expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 28 Desember 2015

Illusion ( Part 9 )



Sampai saat ini Calum tidak bisa berhenti untuk tersenyum mengingat kejadian tadi. Walau hatinya sempat sakit mengetahui Hailey yang sudah memiliki seorang kekasih bernama Toby, tetapi Hailey mengatakan kalau dirinya bisa menggantikan sosok Toby di hati Hailey. Ya. Calum akan berusaha untuk mengobati luka di hati Hailey dengan cara apapun.

            Mengenai soal Bryanna, Hailey masih tampak tertutup dan bicaranya hati-hati. Hailey hanya mengatakan bahwa dia mengenali sosok Bryanna tapi tidak mengatakan kalau Bryanna adalah temannya. Namun jika Bryanna memang teman Hailey dan keduanya sudah lama saling kenal mengenal, artinya Hailey yang dimaksud Bryanna adalah Hailey-nya. Apa perlu ia ceritakan hal ini pada Michael? Tapi takutnya Michael tidak bisa menahan diri dan akan mengintrograsi Bryanna mengenai sosok Hailey.

            “Hai daritadi ku perhatikan kau tersenyum saja.”

            Mali datang padanya dan Calum sama sekali tidak keberatan. “Ya. Aku sangat senang sekali.” Ucapnya.

            “Memangnya ada apa?” Tanya Mali. Gadis itu sama sekali tidak curiga.

            “Ku rasa Hailey memberi kesempatan untukku. Maksudku Hailey yakin sekali kalau aku bisa mengobati luka di hatinya.” Jawab Calum.

            Sebisa mungkin Mali tampak tenang dan menyimpan ekspresi yang dapat membuat Calum curiga. Ya. Diam-diam Mali ingin mengetahui seberapa jauh Calum membicarakan sosok Hailey dan bagaimana percakapan antara keduanya.

            “Memangnya Hailey kenapa?” Tanya Mali.

            Calum memperhatikan wajah Mali yang datar-datar saja. Tidak ada ekspresi ketidaksukaan atau kesedihan disana. “Pacarnya meninggal karena terkena penyakit kanker. Namanya Toby.” Jawab Calum.

            Deg. Rasanya jantun Mali sudah tidak berdetak lagi mendengar jawaban yang diberikan Calum. Namun lagi-lagi Mali mencoba menyembunyikan segala ekspresi yang dapat membuat Calum curiga, tapi rasanya susah menyembunyikan ekspresi yang sangat sulit untuk disembunyikan.

            “Apa kau tidak marah atau menangis saat aku membicarakan sosok Hailey? Kau pernah marah padaku karena aku membicarakan Hailey, kemudian kau tampak sedih dan mengatakan kalau aku adalah orang yang jahat, dan sekarang kau tampak baik-baik saja. Aku bingung padamu.” Ucap Calum.

            Mali menatap Calum dengan ragu-ragu. “Apa.. Apa aku boleh bertemu dengan Hailey-mu itu?” Tanyanya.

            Calum terdiam mendengar permintaan Hailey. Bukan hanya Mali saja yang meminta bertemu dengan Hailey. Tetapi Michael juga ingin sekali melihat bagaimana sosok Hailey itu.

            “Nanti aku akan menanyakan hal ini padanya karena aku saja sulit mencari Hailey.” Jawab Calum.

            “Memangnya.. Memangnya Hailey ada dimana?” Tanya Mali.

            “Sejujurnya aku bingung bagaimana menjelaskannya. Bagiku, Hailey tampak misterius dan dia sering menemuiku di tempat favorit kita yaitu tempat aku menunggu jemputan dari Mom. Tempatnya lumayan sepi tapi sepertinya Hailey menyukai tempat yang sepi. Ohya Hailey juga pernah mendatangiku di luar jendela kamarku. Katanya orangtuanya sedang bertengkar dan dia habis menangis.” Jelas Calum.

            Entah mengapa rasanya sakit sekali. Hati Mali begitu sakit mendengar cerita Calum. Tiba-tiba ia teringat dengan ucapannya yang ia ucapkan pada Trisha.

            “Tapi bagaimana caranya agar Calum bisa menjadi Calum yang dulu?”

“Aku juga bingung. Bahkan psikiater juga tidak bisa mengatasi masalah ini. Tapi aku yakin sekali ada sosok yang bisa mengembalikan Calum ke Calum yang dulu.”

“Siapa?”

“Siapa lagi kalau bukan dirinya sendiri?”

***

Siang itu bandara tampak ramai dan banyak sekali orang yang berlalu lalang. Seorang gadis ramping berkacamata melihat-lihat di sekitarnya. Orang yang dia cari tidak mucul juga atau jangan-jangan ia yang sudah amnesia sehingga tidak bisa mengingat orang itu? Gadis itu berumur lima belas tahun dan dengan beraninya melakukan perjalanan jauh dari Inggris menuju Australia tanpa ditemani oleh siapapun. Tak apa. Gadis itu sudah tiba di Sydney dengan selamat dan kini kebingungan mencari sosok yang dicarinya.

“Angel!”

Gadis yang bernama Angel itu menoleh kebelakang dan tersenyum senang. Sosok yang dicarinya pun tiba dan Angel langsung memeluk erat sosok itu. Sudah lama sekali Angel tidak bertemu sosok itu.

“Kau sudah besar ya. Mom dan Dad tidak sabaran bertemu denganmu.” Ucap sosok itu.

***

“Baru saja kau masuk ke kelas dan kau langsung mengatakan kalau Hailey akan membuka hatinya untukmu.” Ucap Michael.

Michael tampak senang karena Calum sudah mulai bercerita padanya dan ia bisa menjadi pendengar yang baik. Artinya ia tidak merasa sia-sia kan jika berteman dengan Calum? Pagi ini Calum terlihat ceria, namun Michael masih penasaran akan sosok Hailey dan Hailey teman Bryanna.

“Aku penasaran dengan Hailey. Ayolah Cal aku tidak sabaran bertemu dengan Hailey.” Ucap Michael.

Calum tertawa. “Aku takut kalau kau nantinya bakal jatuh cinta dengan Hailey.” Ucapnya.

“Hei kalian berdua, dengar-dengar ada murid baru disini.” Ucap Luke yang tiba-tiba saja sudah duduk di samping Michael.
           
Sepertinya Michael tertarik dengan pembicaraan Luke. “Murid baru? Siapa? Semoga saja cewek cantik.” Ucapnya.

            “Katanya sih sepupunya Harry. Namanya Angel.” Jawab Luke.

            “Harry? Harry teman Ashton maksudmu?” Tanya Michael.

            Luke mengangguk pelan. Rasanya sedikit aneh dengan kedatangan murid baru bernama Angel yang adalah sepupu Harry. Biasanya jika ada murid baru, Luke tidak mempedulikannya toh tidak ada manfaatnya juga. Tapi rasanya ini berbeda.

            “Cal, kau.. kau kenal tidak dengan Angel?” Tanya Luke.

            Entah mengapa jantung Calum yang tadinya normal menjadi berantakan saat mendengar pertanyaan tidak penting dari Luke. Angel? Mengapa nama itu terasa tidak asing lagi di telinganya?

            “Eh aku.. aku tidak kenal.” Jawab Calum.

            Giliran Michael yang bicara. “Kau sih aneh Luk menanyakan hal itu pada Calum. Mana mungkin Calum bisa mengenali sepupu Harry, dia saja tidak mengenal Harry.” Ucapnya.

            Luke terdiam sesaat. Mungkin perasaannya sedang tidak benar hari ini. Ya.

***

            Harry memang gila! Begitu pikir Angel. Baru saja ia datang kemarin siang dan Harry menjemputnya di bandara dan esoknya ia dipaksa Harry untuk sekolah karena Harry sudah mendaftarkannya tepat di sekolahnya. Padahal Angel ingin sekali mengelilingi Kota Sydney dan menemukan suasana baru.

            Harry mendekati Angel dan menatap mata biru Angel yang sangat indah. “Kau cantik dan pastinya di sekolah banyak cowok yang menyukaimu.” Ucapnya kemudian mengacak-acak rambut Angel.

            Sepupunya itu tidak pernah berubah. Selalu saja Harry mengacak-acak rambutnya hingga berantakan dan itu sudah menjadi hobi Harry. Tiba-tiba Angel teringat sesuatu.

            “Gimana kabar Kak Ashton dan Kak Bryanna? Aku harap mereka sudah pacaran.” Ucap Angel.

            Harry sedikit kaget mendengar pertanyaan Angel. Tiba-tiba ia teringat dengan Bryanna yang entah mengapa bisa menyukai Calum. “Mereka belum pacaran. Aku tidak tau bagaimana perasaan Bryanna juga Ashton.” Ucapnya.

            “Oh tapi mereka adalah pasangan yang cocok.” Ucap Angel.

            “Bagaimana kabar orangtuamu?” Tanya Harry. Sial! Mengapa ia berani sekali menanyakan hal itu pada Angel?

            Mata biru Angel yang tadinya tampak ceria berubah menjadi sedih. Orang-orang yang dicintainya benar-benar meninggalkannya. “Mom dan Dad sudah cerai dan karena itulah aku ingin tinggal disini bersamamu. Aku muak dengan sikap mereka. Aku kesepian disana. Rumah yang dulunya indah berubah menjadi sepi.” Jelasnya.

            Harry merasa simpati pada sepupunya itu. Tentu ia bisa merasakan bagaimana rasanya melihat orangtua yang sering bertengkar karena dulu orangtuanya sudah pernah bercerai dan Ibunya menikah dengan lelaki yang baru. Rasanya sakit memang dan hampir ingin mengakhiri hidup.

            “Tak apa. Kau akan bahagia tinggal disini.” Ucap Harry.

            Angel tersenyum kecil. “Calum. Apakah Calum sekolah di sekolahku juga?” Tanyanya.

***

            Jam sembilan malam dan Hailey belum juga datang. Tadi sepulang sekolah Hailey mengatakan bahwa dia ingin pergi ke rumah Calum tepat jam sembilan malam. Tentu saja Calum merasa bahagia dan tidak bisa menolak Hailey. Tapi bagaimana caranya agar Hailey bisa masuk ke dalam rumahnya?

            Tok..Tok..Tok..

            Jendela kamarnya berbunyi dan Calum melihat ada sosok Hailey disana. Gadis itu tersenyum manis padanya dan Calum ingin sekali menarik tubuh Hailey dan mencari cara agar Hailey bisa masuk ke dalam kamarnya.

            “Hailey! Aku tidak tau bagaimana cara agar kau bisa masuk ke dalam rumahku.” Ucap Calum.

            Hailey masih tetap tersenyum. “Tunggu aku di pintu masuk. Bukalah pintu itu pelan-pelan. Aku jamin Mom tidak akan tau.” Ucapnya.

            Untunglah seisi rumah sudah tidur dan Calum bisa mengambil kunci gerbang dan kunci rumah lalu membukanya dengan hati-hati. Dan akhirnya Hailey bisa masuk ke dalam rumahnya tanpa sepengetahuan orangtuanya. Calum pun mengajak Hailey masuk ke dalam kamarnya.

            “Kamarmu tampak rapi.” Ucap Hailey.

            “Terimakasih.” Ucap Calum.

            Hailey pun duduk di pinggir kasur Calum. “Rasanya nyaman berada disini dibandingkan dengan rumahku yang benar-benar hancur.” Ucapnya.

            Calum memilih duduk di samping Hailey dan memberanikan diri merangkul pundak Hailey. “Kalau begitu kau boleh tinggal disini sampai orangtuamu baikan.” Ucapnya.

            “Tidak. Mereka tidak akan bisa baikan dan sebentar lagi mereka akan cerai.” Ucap Hailey.

            Calum terdiam mendengar ucapan Hailey. Dieratkannya rangkulannya itu dan kepala Hailey jatuh mengenai pundaknya. Malam yang benar-benar indah dan Calum ingin terus seperti ini. Berada di sisi Hailey dan merangkul erat gadis itu.

            “Ngomong-ngomong, apa kau sudah tau ada murid baru di sekolahku?” Tanya Calum.

            Tidak ada jawaban. Calum mendesah pelan. Ternyata Hailey tertidur lelap di bahunya dan melihat wajah manis Hailey yang tengah tertidur menimbulkan efek berbeda bagi Calum. Hailey tampak seperti sosok malaikat cantik dengan wajah yang amat tenang dan menyejukkan. Kemudian Calum dengan perlahan membawa tubuh Hailey di atas kasurnya dan membiarkan gadis itu tetap terlelap. Aneh. Secepat inikah Hailey tidur?

            Akhirnya Calum memutuskan untuk tidur tepat di samping Hailey.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar