expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juni 2016

Stay ( Part 14 )



“Cody..” Ucap Novela.

            Mata biru itu menatapnya dengan tajam. Rasanya Novela seperti telah melakukan sebuah kesalahan besar bersama Luke. Sedangkan Luke, Luke amat kaget mengapa Cody bisa sampai menemukannya. Cody seakan-akan selalu mengikutinya diam-diam dan tau segala aktifitas yang ia lakukan. Sekali lagi, sebenarnya siapa sih Cody?

            “Maaf aku telah menganggu kesenangan kalian. Kalian tampaknya sangat bahagia.” Ucap Cody dengan suara yang tenang.

            Sangat cepat Cody merubah ekspresi. Tadi saat pertama kali Novela lihat, kedua mata Cody berkaca-kaca, kemudian Cody menatapnya dengan tajam lalu Cody menjadi tenang. Novela langsung teringat akan mimpinya itu. Kini, tubuhnya gemetaran bukan main. Untunglah ada Luke disampingnya jadi Novela bisa tenang sedikit.

            “Siapapun kamu, sebaiknya kau pergi! Jangan ganggu kami lagi!” Bentak Luke.

            Cody berjalan mendekati Luke lalu menatap Luke dengan tajam. Hal itu membuat nyali Luke menciut. “Aku sudah bilang kalau aku bukanlah penganggu hubungan kalian. Tapi aku hanya ingin membuktikan bahwa Novela lebih mencintaiku dibandingkan dirimu.” Ucap Cody.

            “Kau salah!” Tiba-tiba saja Novela membuka suaranya. “Aku sangat mencintai Luke melebihi apapun. Sama saja artinya kau mengganggu hubunganku dengan Luke.” Sambungnya.

            Cody memasang senyum sinisnya. “Buktikan saja! Cintamu pada Luke hanyalah sebuah pelampiasan. Kau masih belum bisa melupakan Tristan.” Ucapnya lagi-lagi dengan suara yang tenang.

            APA?! Baik Luke maupun Novela sama-sama kaget dengan apa yang diucapkan Cody. Darimana Cody mengenal Tristan? Luke menatap Cody dengan ragu. Siapa Cody? Dia adalah pemuda yang sangat misterius dan rasanya tidak berwujud seperti manusia. Tiba-tiba saja Luke merasakan tubuhnya ditindih oleh sesuatu. Ternyata Novela pingsan bersamaan dengan Iphone-nya yang berdering.

***

            Kejadian yang sama dan terjadi di waktu yang sama. Di luar sana, Luke mondar-mandir tidak jelas. Parahnya lagi, Cody memaksakan diri untuk ikut mengantar Novela ke rumah sakit dan Luke menurut saja. Sedangkan Calum, cowok itu mencoba berusaha untuk tenang dan meyakinkan diri bahwa Ashley akan baik-baik saja. Terakhir Michael. Di otaknya bukan khawatir memikirkan keadaan Ashley dan Novela, melainkan memikirkan cowok asing yang tadi datang bersama Luke. Siapa cowok itu?

            Dengan penuh keberanian Michael mendekati cowok yang tidak lain adalah Cody. “Hai. Aku Michael. Kau siapa?” Tanyanya ramah.

            Cody tersenyum ramah. “Aku Cody. Senang bertemu denganmu.” Jawabnya.

            Michael menggaruk-garukkan rambutnya yang tak gatal. Ia bersumpah dalam hati jika ia seorang wanita, maka detik itu juga ia akan jatuh cinta dengan Cody. Baginya, Cody sangatlah tampan. Tapi selama ini Luke tidak pernah menceritakan soal Cody padanya. Kemudian datang Calum karena penasaran juga.

            “Ini sahabatku, Calum Hood. Cal, ini Cody.” Ucap Michael memperkenalkan Calum dengan Cody.

            “Sebenarnya aku sudah mengenal kalian. Kalian mempunyai band yang sangat hebat.” Ucap Cody.

            Keduanya tersipu mendengar pujian Cody. Calum juga merasakan hal yang dirasakan Michael. Calum sampai berpikiran kalau ia rela menjadi seorang gay demi Cody. Selanjutnya, seorang dokter datang dan mengabari kondisi Novela yang baik-baik saja. Sedangkan Ashley masih dalam proses. Luke menjadi lega sedikit.

            “Luk, kau tidak pernah bilang kalau kau punya teman tampan seperti Cody.” Ucap Michael.

            “Iya. Bagaimana jika kita mengajak Cody bergabung ke band kita?” Usul Calum.

            Luke tersenyum sinis mendengar ucapan Calum. “Ide yang bagus. Dia bisa menggantikan posisiku dan aku akan bebas.” Ucapnya.

            Tentu saja Calum merasa bersalah. “Hei-hei, santai saja. Aku memang suka dengan lagu-lagu kalian, tapi aku tidak bisa bernyanyi dan bermain musik seperti kalian.” Ucap Cody.

            Michael menatap Cody dengan sangat dalam seperti ingin menemukan sesuatu. Rasanya tidak ada yang beres dari Cody. Dan mata biru itu mengingatkannya pada sosok..”Tristan!” Seru Michael panik.

            Untuk kedua kalinya Luke kaget mendengar nama itu. Tristan? Apa hubungannya antara Tristan dengan Cody? “Kau kenal Tristan?” Tanya Luke.

            Cody melipat tangannya di depan dadanya. “Dia-kan saudara kembarmu yang sudah lama meninggal.” Jawabnya tanpa dosa.

            Sebisa mungkin Luke mencoba untuk tenang walau hatinya perih mendengar ucapan Cody. “Mengapa.. Mengapa kau ingin membuktikan kalau Novela lebih mencintai Tristan dibanding aku? Tristan sudah pergi dan tak akan kembali. Novela sudah meng-ikhlaskan Tristan pergi.” Ucap Luke.

            “Bagaimana jika Tristan kembali?” Tanya Cody yang membuat otak Luke menjadi pusing.

            Kini giliran Calum yang bicara. “Kau sebenarnya siapa sih? Jadi kau penyebab aneh-nya sikap Luke? Kau kan yang bilang sendiri kalau Tristan sudah lama meninggal jadi jangan ungkit masalah Tristan lagi.” Ucapnya.

            Cody terdiam sesaat. Kemudian seorang dokter menemui mereka dan menatap wajah mereka satu per satu. Luke merasakan ada bau-bau tak enak. Katakanlah kalau Ashley baik-baik saja. Luke tidak ingin kehilangan Ashley. Luke tidak ingin nasib Ashley berakhir seperti Tristan. Luke sangat menyayangi Ashley dan tidak mau kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi.

            “Kondisi Ashley semakin buruk. Tapi kami berusaha untuk menyembukan kankernya.” Ucap dokter itu.

            Luke merasakan ada aliran hangat mengalir membasahi pipinya. Tapi cepat-cepat Luke menghapusnya. Pandangannya nampak kabur namun tiba-tiba saja ia mendapati sosok Tristan yang sedang tersenyum padanya. Tristan? Jadi Tristan kembali?

            “Luk, kau tidak apa-apa?” Tanya Michael.

            Michael membantu Luke duduk sehingga Luke bisa menenangkan diri. Setelah itu, pandangannya kembali membaik. Dilihatnya tiga sosok yang sedang menatapnya dengan sedih. Cody pun sama. Cowok itu menatapnya dengan penuh rasa kasihan.

            “Maafkan aku. Aku tau aku salah. Maafkan aku.” Ucap Cody yang ucapannya terdengar seperti nge-lantur lalu pergi begitu aja meninggalkan Luke, Calum dan Michael.

            Setelah kepergian Cody, Calum dan Michael duduk diantara Luke. Calum pun merasakan hal yang sama yang dirasakan Luke. Dadanya terasa sesak mengetahui keadaan Ashley yang semakin memburuk. Rasanya ia ingin mati saja karena tidak sanggup menahan kesedihan.

            “Aku curiga dengan Cody. Dia seperti perantara yang membawa pesan Tristan yang akan disampaikan padamu.” Ucap Michael.

            Luke menekan-nekan pelipisnya. Bingung dengan semua yang telah terjadi. “Aku yakin sekali bahwa aku sedang bermimpi buruk.” Ucap Luke.

            “Bukan kau saja yang bermimpi buruk. Aku juga.” Ucap Calum.

            “Aku juga.” Tambah Michael.

            Sebisa mungkin Luke tersenyum lalu merangkul dua sahabatnya itu. Berpikir positif saja. Semua masalah tentu ada jalan keluarnya walau sangat menyakitkan. Jika Ashley.. Jika Ashley ditakdirkan untuk meninggalkannya dalam waktu yang dekat ini, Luke harus menerimanya walau hatinya memaksa agar Ashley tetap tinggal.

            Seandainya bisa begitu. Seandainya ia bisa membuat Tristan tetap ada di sisinya.

***

            “Ayo kejar aku!”

            Nafas Luke sudah terengah-engah mengejar Tristan yang larinya sangat kencang. Jujur saja, Luke malas bermain kejar-kejaran bersama Tristan. Baginya, bermain itu sangat membosankan. Luke lebih suka berada di rumah dan belajar. Kata Ibunya, Luke emang memiliki sifat yang jauh berbeda dengan anak-anak seusianya. Karena tidak sanggup mengejar Tristan, Luke memutuskan untuk duduk di pinggir jalan sambil mengelap keringatnya. Kemudian, Tristan datang padanya.

            “Gitu aja capek. Ayo kejar aku!” Ucap Tristan.

            Luke menatap Tristan tidak suka. Tapi baginya, Tristan adalah satu-satunya teman karena di luar sana Luke susah sekali bergaul. Terkadang Luke iri dengan apa yang dimiliki Tristan. Tristan tentu lebih unggul dibandingkan dirinya. Dan orangtuanya lebih menyayangi Tristan dibandingkan dirinya.

            “Aku malas bermain seperti itu! Tidak ada gunanya!” Bentak Luke lalu meninggalkan Tristan.

            Tristan menatap punggung Luke yang semakin lama semakin mengecil. Baginya, Luke sangatlah aneh tapi itulah yang membuat Tristan menyayangi Luke. Tidak peduli dengan sikap Luke yang suka marah-marah tidak jelas. Tristan berjanji untuk selalu ada untuk Luke dan melindungi Luke.

            “Tunggu aku Luk!” Teriak Tristan lalu mengejar Luke.

***

            Sudah satu jam Luke memukul-mukul kepalanya dengan tangannya. Memori itu kembali hadir dan membunuhnya. Padahal Luke tidak akan bisa mengingat masa lalunya lagi tapi kenapa di saat-saat seperti ini ia bisa mengingat masa lalunya? Dulu ia pernah mengalami amnesia dan Luke sangat membencinya. Tapi untuk saat ini, Luke sangat-sangat berharap dirinya bisa amnesia. Tapi bagaimana caranya?

            Ashley sudah diperbolehkan pulang namun kondisinya tidak baik. Calum-lah yang selalu merawat Ashley walau Ashley menolaknya. Ashley merasa tidak enak dengan Calum tapi Calum keras kepala. Calum tidak peduli bagaimana Ashley asalkan ia selalu ada untuk Ashley kapanpun Ashley membutuhkannya. Mumpung Ia masih mendapatkan jatah libur, Calum akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

            Iphone Luke berdering. Pesan masuk dari Tami. Disana, Tami sangat khawatir padanya juga anak-anak lainnya. Tapi Luke tak pernah membalas pesan Tami. Luke rasa, 5 Seconds of Summer sudah tidak ada lagi. 5 Seconds of Summer sudah hancur, begitu pikirnya. Tiba-tiba saja Luke mendapati sosok Novela yang ingin masuk ke dalam rumahnya.

            “Hai.” Ucap Novela singkat lalu duduk disamping Luke.

            Sebenarnya Luke merasa malu bertemu dengan Novela dalam kondisi seperti ini. Luke seperti mayat hidup. Rambutnya berantakan dan tak mempedulikan penampilannya. Tapi gimanapun penampilan Luke tetap saja terlihat tampan.

            “Kita akan menyelesaikan masalah secara baik-baik. Aku akan menerima apapun hasilnya. Aku janji.” Ucap Novela.

            Luke langsung menggenggam tangan Novela. Baginya, Novela-lah penyemangat hidupnya seperti Ashley yang menjadikan Calum sebagai penyemangat hidupnya. Seharusnya Luke merasa bersyukur memiliki seorang kekasih baik hati dan penuh perhatian seperti Novela.

            “Aku penasaran Vela tentang Cody. Sebenarnya dia siapa sih? Sikapnya mudah sekali berubah, seperti bunglon.” Ucap Luke.

            “Aku juga merasakan hal yang sama. Cody memang aneh dan misterius. Tapi kurasa ada hubungannya antara Cody dengan Tristan.” Ucap Novela.

            Luke menghela nafas panjang. “Aku juga berpikiran seperti itu. Tapi rasanya aneh sekali. Seperti sedang berada di dunia yang tidak nyata. Apakah aku sedang bermimpi?” Ucap Luke.

            “Ku harap iya.” Ucap Novela.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar