expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 22 )



“Kau baik-baik saja Gretta?” Tanya Eleanor.

            Gretta terdiam dan seperti tuli dengan suara apapun. Jam bahasa inggris kosong dan Gretta merasa bosan. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk keluar kelas dan tujuannya yaitu pergi ke lapangan basket. Gretta hampir lupa pagi ini jam kelas Connor adalah olahraga dan kemungkinan besar kelas Connor berada di lapangan basket.

            Benar saja. Gretta melihat Connor bermain basket disana dengan riang. Tapi tidak ada Luke disana. Gretta lupa tadi ia melihat Luke yang tidak menggunakan seragam olahraga. Pasti Luke sedang berada di perpustakaan. Kembali ke sosok Connor. Gretta melihat sosok itu bagaikan pangeran penyelamat dengan senyuman terindah. Rambut pirang Connor dan mata biru Connor mampu membuat hatinya tenang.

            “Aku.. Aku mencintaimu Gretta.. Kau-lah satu-satunya gadis yang aku cintai. Kau yang membuatku bisa bertahan sampai saat ini..”

            Sial. Mengapa kalimat itu yang muncul di otaknya? Mengapa Luke berani mengatakan hal itu? Apakah Luke hanya bermain-main atau sungguhan? Tapi dari sikapnya, Luke terlihat serius. Dulu sewaktu masih kecil, bisa Gretta lihat mata biru Luke yang sepertinya tertarik padanya dan ingin menjadikannya sebagai kekasihs saat besar nanti. Gretta pernah mendengar kata-kata Luke yang mengatakan bahwa suatu hari nanti Luke ingin menjadikannya sebagai gadis yang spesial di hatinya. Gretta ingat betul dengan janji manis itu.

            Kemudian Gretta membalikkan tubuhnya dan bingung akan kemana ia.

***

            Entahlah apa yang membuatnya mendatangi tempat kesayangannya yaitu lapangan basket indoor yang sepi. Sudah lama Gretta tidak bermain basket dan tangannya rindu untuk memukul bola berwarna orange itu. Gretta mengambil bola basket lalu men-dribelnya dengan santai dan menembaknya. Masuk. Bola itu masuk dengan mulusnya dan Gretta merasakan suatu kepuasan. Gadis itu bermain basket kurang lebih sepuluh menit dan tidak sadar ada sepasang mata biru yang memperhatikannya.

            “Kembalilah ke tim basket. Mereka membutuhkanmu.” Ucap cowok bermata biru yang tidak lain adalah Connor.

            Mendengar suara yang amat dirindunya itu, langsung saja Gretta menghentikan permainannya dan kaget melihat Connor yang menatapnya sambil tersenyum. Connor-kah itu atau ia salah lihat? Connor berjalan mendekatinya dan sukses membuat jantung Gretta berdetak tak karuan.

            “Aku ingin membicarakan sesuatu padamu.” Ucap Connor lalu mengajak Gretta duduk di pinggir lapangan.

            Rasanya sudah sangat lama Gretta tidak duduk di samping Connor dan rasanya begitu gugup. Gretta memperhatikan wajah Connor dari samping dan hatinya merasa sangat bahagia. Apakah Connor ingin mengatakan sesuatu? Apakah Connor menginginkan hubungan dengannya kembali seperti sedia kala? Atau apakah Connor ingin menyakitinya lebih?

            “Pertama-tama aku ingin minta maaf padamu karena aku mencuekkanmu. Sungguh hatiku sedih saat jauh darimu karena aku tidak bisa dekat denganmu.” Ucap Connor.

            Jantung astaga! Gretta meraba jantungnya yang berdetak tidak normal mendengar ucapan Connor yang terdengar merdu di telinganya. Sungguh hatiku sedih saat jauh darimu karena aku tidak bisa dekat denganmu. Sebuah kalimat yang mampu membuat Gretta melayang-layang dan tidak tau harus berbuat apa.

            “Aku.. Aku mencintaimu Gretta..” Ucap Connor.

            Deg. Rasanya seperti slow motion dan Gretta belum bereaksi sama sekali. Gadis itu masih tidak menyangka pangeran yang selama ini ia harapkan dan ia kagumkan akhirnya menyatakan sebuah kalimat yang paling ditunggunya.

            “Aku sadar Gretta bahwa perasaan cintaku hanyalah untukmu. Sejak pertama kali aku mengenalmu, aku langsung tertarik padamu dan ingin mengetahui hidupmu. Kau gadis yang langka namun hebat. Aku tidak tau kapan perasaan cinta ini hadir tapi perasaan cinta ini hadir sebelum aku menyadarinya. Ya. Kau yang selalu ada untukku kapanpun aku membutuhkanmu. Dan saat aku mengucapkan kalimat bodoh bahwa kita tidak akan lagi bicara, saat itu aku sedih sekali. Aku tidak peduli Gretta apakah kau juga mencintaiku atau tidak. Asalkan aku sudah mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya, itu sudah membuatku tenang.” Ucap Connor.

            Apakah ini hanya sandiwara saja? Gretta masih tidak percaya dengan kalimat-kalimat yang diucapkan Connor. Jadi, inilah balasan indah dari Tuhan atas segala kesengsaraan hidupnya? Astaga Gretta! Connor mencintaimu! Cowok yang selama ini kau cintai juga mencintaimu! Ingin sekali Gretta berteriak saking bahagia namun ia merasa malu karena ada Connor disini.

            “Tapi Gretta, ada satu hal penting yang harus kau tau. Dan mungkin cintaku ini tidak akan pernah terwujud. Aku memang mencintaimu tapi aku tidak pantas untukmu. Ada sosok lain yang lebih pantas untukmu dan lebih mencintaimu. Ya. Sosok itu adalah Luke. Ternyata penilaianku selama ini salah. Luke adalah anak yang baik. Luke tidak bermaksud merebut semua impianku. Luke hanya berusaha melakukan yang terbaik dan aku yang salah. Seharusnya aku bersikap dewasa dan tidak ikut membenci Luke. Itu terlalu kekanak-kanakan bagiku. Sadarlah Gretta. Saat kau sakit, saat aku melihat tatapanmu pada Luke, itu bukanlah tatapan biasa. Dulu kalian sangat dekat dan aku tidak ingin menghancurkan hubungan kalian hanya karena perasaan bodohku ini.

            Dan satu hal yang harus kau tau. Selama ini Luke menyayangimu bahkan mencintaimu. Dia ingin menjadi sosok yang spesial dalam hidupmu walau rasanya mustahil. Dia mencintaimu lebih dari yang kamu tau dan aku sedih mendengarnya. Luke sangat mencintaimu Gretta dan Luke lebih pantas untukmu. Aku mohon Gretta maafkan Luke maka semuanya akan menjadi baik. Aku sudah meminta maaf padanya tapi sebaliknya Luke yang meminta maaf padaku. Dia terlalu baik Gretta dan kau sangat beruntung Luke mencintaimu.

            Aku tidak tau bagaimana reaksimu mendengar semua ini tapi aku harap hubungan kita menjadi baik. Oke itu saja. Tapi aku janji untuk tidak akan menganggu hubungan kalian dan aku berharap kalian menjadi akur dan menjadi sepasang kekasih yang sempurna. Ingatlah Gretta, Luke sangat mencintaimu.” Jelas Connor.

            Setelah Connor menjelaskan semuanya, cowok itu berdiri dan meninggalkan Gretta yang masih terpaku di tempatnya. Tidak. Penjelasan lebar dari Connor salah kan? Bukankah Connor mencintainya? Tetapi mengapa Connor menyurunya untuk bersama Luke?

            “KAK CONNOR !!! GRETTA JUGA MENCINTAI KAK CONNOR !!” Teriak Gretta namun Connor tidak mempedulikannya.

            Sebuah tamparan dahsyat dari Connor dan hati Gretta yang tadinya berbunga-bunga kini menjadi sakit. Sakit sekali. Luke. Apa yang telah Luke lakukan pada Connor? Bukankah Connor membenci Luke? Gretta menggenggam tangannya dan mengeratkan genggaman tangannya. Luke. Kali ini ia benar-benar marah.

            Kali ini Gretta benar-benar marah besar pada Luke.

***

            Sepulang sekolah, Gretta tidak bisa bernafas lega karena melihat Teresa yang sedang tertawa bersama Luke di ruang tengah sambil menonton TV. Kenapa Teresa ada disini? Bukankah Teresa bekerja? Melihat hal itu kebencian Gretta pada Luke semakin bertambah dan ingin sekali Gretta meninju wajah Luke. Semuanya palsu. Rasa kasihannya pada Luke adalah palsu. Lagu yang ia dengar adalah palsu. Semuanya palsu.

            Saat Gretta tiba di ruang tengah dan sepertinya Luke dan Teresa tidak menyadari kehadirannya, langsung saja Gretta menampar pipi Luke dan itu sukses membuat Luke kaget. Teresa pun sama.

            “Gretta! Apa-apaan ini?” Tanya Teresa.

            “DIAM KAU!” Bentak Gretta sambil menatap Teresa garang.

            Tentu saja Teresa sangat tidak suka dengan bentakan tidak sopan dari Gretta. Tapi dilihat dari wajah Gretta, Gretta tampak sangat marah. Teresa mengira Gretta sudah baikan dengan Luke tapi dugaannya salah. Bahkan kemarahan Gretta saat ini lebih parah dari sebelumnya. Sementara Luke memegang pipinya yang sakit akibat tamparan kasar dari Gretta.

            “Kenapa? Kenapa kau melakukan semua ini? KENAPA?” Bentak Gretta.

            Luke yang tidak tau apa-apa memberanikan diri untuk bertanya. “Aku tidak mengerti maksudmu.” Ucapnya.

            Gretta tersenyum sinis dan berusaha menahan air matanya. “Percuma pintar di pelajaran sedangkan mengerti perasaan orang lain sangat bodoh! Apa yang sudah kau lakukan pada kak Connor? Hah? Kau beri apa kak Connor sampai kak Connor berbuat baik padamu? APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADANYA?”

            Luke terdiam dan mulai paham dengan pembicaraan Gretta. Luke hampir lupa saat ia sekarat di pangkuan Aleisha, Connor datang padanya dan menolongnya. Dan untuk yang pertama kalinya Luke menceritakan rahasianya pada dua orang sekaligus. Ya, Connor dan Aleisha.

            “Semua itu palsu Luk! SEMUA ITU PALSU! Percuma kau pura-pura sakit dengan tabung plastik bodoh itu! SEMUA ITU PALSU! Kau sangat licik Luk. Kenapa? Kenapa kau begitu jahat padaku? Aku berusaha untuk tidak menambah rasa benciku padamu, tapi KAU YANG MEMAKSAKU UNTUK MEMBENCIMU!! Aku muak denganmu, Luk. AKU MUAK DENGANMU!!”

            Luke kaget dan wajahnya langsung pucat mendengar Gretta mengucapkan tabung plastik. Apakah Gretta yang mengambil tabung itu? Jadi Gretta pernah diam-diam masuk ke dalam kamarnya?

            “Aku sudah tau permainan bodohmu itu. Kau berusaha membuat hatiku luluh dan kau berusaha membuat aku semakin sakit. Kau sangat licik Luk. Aku kehilangan semuanya karena kau. KARENA KAU! Kak Connor mencintaiku tapi karena KAU DIA TIDAK MAU BERDEKATAN DENGANKU! Katanya kau lebih cocok denganku dibanding dirinya. Permainan macam apa itu? Hah? Aku capek dengan semuanya.”

            Sungguh Luke tidak tau apa yang Connor katakan pada Gretta. Luke hanya menceritakan semua yang ia alami dan tidak menyuruh Connor untuk menjauhi Gretta. Justru jika kebahagiaan Gretta adalah Connor, dan walau rasanya sakit Luke tidak akan melarangnya. Luke ingin Gretta bahagia bersama Connor dan mau memaafkannya. Sekarang Gretta marah besar dan dadanya mulai terasa sesak dan nyeri.

            “Aku ingin kau pergi dari rumah ini. Aku ingin kau pergi dari sekolahku. DAN AKU INGIN KAU PERGI DARI DUNIA INI! AKU TIDAK MAU MELIHAT WAJAHMU LAGI LUK! AKU INGIN KAU PERGI DARI DUNIA INI!!!”

            Setelah mengucapkan kalimat itu, Gretta berlari ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan keras. Sudah ditebak gadis itu menangis. Jika Tuhan tidak mau mencabut nyawanya, maka Gretta menginginkan satu permintaan lain.

            Yaitu ia ingin Luke pergi dari dunia ini.

***

           
            “AKU INGIN KAU PERGI DARI DUNIA INI!!!”

            Kata-kata yang mampu membuat hati Luke sakit. Cowok itu memutuskan masuk ke dalam kamarnya dan menghiraukan Teresa yang memanggil namanya. Gretta benar. Ia hanya bisa membuat gadis itu membencinya padahal Luke sangat tidak menginginkan hal itu. Semua yang ia lakukan pada Gretta hanyalah membuat kebencian gadis itu bertambah padanya.

            Luke duduk di tempat tidurnya dan merasakan kesakitan di dada kirinya dan ia tidak bisa mengontrol nafasnya. Cepat-cepat Luke mengambil tabung itu dan menelan pil-pil di dalamnya dengan dosis yang banyak. Luke tidak peduli. Hatinya hancur sekarang bersamaan dengan rasa sakit yang dideritanya.

            Tiba-tiba Luke merindukan sosok Ayah dan Ibunya. Sudah sangat lama memang dan kesedihan itu masih menjalar di hatinya. Hidup ini memang tidak ada gunanya, pikir Luke. Namun, satu-satunya orang yang mampu membuatnya bertahan sampai detik ini adalah Gretta. Gretta. Dulu sekali ia sudah membuat janji pada Gretta untuk tidak akan pernah meninggalkan Gretta. Kembali lagi Luke menelan pil itu sampai habis lalu ia buang jauh-jauh tabung pil malang itu.

            “AKU INGIN KAU PERGI DARI DUNIA INI!!!”

            Bentakan Gretta masih terdengar di kepalanya dan Luke menayadari bahwa sampai kapanpun Gretta tidak akan pernah memaafkannya. Semuanya sia-sia. Kedatangannya kemari hanyalah sia-sia. Kedatangannya kemari hanyalah menimbulkan rasa kebencian yang lebih besar. Ya. Seharusnya ia tidak ada di tempat ini. Bahkan seharusnya ia tidak ada di dunia ini seperti apa yang dikatakan Gretta.

            Tiba-tiba ponselnya berdering dan Luke membukanya dengan malas. Dari Calum. Katanya One Direction mengangumi penampilan 5 Seconds of Summer dan ingin menjadikan mereka sebagai band opening tour mereka. Bisa dipastikan wajah tiga sahabatnya itu berseri-seri mendengar berita gembira itu. Tapi tidak dengannya.

            Luke merasa seperti sosok yang sangat bodoh, tidak berguna dan hanya bisa mengecewakan orang lain.

            Jika saja hal itu tidak terjadi.. Jika saja ia normal seperti anak lainnya yang hidup tanpa tabung plastik berisi pil itu…

***
           
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar