalu tidak sengaja menatap Luke yang sedang menunduk. Kemudian Calum kembali menatap Tami. “Mengenai Ashton, aku tidak tau apa-apa dan heran kenapa dia bisa mengatakan hal itu padaku padahal aku tak punya salah apapun padanya.” Sambungnya.

            Jika saja tidak ada Luke disini, Calum berani menceritakan kondisi Ashley pada Tami dan Tami pasti bisa mengerti. Tapi mengenai Ashton, Calum sama sekali tidak mengetahui apa masalahnya pada Ashton. Terakhir kali Ashton berubah saat ia mengatakan kalau ia menyukai Ashley. Apa.. Apa Ashton tidak suka kalau ia menyukai Ashley? Apa.. Apa Ashton juga menyukai Ashely? Astaga….

            “Aku harap kalian bisa bersikap profesional.” Ucap Tami lalu meninggalkan tempat itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar