Malam hari
yang terasa damai dan sejuk. Lea mengajak kami makan di belakang villa-nya yang
luas. Malam ini kami membuat menu makan malam yang hanya kami sendiri yang
membuat tanpa bantuan orang lain. Pastinya diantara kami Luke yang paling mahir
dalam hal memasak. Makanannya sangat enak walau sederhana. Enak punya pacar
seperti Luke. Lea benar-benar beruntung memiliki pacar seperti Luke.
Setelah makan, kami membereskan
peralatan yang tadi kami gunakan untuk memasak. Setelah itu kami kembali
duduk-duduk di dekat kolam renang. Sebisa mungkin aku tahan sesak di dadaku
saat melihat Luke merangkul Lea dengan mesranya sedangkan Lea bersandar di dada
Luke. Aku tersenyum sedih. Aku ingin berada di posisi Lea.
“Kita harus membuat sebuah
permainan.” Usul Ashton.
“Permainan apa?” Tanyaku.
“Main PS saja!” Ucap Michael.
Calum langsung mendorong bahu
Michael. “Kau ini game terus!”
Ucapnya.
“Terus apa?” Tanya Michael.
Semua tampak diam sambil memikirkan
permainan apa yang akan kami mainkan. Kalau aku sih aku lebih ingin masuk ke
kamar terus tidur atau mendengarkan lagu daripada memainkan permainan yang
tidak jelas. Tiba-tiba Lea mengusulkan sesuatu.
“Main Truth or Dare aja yuk!”
Usulnya.
“Ayo!” Serempak Calum, Ashton dan
Michael.
Apa? Jangan! Aku tidak mau ikut. Aku
takut kalau-kalau mereka menanyakanku yang ada hubungannya sama Luke. Bisa-bisa
aku ditendang Lea dari sini. Tapi bisa saja kan aku berbohong toh itu hanya
sebuah permainan. Akhirnya aku mengangguk. Aku duduk diantara Luke dan Calum.
Michael mengambil botol yang dia taruh di tengah-tengah kami.
“Yang kena bagian tutupnya bakal
kasih pertanyaan ke orang yang kena bagian ujung botol.” Jelas Michael.
Kami mengangguk. Kemudian Michael
memutar botol itu. Aku menahan nafas. Untunglah putaran pertama aku tidak kena.
Michael tersenyum puas saat melihat ujung botol tepat di depan Lea sedangkan ia
yang mendapat tutupnya.
“Lea, Truth or Dare?” Tanya Michael.
Lea berpikir sesaat. “Truth aja
deh.” Jawabnya.
“Oke. Pertanyaannya gampang saja.
Apa sih yang kau rasakan saat Luke mengecewakanmu dan kau yang meninggalkan
Luke?” Tanya Michael.
“Hei itu dua pertanyaan!” Bantah
Lea.
“Baiklah. Kau harus menjawab
pertanyaan kedua. Apa yang kau rasakan saat kau meninggalkan Luke?” Tanya
Michael.
Lea terdiam sedangkan aku deg-degkan
padahal bukan aku yang diberi pertanyaan oleh Michael. “Well, waktu itu aku sangat kecewa dan marah. Tapi aku tidak bisa
melupakan Luke. Aku sayang sekali sama Luke dan saat aku memutuskan
meninggalkan Luke, aku sangat menyesal. Selama itu aku tak bisa berhenti
memikirkannya. Dan saat aku lihat Luke yang menyanyi di panggung saat konser
Simple Plan, rasanya aku ingin memilikinya lagi. Aku juga yakin kalau Luke
masih mencintaiku.” Jawab Lea.
Jawaban yang panjang padahal
pertanyaannya singkat. Aku lihat Luke yang langsung memeluk Lea lalu mencium
pipi Lea. Sialan. Kemudian Lea yang mengambil alih botol itu. Botol itu
berputar. Yes! Aku lolos lagi. Giliran Luke dan Ashton yang kena! Wajah Ashton
langsung berubah menjadi pucat.
“Truth or Dare?” Tanya Luke.
“Dare aja deh.” Jawab Ashton ragu.
Luke tersenyum licik. “Pura-pura
jadi banci dan bilang kalau kau mencintai Calum.” Ucap Luke.
“Hei itu ada dua!” Bantah Ashton
seperti yang dilakukan Lea.
“Yang pertama aja deh.” Ucap Luke.
Mau tidak mau Ashton harus
melakukannya. Tapi sepertinya dia cocok jadi banci apalagi ditambah dengan
rambutnya yang gondrong. Ashton pun memulai aksinya yang benar-benar lucu. Aku
tertawa ngakak melihatnya yang benar-benar seperti orang yang banci ( gue jadi
inget sama video funny moments-nya 5SOS waktu Ashton sama Calum jadi banci,
sumpah gue ngakak liat video itu ). Setelah capek jadi banci(?), Ashton
mengambil botol itu lalu memutarnya. Oh no! Aku kena! Dan Ashton yang akan
memberiku pertanyaan karena dia mendapat tutup botol. Aku pilih truth aja deh.
“Truth.” Ucapku sebelum Ashton
menanyakan padaku.
“Kau semangat sekali sepertinya.”
Ucap Michael.
“Aleisha ya.. Hmmm.. Oke. Pertanyaan
yang mudah. Siapa cinta pertamamu?” Tanyanya.
Untunglah Ashton tidak menanyakan
tentang Luke. Tapi aku tidak tau siapa cinta pertamaku. Pernah sih aku suka
sama cowok tapi sukanya biasa-biasa saja. Tapi saat aku bertemu dengan Luke…..
“Darwin.” Jawabku singkat.
“Darwin? Anak mana? Ganteng tidak?
Sekolah dimana?” Cerocos Michael.
Aku langsung mengambil botol tanpa
menjawab pertanyaan Michael. Darwin? Aku tertawa dalam hati. Siapa juga Darwin?
Maaf karena aku berbohong ke kalian. Aku pun memutar botol itu. Dan… Luke dan
Calum! Calum tersenyum puas sedangkan Luke mulai merasa tidak enak.
“Luke yang paling ganteng, manis,
imut, lucu, pinter, mirip pinguin atau apalah. Pilih Truth or Dare?” Tanya
Calum.
Aku ingin muntah mendengar suara Calum yang
terdengar seperti banci. Aku melihat Luke yang sedang berpikir. “Truth.”
Jawabnya.
“Ah tidak asyik! Harusnya cowok
milih Dare!” Ucap Calum.
“Kalau begitu apa gunanya kau
menyuruhku memilih Truth or Dare?” Tanya Luke.
Calum nyengir kemudian dia menatap
Luke dengan tatapan yang sukses membuat Luke ketakutan. “Bagaimana perasaanmu
terhadap Aleisha?” Tanya Calum.
Apa? Aku tidak bisa menyembunyikan
rasa kagetku saat mendengar pertanyaan Calum. Alhasil semuanya memandang ke
arahku. Duh semoga mereka tidak curiga. Sedangkan wajah Luke berubah menjadi
pucat walau tidak ada yang tau karena gelap. Aku menunggu dengan sabar jawaban
apa yang akan diberikan Luke.
“Aku.. Aku sayang sama Aleisha. Dia adalah
sahabat terbaikku dan aku akan gila kalau dia meninggalkanku. But we are just friends. Lagipula aku
kan sudah memiliki Lea.” Jawab Luke sambil merangkul Lea.
Aku tidak tau apakah jawaban Luke
jujur atau tidak. Tapi bukankah aku memang sahabat Luke? Diam-diam aku melirik
ke arah Lea. Dia tampak baik-baik saja tanpa curiga sedikitpun. Kemudian Luke
memutar botol itu. Dan.. Sial! Aku kena lagi! Dan Calum lagi yang member
pertanyaan padaku. Sial! Kenapa Calum-Calum saja sih yang dapat pertanyaan?
Calum tersenyum penuh kemenangan
padaku. “Truth.” Ucapku pasrah.
“Pertanyaan yang sama. Bagaimana
perasaanmu pada Luke?” Tanya Calum.
Untunglah aku tidak merasa kaget
karena tadi Calum sudah menanyakan hal itu ke Luke. Kalau tidak, aku langsung
lari ke kamar mandi terus menangis disana kemudian semuanya pun terbongkar.
Ku tarik nafas dalam-dalam sebelum
menjawab. “Aku sayang sama Luke, sebagai sahabat, tidak lebih.” Jawabku yang
sudah sangat jelas adalah merupakan sebuah kebohongan tapi biarlah, aku tidak
peduli karena ini hanya permainan.
Selanjutnya kami mengubah tempat
duduk kami. Aku berharap aku bisa memberi pertanyaan ke Calum karena sedaritadi
kebanyakaan Calum yang asyik memberi pertanyaan. Kini aku duduk diantara Lea
dan Michael. Aku mulai memutar botol itu. Yang kena adalah Michael dan Ashton.
Ashton tertawa sedangkan Michael mengacak-acak rambutnya.
“Trurth or Dare?” Tanya Ashton.
“Dare!” Jawab Michael dengan sangat
yakin tanpa keraguan.
“Cium Aleisha.” Ucap Ashton.
Aku kaget mendengar ucapan Ashton.
Begitupula yang lain. Michael juga tampak kaget tapi tiba-tiba dia tertawa.
Aneh. Michael memang aneh. “Aku akan mencium pipi Leish dalam lima detik.” Ucap
Michael.
“Harus cium bibir!” Bantah Ashton.
“No!
Tadi kau hanya bilang ‘cium’ saja tidak pake cium bibir Leish.” Ucap Michael.
“Ya. Seharusnya kau ngasih
pertanyaan yang lengkap dong!” Ucap Calum yang sepertinya ingin Michael mencium
bibir-ku ketimbang pipi-ku.
Karena Michael duduk disampingku,
dia memulai aksinya. Tapi tak apa, hanya di pipi dan itu tidak buruk. Jarak
kami sudah sangat dekat. Michael mulai mendekatkan bibirnya di pipi-ku. Saat
itulah aku tak sengaja melihat Luke yang tengah menunduk seakan-akan tidak
ingin melihat Michael mencium pipi-ku. Ekspresinya juga lain. Tapi aku tidak
mau berburuk sangka dengannya. Kemudian Michael mencium pipi-ku dengan cepat.
Aku harap setelah ini tidak ada adegan ciuman lagi atau yang lebih parah.
Michael mengambil botol itu lalu
memutarnya. Semua menahan nafas. Giliran Luke dan Michael. Untuk yang kedua
kalinya Luke mendapat ujung botol. Dan dengan santainya Luke memilih Dare tanpa
keraguan sedikitpun. Kemudian Michael memikirkan pertanyaan apa yang akan dia
beri pada Luke.
“Cium bibir Aleisha selama satu
menit.” Ucap Michael santai.
APA??! Mana aku mau! Michael sudah
gila! Aku tidak mau ciuman dengan Luke. Kalau di pipi sih aku mau, tapi ini di
bibir. Ingin rasanya aku membunuh Michael saat itu juga. Aku melihat Luke yang
sepertinya tidak setuju dengan permintaan Michael.
“Ayo cium Leish!” Ucap Calum
semangat. Tuh cowok tidak memikirkan perasaan Luke dan Lea.
“Aku tidak setuju!” Bantahku.
“Luke juga yang menciummu, jadi kau
hanya menikmati saja.” Ucap Michael lalu menatap Luke. “Ayo lakukan!” Ucapnya.
“Aku.. Aku tidak bisa melakukannya.
Maaf.” Ucap Luke.
Lalu Lea bicara. “It’s ok. Ini kan hanya permainan. Cium
saja Leish aku tidak apa-apa kok.” Ucapnya.
Aku kira Lea marah tapi gadis itu
malah mengizinkan Luke untuk menciumku. Akhirnya Luke berjalan mendekatiku.
Jantungku berdetak-detak tak karuan. Sebelumnya aku pernah ciuman dengan Luke
tapi tidak ada yang melihat kami, tapi sekarang? Aku pun berdiri dan
memberanikan diri menatap Luke. Kemudian Luke memegang pinganggku. Sebisa
mungkin aku mengontrol diri. Aku memejamkan mata.
Dan ya. Luke menciumku dan aku
merasa ciuman itu tidak nyata. Luke menciumku dengan lembut dan dia sama sekali
tidak memaksaku untuk membalas ciumannya. Tapi tangannya yang memegang
pingganggku terasa semakin kuat. Entahlah bagaimana ekspresi mereka terutama
Lea. Aku harap gadis itu baik-baik saja karena memang dia yang mengizinkan Luke
untuk menciumku.
“Oke. Selesai.” Ucap Michael.
Luke melepaskan bibir-nya dari
bibir-ku lalu dia kembali ke tempat asalnya. Tidak tau kenapa dadaku tiba-tiba
menjadi sesak dan aku ingin menangis. Selanjutnya Luke memutar botol itu.
Semoga bukan aku yang kena. Botol itu berhenti diantara Lea dan Calum. Calum
lagi! Mending Calum yang harus memilih.
“Truth or Dare?” Tanya Calum.
“Dare.” Jawab Lea mantap.
Entah kenapa perasaanku menjadi
tidak enak.
“Kau harus.. Kau harus memegang
‘itu-nya’ Luke.” Ucap Calum.
WHAT THE ????!!! Calum habis mabuk
ya? Aku yakin sekali dia hanya bercanda. Kenapa permainan Truth or Dare ini
menjadi permainan mengerikan ya? Aku ingin kabur saja. Aku sudah tidak tahan
lagi. Tapi aku lihat Lea dan Luke tampak tenang walau Luke sempat kaget.
“I
will do it.” Ucap Lea santai.
“Calum! Kau gila! Ini di luar batas!
Aku pergi saja!” Ucap Ashton.
“Ayolah. Sekali saja.” Ucap Calum.
“Kau habis nonton apa sih?” Tanya
Michael yang juga heran.
Lea langsung bicara dengan ucapan
yang tidak aku duga. “Tak apa. Aku juga sering melakukannya bersama Luke.”
Ucapnya.
Wajahku menjadi pucat dan tubuhku
gemetaran karena mendengar ucapan Lea. Aku ingin muntah saat ini juga. Lea,
gadis itu benar-benar keterlaluan! Pantas saja banyak orang yang tidak
menyukainya. Aku curiga kalau Lea dan Luke pernah melakukan ‘hal yang dilarang’
itu.
“Gadis setan!” Ucap Ashton.
Luke yang tadi diam langsung bicara.
“Kita akhiri permainan ini!” Ucapnya lalu meninggalkan tempat itu.
Karena kepergian Luke, Lea langsung
mengejar Luke tapi Luke menghindar dari Lea. Aku yang tadinya ingin menangis
langsung tersenyum lebar. Aku harap Luke membenci Lea lalu mereka putus. Dan
ya! Permainan gila ini akhirnya berakhir!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar