1 Message From: 081xxxxxx
Hai
Leish! Ini aku, Lea. Simpan nomorku ya. Ohya, makasih buat kemarin. Aku sangat
senang karena kau sudah menjamin kalau Luke masih mencintaiku. Makasih yaa (:
Ingin rasanya aku membuang ponsel-ku
jika tidak ada Shawn disini. Shawn sudah ada di rumahku pagi-pagi sekali
seperti apa yang aku pinta. Ternyata dia mudah mencari alamat rumahku. Shawn
menatapku heran karena ekspresi-ku berubah saat mendapatkan pesan dari Lea. Itu
memang salahku. Dengan polosnya aku memberitahu pada Lea tentang Luke dan Luke
yang masih mencintainya. Lea, dia adalah gadis yang sangat beruntung walau
banyak tidak disukai oleh orang.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Shawn.
“Sedikit ada masalah. Tapi aku bisa
mengatasinya. Ayo berangkat.” Ucapku hendak berjalan ke luar pagar.
Namun Shawn langsung menarik
tanganku dan menatapku dengan tatapan yang tidak biasa. “Apa karena Luke?”
Tanya Shawn.
Lagi-lagi Luke. Kenapa sih Shawn
selalu saja membicarakan Luke saat bersamaku? Shawn seperti ingin tau apa
masalahku dengan Luke. Aku berani bertaruh dia tengah berusaha menahan rasa
penasarannya karena aku yang menyuruhnya mengantarku sekolah bukannya Luke.
“Kau tau kalau Lea sudah kembali?”
Tanyaku.
“Aku tau.” Ucap Shawn. Tiba-tiba air
mukanya berubah. “Jadi gadis itu akan memaksa Luke kembali padanya? Ku kira
gadis itu sudah melupakan Luke.” Sambungnya.
“Menurutmu apakah Lea adalah gadis
yang baik?” Tanyaku.
Shawn berpikir sesaat. Mungkin dia
bingung karena aku yang tiba-tiba menanyakan soal Lea. “Kurasa Lea bukan gadis
yang tepat untuk Luke. Tapi aku tidak bilang lho kalau Lea bukan gadis yang
baik karena aku tidak tau bagaimana kehidupannya di luar sana.” Jawab Shawn.
“Kenapa kau mengatakan Lea bukan
gadis yang tepat untuk Luke? Lea kan cantik. Dia adalah seorang model sedangkan
Luke ganteng pastinya mereka sangat serasi.” Ucapku.
“Wait..
Wait.. Kenapa kau tiba-tiba membicarakan Lea? Kau kenal Lea darimana?”
Tanya Shawn dan oh! Sepertinya Shawn menemukan sebuah kesimpulan yang mendekati
kebenaran. “Kau cemburu pada Lea! Maka dari itu kau memilih untuk menghindari
Luke karena kau tau kalau Luke akan mendekati Lea dan pasangan itu kembali
lagi.” Ucapnya.
Mustahil bagiku menangis di hadapan
Shawn. Aku tidak ingin membuat masalah. Yang hanya bisa aku lakukan adalah
menguatkan diri dan memasang senyum palsu serta menganggap semua masalah ini
hanyalah masalah biasa.
“Leish..” Ucap Shawn. Dia memegang
bahuku. “Di dunia ini bukan hanya Luke saja kan cowok yang kau kenal? Ada
banyak sekali cowok yang belum kau kenal tapi dia baik padamu atau kau tak
pernah menyadari ada cowok yang baik padamu.” Ucapnya.
Aku melepaskan tangan Shawn yang
menyentuh bahuku. “Aku mengerti. Aku adalah sahabat Luke dan aku akan melakukan
apapun demi kebahagiaan Luke.” Ucapku.
“Baiklah. Ayo kita pergi.” Ucap
Shawn.
Setiba di sekolah, aku langsung
berlari menuju kelas tanpa menunggu Shawn yang tengah memarkirkan motornya. Aku
terus berlari lalu tidak sengaja menabrak seorang cowok. Wajahku tepat mengenai
punggung cowok itu. Dan ketika cowok itu membalikkan tubuhnya….
“Aleisha?”
Shit!
Kenapa aku harus bertemu dengannya dalam keadaan yang seperti ini? Aku menatap
Luke sambil memegang hidungku yang sakit akibat menubruk punggungnya. Jadi
apakah Luke sudah tau kalau Lea sudah ada disini?
“Kau aneh hari ini.” Ucap Luke.
“Kau yang aneh!” Balasku.
“Oke-oke. Tapi aku harap kita
baik-baik saja. Ayo kita ke kelas.” Ucap Luke.
Luke menggandeng tanganku dan aku
tidak bisa menampiknya. Jika aku menampiknya, sama saja artinya aku yang ingin
menjauhi Luke. Aku sudah berjanji pada Luke kalau aku tidak akan menjauhinya,
bahkan meninggalkannya. Sesampai di kelas, aku duduk di kursiku. Aku tak
sengaja melihat Michael. Dia tersenyum padaku lalu aku membalas senyumannya.
“Jadi kau sudah pindah rumah?”
Tanyaku.
“Ya. Tapi rumah nenek-ku tidak
terlalu jauh dari sekolah.” Jawab Luke.
Aku menatap Luke ragu. Akankah aku
membicarakan tentang Lea? Bagaimana jika Luke belum mengetahui kalau Lea sudah
kembali? Dan bagaimana jika Luke langsung berlari menemui Lea di kelas Cassa
setelah tau kalau Lea sudah kembali?
“Apa kau sudah tau?” Tanyaku ragu
sekaligus gugup.
“Tentang?” Tanya Luke.
“Lea.” Jawabku nyaris tanpa suara.
“Lea?” Tanya Luke.
“Ya. Lea.” Jawabku. Sial. Dadaku
menjadi sesak dan mataku mulai panas.
Tiba-tiba saja Luke tersenyum.
Senyumannya berbeda dengan senyuman yang selama ini aku lihat. Jadi Luke sudah
tau kalau Lea sudah kembali? Bersiap-siaplah Leish karena sebentar lagi Luke
akan kehilangan Luke.
“Jadi kau sudah bertemu dengannya?
Maksudku Lea.” Tanya Luke.
Sungguh! Aku membutuhkan topeng saat
ini juga. “Tentu saja. Dia lebih cantik ketimbang saat di foto.” Jawabku.
“Hmm.. Aku harap kalian bisa berteman
baik. Sepertinya Lea membutuhkan teman sepertimu.” Ucap Luke.
Aku menatap Luke miris. “Jadi kau
akan kembali padanya?” Tanyaku memastikan.
Luke terdiam sesaat, lalu menjawab.
“Tentu saja.” Ucapnya.
***
Author’s POV
Bel pulang berbunyi. Luke terlihat
bersemangat mendengar bel pulang yang sangat di tunggunya itu. Wajahnya tampak
berseri-seri dan itu semakin membuat ketampanannya bertambah. Luke berjalan
keluar tanpa mempedulikan teriakan Michael, sedangkan Aleisha langsung kabur
duluan saat guru keluar dari ruang kelas.
Luke berjalan dengan langkah lebar menuju tempat yang dulu sering ia
datangi, tepatnya di belakang sekolah. Disana ada taman kecil yang indah.
Jarang sekali ada murid yang pergi ke tempat itu. Ketika Luke tiba di taman
itu, ia bisa melihat dengan jelas ada sosok lain yang sedang duduk manis di
bangku yang sudah disediakan di taman itu. Luke mendekati sosok itu dengan
jantung yang sedikit berdebar-debar.
“Lea?” Tanya Luke.
Sosok itu menoleh ke sumber suara. Lalu tersenyum dan berdiri. Luke
benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sosok itu adalah Lea!
Ternyata gadis itu sudah kembali. Langsung saja Luke memeluk Lea. Sungguh ia
sangat merindukan gadis itu.
“Kau benar Lea? Aku tak percaya kau kembali!” Ucap Luke.
“Luk, maafkan aku karena aku meninggalkanmu.” Ucap Lea.
“Tidak. Aku yang salah. Maafkan aku.” Ucap Luke.
Setelah puas berpelukan, Luke langsung berlutut tepat di hadapan Lea lalu
meraih tangan gadis itu. Pipi Lea memerah melihat apa yang dilakukan Luke. Cowok
itu masih sama seperti dulu. Bagi Lea, Luke adalah lelaki terbaik yang pernah
ia temui.
“Lea, can we go back to the day it
was? Could you be my girlfriend again?” Tembak Luke.
Bayangin aja deh kalau kalian digitukan sama cowok seperti Luke, apa yang
akan kalian rasakan? Pasti rasanya seperti sedang bermimpi dan ingin berteriak
namun tidak bisa. Bagi Lea, hal itu sudah biasa karena dulu ia pernah pacaran
dengan Luke. Jadi dia bisa mengontrol dirinya agar tidak berteriak seperti
orang gila.
“Yes Luke.” Jawab Lea singkat.
Luke langsung berdiri lalu memeluk Lea lagi. Luke rasa kesalahan masa
lalu itu bukan salah siapa-siapa. Hanya ia dan Lea saja yang tidak mau percaya
satu sama lain. Karena itulah setelah ini Luke berjanji untuk selalu menjaga
cintanya dan berjanji untuk tidak akan mengecewakan Lea.
“Bagaimana kalau kita makan siang di tempat biasa?” Usul Luke dan
diangguki Lea.
Tanpa keduanya sadari, seorang gadis berambut pirang yang tidak lain
adalah Aleisha menatap dari kejauhan. Air mata mengalir membahasi pipi-nya.
Aleisha bisa melihat dengan jelas apa yang Luke lakukan bersama Lea walau ia
tidak bisa mendengar percakapan keduanya. Ya. Aleisha benar-benar kehilangan
Luke. Artinya, ia harus bisa melupakan Luke, maksudnya melupakan perasaannya pada
Luke.
Aleisha pun meninggalkan tempat itu dengan hati yang hancur.
***
They’re
back!
Dengan mesranya Lea melingkarkan
tangannya di lengan Luke. Tubuh ramping-nya itu sengaja menempel di tubuh Luke.
Bagaikan mimpi buruk. Banyak pasang mata yang merasa jijik melihat pasangan
itu. Tapi bukankah seharusnya mereka berprasangka baik pada Lea? Bisa saja kan
Lea berubah dan menjadi gadis yang baik. Tapi melihat penampilan Lea dan
gaya-nya yang bikin muntah itu menjadikan Lea yang tak jauh dari gadis nakal
yang suka menggoda lelaki.
Keduanya tiba di parkiran. Luke
mengeluarkan motornya dan menaikinya disusul Lea. Luke merasa sangat bahagia
karena ia bisa kembali dengan Lea. Rasanya lucu saat Lea melingkarkan tangannya
di pinggangnya. Luke pun menjalankan motornya. Setiba di tempat makan favorit
mereka, keduanya turun lalu mencari tempat yang nyaman.
“Kau mau pesan apa?” Tanya Luke.
“Hmm.. Aku ikut kamu saja.” Jawab
Lea.
Sambil menunggu pesanan datang, Luke
dan Lea sibuk membicarakan kisah masing-masing selama mereka berpisah. Lea
tertawa mendengar cerita Luke kalau Luke seperti orang gila karena
kehilangannya.
“Jadi akun @lovely-llxx itu milkmu
ya?” Tanya Luke.
Lea mengangguk.
“Pantas saja. Aku tak bisa berhenti
memikirkan siapa pemilik akun itu.” Ucap Luke.
Lea tersenyum. Lalu gadis itu
teringat sesuatu. “Saat konser Simple Plan, aku ikut menontonnya. Aku melihatmu
tampil di panggung dan membuat semua penonton terpaku. Tapi kalau tidak salah
aku mendengar vokalis Simple Plan yang menyuruhmu menyanyikan lagu untuk
pacarmu. Siapa dia? Apa hanya bercanda saja?” Ucap Lea.
Luke terdiam mendengar ucapan Lea.
Pikirannya langsung tertuju pada Aleisha. Apa kabar gadis itu? Mengapa
rasanya.. Mengapa rasanya ada sesuatu yang hilang darinya? Tentu saat konser
itu Pierre aka vokalis Simple Plan hanya bercanda. Luke terus terdiam lalu Lea
menyadarkannya.
“Hei apa yang sedang kau pikirkan?”
Tanya Lea.
Cepat-cepat Luke menyadarkan dirinya
dari pikiran aneh itu. “Tidak ada. Waktu itu vokalis Simple Plan hanya
bercanda. Kau kenal kan Aleisha? Dia pergi menonton konser bersamaku. Aleisha
yang dikira-nya adalah pacarku tapi dia hanya temanku.” Ucap Luke.
“Oh, aku kenal dia. Dia sangat
baik.” Ucap Lea.
Kemudian pesanan datang. Luke
memerhatikan cara makan Lea yang amat sopan dan pelan. Beda dengan Aleisha yang
makannya tidak di kunyah dan terkadang keselek lalu marah-marah tidak jelas
karena kehabisan air. Tiba-tiba saja Luke tersenyum. Ia begitu merindukan
masa-masa-nya bersama Aleisha.
“Kenapa kau tiba-tiba tersenyum? Ayo
makan.” Ucap Lea.
Lea menyadarkannya untuk yang kedua
kalinya. Kemudian Luke mulai memakan makanannya itu. Namun entah kenapa
pikirannya terus tertuju pada Aleisha. Ada apa dengan dirinya? Bukankah ia
bahagia sekarang karena bisa memiliki Lea lagi? Tapi kenapa rasanya berbeda?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar