“Cody..” Ucap
Novela.
Mata biru itu menatapnya dengan
tajam. Rasanya Novela seperti telah melakukan sebuah kesalahan besar bersama
Luke. Sedangkan Luke, Luke amat kaget mengapa Cody bisa sampai menemukannya.
Cody seakan-akan selalu mengikutinya diam-diam dan tau segala aktifitas yang ia
lakukan. Sekali lagi, sebenarnya siapa sih Cody?
“Maaf aku telah menganggu kesenangan
kalian. Kalian tampaknya sangat bahagia.” Ucap Cody dengan suara yang tenang.
Sangat cepat Cody merubah ekspresi.
Tadi saat pertama kali Novela lihat, kedua mata Cody berkaca-kaca, kemudian
Cody menatapnya dengan tajam lalu Cody menjadi tenang. Novela langsung teringat
akan mimpinya itu. Kini, tubuhnya gemetaran bukan main. Untunglah ada Luke
disampingnya jadi Novela bisa tenang sedikit.
“Siapapun kamu, sebaiknya kau pergi!
Jangan ganggu kami lagi!” Bentak Luke.
Cody berjalan mendekati Luke lalu
menatap Luke dengan tajam. Hal itu membuat nyali Luke menciut. “Aku sudah
bilang kalau aku bukanlah penganggu hubungan kalian. Tapi aku hanya ingin
membuktikan bahwa Novela lebih mencintaiku dibandingkan dirimu.” Ucap Cody.
“Kau salah!” Tiba-tiba saja Novela
membuka suaranya. “Aku sangat mencintai Luke melebihi apapun. Sama saja artinya
kau mengganggu hubunganku dengan Luke.” Sambungnya.
Cody memasang senyum sinisnya.
“Buktikan saja! Cintamu pada Luke hanyalah sebuah pelampiasan. Kau masih belum
bisa melupakan Tristan.” Ucapnya lagi-lagi dengan suara yang tenang.
APA?! Baik Luke maupun Novela
sama-sama kaget dengan apa yang diucapkan Cody. Darimana Cody mengenal Tristan?
Luke menatap Cody dengan ragu. Siapa Cody? Dia adalah pemuda yang sangat
misterius dan rasanya tidak berwujud seperti manusia. Tiba-tiba saja Luke
merasakan tubuhnya ditindih oleh sesuatu. Ternyata Novela pingsan bersamaan
dengan Iphone-nya yang berdering.
***
Kejadian yang sama dan terjadi di
waktu yang sama. Di luar sana, Luke mondar-mandir tidak jelas. Parahnya lagi,
Cody memaksakan diri untuk ikut mengantar Novela ke rumah sakit dan Luke menurut
saja. Sedangkan Calum, cowok itu mencoba berusaha untuk tenang dan meyakinkan
diri bahwa Ashley akan baik-baik saja. Terakhir Michael. Di otaknya bukan
khawatir memikirkan keadaan Ashley dan Novela, melainkan memikirkan cowok asing
yang tadi datang bersama Luke. Siapa cowok itu?
Dengan penuh keberanian Michael
mendekati cowok yang tidak lain adalah Cody. “Hai. Aku Michael. Kau siapa?”
Tanyanya ramah.
Cody tersenyum ramah. “Aku Cody.
Senang bertemu denganmu.” Jawabnya.
Michael menggaruk-garukkan rambutnya
yang tak gatal. Ia bersumpah dalam hati jika ia seorang wanita, maka detik itu
juga ia akan jatuh cinta dengan Cody. Baginya, Cody sangatlah tampan. Tapi
selama ini Luke tidak pernah menceritakan soal Cody padanya. Kemudian datang
Calum karena penasaran juga.
“Ini sahabatku, Calum Hood. Cal, ini
Cody.” Ucap Michael memperkenalkan Calum dengan Cody.
“Sebenarnya aku sudah mengenal
kalian. Kalian mempunyai band yang sangat hebat.” Ucap Cody.
Keduanya tersipu mendengar pujian
Cody. Calum juga merasakan hal yang dirasakan Michael. Calum sampai berpikiran
kalau ia rela menjadi seorang gay demi
Cody. Selanjutnya, seorang dokter datang dan mengabari kondisi Novela yang
baik-baik saja. Sedangkan Ashley masih dalam proses. Luke menjadi lega sedikit.
“Luk, kau tidak pernah bilang kalau
kau punya teman tampan seperti Cody.” Ucap Michael.
“Iya. Bagaimana jika kita mengajak
Cody bergabung ke band kita?” Usul Calum.
Luke tersenyum sinis mendengar ucapan
Calum. “Ide yang bagus. Dia bisa menggantikan posisiku dan aku akan bebas.”
Ucapnya.
Tentu saja Calum merasa bersalah.
“Hei-hei, santai saja. Aku memang suka dengan lagu-lagu kalian, tapi aku tidak
bisa bernyanyi dan bermain musik seperti kalian.” Ucap Cody.
Michael menatap Cody dengan sangat
dalam seperti ingin menemukan sesuatu. Rasanya tidak ada yang beres dari Cody.
Dan mata biru itu mengingatkannya pada sosok..”Tristan!” Seru Michael panik.
Untuk kedua kalinya Luke kaget
mendengar nama itu. Tristan? Apa hubungannya antara Tristan dengan Cody? “Kau
kenal Tristan?” Tanya Luke.
Cody melipat tangannya di depan
dadanya. “Dia-kan saudara kembarmu yang sudah lama meninggal.” Jawabnya tanpa
dosa.
Sebisa mungkin Luke mencoba untuk
tenang walau hatinya perih mendengar ucapan Cody. “Mengapa.. Mengapa kau ingin
membuktikan kalau Novela lebih mencintai Tristan dibanding aku? Tristan sudah
pergi dan tak akan kembali. Novela sudah meng-ikhlaskan Tristan pergi.” Ucap
Luke.
“Bagaimana jika Tristan kembali?”
Tanya Cody yang membuat otak Luke menjadi pusing.
Kini giliran Calum yang bicara. “Kau
sebenarnya siapa sih? Jadi kau penyebab aneh-nya sikap Luke? Kau kan yang
bilang sendiri kalau Tristan sudah lama meninggal jadi jangan ungkit masalah
Tristan lagi.” Ucapnya.
Cody terdiam sesaat. Kemudian
seorang dokter menemui mereka dan menatap wajah mereka satu per satu. Luke
merasakan ada bau-bau tak enak. Katakanlah kalau Ashley baik-baik saja. Luke
tidak ingin kehilangan Ashley. Luke tidak ingin nasib Ashley berakhir seperti
Tristan. Luke sangat menyayangi Ashley dan tidak mau kehilangan seseorang yang
sangat ia sayangi.
“Kondisi Ashley semakin buruk. Tapi
kami berusaha untuk menyembukan kankernya.” Ucap dokter itu.
Luke merasakan ada aliran hangat
mengalir membasahi pipinya. Tapi cepat-cepat Luke menghapusnya. Pandangannya
nampak kabur namun tiba-tiba saja ia mendapati sosok Tristan yang sedang
tersenyum padanya. Tristan? Jadi Tristan kembali?
“Luk, kau tidak apa-apa?” Tanya
Michael.
Michael membantu Luke duduk sehingga
Luke bisa menenangkan diri. Setelah itu, pandangannya kembali membaik.
Dilihatnya tiga sosok yang sedang menatapnya dengan sedih. Cody pun sama. Cowok
itu menatapnya dengan penuh rasa kasihan.
“Maafkan aku. Aku tau aku salah.
Maafkan aku.” Ucap Cody yang ucapannya terdengar seperti nge-lantur lalu pergi
begitu aja meninggalkan Luke, Calum dan Michael.
Setelah kepergian Cody, Calum dan
Michael duduk diantara Luke. Calum pun merasakan hal yang sama yang dirasakan
Luke. Dadanya terasa sesak mengetahui keadaan Ashley yang semakin memburuk.
Rasanya ia ingin mati saja karena tidak sanggup menahan kesedihan.
“Aku curiga dengan Cody. Dia seperti
perantara yang membawa pesan Tristan yang akan disampaikan padamu.” Ucap
Michael.
Luke menekan-nekan pelipisnya.
Bingung dengan semua yang telah terjadi. “Aku yakin sekali bahwa aku sedang
bermimpi buruk.” Ucap Luke.
“Bukan kau saja yang bermimpi buruk.
Aku juga.” Ucap Calum.
“Aku juga.” Tambah Michael.
Sebisa mungkin Luke tersenyum lalu
merangkul dua sahabatnya itu. Berpikir positif saja. Semua masalah tentu ada
jalan keluarnya walau sangat menyakitkan. Jika Ashley.. Jika Ashley ditakdirkan
untuk meninggalkannya dalam waktu yang dekat ini, Luke harus menerimanya walau
hatinya memaksa agar Ashley tetap tinggal.
Seandainya bisa begitu. Seandainya
ia bisa membuat Tristan tetap ada di sisinya.
***
“Ayo
kejar aku!”
Nafas
Luke sudah terengah-engah mengejar Tristan yang larinya sangat kencang. Jujur
saja, Luke malas bermain kejar-kejaran bersama Tristan. Baginya, bermain itu
sangat membosankan. Luke lebih suka berada di rumah dan belajar. Kata Ibunya,
Luke emang memiliki sifat yang jauh berbeda dengan anak-anak seusianya. Karena
tidak sanggup mengejar Tristan, Luke memutuskan untuk duduk di pinggir jalan
sambil mengelap keringatnya. Kemudian, Tristan datang padanya.
“Gitu
aja capek. Ayo kejar aku!” Ucap Tristan.
Luke
menatap Tristan tidak suka. Tapi baginya, Tristan adalah satu-satunya teman
karena di luar sana Luke susah sekali bergaul. Terkadang Luke iri dengan apa
yang dimiliki Tristan. Tristan tentu lebih unggul dibandingkan dirinya. Dan
orangtuanya lebih menyayangi Tristan dibandingkan dirinya.
“Aku
malas bermain seperti itu! Tidak ada gunanya!” Bentak Luke lalu meninggalkan
Tristan.
Tristan
menatap punggung Luke yang semakin lama semakin mengecil. Baginya, Luke
sangatlah aneh tapi itulah yang membuat Tristan menyayangi Luke. Tidak peduli
dengan sikap Luke yang suka marah-marah tidak jelas. Tristan berjanji untuk
selalu ada untuk Luke dan melindungi Luke.
“Tunggu
aku Luk!” Teriak Tristan lalu mengejar Luke.
***
Sudah satu jam Luke memukul-mukul
kepalanya dengan tangannya. Memori itu kembali hadir dan membunuhnya. Padahal
Luke tidak akan bisa mengingat masa lalunya lagi tapi kenapa di saat-saat
seperti ini ia bisa mengingat masa lalunya? Dulu ia pernah mengalami amnesia dan
Luke sangat membencinya. Tapi untuk saat ini, Luke sangat-sangat berharap
dirinya bisa amnesia. Tapi bagaimana caranya?
Ashley sudah diperbolehkan pulang
namun kondisinya tidak baik. Calum-lah yang selalu merawat Ashley walau Ashley
menolaknya. Ashley merasa tidak enak dengan Calum tapi Calum keras kepala.
Calum tidak peduli bagaimana Ashley asalkan ia selalu ada untuk Ashley kapanpun
Ashley membutuhkannya. Mumpung Ia masih mendapatkan jatah libur, Calum akan
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Iphone Luke berdering. Pesan masuk
dari Tami. Disana, Tami sangat khawatir padanya juga anak-anak lainnya. Tapi
Luke tak pernah membalas pesan Tami. Luke rasa, 5 Seconds of Summer sudah tidak
ada lagi. 5 Seconds of Summer sudah hancur, begitu pikirnya. Tiba-tiba saja
Luke mendapati sosok Novela yang ingin masuk ke dalam rumahnya.
“Hai.” Ucap Novela singkat lalu
duduk disamping Luke.
Sebenarnya Luke merasa malu bertemu
dengan Novela dalam kondisi seperti ini. Luke seperti mayat hidup. Rambutnya
berantakan dan tak mempedulikan penampilannya. Tapi gimanapun penampilan Luke
tetap saja terlihat tampan.
“Kita akan menyelesaikan masalah
secara baik-baik. Aku akan menerima apapun hasilnya. Aku janji.” Ucap Novela.
Luke langsung menggenggam tangan
Novela. Baginya, Novela-lah penyemangat hidupnya seperti Ashley yang menjadikan
Calum sebagai penyemangat hidupnya. Seharusnya Luke merasa bersyukur memiliki
seorang kekasih baik hati dan penuh perhatian seperti Novela.
“Aku penasaran Vela tentang Cody.
Sebenarnya dia siapa sih? Sikapnya mudah sekali berubah, seperti bunglon.” Ucap
Luke.
“Aku juga merasakan hal yang sama.
Cody memang aneh dan misterius. Tapi kurasa ada hubungannya antara Cody dengan
Tristan.” Ucap Novela.
Luke menghela nafas panjang. “Aku
juga berpikiran seperti itu. Tapi rasanya aneh sekali. Seperti sedang berada di
dunia yang tidak nyata. Apakah aku sedang bermimpi?” Ucap Luke.
“Ku harap iya.” Ucap Novela.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar